* Safira putri
Safira adalah anak yang baik, mandiri, pekerja keras,dan sedikit galak.Beruntungnya,ia memiliki wajah yang menggemaskan dengan tampangnya yang imut itu,membuat banyak laki-laki ingin mendekatinya.
Tapi,terhalang karena ada kekasih yang layaknya bodyguard-nya itu.Kekasih nya Arnam,ia selalu menghalangi siapa pun yang ingin mendekati Safira.Sifat Safira yang memang tidak mudah di dekati,hingga ia hanya memiliki beberapa teman dekat saja.
Safira memiliki tiga sahabat laki-laki yaitu Rey, Roni,dan Reno.Selain itu,Safira juga memiliki seorang sahabat perempuan yang bernama Salma.
* Arnam wirawan
Arnam merupakan seorang laki-laki yang sangat tampan,wajahnya yang amat rupawan,menjadikan ia sangat di kagumi kaum wanita.
Arnam memiliki perusahaan yang berpengaruh di negaranya.Ia sangat dihormati,dan di takuti di negaranya oleh orang-orang penting.Tetapi meski begitu, tidak banyak orang yang tahu bahwa ia adalah pemilik perusahaan dari perusahaan itu, karena hanya beberapa orang-orang penting saja yang tahu.Dan tentu itu ada alasannya.
Arnam memiliki perusahaan itu,peninggalan ayahnya, perusahaan yang hampir hancur tapi kembali bangkit dan menjadi lebih baik di antara yang lain nya.Itu tak lain berkat usahanya,dan kepintaran nya yang di atas rata-rata,membuatnya bisa membangun perusahaan hingga sebesar itu.
Tapi tak di pungkiri,jika didikan dan permintaan ibu nya adalah salah satu hal yang membuat Arnam menjadi seperti saat ini.
Selain itu,ia memiliki Asisten yang sangat Kompeten.Toni Setia putra itu namanya.Sama seperti namanya, ia adalah asisten yang setia pada Arnam.Hanya Saja,ia memiliki wajah tanpa ekspresi, layaknya mayat hidup',tapi untungnya wajahnya tampan.Dalam ekspresi itu, seakan-akan Toni tidak memiliki semangat hidup,tapi meski begitu ia sangat kompeten saat bekerja.
______________________________
Safira yang baru saja pulang dari kantor,ia merasa lelah.Safira belum terbiasa bekerja,apalagi tempat ia bekerja,seakan meminta ia memiliki kesabaran lebih.
Tak lama minuman yang ia pesan sampai,dengan senang Safira menerima itu sambil tersenyum. “Terima kasih” ucapnya kala menerima minuman. Si pelayan hanya mengangguk,ia lalu pergi untuk melayani pelayan yang lain.
Safira bekerja diperusahaan Reno sahabatnya.Ia baru beberapa bulan bekerja di sana,ia yang hanya lulusan sekolah SMA merasa sangat bersyukur bisa bekerja di sana.Tapi,meski begitu ada kegelisahan di hatinya walau ia menerima pekerjaan itu
Safira bekerja sebagai karyawan,meski hanya magang dan belum tetap,tapi ia yang hanya lulusan SMA merasa terbebani dengan hal itu.Banyak yang membenci dan menggunjing diri nya di kantor.
Bekerja lewat jalur belakang aja bangga!'
Paling dapat pekerjaan dengan cara nggak benar!'
Dasar wanita munafik yang sok baik!'
Itu umpatan yang sering Safira dengar saat para karyawan tahu jika ia yang hanya lulus SMA bekerja seperti karyawan.Dan,entah berapa banyak umpatan yang sering Safira dengar hingga ia merasa lelah untuk meladeni hal itu.
Di tengah lamunan Safira,ia merasa haus dan hendak meminum jus pesannya,tapi tiba-tiba...
Byurrr...
Segelas air berwarna menyiramnya.Safira terkesiap karena hal itu,ia merasakan rambutnya terasa lepek
“Dasar wanita murahan!” umpat wanita di hadapannya.Ia memegang gelas yang masih meneteskan air berwarna,warna tetesan di gelas sama dengan cairan yang menempel di rambut Safira.
Dan itu menandakan jika wanita itu lah yang telah menyiramnya.Safira bangkit dari kursinya,ia merasa kesal dan tak terima.Menatap kearah wanita yang ada di hadapannya dengan tatapan tak suka.
Padahal ia sedang berada di suasana yang kurang baik,tapi wanita yang menyiramnya seakan menambah suasana hati nya menjadi buruk
“Maksud Kakak apa?, saya tidak kenal dengan Kakak?, tapi kenapa kakak tiba-tiba datang dan bilang saya wanita murahan!!?.Apa salah saya Kak!!?” Safira dengan nada kesal mengeluarkan unek-uneknya.Tapi, karena merasa wanita yang ada di hadapannya itu jauh lebih tua darinya,maka ia menyebut nya kakak'
“Kamu nggak usah pura-pura gak tahu deh,kamu kan istri kedua suami saya?!” Wanita yang bernama Rena berkata dengan nada marah sekaligus meremehkan.
Seolah benar-benar ingin mempermalukan,hingga nada suara yang Rena gunakan terdengar kencang, beberapa pengunjung kini sudah menatap ke arah pertengkaran mereka.Dan lama kelamaan, terdengar bisik-bisik.
“Memangnya suami kakak siapa?,saya punya suami!,jadi buat apa juga saya merebut suami Kakak!!” Safira menatap sengit ke arah Rena.
