NovelToon NovelToon

My Secret Victoria

Bab 1

Di kantin sekolah, suasana begitu ramai layak nya kantin pada umum nya, ada yang berebut memesan makanan, ada juga yang mengantri dan ada juga yang sepi. interaksi yang lumrah.

Tempat di seluruh kantin sudah terisi penuh , tapi sebentar. Di tengah tengah, ada satu tempat yang kosong, ini aneh. karena disekitarnya sudah di isi penuh, kenapa hanya meja itu yang kosong. Apakah meja itu keramat? Atau spesial?. Ah, lupakan saja.

Siapapun boleh memasuki kantin, termasuk ke tiga orang pria ini. Memasuki kantin dengan langkah tegas, berkarisma bak pentol korek. Beribu-ribu pasang mata mulai beralih memandang nya, setiap yang mereka lalui. Pasti langsung terpana. . Mungkin itu sudah menjadi kebiasaan manusia. Tak sedikit pun dari mereka memandang ke arah lain. Ada yang memandang kagum, dan ada yang memandang karena sesuatu.

Mereka semua terhipnotis tetapi, ada apa dengan gadis yang duduk di pojok sana. Ia nampak menikmati makanan, tanpa memperdulikan ketiga pria itu. Itulah pemeran utama kita , Victoria Baserra , biasa dipanggil Vicky atau langsung saja Victoria. Siswi kelas 11 IPA , memiliki rambut panjang hitam bergelombang, dengan kulit bersih. Salah satu jenis spesies cewe yang langka.

"Vicky, gue udah dapet es nya nih," Ke arah Kanan, ya disana. Itu dia yang memanggil gadis ini . Ia adalah Serra Xaviera sahabat dekat Victoria, mereka berteman cukup lama.

Kembali ke spot light, tak kenal maka tak sayang. Jadi mari kita cari tahu, itu yang di paling kiri adalah Aditya Edsel Robert, yah dibilang tampan, sedikit clingy, tetapi perhatian abis, status nya sih single. Itupun, katanya.

Yang Sebelah kanan yang bersinar cukup terang , hawa dingin dan cool nya sangat terasa, ia adalah Devan Kenward Leif, pria tampan, tinggi, dijuluki king cool. Mendengar kata cool, pasti tak jauh jauh dari cuek, dingin, sedikit berbicara, tak peduli. Ya, itu sebagian dari sifatnya.

Nah yang paling tengah, keliatan nya paling normal. Si paling bersinar, ini dia pemeran pria kita ada , El Ganendra Eros , biasa dipanggil El, satu sekolah tau dia adalah putra pewaris tunggal keluarga Eros.

Salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Ia sangat tampan, tinggi, berkulit bersih , baik. Sebagian siswa dan siswi menganggap nya pria yang menakutkan, mereka adalah Genk paling tersorot dan tersohor. Tak heran jika banyak yang ingin masuk, dan daftar menjadi teman atau pacar.

Sudah cukup kenalannya, mari kita kembali.

Serra kembali dengan membawa jus buah di tangan kanan dan kiri nya, ia begitu terburu buru sampai harus berdesakan keluar dari gerombolan mengerikan itu. Tatapannya fokus ke arah Vicky disana, senyum yang merekah dengan wajah girang dan sumringah.

Langkah kaki nya semakin cepat, tak melihat kanan dan kiri nya. Bukan sulap bukan mimpi, tiba tiba kedua jus buah itu terlepas dari tangannya, dan menempel pada baju seseorang. " upsss," Terka Serra membesarkan kedua matanya.

"wuuuuuuuu," Seluruh kantin melihat kejadian itu , sangat mengerikan. Suasana berubah menjadi diam dan senyap, pandangan mereka berubah mengkhawatirkan.

Serra mendongakkan kepalanya, melihat pria yang tak sengaja di tabrakannya. bibir nya melongo sempurna, jantung nya seolah pindah ke perut. Kedua tangannya menutup bibir nya yang terbuka. Matanya meratapi nasibnya kini.

