Nathan Raharja adalah putra dari Reno Raharja dan Nitha arindita Raharja. Reno adalah seorang pengusaha sukses yang ada di kota Ia tempati.
Perselingkuhan yan di lakukan Reno membuatnya bercerai dari Nitha.
Dan salah satu perusahaan dia berikan kepada Nitha untuk di kembangkan bersama putra satu-satunya, hingga perusahaannya itu sukses.
Nathan menjalin hubungan dengan Rima teman sekampusnya dulu, mereka menjaling hubungan sampai dua tahun.
Hingga pada suatu hari perusahaan yan di jalangkang Nathan mengalami kebangkrutan. Dan lebih parahnya lagi kekasinya juga memutuskan hubungan denganya, dan memilih menikah dengan pemuda lain.
Dalam sekejap semuanya hancur berangtakan, perusahaan keluargaku di ambang ke bangkrutan, sementara kekasihnya yang sudah dua tahun menjalin hubungan denganya,meninggalkan, dan memilih peria lain untuk di nikahinya.
"Hari yan sangat buruk. Aku tidak sanggup menghadapi semua ini Ibu" merbahkan kepalanya di pangkuan Ibunya "Hanya kamu yan bisa mengerti diriku saat ini," Nathan terlihat sangat sedih ketika mengatakan itu.
"Sabar Nak, semua pasti akan ada jalan keluarnya," Ucap Nitha, menyemangati, sambil mengelus kepala putra satu -satunya.
Hari yan di jalani Nathan begitu sangat sulit. Hingga dia memutuskan untuk pergi meninggalkan semua,tampa memberitahukan siapun bahkan dengan Ibunya sendiri.
Nathan hanya pergi dengan tas rangsel kecilnya. Nathan berjalan keluar dari runahnya setelah memesan ojek online, untuk segera pergi meninggalkan rumah mewahnya.
"Mau kemana mas?" tanya ojek yang nathan pesan.
"Jalan saja Bang, saya juga ngak tau mau kemana?" Nathan mengatakan itu setelah naik di atas motor.
"Ya, Sudah Mas saya antar ke terminal Bus saja ya, selangjutnya Mas terserah mau Kemana," setelah mengatakan itu Bang ojek mulai melajukan motornya.
"Baiklah." jawab Nathan singkat.
Setelah sampai di terminal Bus Nathan turun dari motor, kemudian membayaar sewa ojeknya.
"Berapa Mang?" tanya Nathan.
"35.000 ribu aja Mas."
Nathan mengeluarkan uang seratusan laku memberikannya pada Abang Ojek.
"Kembaliannya Mas."
"Simpan saja Bang." setelah mengatakan itu Nathan berjalan masuk ke dalam terminal
"Makasih banyak mas." Abang Ojek tertawa senang.
Nathan duduk di bangku terminal lalu mulai berfikir Ia mau ke mana. Hingga akhirnya Nathan mendengar teriakan kenek Mobil Bus.
"Puncak, puncak, puncak," teriak kenek Mobil Bes, mencari penumpan.
"Mau ke puncak mas?" Tanya kenek Mobil yan tengah berada di hadapan Nathan.
"Hem, puncak!" berfikir "Iya, aku mau ke puncak." setelah mengatakan itu, Nathan berdiri, lalu berjalan di belakan Kenek Bus tersebut.
Setelah sampai di depan pintu Bus. Nathan Naik, lalu duduk di kursi paling belakang, setelah beberapa saat Bus itu pun melaju dan meninggalkan terminal tersebut. Nanun, tiba-tiba Nathan mendengar suara teriakan seorang gadis.
"Heii, berhenti!" teriak seorang gadis yan minta agar Bus itu berhenti.
Nathan yan mendengar suara teriakan itu pun berdiri, lalu mengeluarkan kepalanya di pintu Bus. Hei, ternyata seorang gadis yan sedang mengejar Bus ini. Nathan pun mengulurkan tangan agar gadis itu bisa meraihnya.
"Sedikit lagi Nona," Nathan mengulurkan tangannya.
Hingga akhirnya gadis itu memegan tangan Nathan, lalu dengan segera Nathan menarik tangan gadis itu agar segera naik ke atas Bus.
"Mha." suara gadis itu mengatur napasnya.
Nathan pun kembali duduk, ke tempat duduknya semula, dan gadis itu ikut duduk di sampin tempat duduk Nathan yang masih kosong.
Gadis itu duduk, lalu mengeluarkan sebotol air minum, dari dalam tasnya lalu meminumnya.
"Ah, segarnya." Setelah meminum air dari dalam botolnya.
"Terimakasih." melihat ke arah Nathan yang duduk di sampinnya sambil tersenyum.