Ini bukan hanya menyangkut nama baik Safira,tapi ayah,ibu serta adiknya,atau bahkan keluarga nya, bisa saja mereka akan kena imbas dalam masalah ini
“Kamu tahu tidak jika suami kamu itu adalah suami saya!.Namanya adalah Arnam kan?!,dia itu suami saya!!”tekan Rena sinis.
“Iya memang benar nama suami saya Arnam,tapi bisa saja kan kak,jika suami kita hanya sama nama nya saja”jawab Safira, ia berusaha menahan emosinya karena kesal sekaligus malu.
Rena yang mendengar itu,ia tersenyum sinis dan sedikit mengejek.Lalu ia mengambil sebuah foto yang di bawa nya.Foto itu adalah foto pernikahan nya dengan Arnam.
Sedikit menyodorkan foto itu ke arah Safira,tapi sebelum menerima selembaran foto itu,Safira melihat ke arah Rena untuk sejenak,ia lalu menerima itu dengan sedikit tak yakin.Safira takut jika ia membuka foto itu,itu berarti ia meragukan Arnam,padahal selama ini Safira tidak pernah meragukan Arnam sama sekali.
Gerakan tangan Rena yang seakan menyuruhnya untuk melihat itu,akhirnya Safira bisa melihat lelaki yang berada di samping Rena dengan wajah datar nya.Tak peduli dengan ekspresi wajah lelaki itu, yang Safira pedulikan adalah perasaan hampa dan sakit di saat bersamaan.Dan tanpa sadar tangannya terkepal erat,seolah sedang menahan amarah yang tiba-tiba membara.
Perasaan kecewa!,marah!,sedih!,dan tak terima kini Safira rasakan.Semua perasaan itu,seakan menjadi satu dengan rasa yang seolah merasa sangat tertipu dan terkhianati.
‘Iya itu foto Arnam’ pikir Safira marah sekaligus tak menyangka.
“Kenapa diam?,masih gak percaya?!,oke kalau begitu akan saya tunjukkan buku nikah saya dengan Arnam ke kamu”.Rena yang hendak mengambil buku nikah miliknya,tapi terhenti oleh teriakan marah Safira.
“Cukup!”
Rena yang mendengar itu hanya diam,tapi tak lama senyum sinis dan mengejek kembali terbit di wajah nya.
Mengabaikan tatapan itu,tanpa berkata Safira langsung pergi meninggalkan restoran dengan perasaan kesal, marah, yang bercampur dengan rasa sedih.Walaupun saat Safira keluar banyak pengunjung yang memandang dirinya dengan sinis, jijik, dan merendahkan,Safira tetap abai.
Karena Saat ini rasanya Safira tidak mampu untuk berkata-kata lagi.
*****
* Di taman.
Saat ini Safira dan Arnam sedang duduk di sebuah kursi panjang bercat putih. Banyak pepohonan dan juga jenis bunga yang tengah mekar dengan indah, air mancur yang gemercik seolah menjadi paket lengkap untuk siapapun yang ingin menikmati suasana taman
“Fi,”panggilan sayang yang diucapkan Arnam kepada sang kekasih.
Sebenarnya itu bukan hanya panggilan sayang Arnam saja, karena keempat sahabat yang lain juga memanggil Safira dengan sebutan Fi'
“Ya?”jawab Safira sedikit acuh, ia paling tidak suka dengan suasana romantis. Belum terbiasa!' itu alasan saat ditanya oleh sahabat-sahabatnya mengapa Safira begitu cuek pada Arnam.
Walau sebenarnya ia emang benar-benar sayang pada Arnam. Meski begitu Safira tetap menatap ke arah Arnam yang kini tengah menatap ke arahnya.
“Kamu tau kan kalau aku itu benar-benar sayang sama kamu?” Arnam menatap Safira dengan tatapan dalam miliknya.
Safira pun hanya menjawab dengan sebuah senyuman tipis, tidak ada wajah merona ataupun wajah malu-malu, karena perempuan itu sudah kebal akan ucapan manis dari laki-laki.
Setebal kulit buaya!!
Maka sekebal itu juga Safira akan gombalan-
gombalan laki-laki.
Tapi meski begitu, senyum Safira itu bukan hanya sebuah senyum biasa, melainkan sebuah senyum penuh ketulusan. Karena wanita itu tau jika apa yang di katakan oleh laki-laki yang ada di hadapannya itu bukan sebuah kebohongan, melainkan ketulusan!!.
Untuk sejenak mereka hanya diam,seolah tengah menyelami pemikiran masing-masing hingga suasana hening pun tercipta.
Dan secara tiba-tiba Arnam mendekatkan wajahnya ke wajah Safira, atau lebih tepatnya Arnam hendak mencium Safira.Tapi sebelum itu, Safira sudah lebih dulu memalingkan wajahnya, dan menghindari Arnam yang akan menciumnya.
“Kenapa?”tanya Arnam seolah terkesima dengan respon Safira.
“Kamu pasti sudah tahu bagaimana sifat aku dengan jelas. Aku ini memang benar-benar sayang banget sama kamu. Aku juga akan berusaha untuk menerima kekurangan, serta kelebihan kamu. Tapi kita hanya pacaran bukan suami istri, jadi aku mohon agar kamu jangan sampai melewati batas,” ucap Safira sambil menatap Arnam dengan wajah yang serius.
Mungkin untuk saat ini ciuman, tapi entah besok, mungkin bisa lebih dari hal itu. Jadi Safira berusaha menghindari hal yang bisa saja membuat mereka kehilangan batasan. Karena Safira sadar betapa pentingnya sebuah kehormatan!!. