Bab 1
Namaku Larasati, berusia 19 tahun. Bekerja di swalayan dekat dengan rumah yang berjarak sekitar 30 menit bila pakai kendaraan. mempunyai teman, sahabat satu-satunya bernama Tari.
Mungkin sahabatnya Lebih beruntung, Tari hidup dari keluarga yang berkecukupan, orang tuanya mempunyai toko sembako terletak di pintu jalan raya.
Ditengah himpitan ekonomi Laras mengabdikan hidupnya bekerja dan bekerja untuk meringankan beban orang tua.
Laras Mempunyai adik dua yang masih duduk di bangku sekolah, tahun ini ajaran baru, kedua adik Laras masuk SMAdan SMP.
Sedangkan Bapaknya sakit-sakitan butuh pengobatan lebih lanjut, tiap bulan bolak-balik kontrol ke rumah sakit itu kalau ada uang.
Untuk makan sehari-hari saja sudah bersyukur. Ibunya menerima pesanan jahitan baju dirumah untuk uang tambahan.
Satu bulan lalu Bapak di vonis dokter harus cepat-cepat operasi karena penyakit sudah tingkat menghawatirkan.
"Berapakah biayanya, dok?" tanya Laras meremas kedua tangannya dengan gugup.
"Sekitar 250juta Mb!" Jawab dokternya.
"Baik dokter! akan saya usahakan." Ujar Laras menatapnya dengan intens.
tolong selamatkan Bapak Laras dok, berapapun biayanya akan aku usahakan, Laras akan cari uang secepatnya dokter.
Laras berjalan tak tau arah, memikirkan biaya buat operasi saja sudah membuatnya pusing, dan tidak nafsu makan.
"Darimana aku dapat uang sebanyak itu!" guman Laras kepada dirinya sendiri.
"Sedangkan gajiku, untuk kebutuhan sehari-hari kadang nggak cukup." guman Laras.
"Harus gimana, mencari uang dengan Waktu satu minggu?" Ujar Laras lirih dengan bibir komat-kamit.
Brukkkk!!!!!!!......
****** Laras!.....
Laras bmenabrak mobil di depannya, Laras sudah siap bangun dari sepedanya, untuk cepat-cepat lari, takut yang punya mobil marah dan harus ganti rugi.
Laras siap-siap untuk mengambil sepedanya yang jatuh, dan mengayuh sepedanya, tiba-tiba pintu mobil terbuka.
"Hai, nona mau kabur hah?" tanya orang yang mobilnya di tabrak Laras
"Tanggung jawab nona!" Ujar yang punya mobil.
"Liat ini mobil kesayangaku penyok, gara-gara kamu gadis ceroboh!" Ujarnya dengan sedikit emosi menahan amarahnya.
"Ganti rugi!"
"Mana aku punya uang?"
"Saya tidak mau tahu! cepat mana!"
"Gawat ini, Harus cepat-cepat kabur!"
Laras membalikkan sepedanya, dan langsung mengayuh sepedanya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Selamet-selamet bisa ngebut juga,
"Laras gitu lho."
Untung tidak di kejar, sambil ngos-ngosan, menyeka keringat, Laras ambil minum di keranjang sepedanya, ngadem dulu dibawah pohon di taman kota.
Segarnya udara siang ini walau cuacanya panas, bagi Laras dia sudah sangat bersyukur bisa makan dan punya tempat tinggal yang layak.
Di taman kota suasananya sangat sepi, yang biasanya ramai di penuhi anak kecil sekedar untuk bermain di taman, Laras menerawang ke atas, tiba-tiba bulir air mata jatuh, ya Laras memikirkan biaya operasi Bapaknya yang tidak sedikit.
Satu minggu setelah kejadian itu, Laras seperti hari-hari biasanya bekerja mengumpulkan uang untuk pengobatan Bapaknya, yang biaya cukup besar, gaji Laras pun tak cukup walau harus mengangsur selama bertahun-tahun.
Akhirnya Laras menceritakan beban pikiran ke pada sahabatnya Tari, tentang masalah operasi Bapaknya dan biaya yang di butuhkan, sebenarnya Tari mau membantu dengan meminjam uang ke orang tua tapi Laras menceganya dengan alasan mau berusaha sendiri karena sudah banyak merepotkan Tari dan keluarganya.
Swalayan sore hari terlihat ramai, karena hari ini bertepatan tanggal muda.
"Sudah Mas, aku hitung."
"Totalnya dua juta Mas!"
"Ini belanjaannya, Mas! terim kasih atas kunjunganya." Ujar Laras.
