Pelangi!” teriak seseorang dari dalam kamar mandi.
“Was das? Ganggu orang lagi dandan aja, deh!” sewot seorang perempuan bernama Pelangi yang tengah sibuk berdandan di depan sebuah cermin besar berbentuk Hello Kitty.
Pelangi, gadis centil yang hobby sekali berdandan dan penampilannya itu selalu terlihat fasionable. Ia mampu menguasai 5 bahasa asing. Pintar masak dan terlihat feminim.
Ahli dalam bidang melukis dan sangat menyukai sekali kuliner, meski badannya masih saja tetap terlihat kurus juga ramping. Suka sekali kucing, jago memainkan alat musik piano, hobby mengoleksi novel dan suka lagu-lagu Korea.
“Ambilin handuk gue, dong. Handuk gue ketinggalan di kamar!” teriak seseorang dari dalam kamar mandi.
“Ok, warten!” sahutnya yang langsung mengambilkan handuk bergambar Hello Kitty dengan warna pink menyala. “Cinta, open the door. Ini, handuknya!”
Sambil membuka pintu kamar mandi, seorang perempuan bernama Cinta tampak terlihat tidak begitu suka dengan handuk yang baru saja diberikan kepadanya.
Matanya mendelik tajam. “Ini bukan handuk gue, Pe.”
“Udahlah, pake aja yang ada kenapa?”
“Ikh, lo jadi adek rese banget, sih!” sewotnya galak.
“Wait, awas ya Cikur, kalau sampai handuk gue bulu-bulunya pada rontok, gantiin yang baru!” tukasnya dengan nada cempreng.
“Iyee, bawel banget sih lo!” jawab gadis bernama Cinta itu dengan nada kesal.
Cinta, gadis berambut panjang yang terlihat tomboy itu merupakan seorang wanita tangguh yang ahli dalam bidang karate. Suka sama yang namanya anjing dan penampilannya itu sangat berantakan. Perenang yang handal, jago bermain gitar dan suaranya juga lumayan bagus.
Sangat menyukai bola dan ia merupakan salah satu fans beratnya Lampard. Suka sekali dengan yang namanya balapan motor hingga sangat mengidolakan Mark Marquez. Ia juga hobby membaca komik.
Cinta adalah kakak pertama Pelangi. Meskipun mereka kakak-beradik, tetapi mereka sama sekali tidak pernah akur. Selalu saja ada hal yang membuat mereka sering bertengkar dan beradu mulut, meski pun itu adalah hal yang sangat sepele.
“Pe, gue minta minyak wangi lo, dong!” seru seorang pria tinggi yang langsung masuk begitu saja ke dalam kamar Pelangi yang serba berwarna pink dan dipenuhi dengan gambar-gambar Hello Kitty.
Kamar Pelangi memang berbeda dengan kamar Cinta. Kamarnya itu penuh dengan sentuhan warna pink dan penuh dengan serba-serbi Hello Kitty. Mulai dari boneka yang paling kecil sekecil botol minuman, sampai boneka segede bagong pun ada di dalam kamarnya. Ada pula sofa, tempat tidur, meja rias, bahkan sampai lampu kamar dan wallpaper kamarnya pun penuh dengan gambar penuh Hello Kitty.
Belum lagi, dengan lemari super besar berbentuk Hello Kittynya itu memuat banyak sekali barang. Mulai dari pakaian, hingga tas-tas bermerek semuanya tertata dengan sangat rapih. Dari semua ukuran, bentuk dan warna tas yang ia koleksi sangat tertata dengan baik. Bahkan, rak sepatunya saja sudah terlihat begitu penuh.
Pelangi memang hobby sekali dengan yang namanya mengoleksi tas dan juga sepatu. Sepatu yang ia koleksi saja begitu banyak, mulai dari sepatu kets, high heels, wedges dan sepatu-sepatu yang sering digunakan para artis pun ia miliki.
“Tuh, ambil aja di meja. Gue lagi sibuk dandan,” jawab Pelangi yang masih sibuk dengan lipstiknya.