"Astaga,,, " lirih Serra tak menyangka.

"aduh, maaf ya kak, gue tadi gak sengaja," jelas Serra merasa bersalah.

Antrian yang panjang, gerombolan yang berdesakan tiba tiba sepi dan menghilang seketika. Mereka semua mulai merapat, melihat kejadian itu.

"Baju Lo Van, " Ucap Aditya menggeleng gelengkan kepalanya.

Ternyata orang yang ditabrak oleh Serra adalah Devan, pria sedingin kulkas dengan ditambah AC. pria itu hanya diam. Meratapi baju putih nya yang harus terkena noda merah. Devan mendongakkan wajahnya, menatap tajam pada Serra tanpa berkedip.

Vicky menoleh, ia sedikit bingung tiba tiba suasana kantin senyap. Bahkan satu persatu dari mereka pergi meninggalkan meja, dan berkumpul di depan. "Ini Ada apa?, mendadak mereka semua pergi, dan berkumpul disana". Jelas Vicky, mengamati situasi.

"Permisi," Tegur Serra pada seorang siswi

"iya ,"

"Kenapa mereka tiba tiba pergi, dan ada apa disana ramai ramai?," Tanya Vicky serius.

"ohh , Lo gak tau. Ada cewe yang membawa jus, tiba tiba menabrak kak Devan . Kakak kelas yang dingin dan seram itu, kita mau kesana . Penasaran apa yang bakal dilakukan mereka," Jelas siswi itu, kemudian beranjak pergi.

"Cewe?, dengan jus?, " Vicky mulai berpikir , perasaan nya mulai terasa tidak enak.

"Atau, Jangan jangan, Serra?," Cetus Vicky. Ia kemudian beranjak bangun, bergegas mendekati lokasi kejadian.

"Apa mata Lo masih berfungsi dengan benar?," Ucap Devan. Gadis itu mulai merasa terintimidasi, dengan situasi dan perkataan Devan. Ia memperhatikan sekitar yang tiba tiba ramai.

"emmmm,, maaf kak sekali lagi. Tadi gak sengaja, beneran," Ucap Serra terbata bata, Serra menundukkan wajahnya, dengan perasaan bersalah.

Vicky tiba disana, dengan rasa penasaran ia mencoba untuk melihat , siapa yang dimaksud oleh siswi tadi. Ia berusaha sampai bernjinjit jinjit, tetapi tetap tak terlihat. Atau memang dia yang kurang tinggi?, perlu dipertanyakan.

"arghhhhhhhh," Decik Vicky kesal. Tanpa berpikir ia harus mau tidak mau, menerobos kumpulan manusia ini. Vicky mulai bergegas maju, dengan sekuat tenaga ia menerobos nya.

"permisi, permisi, permisi," Ucap Vicky sambil terus maju.

"Gak sengaja?, Lo punya mata, fungsi nya untuk melihat. Lalu?, " Tegas Devan mulai melangkah kan kaki nya . Serra mulai mnunduk takut, jelas ia melihat langkah kaki itu mendekati dirinya.

Ia memperhatikan langkah Devan yang terus mendekati nya, tak ada pilihan. Serra mulai mengambil langkah mundur, ia begitu merasa takut dan cemas. Kedua tangannya saling menguatkan satu sama lain. " Maaf kak, sekali lagi maaf. Tolong , jangan ,,, Brukkkkkk" Serra terjatuh, kaki nya tiba tiba terselimpat.

"Devan, udah," Ucap El, beranjak menghentikan langkah Devan.

"Engga , gue cuma ingin mengingatkan dia. Bahwa keselamatan orang lain itu penting," Terka Devan, kekeh dengan ucapannya.

Serra meringis ketakutan, dibelakang nya banyak siswa yang memperhatikan dirinya. Ini semakin membuat rasa takut dan malu itu muncul.

"Lo gak liat, situasi keruh, mereka semua melihat ke arah kita. Lagipula dia ga sengaja, kasian dia ketakutan," Ucap El memberi pengertian.