Laras mengangkat wajahnya untuk melihat seseorang yang di tanya cuma diam saja.
"Kamu!"
"Kamu!"
sama-sama saling melempar jari telunjuk, dan saling memandang dengan aroma permusuhan.
"Maaf Mas yang kemarin."
"Tidak menerima maaf, tanggung jawab!"
"Aku tidak punya uang, untuk memperbaiki mobilnya."
tolong ya Mas jangan mempersulit keadaan, apapun akan aku lakukan yang penting jangan uang karena aku nggak punya uang lebih.
Bertebaran selebaran seorang CEO muda tampan, mapan, ganteng sedang mencari istri kontrak untuk di jadikan istri kedua. Dengan syarat
1.Masih Muda
2.Mandiri
3.Cantik, Menarik
Dengan imbalan 1M
Pulang dari toko kedua orang tuanya, Tari mengambil selebaran berceceran di jalan-jalan, Tari membaca dengan hikmat seperti memenangkan undian berhadiah
"Apa Aku ambil ya?" Tari berbicara dengan dirinya sendiri.
Siapa tau Laras mau, uangnya lumayan untuk pengobatan Bapaknya. sebenarnya Tari mau membantu lagi-lagi Laras nggak mau merepotkan temannya terus.
Keesokan paginya Aku bertemu Laras, Aku dan Laras bekerja di tempat yang sama Laras sebagai kasir sedangkan Tari pramuniaga. sebelum swalayan buka pagi yang biasa Aku dan Laras membersihkan dulu.
Jam 09.00 Swalayan mulai buka, mungkin karena masih pagi tidak ada pekerjaan yang berat, Aku dan Laras sesekali mengobrol, bercerita libur kemarin kemana saja.
Tiba-tiba Tari keceplosan bicara Tentang Ceo yang mencari istri untuk dijadikan yang kedua hadiahnya lumayan banget ras, 1M.
Uupss gila banget ya, mau cari istri aja pakai pasang iklan, pasti CEO nya jelek, gendut, berbadan besar ucap Laras kepada Tari Haha tawa mereka pecah.
Ketawanya Jangan keras-keras nanti ada yang dengar kalau kita lagi ghibah Tar. Awww sakit ras, rasain di bilangin suruh pelan-pelan malah tertawa, ampun ras cubitanmu bikin perutku sakit.
Waktunya istirahat
"Tar kamu bawa bekal nggak?"
'Tadi aku bangun kesiangan ras, jadi nggak sempat".
"Ini Aku bawa, kita makan berdua."
"Hitung-hitung biar hemat, tanggal tua Tar."
hahaaa bener kata kamu ras, gajian masih lama ini mereka makan dengan hikmat sesekali di selingi candaan.
Jam istirahat usai, mereka kembali bekerja sore harinya swalayan terlihat ramai, Aku dan Tari sampai kuawalahan, melayani pembeli datang dan pergi.
Alhamdulillah hari ini ramai Tar, semoga bulan depan pas gajian kita dapat bonus ya Tar, lumayan buat tambahan berobat Bapak Tar. mereka berpelukan sambil meneteskan air mata.
Jam pulang tiba, Aku menebang motor tari jadinya kita pulang bersama karena hari ini Aku tidak bawa sepeda. sepedaku bannya sobek belum bisa diperbaiki gara-gara Aku menabrak mobil tuan sombong itu.
Terimakasih Tari, kamu teman, sahabat terbaikku, yang mau mengerti kamu kondisiku.
"Mau mampir dulu apa langsung pulang Tar?"
"Aku langsung pulang saja ya ras? udah malam, takut di cariin."
"Salam untuk Bapak dan ibu, bilang tidak mampir, kapan-kapan ntar Aku main deh."
"Iya nanti Aku sampaikan Tar."
"Take care Tari, jangan ngebut-ngebut ya ."
"Assalamu'alaikum pak,bu Laras pulang."
"Walaikumsalam ras."
"Adik-adik mana Bu?, kok sepi.
"Tadi pulang di anterin siapa ras?"
"Tari Bu, lho kok nggak kamu ajak mampir, Ibu kangen ma dia, udah lama ya ras, tari nggak main ke rumah ini.
"Kabarnya Bapak hari ini gimana Bu? sakitnya masih sering kambuh gak Bu?.
Alhamdulillah gajian Tar, dapat bonus juga, duhh bahagianya bisa beliin buku adik-adik pasti mereka berdua seneng. pulang kerja temani Aku ya Tar ke toko buku Gramedia ntar Aku traktir makan steak kesukaanmu kamu deh.
"Mau ya , temani aku?"
"Iya-iya ras!" aku temani
sekalian Aku ingin beli beras dan sembako untuk kebutuhan sehari-hari tar
Author kembali lagi kritik dan sarannya . dong , biar tambah semangat hehehe.
alam dari Author, semua sehat selalu..
Capeknya Tar seharian keliling toko buku Gramedia, lanjut belanja bikin kaki Aku pegal-pegal Tar tapi capek ini hilang melihat senyum kedua Adik-adikku, bahagianya bikin mereka bisa tersenyum bahagia.
Pagi-pagi sekali Laras harus segera bangun, mandi, sholat karena takut kesiangan, hari ini shift pagi dengan Tari.
"Ras sarapan dulu, tadi Ibu masak Nasi uduk? kesukaan kamu dan Adik-adikmu.
"Minta tolong Bu?, dibuat bekal saja nanti Aku makan ma Tari Bu.
kebetulan pagi ini Aku satu shift Bu.
"Laras berangkat Bu!" ucap Laras berteriak.
Pagi ini Laras mengayuh sepedanya ke tempat kerja sambil bersenandung ria menyanyikan lagu "Ada cerita" yang dipopulerkan oleh Lesty kejora
"Hapus air mata yang mengalir di wajahmu
"Tak perlu kau bersedih
"Cinta tak mungkin bisa tuk melebur menjadi satu
"Karna kita berdua berbeda
"Jangan tanyakan mengapa
"Aku pun tak ada jawabnya
"Usah kau tangisi lagi
"Biarlah berlalu
"Dalam hatiku tak akan mungkin hilang
"Meski dirimu tak lagi bersamaku
"Ada cerita di kehidupan nanti
"Kita bertemu
"Kak kupastikan kita bersatu
"Semua kisah diantara kita
"Kan ku jaga seumur hidupku
"Dalam hatiku tak akan mungkin hilang
"Meski dirimu tak lagi bersamaku
Anjay suaramu bagus ras, cocok jadi penyanyi , maksud lho penyanyi kamar mandi tar Hahahaha Ucap Laras dengan tertawa.
"Gimana kabarnya Bapakmu ras?"
"Udah sembuh kan!"
tiba-tiba Laras terlihat murung bila mengingat penyakit Bapaknya, matanya sudah berkaca-kaca, yang siap untuk menangis mencoba mendongak keatas untuk menghalau air mata supaya tidak jatuh.
Pusing Aku tar memikirkan biaya operasi yang begitu banyak
"Kemana Aku harus mencari tar?" pinjaman uang sedangkan gajiku tidak cukup mencicilnya tiap bulan hutang-hutang sebelumnya.
Kamu ngomong apa ras, kita itu berteman, pasti Aku siap membantumu, mendengarkan keluh kesahmu
"Apa Aku ikut seleksi itu ya tar?" bisikan Laras
"Uangnya lumayan buat pengobatan Bapak"
"Mumpung masih ada waktu satu minggu tar"
"Menurutmu gimana tar?"
Hmmm terserah Laras aja, kalau aku katakan tidak boleh? Aku juga tidak bisa membantumu dengan uang segitu. yang terbaik buat kamu dan keluarga, pikirkan baik-baik dulu ya, tari cuma bisa mendukungmu dan mendoakan kamu jika itu yang terbaik.
Setelah berfikir satu minggu, hari ini keputusan Laras, akhirnya ini yang terbaik mundurpun percuma Bapak harus segera di operasi.
Tepat hari ini Laras mengisi formulir pendaftaran kandidat istri kontrak 1M, Aku harus sedikit dandan biar tidak pucat, di depan cermin Laras memoles wajah nya dengan bedak sangat tipis, memakai lipbalm biar tidak pucat.
Tiga hari kemudian Laras di panggil untuk interview ke jl. mangga lantai 17 ketemu dengan HRD Bapak Budi, perusahaan pelangi group yang terbesar di ibu kota.
Memasuki gedung perusahaan, tepatnya di lobby utama, Laras bertanya kebagian resepsionis
"Permisi Mbk, Lantai 17 dimana?"
"Maaf Mbknya mau bertemu dengan siapa?
"Sudah buat janji belum?
"Hmm pak Budi, Mbk!" bagian HRD katanya
"Mau Interview Mbk.'
"Iya", jawab Laras dengan gugup
gedungnya di lantai atas, mari saya antar mbk ke tempatnya pak Budi. kebetulan saya mau ke sana di sela perjalanan ke lantai 17 kami sedikit berbincang-bincang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!