“Itu lisptik baru, Pe?” tanya si pria tinggi.
“Iya, Lang. Dikasih sama mamih oleh-oleh dari Singapore,” jawab Pelangi terlihat gembira.
Langit, dia adalah seorang pria tegap dengan tinggi badannya yang hampir mencapai angka 180 cm. Badannya juga terlihat sangat atletis. Dadanya yang bidang dan selalu berpenampilan rapih itu merupakan adik dari Cinta dan kakak dari Pelangi.
Jago bermain drum, senang memotret dan gemar menyiptakan lagu bersama kakaknya, Cinta. Langit juga hobby bermain basket, cuek banget sama yang namanya cewe, hobby mengoleksi kacamata dan juga topi.
Cinta, Langit dan Pelangi adalah 3 saudara kembar. Cinta adalah anak pertama, Langit anak kedua, sedangkan Pelangi adalah anak paling bontot alias si bungsu. Meski mereka kembar tiga, tetapi mereka mempunyai keunikan, kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Cinta yang tomboy sangat pintar di dalam hafalan, sedangkan Langit pintar di dalam hitungan dan Pelangi sendiri sangat ahli di dalam bahasa.
Dari warna favorit saja mereka sudah terlihat berbeda, Pelangi yang suka warna pink, Cinta yang suka warna merah dan Langit yang suka sekali warna biru.
Walau pun mereka kembar, mereka mempunyai sifat yang berbeda-beda. Mulai dari Pelangi yang penyabar, paling manja, paling ke kanak-kanakkan, mempunyai trauma masa lalu dengan kolam berenang, alergi udang dan juga alergi dingin.
Sedangkan Langit, dia senang sekali dengan yang namanya balapan mobil, cuek dan jutek banget sama yang namanya cewe, pria yang jujur, selalu menjadi penengah diantara Pelangi dan juga Cinta, takut dengan yang namanya kayu putih dan juga alergi kacang.
Sedangkan Cinta, takut sekali dengan yang namanya ulat, alergi makanan pedas, tidak suka yang namanya ketinggian dan phobia darah. Apalagi, Cinta phobia sekali dengan bangunan rumah sakit.
Itulah mereka bertiga. Meski mereka sering sekali bertengkar, sebenarnya mereka saling menyayangi, menghormati dan saling menjaga satu sama lainnya. Mereka mempunyai jiwa sosial yang tinggi, suka menolong orang lain, baik terhadap sesama dan tidak pernah membeda-bedakan.
Meski Pelangi kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi, Langit di jurusan Teknik Informatika dan Cinta di jurusan Hukum, mereka tetap satu kampus dan masih suka pergi bersama-sama. Walau terkadang, penyakit ributnya itu sering sekali kambuh.
Pelangi yang begitu dekat dengan orang yang lebih tua darinya, Cinta yang sangat menyukai anak kecil dan Langit yang paling mencintai binatang. Itu semua karena didikan kedua orang tua mereka.
Ayah mereka merupakan seorang arsitek. Sedangkan sang ibu merupakan dokter anak dan seorang penulis terkenal. Walau bisa dibilang kehidupan mereka di atas rata-rata. Namun, mereka tidak pernah sombong dan selalu saling memberi.
“Ko, mamih nggak ngasih oleh-oleh buat gue juga, sih? Mamih curang, nih. Mamih!” teriak Langit yang langsung turun ke lantai dasar dengan terburu-buru.
“Kenapa sama si Eel? Masih pagi pake acara teriak-teriak segala, berisik banget!” seru Cinta yang baru saja selesai berpakaian dan keluar dari kamarnya, sambil nyelonong masuk ke dalam kamar Pelangi.
“Cepet banget mandinya? Perasaan, elo baru aja masuk, kan?” tanya Pelangi dengan ekspresi wajahnya yang tampak begitu terkejut dan terheran-heran.
“Mukanye biasa aja dong lo, lagian ngapain juga mandi lama-lama? Elo mah, kamar mandi udah dijadiin kamar tidur kali, yee? Makanya, mandi bisa sampe berjam-jam,” celotehnya hingga membuat adiknya langsung membekap mulut kakaknya itu.