Devan menatap gadis itu di lantai, gerakan tubuhnya menunjukkan ia begitu merasa takut dan terancam.

Akhirnya Vicky berhasil menerobos gerombolan manusia itu, pandangannya kini luas dan jelas, ia menatap ke arah salah satu baju pria itu, yang terlihat terkena noda jus, itu seperti jus buah naga. Dengan cepat ia membalikkan pandangannya, melihat seseorang terjatuh di lantai , dengan perasaan takut.

Memperhatikan lebih seksama, pandangan nya tersorot pada gadis di lantai, dengan pita rambut biru. Kening nya mulai mengkerut, kedua matanya membesar. Tanpa mengatakan apapun, Vicky langsung bergegas menghampiri nya.

"Ser, Lo gak papa?," Tanya Vicky melihat keadaan Serra yang terjatuh di lantai.

Kedatangan Vicky membuat Devan sedikit berkelik, wajah nya bertanya tanya dengan kedatangan Vicky.

El menoleh, melihat gadis itu dengan seksama, ada yang aneh. Ia terus memperhatikannya sampai tak berkedip pupil matanya mulai membesar ,senyum kecil sedikit terukir di bibir nya. Ia memperhatikan gadis itu yang membantu, siswi ini untuk bangkit.

"gue , gue, gak papa kok Vic, " Sahut Serra gugup.

Melihat kondisi Serra, hati Vicky merasa iba. Ia mulai menatap Devan dengan tajam, ia bahkan sama sekali tak menurunkan tatapannya itu. Vicky mulai melepas tangannya dari tubuh Serra, ia mulai melangkah maju dengan berani.

"Vic, Lo mau ngapain," Tegur Serra.

"Udah, Lo diem," Sahut Vicky tegas.

Vicky mulai melangkah, kemudian stuck di satu tempat. Tatapannya semakin mengecil, mengintimidasi pria di hadapannya" Apa gini caranya untuk memperlakukan manusia?," Ucap Vicky , melirik ke arah Serra.

Devan memalingkan pandangannya, berdecik sinis. Ia terdiam tak menjawab ucapan dari Vicky. "Kenapa? Kenapa Lo diem? " tanya Serra tegas.

Devan tersenyum kecil , "Gue rasa , gak ada yang perlu gue jelasin. Apalagi soal ini," Sahut Devan ketus.

"Jangan karena Lo populer, Lo lebih senior , Lo bisa memperlakukan dia seenaknya."

"Dan. dia udah bilang dari awal , kalo dia gak sengaja. Lo tau arti kata itu kan!," Tegas Vicky

" Gue kasih tau. Gue. Gak melakukan apapun, gue cuma mau ngingetin, kalo. Keselamatan orang lain itu penting, jadi. Jangan merugikan dan ceroboh. Paham!!," Jelas Devan menajamkan nada suaranya.

"Mengingatkan?, mengingatkan sampai satu sekolah, harus jadiin ini bahan tontonan?, bahkan dia seperti buronan"

Devan berdecik tajam, " Gue,,,"

El memegang pundak Devan, ia mengedipkan matanya. Memberi kode untuk tidak melanjutkan perdebatan nya. " Sorry, temen gue gak bermaksud begitu, Lo salah paham," Ucap El , maju menengahi mereka.

"Dia jatuh sendiri, dan soal jadiin bahan tontonan, kita gak pernah bermaksud seperti itu. Disini kita juga gak ada seenaknya, ataupun memojokkan dia," Ucap El memberi penjelasan.

"Dari awal gue liat, dia ketakutan mungkin itu sebabnya," Jelas El perlahan.

Vicky mendengarkan ucapan El, ia menoleh ke belakang melihat kondisi Serra. Sesuai yang dikatakan, ia memang benar benar merasa takut.

"Untuk semuanya, gue minta kalian bubar. Tidak ada apapun yang terjadi. Dan jangan berasumsi yang tidak tidak," Jelas El meninggikan nada suaranya.

Siswa dan siswi yang lain saling menoleh, ada beberapa dari mereka mulai beranjak pergi, dan ada juga yang masih stuck.

"WE, KALIAN PUNYA KUPING KAN. KITA BILANG KALIAN BUBAR," Teriak Adit dengan tegas. Wah , tumben banget nih anak . Serem juga kalo berbicara dengan nada tegas.

Bab 2

"Tapi Gilak ya, gue baru kali ini, gue liat cewe. Berani speak up ke Lo Van," Cetus Adit dengan wajah terkagum kagum. Devan tak peduli dengan ucapan teman sejawatnya itu, ia sibuk meratapi baju putih nya yang terkena noda.

El memberikan baju ganti untuk Devan, noda merah itu tidak mungkin bisa hilang dengan cepat. " Nih, ganti baju Lo. Sebelum jam pelajaran masuk, tinggal beberapa menit lagi," Terka El menyodorkan baju.

Devan dengan wajah datar dan dinginnya, bergegas memasuki ruang ganti. El menyandarkan tubuhnya, melipat kedua tangannya, pandangan nya berubah kosong. Pikirannya terbayang tentang gadis di kantin tadi, yang bahkan belum ia ketahui identitas nya. Matanya mulai tersenyum, kemudian menjalar sampai di sudut bibirnya.

Adit menyipitkan matanya dengan penuh curiga.

"El, Lo kenapa?, mata Lo senyum senyum gitu, " Jelas Adit, memperhatikan mimik wajah El.

El cukup terkejut dengan reaksi tubuhnya, ia mengusap leher nya dan berkata.

"Engga, lucu aja. Soal kejadian tadi," ceplos El, dengan mempertahankan senyum nya.

"hah? Gimana?, lucu?," Adit berkelik, ia mulai bingung . dimana letak kelucuan yang dimaksud oleh El.

"bentar deh.letak Lucu nya dimana? kok gue jadi bingung ," Terka Adit menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

El berdengus kesal, melihat tingkah Adit , ia tak ingin melanjutkan perkataannya tadi. Buang buang waktu berbicara pada orang yang tak paham apa apa. " Engga, lupain aja," .

"Tapi gue kali ini, bener bener kaget. Tuh cewe berani banget, lucu sih kalo dipikir pikir ," Jelas Adit dengan nada excited.

El membuang wajahnya, menggaruk dahi nya berkali kali. " Itu yang gue maksud," bisik El menurunkan nada suaranya.

Angin suara itu terdengar samar samar , sampai ke telinga Adit.

"hah? Lo ngomong apa El?,"

"hmmmm, Engga." sahut El singkat

" Ya. Gadis yang unik, " lanjut El, mulai kembali tersenyum tipis.

Devan keluar dari ruang ganti , dengan pakaian baru. Terlihat begitu mengesankan, ganteng sih , tapi sayang dingin. Perasaan kita sudah di wakilkan oleh Aditya. Ia melongo melihat kedatangan Devan, seperti seseorang habis menerima gaji seumur hidup.

"Van, Lo spektakuler. Cakep, mantep. Tapi sayang sikap Lo dingin," Cetus Adit berujung mengkritik. Devan menatap tajam.

Ia menoyor kepala Adit dengan keras, " duhhhh, sakit we!!!. Lo ini parah banget ," lirih Adit mengusap usap kepalanya.

"Dah, ayok cabut. " Ajak El. Mereka bergegas pergi dari toilet , disusul Adit yang malah meledek Devan dari belakang, sembari masih mengelus elus kepala nya.

*********

Di kelas 11 IPA Vicky dan Serra duduk bersebelahan, Vicky sedang membaca buku bukunya dengan fokus. Serra tau temannya marah dan kesal pada dirinya.

Wajah bersalah Serra sangat jelas terlihat, kedua matanya sendu, kening nya mengkerut bingung. Ditambah Vicky yang tidak mengatakan apapun.

"Gue tau Lo marah sama gue, tapi ini kan, itu kesalahan gue. Seharusnya Lo gak perlu ngomong gitu," Jelas Serra agak canggung.

Vicky melirik , mendongakkan wajahnya pada Serra. " Gue gak marah, gue cuma ga suka cara dia memperlakukan Lo," Jelas Vicky dengan tatapan tenang.

"Lo serius gak marah?," Serra meraih kedua tangan Vicky, memastikan perkataan nya tadi.

"iya, Serra," Sahut Vicky tersenyum.

Senyum merekah mulai terlihat , Serra segera memeluk temannya itu dengan rasa kebahagiaan. Ia cukup lega sekaligus terharu. Memiliki teman sekaligus sahabat yang baik , yang selalu membela nya dalam keadaan apapun.

"Thank ya ,Vicky. Lo emang sahabat gue," Jelas Serra memeluk erat.

"Ser, udah . Kita kan sahabat , jadi saling dukung dan saling jaga," Sahut Vicky membalas pelukan hangat Serra.

Serra terharu, kedua mata nya berbinar binar. Ia tak bisa mengungkapkan kata kata nya. Wajahnya mulai bersinar, tak seperti tadi yang hanya sendu, dan redup.

"Tapi," Ucap Serra ragu.

"Tapi? Kenapa?,"

"Gue takut, kalo kak Devan marah sama Lo. Lo tau kan, mereka anak anak tersohor punya impact yang besar di sekolah," Jelas Serra merasa khawatir.

Vicky tersenyum kecil, " Vicky, kenapa Lo malah senyum sih, gue serius ," Rengek Serra melihat Vicky tersenyum.

"Buat apa takut , lagian kita gak berbuat salah. Udah Lo tenang aja,"

"iya sih, semoga aja," Serra menghela nafas, berharap apa yang dikatakan oleh Vicky benar benar terjadi.

*******

Sekolah hari ini sudah usai, para siswa dan siswi mulai keluar kelas, dan rata rata mereka membawa kendaraan pribadi. Di SMA high school dilarang membawa mobil, mereka tau yang sekolah disini. Adalah rata rata berasal dari keluarga ternama.

El, Devan dan Adit berjalan keluar kelas, mereka melewati lorong lorong kelas yang terlihat begitu ramai, bahkan sorot para penghuni sekolah selalu mengarah pada mereka. Di sepanjang lorong, para siswi selalu tersenyum, dan menyapa ketiganya.

Mereka bahkan tak jarang sengaja menunggu ke3 pria ini melewati kelas mereka. Mereka rela menunggu walaupun itu tidak pasti.

"Hai kak El," nah itu salah satunya, sudah dikatakan. ini aneh, tetapi itulah kenyataannya.

Respon El hanya diam, ia tak suka dengan hal hal yang berbau seperti ini. Apalagi si dingin Devan, ia bahkan tak menoleh ataupun melirik. Fokus ke depan tanpa menghiraukan mereka. Tapi jangan salah, banyak dari mereka yang mengidolakan Devan.

"Kak Devan, boleh minta foto gak?," Ucap seorang siswi, yang tiba tiba datang menghampiri. Itu dia penggemar terberat Devan. Devan menghentikan langkahnya, melirik cepat tanpa menoleh.

"hemmm, sama gue aja gimana?, kan sama aja," Sela Adit, menggeser posisi Devan.

"Tapi , pengennya sama kak Devan," Ucap siswi itu sedikit kecewa.

"Lo kan tau, Devan sedingin kulkas 4 pintu. Ditambah es dari kutub utara, jadi sama gue aja," Bisik Adit, menoleh ke arah Devan , menunjukkan senyum Pepsodent.

"Dit, Ayok. Ini udah telat," Ucap El tegas.

"Tapi," sahut Adit, dengan nada lemah.

El menyudutkan tatapannya, mengajak Adit untuk segera pergi dari sini. Adit menghela berat, menundukkan wajahnya dengan rasa kecewa. Mau tak mau ia harus menuruti perkataan El, " Oke deh. Lain kali aja ya," Ujar Adit pasrah.

Mereka bertiga kembali melanjutkan langkahnya, Adit masih sesekali menoleh ke arah siswi itu. Wajahnya begitu lesu dan berharap bisa berfoto.

******

Vicky dan Serra berada diluar gerbang sekolah, nampak sebuah mobil hitam sudah tiba. Itu adalah mobil jemputan Serra, bukan mobil pribadi. Hanya saja, mobil khusus antar jemput Serra yang sudah di sewa mamah nya.

"Vic, Lo hari ini mau pulang bareng gue? Atau,,"

"Engga Ser, gue pulang sendiri aja. Gue juga udah mesen taksi, sebentar lagi dateng," Sahut Vicky.

"oke deh, gue duluan gak papa?," Tanya Serra, ia tak ingin meninggalkan Vicky sendirian.

"gak papa, aman kok,"

"oke deh. Bye Vicky ," Serra melambaikan tangannya, sembari bergegas menuju mobil.

"bye," Sahut Vicky , melambaikan tangan perlahan .

Serra sudah pergi, hanya tinggal Vicky sendirian di pinggir jalan. Seharusnya taksi yang dia pesen sudah tiba, ini sudah lebih dari 10 menit sejak ia menunggu. Ponsel Vicky berbunyi, itu adalah nada dering ketika menerima pesan.

Isi pesannya : Maaf mbak, saya tidak bisa datang, tiba tiba taksi saya mati mesin.

Vicky menghela berat, ia memperhatikan disekitarnya, sekolah juga sudah mulai sepi. Pasti akan sulit mencari kendaraan umum, di jam seperti ini. Alhasil ia memutuskan untuk berjalan , siapa tau ada kendaraan lain yang melintas.

"Semoga aja, ada kendaraan lain yang lewat," Ucap Vicky memulai langkah nya

Bab 3

"Kalian berdua duluan aja, gue ada urusan sebentar," Ucap El pada , Devan dan Aditya.

"Oke , El kita duluan," sahut Aditya, mereka berdua kemudian pergi lebih dulu , dengan mengendarai motor sport nya.

El menghidupkan mesin motornya, dan segera keluar dari area sekolah. Entah pria ini akan pergi kemana ?

Tak jauh dari jarak sekolah, pandangannya tiba tiba tertarik pada seorang gadis , yang berjalan sendirian. Jelas ia tau , ini adalah salah satu murid dari SMA yang sama . El cukup penasaran, tapi jika dilihat lihat sepertinya ia cukup familiar.

Dengan rasa penasaran El, kemudian mengarahkan motor nya mendekati gadis itu. ia membuntuti nya perlahan dari belakang. Ia mulai mengingat bahwa gadis ini adalah, gadis yang berdebat di kantin tadi. El belum siapa nama nya.

Vicky mulai merasa, ada seseorang dibelakang nya yang membuntuti nya. Ia memperlambat langkah nya, melirik sekilas. Dan kemudian membalikkan badannya.

Kali ini El sudah ketauan jelas, ia tak bisa mengelak lagi, El memberhentikan motornya. Vicky agak bingung, ia menyipitkan kedua matanya, berusaha melihat siapakah pria yang mengendarai motor itu.

Dengan polos, Vicky mulai mendekatinya. Dengan rasa penasaran. " Lo siapa? " ucap Vicky spontan.

El memalingkan wajahnya, ia mulai merasa panik dan bingung, bagaimana ia akan menjelaskan keadaan nya. Akhirnya dengan perasaan yakin, El membuka helmnya, memperlihatkan wajah aslinya.

Vicky langsung tau. Jelas dia masih ingat, ini adalah pria yang di kantin tadi.

"Emmmm, hai, Lo masih inget gue kan," ujar El agak bingung.

"Ya." Sahut Vicky dengan pandangan mata mengintimidasi.

"Jangan salah paham dulu , gue gak ada maksud apa apa. Gue tadi liat Lo jalan sendirian, makanya gue kesini," Jelasnya tersenyum.

Vicky mengangguk, ia menerima penjelasan El dengan baik. Respon Vicky sangat datar dan singkat, El pun merasa canggung dan cukup kebingungan. " Kenapa gue jadi canggung, ini bukan kali pertama kan El. Biasanya juga Lo biasa aja, kalo cewe cewe deketin Lo," Bisik hati El, mengigit bibir nya perlahan.

"Emmmmm, gue El . Kalo nama Lo?," Ujar El memperkenalkan diri.

"Sorry tapi gue, ga bisa ngasih tau nama gue, sama orang asing," Sahut Vicky cukup dingin.

"emmmm okey, gue ngerti . Tapi disini gue, bukan orang asing, gue udah kenalin nama gue. Ya kan?," Sahut El.

"Tapi, gue gak pengen kenal Lo, jadi sorry," Ucap Vicky, ia membalikkan tubuhnya dan bergegas kembali melangkah .

El terdiam, ia tidak bisa berbuat sesuatu apapun lagi. Apakah ini yang nama nya belum mulai, tapi sudah berakhir. El menggaruk kepalanya yang tidak gatal, senyum kecil di bibir nya mulai terlihat. Ia tak henti memperhatikan gadis itu.

Jarak beberapa langkah, sebuah buku tiba tiba terjatuh dari tas Vicky. El melihat nya, ia segera turun dari motor nya dan berlari mengambil buku tersebut. Ini adalah buku catatan penting.

" emmm, hello,,, hai.., cewe...," teriak El kebingungan, ia bahkan tak tau siapa nama gadis itu. Bagaimana dia bisa memanggil nya. lidah nya mulai tergelincir dan terbata bata.

Sedangkan gadis itu sudah mulai menaiki taksi di depan sana, ia semakin kebingungan dibuatnya. " Gimana gue mau manggil, gue tau nama dia aja engga, El , El . Pusing sendiri kan Lo," Terka El mengelus leher nya.

Ia meratapi buku catatan itu dengan seksama.Tiba tiba Terlintas sebuah pemikiran cemerlang," Oh ya, siapa tau gue bisa tau nama dia. Dari buku ini, biasanya kan ada nama pemilik nya," Terka El sumringah.

"ehhh, tapi. Kalo gue buka, gue lancang, Ini kan bukan buku gue." Henti El yang ingin membuka buku catatan Vicky.

"Udah lah, gue simpen aja. Mungkin besok gue bisa kembaliin ke orang nya langsung," Ucap El, ia membawa buku Vicky bersama nya. El kembali pada motornya, menyimpan buku itu di tas nya. Dan kemudian bergegas pergi.

*******

Kompleks Antero ,

"Bi, Vicky pulang ," teriak Vicky memasuki rumah. Vicky melangkah menuju ruang makan, nampak sudah ada beberapa masakan dan lauk pauk di atas meja. Keliatannya enak dan masih hangat.

"Wah, bibi masak apa?, keliatan nya enak, wangi nya sampe depan sana bi," Jelas Vicky yang masih berpakaian sekolah.

"Iya nih non, bibi masakin . Masakan kesukaan Non, ikan goreng dan sayur SOP," ucap bibi tengah menyiapkan makanan.

"iya deh bi, Vicky ganti baju dulu. Oh ya, nanti Serra juga kesini, sekalian makan siang bareng aja," Ucap Vicky.

"Oke, non siap. Bibi siapin aja dulu,"

Vicky mengangguk senyum, ia bergegas kembali menuju ke kamar nya. Tiba di kamar, Vicky meletakkan tas nya di meja belajar, ia kemudian merebahkan tubuhnya sejenak, di kasur yang terlihat empuk, menatap mengarah ke langit langit.

Melepas penat sejenak dengan lamunan kosong. Tetapi pikirannya tiba tiba berulah, ia mulai mendengar suara laki laki yang tadi di pinggir jalan, ia mengingat bagaimana pria itu berbicara kepada nya. Sontak Vicky meloncat dari tempat tidur nya, kerutan di kening nya mulai terlihat jelas.

"Kenapa, gue . Tiba tiba jadi keinget dia, suaranya masih terdengar jelas di telinga. " Ucap Vicky tak mengerti.

Pikiran nya mulai terasa berisik, ia menggeleng gelengkan kepalanya, memejamkan kedua matanya kemudian membuka nya kembali. Mengatur nafas nya dan kemudian beranjak bangun, untuk mengganti pakaian.

tok, tok " Vicky , Vicky " Panggil Serra dengan teriakan mautnya.

"Vicky,,,,yuhu," teriak nya sekali lagi.

"Vick,,,,," tangannya mulai mengetuk pintu itu kembali dan, " ehhh.....," tiba tiba pintu terbuka, Serra merasa cukup terkejut begitupun Bibi yang melihatnya.

"Maaf bi, Serra gak lihat, kirain tadi engga ada orang," Ucap Serra cengengesan.

Bibi menggeleng gemas, ia sudah biasa dengan tingkah kocak Serra . Ya. jadi ini sudah hal yang lumrah. " Iya non, gak papa. Ayok masuk, itu non Vicky udah nunggu di dalem,"

"Wow,, tumben banget Vicky, nungguin gue," Ucap nya , beranjak memasuki rumah.

Serra melangkah dengan cepat, ia segera menyusul Vicky dengan langkah kehebohan. " Vicky,,, Haiii....." Sapa nya bersemangat.

"Hai," Sapa Vicky .

"WAHHHHHH," Sorot mata Serra beralih ke meja makan dengan cepat, ia menyapu habis seluruh meja makan beserta perintilannya. Mulut nya terbuka sempurna, dengan mata bling bling nya.

Ia mulai bergerak menyusuri dan mengelilingi meja, ekpresi Vicky seketika syok, ia cukup bergidik geli melihat tingkah lebay Serra. " Ser," Tegur Vicky menyadarkan.

"hmmmm, Ya. Heheheh," Dengan komuk gemas

"Soryy Vicky, gue ga tahan kalo udah ngeliat yang kayak gini, perut gue meronta ronta," Jelas nya clingy, ia terus meneguk air liur nya beberapa kali.

"Ya, gue tau. Tapi kebetulan semua makanan ini, untuk tamu spesial gue, jadi.."

Serra langsung melirik pada Vicky, tatapan begitu terlihat kecewa. " Yah,,, gue kirain Lo mau ngajak gue makan siang dulu Vic," Ucap Serra lesu, ia menundukkan wajahnya. Semangat nya seketika berubah 180 derajat.

Vicky tertawa kecil, meledek tingkah dan raut wajah Serra. Seperti jemuran yang di gantung, tanpa kepastian. " hahahah,,," tawa Vicky tak tahan.

Serra berdengus curiga, " ihhhh, kok Lo ketawa sih, emang ada yang lucu," gerutu nya

"Lagian, muka Lo Sera, lucu banget. Udah kayak tumpukan baju yang gak di setrika," ledek Vicky puas.

"Vicky,,,," Tegur nya kesal.

"Oke oke, sorry. Sebelum kita belajar, gue mau ngajak Lo makan siang dulu,"

"Dan. Inilah makan siang kita, semua ini?,"

"Vic, Lo serius???,,, Please ngomong kalo kali ini Lo serius?," Tanya Serra mendekati Vicky tak sabar.

"Vic,,, ngomong... Lo serius kan!??," Ucap nya terburu buru.

"Santai dong. Iya gue serius Serra,"

"OMG,,, thanks you Vicky," Teriak Serra , tiba tiba memeluk Vicky dengan erat.

Saking erat nya , ini rasanya seperti dicekik oleh Monster yang besar. Vicky sampai kesulitan bernafas , " Ser,,,( pukul Vicky ) ,, Ser ,,,, gu,,,,,e g,,,ak bisa nafas ,",, Ucap nya terbata bata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!