NovelToon NovelToon

BoruSara:Bisakah Kita Terus Bersama?

Chapter 1.Rahasia?

Malam Yang Kelam
Hujan deras mengguyur tanpa henti,Memantulkan cahaya redup dari lampu yang hampir padam.Di tengah kesunyian Desa/Kota yang telah kehilangan arti,seseorang berdiri sendirian.Sosok itu tidak bergerak,hanya menatap lurus ke depan,seolah menatantikan sesuatu--atau meratapi sesuatu. Pakaian nya basah kuyup,Rambutnya jatuh menutupi sebagian wajah yang samar terlihat di kegelapan.Namun satu hal jelas--mata orang itu menyimpan dendam dan penyesalan.
Tangan berlumuran darah itu mengencang,menggenggam sesuatu di tanah."Tubuh seseorang".Tidak ada lagi kehidupan dalam genggaman itu
???
???
(Suara pelan,hampir tenggelam dalam suara hujan)"pada akhirnya. . . akan seperti ini"
Ia menunduk,rahangnya mengeras."Dunia yang ia kenal sudah hancur".Semua yang ia miliki telah di renggut--Keluarganya,teman- temannya,dan bahkan harapan terakhirnya. Angin dingin menembus,membawa sisa-sisa kehancuran.Sosok itu menarik napas panjang,menatap langit malam yang tidak memberikan jawaban.
???
???
(Suara dingin,penuh tekad)"Aku akan mengubah semuanya,aku harus kembali."
Suara hujan semakin keras,menenggelamkan semua perasaan yang tersisa.
#Beberapa tahun sebelum kejadian itu.
Suasana rumah Uzumaki masih hangat, penuh dengan keakraban dan kekacauan kecil setiap pagi. Matahari mulai naik, tapi ada satu orang yang masih bersembunyi di balik selimutnya, menikmati tidurnya tanpa beban. Di luar kamar, seorang gadis kecil dengan rambut biru panjang berdiri dengan wajah kesal. Ia menyilangkan tangan di depan dada, mengetuk pintu dengan nada tidak sabar.
Uz.Himawari
Uz.Himawari
"Abang! Bangun woy! Udah siang, mau ditinggal?"
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Menggumam malas)"Hmm..lima menit lagi..".
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Menghela nafas panjang)"Yaampun...tiap hari kayak gini terus.."
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Melirik ke ruang makan,dimana ibunya sedang sibuk menyajikan sarapan)
Uz.Himawari
Uz.Himawari
"Bu,ini udah kelewatan.Aku boleh pakai jurus?"
Uz.Hinata
Uz.Hinata
(Senyum lembut,tapi aura mengancam.)"Terserah asalkan dia bangun."
Mata Himawari langsung berbinar,Dengan senyum jahat ia mengucapkan--.
Uz.Himawari
Uz.Himawari
"Byakugan aktif."
Aura tajam nya memenuhi ruangan,membuat hawa di sekitar pintu kamar Boruto berubah drastis.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Membelalak kaget)
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Merinding tubuhnya lansung Kaku)"Himawari... kita bisa ngobrol baik-baik kan?"
Uz.Himawari
Uz.Himawari
"Udah telat,Bang.TERLA-MBAT!."
Tanpa ragu,ia langsung menjewer Boruto tanpa ampun.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
"AMPUN! AMPUN! HIMAWARIIIII!"(Me-nggelepar,berusaha melepaskan diri.)
Di balik pintu,Kawaki bersandar dengan ekspresi santai, menikmati kekacauan pagi yang sudah menjadi rutinitas.
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(menyeringai)"Seru banget ya?Aku nggak pernah bosan lihat ini."
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Melotot,masih dalam posisi terjewer)"Kawaki! KAU NGGAK MAU BANTU AKU?!"
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(mengangkat bahu santai)
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
"Bantu?buat apa?"
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
"Kau pantas dapatkan ini,dasar pemalas."
Himawari akhirnya melepaskan cengkeraman dengan senyum puas.
Uz.Himawari
Uz.Himawari
"Ayo sarapan dulu sebelum berangkat."
Di meja makan, Naruto sudah duduk dengan koran terbuka di tangan, menyeruput teh dengan santai. Hinata sibuk menyiapkan makanan, sementara Himawari sudah siap dengan piringnya. Kawaki duduk dengan tangan bersilang, menikmati roti panggangnya tanpa banyak bicara.
Lalu-
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(*BRAK!)
Boruto muncul dengan rambut berantakan, wajah masih setengah ngantuk, dan ekspresi seperti orang habis kena serangan mendadak.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Menggerutu, duduk dengan malas)"Pagi-pagi udah pake kekerasan…"
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Menyilangkan tangan, tersenyum puas)"Bang, kalau nggak dijewer, abang nggak bakal bangun."