“Eh, si curut kenapa tadi?” tanya Cinta kembali seraya melepaskan pergelangan tangan adiknya dari mulutnya.
“Biasalah, dia iri sama gue karena mamih baru saja memberikan gue oleh-oleh dari Singapore,” jawab Pelangi sambil menyatok rambutnya kembali agar terlihat lebih lurus.
“Wah, mamih curang. Mamih ngasih oleh-oleh sama lo?” teriak Cinta menggelegar.
“Yes, so what?”
“Ko, gue sama Langit gak dikasih, sih? Ini gak adil. Emang dasar anak kesayangan nyokap. Mamih!” teriaknya kembali.
Cinta langsung bergegas turun ke lantai bawah dan segera menyusul Langit yang sudah terlebih dahulu pergi menemui kedua orang tuanya.
“Mamih!” teriak Cinta dan Langit bersamaan.
“Aduh, ada apa, sih? Pagi-pagi sudah membuat keributan! Ada apa?” tanya sang ibu yang masih memakai celemek bermotif bunga-bunga dan baru saja selesai memasak.
“Mamih gak adil! Masa Pelangi dikasih oleh-oleh, kita berdua gak!” seru Cinta dan Langit kembali bersamaan.
Sang ibu hanya tertawa kecil hingga membuat kedua anak kembarnya itu terlihat kebingungan.
“Kenapa mamih ketawa? Emangnya ada yang lucu?” tanya Langit manyun dan tampak kesal.
“Kalian ini lucu sekali. Masa hanya karena oleh-oleh saja, kalian sampai teriak-teriak seperti itu sama mamih?”
“Habisnya, masa kita gak dikasih oleh-oleh? Anak mamih kan bukan Pelangi aja, masih ada kita berdua, Mih!” sewot Cinta sambil meniup-niup poninya yang sudah menjadi kebiasaannya.
”Nih, kalian gak usah pada marah-marah lagi sama mamih. Papih bawain oleh-oleh juga buat kalian,” tutur sang ayah sambil membawakan bungkusan untuk kedua anaknya
“Asiik, topi baru! Buat Langit, Pih?” tanyanya seraya menerima sebuah topi baru dari papihnya.
Sang ayah mengangguk pelan dan tersenyum lebar begitu melihat anak laki-lakinya itu sangat menyukai topi pemberian darinya.
”Buat Cinta mana?” tanya Cinta manyun dan melirik sinis kepada ayahnya.
“Nih, papih bawain teman baru buat si Billy,” kata papihnya sambil memberikan seekor anjing kecil berwarna coklat tua kepada anak sulungnya.
“Asiik anjing baru, makasih banyak papih!” seru Cinta sambil memeluk papihnya dari samping.
Sang Ayah membalas pelukan anaknya itu dengan pelukan hangat seorang ayah dan dengan penuh kasih sayang.
“Mau dikasih nama apa nih anjing barunya?” tanya mamih.
“Hm, kasih nama Bobby aja gimana? Biar agak kerenan dikit gitu.”
Ayah dan ibu dari ketiga anak kembar itu hanya bisa tersenyum tipis dan mengangguk pelan pertanda setuju. Setelah menerima hadiah dari kedua orang tuanya, Cinta dan Langit langsung bergegas menuju kamar mereka masing-masing untuk bersiap-siap.
“Cara ampuh untuk membuat mereka bertiga tidak bertengkar,” bisik sang ayah sambil tertawa kecil begitu kedua anaknya pergi.
“Untung ada papih, coba kalau gak ada? Mamih bisa diserbu sama mereka berdua,” jawab sang istri yang membuat suaminya itu merangkul istrinya.
“Masak apa nih, Mih?”
“Cuma buat nasi goreng, roti panggang, sama soup daging sapi. Anak kita kan ada tiga, selera mereka juga beda-beda. Jadi, mamih harus membuat banyak menu,” ungkapnya, “oh iya, mamih juga sudah buatkan teh hangat buat papih.”