Mendengar ucapan gadis itu Nathan hanya meliriknya sebentar, tak berkata apapun, lalu kembali melihat ke arah depan.
"Hei, apa kamu mendengarkanku?" kembali melihat ke arah Nathan.
"Aku bertanya padamu." Begitu banyak kata yang keluar dari mulut gadis itu. Membuat Nathan merasa sangat pusing
"Kamu mau kemana?" melihat ke arah Nathan "Kamu berasal dari mana?" tersenyum "Nama kamu siapa?" menaikkan alisnya "Apa kamu tengah ada masalah?"
Nathan hanya terdiam mendengar semua yang gadis itu katakan. Namun sepertinya wanita yang tengah duduk di sampin Nathan begitu sangat bawel dan tak mau berhenti berbicara. Membuat kepala Nathan terasa pusing.
"Diam." berteriak "Kepalahku sakit mendengar semua ocehanmu." memegan kepalanya yang terasa pusing.
Namun gadis itu bukannya diam, setelah mendengar teriakan Nathan.
Namun itu membuatnya tertawa lepas, membuat seluruh penumpan yang ada di dalam Bus, berbalik melihat ke arahnya.
"Haha." tertawa "Kamu terlihat sangat lucu." kembali tertawa sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Apanya yang lucu?" teriak pelan Nathan yang terlihat kesal.
"Kamu." menunjuk "Kamu sangat lucu ketika marah. Sepertinya kamu bukan pemuda yang suka marah." tertawa sambil menepuk pahanya dengan kedua tangannya.
Di dalam hati Nathan berkata.
"Gadis ini benar-benar aneh. sudah aku teriakin, marahin, bahkan aku membentaknya. Namun gadis ini masih bisa tertawa lepas. benar-benar gadis aneh."
"Hei, Bang, Mas, anda mau kemana?" tanya gadis itu melihat ke arah Nathan.
Mendengar pertanyaan gadis itu. Nathan hanya terdiam, dan tak menghiraukan semua ucapan gadis itu. Nathan hanya memilih melihat keluar jendela.
"Hei, kenapa diam?" menepuk bahu Nathan "Jawap pertanyaan aku." menaikkan alisnya.
"Apaan sih." kesal "Bisa diam ngak?" bentak Nathan.
"Ngak bisa." menatap wajah Nathan "Aku ngak bisa diam." dengan santainya gadis itu mengatakan pada Nathan.
Waktu terus berlalu, Bus yang mereka tumpangi berhenti.
Semua penumpang di harapkan turun, untuk mengisi perut masing -masing.
Nathan turun dari mobil untuk mencari sesuatu yambisa Ia makan, karna sejak tadi pagi Ia belum memakan sesuatu dan itu membuat perutnya masih kosong.
Nathan hanya membeli roti dan air mineral saja karna Ia tak memiliki selera makan.
Nathan duduk di sebuah bangku yang di sediakan oleh pemilik warung, lalu memakan roti yang Ia beli. Namun tiba-tiba gadis itu datang menhampiriku lalu berkata.
"Boleh aku duduk?"
Namun tampa di persilahkan duduk, gadis itu duduk di depan Nathan. Di dalam hati Nathan kembali mengumpat kesal.
"Dia lagi, dia lagi, banyak bangku yang kosong, kenapa mesti duduk di hadapan aku sih."
"Hei." melambaikan tangan di depan wajah Nathan "Kenapa melamun? apa yang kamu fikirkan?"
Nathan kembali diam dan diam. Namun gadis yang ada di hadapannya ini tak pernah berhenti berbicara.
Roti yang ada di tangan Nathan hampir habis dan hanya menyisakan sedikit. Namun gadis yang ada di hadapan Nathan tak berhenti berbicara. Hingga akhirnya roti yang ada di tangan Nathan, Ia masukkan ke dalam mulut gadis itu.
Gadis itu membulatkan matanya melihat ke arah Nathan, tampa berkata apapun.
Nathan pun berkata. "Kamu tak lelah berbicara?" menatap wajah gadis yang ada di hadapannya "Apa kamu hanya ingin berbicara terus? dan tidak memakan makananmu." Setelah mengatakan itu Nathan berangjak dari kursi yang Ia duduki, lalu berjalan ke arah Mobil lalu naik.
Setelah semua penumpang naik ke atas mobil bus. Mobil Bus itu kembali melaju meninggalkan depan warung makan tersebut.
Nathan agak sedikit bingun melihat ke arah gadis yang kini tengah duduk di sampinnya. Karna saat ini gadis itu hanya diam saja.
"Baguslah." Gumanku dalam hati "Setidaknya kepalaku tidak pusing mendengar semua ocehannya."
Setelah beberapa saat gadis itu tertidur dan lebih parahnya gadis itu bersandar di bahu Nathan.
Nathan menaikkan jari telunjuknya, lalu menyentuh dahi gadis itu agar sedikit menjauh dari pundaknya.
Namun jalanan yang berbatu, membuat gadis itu kembali bersandar di bahu Nathan. Nathan hanya pasrah setelah melakukan segala cara agar gadis itu menjauh dari bahunya, dan menunggunya terbangun.
Heikkk.
Suara mobil Bus yang aku tumpangi. Gadis yang ada disampinku ikut terbangun.
"Mobilnya kenapa?" gadis itu berdiri.
"Pak, supir mobilnya kenapa?" teriak beberapa penumpang yang ada di.dalam mobil Bus.
Mendengar semua teriakan penumpang, denga segera kenek mobil berkata.
"Maaf, Bapak-bapak, Ibu-ibu, Ban mobilnya kempes." mengatupkan kedua tangannya meminta maaf pada semua penumpannya.
"Apa!" salah satu penumpang terkejut dengan apa yang dikatakan kenek mobil Bus tersebut.
"Bagaimana ini pak? perjalanan kita masih sangat jauh. Disini yang ada hanya hutan, tidak ada penginapan sama sekali di sini." ucap salah satu Ibu-ibu cerewet yang ada di dalam mobil Bus tersebut.
Seluruh penumpang turun dari mobil, dan hanya membayar sebagian. Karna tak membawa semua penumpang sampai ke tempat tujuan.
Nathan berjalan kaki, begitupun dengan penumpang yang lainnya. Dan ada juga beberapa penumpang yang tinggal duduk, sambil menunggu mobil lain yang akan lewat di jalanan itu.
"Hei, Bang, Mas, tunggu aku." Berlari mendekat ke arah pemuda itu.
"Kenapa kamu selalu mengejarku?" menatap gadis yang kini tengah berdiri di sampinnya "Apa kamu bisa membiarkan aku sendiri?" setelah mengatakan itu Nathan kembali melanjutkan langkahnya
Mendengar ucapan Nathan, gadis itu hanya tertawa.
"Haha." tertawa sambil mengikuti langkah Nathan "Apa kamu ada masalah?" Bertanya sambil berjalan.
Mendengar pertanyaan gadis itu Nathan kembali terdiam, tak menanggapi.
Namun gadis itu kembali berkata.
"Hei, Bang, Mas jawab Aku." gadis itu sedikit meninggikan suaranya.
Nathan yang mendengarkan teriakan pelan gadis itu, berkata.
"Aku tak ada masalah." kesal "Namun kamulah masalahku." menatap wajah gadis yang ada di sampinnya "Karna kamu selalu mengganguku."
Setelah mengatakan itu Nathan melanjutkan langkahnya. Namun tidak dengan gadis itu. Melihat itu Nathan pun berkata.
"Apa kata-kataku teralu kasar? apakah Ia tersinggung dengan apa yang aku ucapkan?" berbalik melihat ke arah gadis itu.
Namun gadis yang di lihat Nathan malah tersenyum melihat ke arahnya. Melihat itu Nathan kembali berkata.
"Aneh, benar -benar gadis yang aneh" menyatukan kedua alisnya dia "Gadis itu masih mau terseyum padaku, dan bahkan berjalan menghampiriku."
Gadis itu pun berlari ke arah Nathan, lalu berkata. "Apa kamu menungguku?" menaikkan ke dua alisnya "Hem." tertawa.
Mendengar itu Nathan kebali berkata dalam hati.
"Hati gadis ini terbuat dari apa? apa dia tak tersinggun dengan semua kata-kataku?"
Nathan melihat ke arah gadis itu lalu berkata"Maaf, aku minta maaf karna telah berbicara kasar padamu."
Mendengar kata maaf keluar dari mulut Nathan, gadis itu kemabli tertawa, gadis itu pun berkata.
"Maaf, untuk apa?" tertawa "Aku tak merasa kamu berbicara kasar padaku."
Setelah mengatakan itu. Gadis itu kembali tertawa.
"Haha." suara tawa gadis itu "Santai saja" mengibaskan tangannya "Aku sudah terbiasa, memang banyak yan ngak suka padaku karna aku itu terlalu banyak bicara." tersenyum "Oya, boleh aku tau namamu? Aku tak ingin memanggilmu Abang ataupun Mas-mas." Setelah mengatakan itu gadis itu mengulurkan tangannya.
Nathan pun membalas uluran tangan gadis itu lalu berka.
"Nathan."
Namun belum sempat gadis itu mengatakan namanya, di belakan kami telah banyak penumpan yang bersama kami tadi di dalam bus berlari.
Melihat itu Nathan pun berkata. "Ada apa dengan mereka? kenapa berlari seperti itu?"
Tampa menjawab pertanyaan Nathan gadis itu menarik, lalu mengajak Nthan untuk segera berlari.
"Ayo, kita cepat lari, kita akan bersembunyi di balik pohon besar itu." menunjuk pohon sambil berlari dan menarik tangan Nathan.
Nathan yang mendengarkan hanya terdiam, lalu mengikuti arah langkah gadis itu. Namum di dalam hati Nathan sangat bingun dengan tinggkah semua orang yang bersamanya di dalam bus. Lalu Nathan kembali bertanya.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Uss." menyumpan jari telunjuk di bibirnya "Kamu jangan berisik." berkata pelan "Nanti mereka mendengarkan kita."
Nathan yang mendengarkan kata dari mulut gadis itu, merasa bingun, hingga akhirnya ia berkata.
"Mereka? mereka siapa?" tanya Nathan dengan nada suara sedikit meninggi.
Mendengar suara Natahan yang cukup keras, membuat gadis itu menutup mulut Nthan dengan tangannya.
Gadis itu kembali berkata.
"Sudah kubilang, jangan berisik." berkata pelan "Nanti mereka bisa mendengar kita, nanti kalau sudah aman aku akan menjelaskan semuanya." ucap gadis itu dengan nada suara pelan.
Setelah menunggu beberapa saat, hari tengah mulai terlihat gelap, gadis itu pun berkata.
"Mungking mereka sudah pergi."
Mendengar kata yang keluar dari mulut gadis itu, Nathan kembali berkata.
"Mereka siapa?" menatap wajah gadis yang ada di hadapannya "Katakan padaku? mereka siapa?"
Mendengar pertanyaan Nathan, gadis itu mulai bercerita, siapa mereka? dan apa maunya.
"Mereka adalah rombongan para perampok, mereka tak akan segan -segan menyakiti, memperkosa bahkan membunuh orang yang mereka palak, kalau sampai tak mengikuti keinginannya, mereka akan melakukan hal yang sama seperti yang telah mereka lakukan pada...?" gadis itu menundukkan wajahnya ketika mengatakan kata terakhirnya. Terlihat jelas kesedihan yang terpangcar di wajahnya.
"Pada siapa?" menatapa wajah gadis yang ada di hadapannya "Apa yang ingin mereka lakukan?" Tanya Nathan penasaran.
Mendengar pertanyaan Nathan. Gadis itu hanya tersenyum tipis lalu berkata.
"Ya, sudah lah, yang ini tak usah di bahas, sebaiknya kita melanjutkan perjalanan kita mungking di jalan sudah aman."
Mendengar ucapan gadis itu. Nathan mengangukkan kepala dan mulai mengikuti langkah gadis itu.
Gadis itu kemudian berkata pada Nathan.
"Kamu mau kemana?" Tanya gadis itu.
"Entahla, aku juga tak tau kemana arah langkah kakiku akan membawaku." ucapnya pelan.
"Maksudnya?" berhenti berjalan "Kamu tak tau mau kemana?" Tanya gadis itu sambil menggaruk kepalanya.
"Hem. oya nama kamu siapa?" Tanya Nathang melihat ke arah gadis itu.
"Oya, ampun." menepuk jidat "Aku sampai lupa memberitahukanmu namaku." tersenyum "Kenalkan,namaku Cika Rahayu, biasa di panggil Cika bisa juga di panggil Ayu" sambil tersenyum manis melihat ke arah Nathan.
Setelah selesai memperkenalkan namanya. Cika dan Nathan berjalan menelesuri jalan setapak yang kini sudah terlihat sangat gelap.
Nathan pun bertanya pada Cika.
"Apa kamu tidak takut?" melihat ke arah Cika yang kini tngah berjalan di sampinnya.
"Takut apa?" berkata santai.
"Takut padaku, kita cuman berdua di jalan, dan di tengh hutan yang sepi ini."
Mendengar ucapan Nathan. Cika tertawa cukup keras.
"Haha." suara tawa Cika.
Mendengar suara tawa Cika. Nathan sendiri merasa ngeri.
Nathan lalu berkata dalam hati
"Bukan Cika yang takut tapi aku."
Cikha pun kemudian berkata.
"Aku tak takut padamu, karna aku yakin. Kamu pasti orang yang baik." Setelah mengatakan itu Cika tersenyum melihat ke arah Nathan.
"Kamu jangan terlalu mudah percaya pada orang lain, karna tidak semua orang memiliki hati baik." ucap Nathan pelan.
"Namun aku percaya padamu," Ucap Cikha pelan dan santai.
*
*
*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!