Kilau temaram berwana Jingga berbau rindu menyapa hati hingga ke tulang rusuk. Berdiri tegak menatap ke depan, bunyi debur ombak menyeruak ke dalam telinga. Air laut berwarna senada dengan langit di temani gemercik air laut yang membasahi kaki. Nama nya Rindu Mauzara, gadis cantik yang selalu setia menatap garis pantai di kala senja datang menyapa.
Wanita itu menatap sayu mana kala mengingat kejadian dua tahun silam yang membuat nya harus berpisah dari orang terkasih.
"Kau tahu mas, aku selalu menunggu mu di sini dan aku yakin kau masih hidup," lirih nya dengan mata berkaca-kaca.
Seorang pria menepuk pundak Rindu, "Berhenti menunggu yang tidak pasti." tegur pria itu yang tak lain adalah Elang Pandara kakak dari Rindu Mauzara. "Dia tidak akan mungkin kembali." ujar Elang, membuat mata Rindu yang semula berkaca-kaca kini sudah mulai mengalir deras air mata.
Rindu memeluk kakak nya, "Tapi dia cinta pertama Rindu kak, kami tumbuh besar bersama sejak kecil kami saling mencintai nya." ujar Rindu dalam isak nya.
Elang melepaskan pelukan adik nya kemudian memegang kedua pundak Rindu, "Sudah berapa juta kali kakak bilang? kamu harus bangkit semua ini takdir dan kamu harus menerima nya."
Rindu diam terpaku, kembali menatap langit yang berwarna keemasan itu. hati nya hancur seakan mati begitu juga dengan cinta nya yang juga ikut mati bersama hilang nya kekakasih hati yang tenggelam di dasar laut mendalam.
"Katakan kalau semua hanya mimpi kak." ucap Rindu datar, "Kami selalu menghabiskan hari-hari di pantai ini, menikmati senja dengan penuh bahagia."
Elang membuang nafas kasar, jauh di lubuk hati yang paling dalam ia sangat sedih saat melihat adik satu-satunya harus tersiksa seperti ini.
"Kakak tahu, Aku selalu berharap seperti senja, meski senja hanya sesaat namun dia berjanji akan kembali esok hari. Begitu juga dengan penantian ku kak, aku harap dia kembali meski pun hanya sesaat." ucap nya kemudian berlalu pergi.
Elang menatap punggung adik nya, ia tak tahu harus berbuat apa lagi untuk mengembalikan senyum di wajah Rindu.
Nama nya Bayu pradana, pria yang selalu di tunggu Rindu dua tahun belakangan. Bayu menghilang sejak ia menaiki kapal wisata yang sengaja ia sewa bersama teman-teman nya. Dari sepuluh orang hanya Bayu yang di nyatakan hilang dan sampai sekarang tidak di temukan.
Sejak menghilang nya Bayu, ke dua orang tua nya memilih pindah dan kepindahan mereka tidak ada satu pun yang tahu termasuk Rindu.
Elang menghela nafas panjang memikirkan nasib adik "Semua ini seperti permainan." Lirih nya kemudian berlalu pergi mengikuti jejak sang adik.
Seperti hari biasa nya, setelah pulang dari pantai Rindu langsung masuk kedalam kamar dan mengunci nya. Elang sudah biasa menghadapi tingkah Rindu.
Rindu dan Elang adalah anak yatim piatu, orang tua mereka sudah lama meninggal sejak Rindu duduk di bangku SMA. Untuk menghidupi diri nya dan adik nya, Elang mengelola toko pernak pernik peninggalan oranv tua nya yang cukup besar di wilayah nya.
Elang mengetuk pintu kamar adik nya "Rindu keluar lah." Ujar Elang sambil mengetuk pintu.
Dengan malas Rindu membuka pintu "Ada apa kak?" tanya nya lesu.
"Ayo makan malam, kakak sudah memasak makanan kesukaan kamu." ajak Elang.
Rindu berjalan gontai ke arah meja makan, ia mengambil makanan kemudian melahap nya dalam diam.
Elang menatap adik nya, "Bantulah kakak untuk mengelola toko." ujar Elang membuka suara.
Sendok yang semula bergerak kini berhenti, "Rindu belum siap kak." ucap nya kemudian melanjutkan makan nya.
Elang menarik nafas dalam "Sampai kapan kamu seperti ini?" tanya nya kecewa "Kamu juga harus bisa memikirkan masa depan mu, kamu tidak melulu bergantung pada kakak." tutur Elang "Kakak kecewa sama kamu." ucap nya dengan nada kecewa kemudian beranjak dari meja makan.
Rindu menatap kepergian kakak nya, sementara Elang menatap adik nya dari balik dinding sekat ruang makan.
"Maafkan kakak Rindu, kakak harus bentak kamu agar kamu sadar kalau hidup harus tetap berlanjut." batin nya kemudian pergi ke kamar milik nya.
Nafsu makan rindu langsung hilang dan ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Rindu merenungi setiap kata-kata yang di ucapkan okeh kakak nya.
"Kakak tidak pernah sekecewa itu pada ku." Lirih nya "Kakak juga ikut menderita dengan sikap ku." ucap nya kembali.
Rindu menjatuhkan bobot tubuh nya di kasur, tidur telentang menatap langit-langit kamar nya. "Aku harus bangkit," ucap nya "Mas Bayu pasti sedih melihat aku sedih, ya aku harus bangkit." ucap nya penuh semangat.
Hii...terimakasih sudah mampir di karya pertama oppa, mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan di hati para pembaca. Mohon maaf juga jika dalam setiap penulisan terdapat banyak Typo.
Jangan lupa Like Rate Coment and Vote karya oppa ya😊
Karena Vote kalian adalah semangat oppa😊
Pagi menjelang, Rindu sudah nampak cantik dengan balutan dress pantai di tambah rambut nya yang di ikat kuda menampakan leher jenjeng milik nya.
Rindu menghampiri kakak nya yang sedang menyiapkan sarapan, Elang sedikit kaget saat melihat adik nya keluar dari kamar dengan penuh senyum menghias bibir mungil nya.
"Apa yang membuat mu bahagia pagi ini?" tanya Elang sambil menata makanan untuk adik nya.
"Rindu ikut kakak ke toko ya." ucap nya kemudian meminum susu.
Elang sejenak berhenti dari aktifitas nya, "Kamu serius?" tanya Elang tidak percaya.
"Serius, bukan kah kakak bilang Rindu harus bangkit."
Elang memeluk adik nya dengan bahagia "Kakak senang kamu mau berubah."
Akhirnya, mereka sarapan dengan perasaan bahagia. Elang, pria itu tak sekali pun berhenti tersenyum kepada adik nya.
"Terimakasih Tuhan, engkau kembalikan adik ku seperti dulu." batin Elang.
setelah selesai sarapan, Elang dan Rindu langsung pergi ke toko mereka. Toko yang lumayan besar dengan berbagai barang yang mereka jual.
Rindu menatap inci demi inci toko yang sudah dua tahun ia tinggal kan. "Aku kembali." lirih nya.
Kemudian Rindu menyapa beberapa karyawan kakak nya yang rata-rata seumuran dengan nya. Rindu nampak antusias melayani pengunjung yang datang silih berganti.
"Istirahatlah, kamu pasti lelah." tegur Elang.
Rindu tersenyum, " Rindu sangat merindukan toko ini kak, tempat di mana kita di besar kan." ucap nya sambil mengingat masa lalu.
Senja kembali menyapa, mengetuk setiap mata untuk memandang nya. Seperti biasa, Rindu kembali menatap sendu ke arah pantai di temani riuh ombak dan semilir angin di tambah halus nya pasir pantai.
Wanita itu nampak mengeratkan genggaman tangan nya saat angin berhembus menyentuh kulit nya.
Dari kejauhan, nampak seorang pria menatap kagum kearah Rindu. "Cantik, sangat cantik." ucap nya kemudian memotret Rindu dari kejauhan. "Sempurna." ucap nya kembali saat melihat hasil potret nya.
Pria itu tak ada bosan nya menatap ke arah Rindu, bahkan ia tak beranjak pergi meski hari mulai gelap. "Aku seperti melihat kesedihan dari cara nya memandang laut." batin pria itu.
karena hari mulai gelap, Rindu beranjak pergi begitu juga dengan pria yang sedari sore menatap Rindu.
"Baru pulang?" sapa Elang dan di iyakan oleh Rindu. "Mandilah, kakak akan mengajak mu bertemu dengan teman kakak yang sedang berkunjung di sini."
"Memang nya di mana dia?" tanya Rindu sedikit penasaran.
"Dia menginap di hotel samping toko kita."
Rindu kemudian langsung pergi ke kamar nya untuk membersihkan diri, kemudian memilih pakaian yang pantas untuk ia gunakan. Rindu memberikan sedikit polesan di wajah nya, setelah semua nampak sempurna ia langsung menghampiri kakak nya yang sudah menunggu di ruang tamu.
Hanya butuh waktu lima belas menit, mereka sudah tiba di hotel. Rindu hanya mengikuti langkah kaki kakak nya yang berjalan ke arah resto yang terdapat di pinggir pantai.
"hi...bro." sapa Elang pada pria yang sedang asik menikmati segelas cappuccino.
Pria itu tampak melirik ke arah Rindu kemudian balas menyapa. "Gimana kabar lo?" tanya nya " Dan ini siapa? pacar?" sambung nya kembal dengan rentetan pertanyaan.
Elang memperkenalkan adik nya "Dia adik gue nama nya Rindu."
Pria itu mengulurkan tangan nya "Chandra Gautama."
Rindu membalas uluran tangan Chandra "Rindu Mauzara."
"Nama yang cantik, secantik orang nya." goda Chandra.
Rindu hanya tersenyum mendengar pujian dari Chandra, sedangkan Chandra, pria itu sesekali mencuri pandang ke arah Rindu dan hal itu di ketahui oleh Elang.
Hii...terimakasih sudah mampir di karya pertama oppa, mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan di hati para pembaca. Mohon maaf juga jika dalam setiap penulisan terdapat banyak Typo.
Jangan lupa Like Rate Coment and Vote karya oppa ya😊
Karena Vote kalian adalah semangat oppa😊
Sejak pertemuan malam itu, Chandra menjadi lebih sering datang ke toko milik Elang. Chandra hanya ingin bertemu Rindu bukan Elang yang sebagai sahabat nya.
"Gak bosan lo ke sini tiap hari?" tanya Elang sambil memainkan ponsel nya.
"Gak, lagian lo kan sahabat gue." kilah
Chandra.
"Berapa lama lo di sini?"
"Dua minggu, gue mau memantau pembangunan lanjutan hotel gue."
Mata Chandra menatap ke segala arah mencari sosok yang telah mencuri hati nya.
"Siapa yang lo cari? perasaan dari tadi duduk lo gak tenang banget?" tanya Elang.
"Hehehe....Rindu." jawab nya dengan tawa renyah.
Elang mendecih kemudian membuang pandangan nya ke arah pantai yang dapat ia liat sesuka hati. "Jam segini dia di pantai." ujar Elang, dengan suara lemah.
Chandra menautkan ke dua alis nya, "lo gak kenapa kok tiba-tiba sedih?" tanya Chandra bingung saat melihat raut wajah Elang berubah.
Elang menarik nafas sedalam mungkin, kemudian menceritakan semua yang di alami adik nya. Chandra yang mendengar semua cerita Elang, hati nya merasa sakit.
"Ada apa dengan gue?" batin Chandra "Kenapa hati gue sakit saat Elang bercerita." sambung nya, Chandra melamun sambil menatap arah pantai.
"Hei....."tegur Elang sambil mengibas kan ke dua tangan nya di depan wajah Chandra.
Chandra terlonjak kaget, "Eh, iya kenapa?"
"Lo yang kenapa? tiba-tiba melamun."
Chandra membenarkan posisi duduk nya, "Sebelum ini, gue udah pernah lihat adik lo tapi, gue gak tahu kalau Rindu adik lo." ujar Chandra.
"Maksud lo?" tanya Elang tidak mengerti.
"Gue pernah lihat Rindu saat senja, dia berada di pinggir pantai, dan yang gue tangkap dari sorot mata nya, di sangat terlihat sedih." tutur Chandra.
Lagi-lagi, Elang menarik nafas kemudian membuang nya. " Begitulah yang di lakukan nya setiap hari."
Suasana hening, tiba-tiba saja Chandra beranjak kemudian pergi begitu saja.
"Mau kemana lo?" tanya Elang setengah berteriak.
"nyusulin adik lo." jawab Chandra juga setengah berteriak.
Elang hanya bisa menggelengkan kepala nya, "Semoga mereka berjodoh." lirih Elang kemudian bersiap-siap untuk menutup toko nya.
Chandra berlarian sana kemari mencari Rindu, langkah nya terhenti saat melihat seorang wanita duduk terpaku menatap senja.
"Hei..." sapa Chandra "Boleh bergabung?" tanya nya.
Rindu tersenyum dan hanya mengangguk.
"Suka senja?" tanya Chandra membuka bicara.
Rindu memejamkan mata sejenak lalu membuka nya, " Senja itu tenang senja itu damai." jawab nya singkat.
Hening tak bersuara, hanya debur ombak yang setia bicara di antara dua anak manusia itu.
Tiba-tiba saja Elang datang menghampiri mereka, berjalan mengendap-endap dari belakang. "Door........." teriak Elang, sehingga membuat Rindu dan Chandra kaget setengah mati.
Rindu berdiri, memukul kecil tangan kakak nya, "Kak....jahat banget." ujar Rindu.
"Sialan lo." umpat Chandra.
Elang tertawa terbahak-bahak, pria itu sangat puas mengerjai adik dan sahabat nya. Jadilah sore itu mereka bercanda ria, Elang sangat bahagia melihat adik nya bisa kembali tertawa seperti itu.
Elang menggendong adik nya, berlarian kecil di bibir pantai. Sedangkan Chandra, ia mengejar Elang dan Rindu, mereka terlihat seperti anak kecil.
Hari mulai gelap, Rindu memutuskan untuk pulang tapi tidak dengan kakak nya dan Chandra.
"Terimakasih." ujar Elang.
"untuk?" tanya Chandra tidak mengerti.
"Hari adalah hari pertama gue melihat Rindu seceria ini, bahkan berkat lo Rindu bisa tertawa seperti itu."
"Rindu tidak pantas terluka apa lagi sedih berkepanjangan."
"Selama ini, udah berbagai cara gue lakukan untuk membuat nya tertawa kembali dan lo tahu? sore ini adalah sore pertama untuk dia tidak menangis di tempat ini."
Chandra hanya menatap iba kepada sahabat nya, "Gue pernah berada di posisi Rindu dan lo tahu itu." ucap Chandra dengan suara sedih "Tidak mudah untuk bangkit dari keterpurukan."
"Gue ngerti, maka nya gue sabar aja menghadapi sikap Rindu karena Rindu adik gue satu-satunya."
Hari semakin gelap, Elang memutuskan untuk pulang ke rumah sedangkan Chandra kembali ke hotel milik nya.
Hii...terimakasih sudah mampir di karya pertama oppa, mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan di hati para pembaca. Mohon maaf juga jika dalam setiap penulisan terdapat banyak Typo.
Jangan lupa Like Rate Coment and Vote karya oppa ya😊
Karena Vote kalian adalah semangat oppa😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!