Uz.Naruto
Uz.Naruto
(Menyeringai, melirik sebentar) "Itu memang benar, sih."
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Melotot)"Ayah! Jangan ikut-ikutan!"
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Mengunyah roti dengan santai) "Aku nggak ngerti kenapa kau nggak pernah belajar dari pengalaman."
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Menatap kesal)"Diam kau, kawatod."
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Menghela napas)"Bang, udah lah, makan aja. Jangan ngeluh terus."
Boruto akhirnya menyerah dan mulai menyendok makanan. Tetapi saat ia membuka mulutnya untuk suapan pertama—Kawaki tiba-tiba menarik piringnya ke samping.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Terkejut, melotot)"OI! APA-APAAN?!"
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Memeriksa lauknya dengan ekspresi mengejek)"Aku cuma mau pastiin ini bukan racun."
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Menggebrak meja)"KAU NGGAK LIAT AKU LAPAR?!"
Naruto tertawa kecil di balik korannya, sementara Hinata hanya tersenyum lembut melihat anak-anaknya beradu mulut dengan gaya mereka masing-masing.
Uz.Hinata
Uz.Hinata
(Dengan suara tenang)"Boruto, kalau kau tidak segera makan, nanti aku yang mengambil piringmu."
Mendengar itu, Boruto langsung duduk tegak dan makan dengan lahap.
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Menyeringai)"Satu-satunya orang yang bisa bikin abang tunduk ya cuma ibu."
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Mengangguk setuju)"Dan kau. Tapi hanya kalau kau pakai Byakugan."
Gelak tawa memenuhi meja makan. Pagi seperti ini adalah hal yang biasa di keluarga Uzumaki—hangat, kacau, tapi penuh kebersamaan.
--
--
--
Sarapan masih berlangsung seperti biasa—tawa, candaan, dan sedikit kekacauan yang selalu terjadi setiap pagi di rumah Uzumaki. Boruto akhirnya makan dengan lahap setelah "teror pagi" dari Himawari, sementara Kawaki duduk santai menikmati makanannya tanpa banyak bicara.
Namun, di tengah kehangatan itu, Naruto perlahan meletakkan korannya. Tatapannya mengarah ke Hinata, dan tanpa kata-kata pun Hinata sudah tahu bahwa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.
Uz.Naruto
Uz.Naruto
(Suara pelan, tetapi penuh makna)"Hinata… pernah terpikir bagaimana anak-anak kita nanti saat mereka masuk SMP?"
Hinata berhenti menyajikan makanan sejenak. Boruto, Himawari, dan Kawaki yang tadinya sibuk makan ikut melirik, merasa pembicaraan ini sedikit berbeda dari biasanya.
Uz.Hinata
Uz.Hinata
(Dengan tenang)"Tentu saja. Mereka sudah tumbuh dengan baik, Naruto. Aku yakin mereka bisa menghadapi dunia luar."
Naruto mengangguk, tetapi sorot matanya terlihat lebih dalam. Seolah ada sesuatu yang ia tahu—sesuatu yang belum bisa dikatakan.
Uz.Naruto
Uz.Naruto
(Suaranya agak berat)"Aku... nggak yakin mereka akan siap."
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Berhenti mengunyah)"Hah? Siap buat apa? Kita cuma masuk SMP kan? Apa yang begitu menakutkan?"
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Mengernyit)"Ayah ngomongnya kayak ada sesuatu yang besar…"
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Menatap Naruto tajam)"Ayah bicara seperti tahu sesuatu yang kami tidak tahu."
Naruto hanya tersenyum kecil. Senyum yang tidak menjawab, tetapi juga tidak menyembunyikan.
Uz.Hinata
Uz.Hinata
(Menatap Naruto lebih dalam) "Naruto…"
Naruto menatap sekilas ke arah Hinata—dan dalam sekejap, Hinata mengerti apa yang Naruto maksudkan.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Menatap ibunya)"Ibu juga tahu sesuatu, ya?"
Hinata tersenyum, tetapi sedikit lebih lama dari biasanya. Senyum yang menyimpan sesuatu.
Uz.Naruto
Uz.Naruto
(Dengan suara tenang, tetapi terasa dalam)"Kalian akan tahu ketika sudah ada di titik itu."
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Menghela napas, mulai jengkel) "Kalau ayah udah ngomong gitu, berarti ini nggak bakal simpel."
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Berkata pelan)"Kenapa rasanya kayak ini lebih besar dari yang kita kira?"
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Mata menyipit, seolah mencoba membaca lebih dalam)"Apa ini sesuatu yang sudah diputuskan?"
Naruto hanya menatap Hinata sebentar—dan dalam diam, Hinata tahu ini adalah sesuatu yang sudah "disepakati".
Namun tak ada jawaban langsung. Naruto hanya tertawa kecil, mengambil kembali korannya dan menyeruput teh, seolah pembicaraan ini tidak pernah terjadi.
Uz.Naruto
Uz.Naruto
"Sudahlah. Nikmati saja hari ini."
Tetapi kata-kata itu tertinggal dalam benak mereka. Apa yang sebenarnya disembunyikan? Kenapa rasanya seperti ini bukan sekadar masalah sekolah?
Tak ada yang tahu bahwa Naruto dan Hinata sedang membahas sesuatu yang jauh lebih besar.
Boruto merasakan ada yang tidak beres, tetapi ia tidak tahu harus bertanya apa. Ia belum tahu bahwa suatu hari nanti, kata-kata ini akan berubah menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar teka-teki.
--
--
--
Setelah sarapan, Boruto berdiri dari kursinya dengan malas, masih merasa kesal karena percakapan tadi membuatnya berpikir terlalu keras pagi-pagi begini.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Menghela napas)"Bikin pusing aja. Oke, aku mandi dulu."
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Menyeringai)"Jangan kelamaan, Bang! Kalau telat, aku nggak bakal nunggu."
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Menyilangkan tangan, bersandar di dinding)"Ya, lebih baik kau jangan tidur lagi di kamar mandi."
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Melotot)"Aku nggak pernah tidur di kamar mandi, bodoh!"
Uz.Himawari
Uz.Himawari
"Oh ya? Waktu kecil, abang pernah ketiduran sambil ngelap rambutnya pakai handuk, ingat nggak?"
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Tertegun, mencoba menyangkal)"Itu… itu bukan tidur! Itu refleksi!"
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Menatap datar)"Refleksi apaan, sih?"
Uz.Himawari
Uz.Himawari
(Mengangkat bahu)"Intinya abang harus cepet!"
Boruto akhirnya menyerah, berjalan menuju kamar mandi dengan wajah jengkel. Ia melepas bajunya dengan malas, menyalakan keran air, dan membiarkan pancuran membasahi tubuhnya.Tetapi, pikirannya masih tertinggal di meja makan tadi.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
"Kenapa Ayah ngomong kayak gitu?"
Boruto mengusap wajahnya, mencoba mengabaikan perasaan aneh itu.
Sepuluh menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dengan cepat, ia mengenakan bajunya—dengan jaket khasnya yang sedikit lebih berantakan dibanding anak-anak lain.
Di luar, Himawari sudah berdiri dengan tasnya, tangan di pinggang, menatap Boruto dengan ekspresi tidak sabar.
Uz.Himawari
Uz.Himawari
"Cepat, Bang! Udah jam berapa ini?!"
Uz.Boruto
Uz.Boruto
"Santai lah! Aku udah siap!"
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Menyeringai)"Siap terlambat, lebih tepatnya."
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Memutar mata)"Bacot."
Mereka bertiga akhirnya melangkah keluar dari rumah, berjalan menuju akademi dengan langkah cepat.
Namun, di dalam kepala Boruto… kata-kata Naruto masih berputar tanpa bisa ia hentikan.
_"Aku tak yakin mereka akan siap."_
Siap untuk apa?
Boruto tidak tahu
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Bergumam)"Cih,ayah selalu membuatku bingung."
Tetapi,jawaban itu akan datang di saat yang tidak ia duga.
--
--
--
Boruto, Kawaki, dan Himawari akhirnya tiba di akademi. Begitu memasuki gerbang, mereka langsung berpisah—Himawari menuju kelas bawah, sedangkan Boruto dan Kawaki melangkah ke kelas 6A. Di dalam kelas, suasana sudah ramai. Beberapa teman mereka sudah duduk di tempat masing-masing, mengobrol, tertawa, dan beberapa sibuk membaca catatan pelajaran. Sarada duduk di kursinya dengan tangan bersilang, matanya langsung tertuju pada Boruto yang baru saja masuk
Boruto dan Kawaki baru saja memasuki kelas 6A, berjalan santai melewati meja-meja sambil mendengar suara obrolan yang sudah memenuhi ruangan.
Dan seperti yang sudah bisa ditebak… belum sampai ke tempat duduknya, Sarada sudah melemparkan tatapan tajam ke arah Boruto.
Uc.Sarada
Uc.Sarada
(Senyum tipis, menyilangkan tangan)"Lihat siapa yang akhirnya datang tepat waktu. Keajaiban pagi ini?"
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Mengerutkan kening)"Aku selalu datang tepat waktu, jangan sok tahu!"
Uc.Sarada
Uc.Sarada
(Mata menyipit) "Tepat waktu menurut standar siapa? Standar orang yang hampir telat setiap hari?"
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Nyengir)"Aku cuma menikmati pagi dengan santai, bukan seperti kamu yang tegang terus."
Uc.Sarada
Uc.Sarada
(Nada sinis)"Santai itu kalau kamu nggak bangun gara-gara dijewer adikmu."
Dan pertengkaran khas mereka pun dimulai.
Teman-teman mereka di kelas tidak terkejut sama sekali. Ini sudah jadi ritual pagi yang selalu terjadi di antara Boruto dan Sarada.
N.Shikadai
N.Shikadai
(Menghela napas, nada datar) "Tiap hari kayak gini, nggak ada perubahan sama sekali."
Mitsuki
Mitsuki
(Senyum kecil)"Kalau mereka tiba-tiba nggak ribut, itu baru mencurigakan."
Y.inojin
Y.inojin
(Nyengir)"Aku penasaran, kapan ini bakal berakhir?"
Di sudut kelas, Kawaki hanya bersandar di kursinya dengan ekspresi malas, memerhatikan semuanya tanpa emosi.
Uz.Kawaki
Uz.Kawaki
(Bergumam)"Gak di rumah, gak di sekolah, sama aja."
Boruto dan Sarada masih saling melotot, sementara teman-teman mereka hanya menonton tanpa intervensi, karena tahu bahwa ini pasti bakal terjadi.
Tapi, di sisi lain kelas, tiga sahabat Sarada—Sumire, Chocho, dan Yodo—sudah pasang ekspresi ‘lagi-lagi’ dan saling bertukar pandang.
A.chocho
A.chocho
(Menghela napas, nada capek) "Ya ampun, mereka mulai lagi…"
Kei.Sumire
Kei.Sumire
(Senyum kecil, nada tenang) "Setiap pagi, tanpa gagal."
Yodo
Yodo
(Nyender di kursinya, nada malas)"Mereka nggak capek, ya? Aku yang cuma nonton aja udah bosan."
Tanpa banyak bicara, mereka langsung maju ke tengah ‘medan perang’ antara Boruto dan Sarada.
A.chocho
A.chocho
(Menepuk meja dengan santai) "Oke, cukup. Sarada, Boruto, kalian berdua tuh nggak bosen?"
Boruto dan Sarada menoleh bersamaan, masih dengan ekspresi kesal.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
"Bosen? Aku baru mulai!"
Uc.Sarada
Uc.Sarada
"Kamu duluan yang nyari masalah!"
Yodo
Yodo
(Memijat pelipisnya, nada lelah) "Seriusan, ya… dunia punya masalah yang lebih besar daripada ribut pagi-pagi kayak gini."
Kei.Sumire
Kei.Sumire
(Nada lembut, tapi tegas) "Sarada, Boruto, kalau kalian mau ribut terus, jangan di tempat umum, ya?"
A.chocho
A.chocho
"Iya, kalau mau adu mulut, bikin grup chat khusus. Jangan kasih kami tontonan yang sama setiap hari dong..."
Shikadai, Mitsuki, dan Inojin yang mendengar itu langsung tertawa kecil, menikmati pertunjukan gratis ini.
N.Shikadai
N.Shikadai
(Menyeringai)"Chocho ada poin bagus, sih."
Y.inojin
Y.inojin
(Senyum lebar)"Aku dukung! Boruto dan Sarada butuh tempat buat ribut tanpa ganggu orang lain."
Boruto dan Sarada melotot bersamaan ke arah teman-temannya, sementara Chocho, Sumire, dan Yodo tetap berdiri sebagai ‘penengah’ di tengah situasi yang selalu terjadi ini.
Akhirnya, Boruto menghela napas keras, sementara Sarada memutar mata dengan kesal.
Uz.Boruto
Uz.Boruto
(Nada malas)"Yaudah, aku nggak mau ribut lagi. Tapi kalau dia nyari gara-gara, aku nggak bakal diam!"
Uc.Sarada
Uc.Sarada
"Aku nggak nyari gara-gara. Aku cuma ngasih fakta"
Yodo
Yodo
"Udah, udah! Selesai dulu sebelum makin panjang."
Dengan intervensi Sumire, Chocho, dan Yodo, akhirnya situasi kembali tenang—untuk sementara.
Namun satu hal sudah jelas. Besok pagi? Kemungkinan besar, ini bakal kejadian lagi.
--
--
--
Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!