“Istri papih memang paling the best. Papih paling suka teh buatan mamih. Makasih ya, Sayang,” katanya sambil tersenyum lembut dan mencium pipi istrinya itu.
“Cieee . . . mamih sama papih so sweet banget pagi-pagi gini!” seru Langit dan Cinta yang tidak sengaja melihat kemesraan kedua orang tuanya dari lantai dua.
“Kalian ini, cepetan turun! Kita sarapan sama-sama,” tutur sang ibu yang tampak tersipu malu.
“Iya, bentar lagi,” jawab Cinta yang langsung masuk ke dalam kamarnya dan melanjutkan aktifitasnya.
Itulah aktifitas yang selalu terjadi di pagi hari di dalam rumah keluarga Cinta bersaudara. Penuh kehebohan, canda juga tawa. Keluarga yang selalu terlihat harmonis, rukun dan juga penuh kebahagiaan.
Seperti apakah suasana keluargamu di pagi hari?
Cinta langsung memasuki kamarnya dengan dinding kamarnya yang berwarna merah cerah. Kamarnya juga terlihat dipenuhi dengan big poster Lampard juga Marquez sang idola. Di dalam kamanya juga terlihat banyak sekali boneka berbentuk bola dan miniatur-miniatur motor yang menjadi koleksi andalannya.
Di dekat tempat tidurnya, terlihat ada sebuah rak yang dipenuhi dengan tumpukan komik-komik koleksinya. Salah satu komik favoritnya adalah detectiv Conan dan juga Naruto. Koleksi komiknya itu sudah tidak dapat dihitung lagi, alias banyak banget.
Lain halnya dengan Pelangi, rak bukunya dipenuhi dengan tumpukan novel-novel yang ia koleksi. Salah satu koleksi novel favoritnya adalah novel Harry Potter dan Twilight Saga.
Bahkan, koleksi dvd koreanya saja begitu banyak. Sambil mendengarkan lagu milik Bigbang, Pelangi bernyanyi dengan begitu keras hingga membuat Langit yang memang senang sekali dengan lagu-lagu bergenre rock dan metal seperti Likin Park, langsung memperbesar volume tapenya.
“Astaga, kalian berisik banget, deh! Bisa pada dikecilin gak sih volume musiknya? Gue pusing dengernya!” teriak Cinta sambil membuka pintu kamarnya dan berteriak ke arah kamar kedua adiknya.
Cinta yang kebetulan kamarnya berhadapan dengan Pelangi dan kamar Langit yang berada di tengah-tengah kamar mereka berdua, tampak terlihat kesal sekali. Melihat Pelangi dan Langit yang sama sekali tidak menggubris perkataannya, membuat Cinta langsung naik pitam dan begitu geram.
Cinta langsung membanting pintu kamarnya dan mulai memperbesar volume tapenya. Cinta yang memang senang sekali dengan lagu-lagu Jazz apalagi Michael Buble, langsung memperbesar volume tapenya dan mulai bernyanyi dengan suara keras.
Sementara Langit, ia tampak sedang memilih-milih topi yang ingin ia pakai hari ini. Kamar Langit ini memang serba berwarna biru, banyak sekali miniatur-miniatur mobil dan alat-alat elektronik di dalam kamarnya itu.
Meski pun Langit seorang pria, tetapi kamarnya itu memang terlihat lebih rapih dari pada kamar Cinta dan juga Pelangi. Karena Langit senang sekali yang namanya memotret, di dalam kamarnya juga terdapat sebuah ruangan khusus tempat untuk mencetak foto.
Bahkan, kamarnya saja sudah dipenuhi dengan foto-fotonya sendiri diberbagai sudut. Ada pula foto-fotonya bersama keluarganya dan juga saudara kembarnya. Belum lagi, koleksi kacamata dan topinya yang bejibun itu memenuhi kamarnya. Karena sejak tadi sibuk memilih topi, akhirnya ia memutuskan untuk memakai topi pemberian dari ayahnya tadi.
Setelah selesai merias diri, dengan membuka pintu kamar secara bersamaan, Langit, Cinta dan Pelangi turun ke lantai dasar dan segera menuju ruang makan untuk sarapan bersama dengan kedua orang tuanya.
“Kalian sedang membuat konser dadakan tadi?” sindir sang ayah yang membuat istri dan kedua pembantunya terkekeh.
Cinta, Langit dan Pelangi hanya tersenyum kecut dan mulai sibuk membawa piring mereka masing-masing, seraya memilih menu sarapan yang sudah dihidangkan di atas meja makan.
“Hari ini kalian pulang dari kampus jam berapa?” tanya papih sambil membaca koran.
“Langit soreanlah, soalnya ada latihan basket dulu di kampus.”
"Kalau Cinta sama kaya Langit sorean, soalnya ada jadwal latihan karate.”
“Kamu, Honey?” tanya mamih ke arah Pelangi yang sejak tadi sedang sibuk memakan makanannya.
“Me? Pelangi sih gak super sibuk kaya mereka berdua,” jawabnya dengan mulut penuh remahan roti dan selai coklat yang berlumuran di bawah bibirnya hingga membuat Langit membersihkan mulut adiknya itu dengan tangan kanannya.
“Ya sudah, pulangnya jangan terlalu malam. Harusnya, kalian itu sudah mulai mengurangi kegiatan-kegiatan kalian di kampus,” tutur papih pelan seraya melipat koran yang baru saja selesai dibacanya.
“Kenapa memangnya, Pih?” tanya Pelangi dengan mulut penuh makanan.
“Kalian itu seharusnya sudah cepat lulus, cepat kerja dan menikah. Biar papih sama mamih lepas dari tanggung jawab kami untuk membiayai kalian bertiga lagi.”
“Papih jahat, papih udah nggak mau ngurusin kita bertiga lagi, yah?” rengek Pelangi yang membuat Langit dan Cinta menjitak kepalanya secara bersamaan. “Tuh, lihat? Pelangi dianiaya mereka berdua nih, Pih.”
"Langi, Cinta?" seru sang ayah mengingatkan kedua anaknya untuk tidak mengganggu anak bungsunya.
“Dasar aduan!” cibir Langit dan Cinta bersamaan.
“Biarin, suka-suka gue!" balasnya tak mau kalah.
Melihat kedua tangan ayah mereka sudah mulai melipat, secara otomatis ketiga anaknya pun langsung terdiam.
“Listen, papih sama mamih bukannya tidak mau membiayai kalian bertiga lagi. But, papih and mamih wanted to see you guys work fast, kami juga ingin melihat kalian menghasilkan uang sendiri dan melihat kalian merasakan susahnya mencari uang.
“Papih dan mamih juga sekarang sudah tua, kami ingin melihat kalian bertiga menikah dan mempunyai anak sebelum kami meninggal nanti. Kami ingin menggendong seorang cucu,” katanya yang membuat ketiga anaknya itu menatap wajah ayahnya dengan begitu lekat.
Cinta yang duduk di samping ayahnya langsung menggenggam tangan ayahnya dengan lembut dan menatapnya dengan penuh kasih sayang.
“Papih jangan ngomong gitu, papih masih muda ko belum tua-tua banget. Papih pasti bisa menggendong cucu papih nanti.”
Sang ayah tersenyum kecil dan membalas menggenggam tangan anak kesayangannya itu dengan lembut sambil membelai-belai rambutnya penuh kasih sayang.
“Kalau begitu, kalian harus rajin belajar, cepat wisuda dan hasilkan uang yang banyak dengan jerih payah kalian sendiri. Deal ?”
“Deal !” seru Langit, Cinta dan Pelangi bersamaan.
Ketiga saudara kembar itu menganggukkan kepala mereka bersamaan sembari memberikan hormat, hingga membuat papihnya tersenyum riang.
“Jangan keluyuran malam lagi, especially you Cinta.”
“Why, Pih?” tanya Cinta penasaran.
“Because you’re a woman, tidak baik seorang perempuan pulang malam. Apalagi sampai balapan motor segala. Belajar menjadi perempuan yang baiklah, contoh adikmu Pelangi,” nasehat ayahnya sampai membuat
Langit dan juga Pelangi cekikikan hingga membuat Cinta langsung melotot tajam ke arah saudara-saudaranya itu.
“Yes, sir,” jawab Cinta manyun.
“You are the same, Lang,” ujar mamih tiba-tiba.
“Loh, what wrong with me, Mih?” tanyanya tampak terkejut.
“Meski kamu seorang pria, kamu juga harus mengurangi balapan mobilmu itu. Belajar jadi pria yang bisa diandalkan, kamu kan satu-satunya anak laki-laki mamih dan juga papih. Jadi, kamu harus bisa menjaga Cinta dan juga Pelangi,” nasehat sang ibu yang diberi anggukan suaminya.
“Kalau Pelangi masih bisa Langit jagain, Mih.Nah, kalau Cinta buat apa? Dia bisa jaga dirinya sendiri. Cinta kan jago karate,” jawabnya pelan hingga membuat Pelangi menatap sinis kakak laki-lakinya itu.
“Iyalah, gue kan cewe strong dan bisa diandalkan. Nggak kaya Pelangi, manja dan childish,” ejeknya terlihat puas sambil menjulurkan lidahnya ke arah adik perempuannya.
“Aishh, what wrong with me?Ich bin eine großartige und talentierte Frau!” (Saya seorang wanita yang hebat dan berbakat)
“Hebat? Hebat kalau bagian bawelnya sih iya!” timpal Cinta tak mau kalah.
“Aishh, rese banget sih lo!” teriaknya kesal.
“Sudah-sudah, jangan ribut!” lerai sang ibu yang melihat ke dua anaknya malah jadi berdebat dan saling beradu mulut.
“Kalian berdua ngomong apa, sih? Gue nggak ngerti!” tutur Langit yang tampak bingung sambil memasang ekspresi wajah tablonya.
“Makanya belajar bahasa Jerman. Waktu Sma dulu, ke mana aja lo? Jangan-jangan, elo tidur ya waktu pelajaran bahasa Jermannya bu Emma?” sindir Cinta hingga membuat Pelangi dan kedua orang tuanya terkekeh mendengarnya.
Langit tersenyum menyeringai dan kembali memakan makanannya dengan ekspresi wajah sinisnya.
“Bisa bahasa Jerman doang bangga!” katanya menyindir.
“Heh, gue nggak cuma bisa bahasa Jerman aja, yah? Gue juga bisa bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Sunda dan juga Jawa,” katanya menjawab.
“Terserah lo!” seru Langit sambil menjulurkan lidahnya ke arah Cinta.
Setelah selesai sarapan pagi bersama, Langit, Cinta dan Pelangi langsung berpamitan kepada kedua orang tua mereka. Sambil mencium telapak tangan kedua orang tuanya, seperti biasa sang ibu akan mencium kening anak-anaknya satu-persatu.
Sedangkan sang ayah, akan selalu memeluk mereka erat dan memegang kepala anak-anaknya itu dengan penuh kasih sayang. Dan, ritual setiap mereka akan pergi itulah yang selalu menjadi hal yang paling indah mereka jalani selama 21 tahun terakhir ini. Dan, sebagai anak yang baik dan juga berbakti, Cinta, Pelangi dan juga Langit sering sekali mencium pipi ibunda mereka sebagai tanda kasih sayangnya.
“Bye, Mih, Pih,” pamit Cinta, Langit dan juga Pelangi bersamaan.
“Hati-hati di jalan,” tutur papih.
“Jangan kebut-kebuttan di jalan ya, Honey,” nasehat mamihnya sambil melambaikan tangannya.
Ketiga anaknya langsung memberikan dua jempolnya dan segera menuju halaman depan rumah mereka.
“Pak Erwin, mobilnya udah siap?” tanya Langit kepada satpam di rumahnya begitu ia sudah berada di halaman depan rumahnya bersama kedua saudara kembarnya yang lain.
“Sudah siap mas Langit, tinggal siap pakai saja,” jawabnya dengan logat Jawanya yang kental.
“Oke kalau begitu. Makasih, Pak.”
Hari ini, Pelangi, Cinta dan juga Langit pergi bersama dengan menggunakan mobil Jeep yang baru saja dibelikan ayah mereka untuk ketiga anaknya. Hari ini adalah hari di mana bagian Langit untuk mengemudikan mobil karena Langit dan juga Cinta tidak akan sedikit pun membiarkan Pelangi mengemudikan mobilnya.
Alasannya adalah karena Pelangi itu belum lancar menyetir. Suatu hari, saat giliran Pelangi membawa mobil, ia harus berurusan dengan tukang becak karena sudah menabraknya.
Akibat perbuatannya itu, Langit dan Cinta yang harus turun tangan sendiri dan mengganti kerusakan biaya becak tersebut, hingga kedua orang tua mereka pun marah besar dan tidak mengizinkan mereka untuk membawa mobil ke kampus selama 1 bulan.
Maka dari itu, Pelangi tidak akan dibiarkan untuk menyetir mobil sendirian sebelum ia lancar mengemudikan mobilnya. Karena ini semua juga demi keselamatan mereka bersama.
“Ta,” panggil Langit pelan saat ia sedang menyetir.
“Hm?” sahut Cinta yang sedang sibuk membaca komik Naruto.
“Lihat kelakuan adek lo tuh di belakang,” katanya pelan hingga membuat Cinta langsung menengok ke arah belakang mobil.
Saat Cinta menoleh ke arah belakang, Cinta hanya bisa menatap sinis ke arah Pelangi yang sejak tadi sibuk bedakan dan terus menyisir rambutnya. Padahal, bisa dikatakan rambut Pelangi itu sudah yang paling rapih, tapi tetap saja sisiran terus hingga membuat Cinta geleng-geleng kepala dan membuat Langit tertawa lebar.
“Norak lo, mau sampai kapan sisiran terus? Rambut udah rapih gitu juga. Sisiran aja terus sampai botak!” sindir Cinta yang memang selalu nyinyir macam netizen di sosial media.
“Yee, suka-suka gue, dong. Kenapa elo yang sewot?”
“Udah, biarin aja. Suka-suka dia ajalah mau gimana juga. Yang penting gak alay aja,” kata Langit cengengesan.
“What were you saying?” teriak Pelangi dengan suara cemprengnya.
“Nggak,” jawab Langit pendek hingga membuat Cinta tertawa ngakak.
"Gue mencium aroma kebusukan diantara kalian."
"Apa sih lo, Pe. Alay deh lo!" seru Cinta yang kembali berkutat dengan komiknya.
"Ini dia, kandidat number one yang paling busuk diantara kalian berdua," tutur Pelangi sinis sambil menunjuk Cinta dengan sisirnya dan menatap tajam kedua saudaranya itu silih berganti.
"Berisik lo!" seru Cinta kembali.
Setiap hari, Pelangi memang sering kena bully kedua kakaknya itu. Karena sudah malas meladeni kedua kakaknya, ia hanya bisa membalasnya dengan senyuman sinisnya seraya menyisir kembali rambutnya.
“Eh, bentar lagi kan hari pernikahan mamih sama papih yang ke 25, mau buat surprise apa, nih?” tanya Cinta yang membuat Pelangi dan juga Langit berfikir sejenak.
Pelangi yang sejak tadi sibuk berdandan, langsung menutup cerminnya dan terlihat sedang menimbang-nimbang sesuatu.
“Gue coba buat lukisan aja gimana?” sarannya.
“Lukisan? Lukisan apa?” tanya Langit penasaran.
“Lukisan mamih sama papih saat mereka pertama kali ketemu. Gue kaya buat love story gitu, seperti buat komiklah. So, gue buat lukisan dari awal mereka ketemu, pacaran, married and now.”
“Briliant, gue setuju!” seru Langit yang sangat menyetujui ide dari adiknya itu.
Cinta juga tampak setuju dengan ide dari adiknya itu. Sambil manggut-manggut, ia langsung memberikan dua jempolnya untuk Pelangi.
“Kalau gitu, gue coba mengumpulkan foto-foto mamih sama papih dari jaman dulu aja. Gue coba buat stop motion dan membuat film dokumenter tentang mereka,” ujar Langit yang diberi anggukan Cinta dan juga Pelangi.
“Nah, kalau gue, gue mau mencoba membuat lagu atau nggak coba aransemen lagu favorit mamih sama papih aja gimana?” tanya Cinta meminta persetujuan adik-adiknya.
“Setuju!” seru Langit dan Pelangi tampak bersemangat.
"Pokoknya, annive sekarang harus keren dan berbeda dari biasanya," ujar Cinta tampak menggebu-gebu.
"So, pasti, dong. Pokoknya, annive mamih sama papih kali ini harus TOP banget. Pe, nanti hunting ke toko buku bareng, yah? Elo mau ke toko buku, kan? Ada yang mau gue beli, nih."
"Sipp."
Setelah sampai di kampus, Langit segera memparkirkan mobilnya. Namun, baru saja Pelangi keluar dari mobil, ia langsung tersenyum lebar saat melihat si ketua BEM yang terkenal ganteng dan killer smiley nya itu, baru saja muncul di hadapannya dan berjalan menuju gedung Fakultas Hukum.
“Oh My God, Awan ganteng banget, sih!” seru Pelangi yang memang sejak dulu menyukai seorang pria bernama Awan Mahendra Yudistira.
Langit dan Cinta melirik sinis ke arah Pelangi. Bahkan, sampai Awan yang sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya pun, Pelangi masih tetap saja memandang ke arah Awan pergi dengan tatapan matanya yang terlihat sangat menggilai pria tersebut.
Pelangi sering kali mengatakan kepada saudara kembarnya itu kalau Awan itu mirip sekali dengan aktor Korea favoritnya.
“Sadarlah, Nak. Semoga Tuhan mengampuni dosamu yang begitu banyak ini,” tutur Cinta sambil memegang kepala Pelangi dengan ekspresi datarnya hingga membuat Langit terkekeh melihatnya.
“Cikur!” teriak Pelangi dengan suaranya yang melengking hingga membuat Cinta juga Langit langsung menutup telinga mereka rapat-rapat, karena suaranya yang menggelegar itu membuat beberapa orang yang melewat juga ikut menutup telinga mereka.
“Pelangi, berisik!” teriak Cinta yang kembali meneriaki adiknya.
“Verry annoying!” teriak Pelangi yang kemudian pergi sambil menjitak kepala kedua kakaknya.
“Hey, kenapa gue juga kena?” teriak Langit kesal.
Pelangi membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya ke arah Cinta dan juga Langit.
“Childish banget sih tuh bocah tengil!” seru Langit dan juga Cinta bersamaan.
“Adek lo itu, Lang.”
“Adek lo juga itu, Ta.”
“Mendadak, gue jadi nggak mau menganggapnya sebagai adek gue deh, Lang.”
“Sama, gue juga. Tapi, mau gimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur.”
“Rasanya, gue jadi pengen operasi plastik, deh!” ujar Cinta tiba-tiba yang membuat Langit langsung terkekeh begitu mendengarnya.
“Untungnya gue cowo. Jadi, nggak terlalu miriplah kita."
"Enak banget sih lo. Nasib gue emang buruk punya saudara kembar macam itu cewe mercon."
"Gitu-gitu juga dia adik lo, Ta. Terima ajalah kalau dia itu saudara lo. "
"Iya, sih. Ya udahlah ya, terima nasib aja gue."
"Hahaha, sabar ya, Nak. Ya udah, gue ke kelas duluan,” pamit Langit kemudian pergi sambil menepuk-nepuk bahu kakaknya.
“Oke, sampai ketemu nanti sore, Lang!"
“Kalau handphone gue susah dihubungi langsung ke lapangan basket aja, yah!” teriak Langit.
“Oke!”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!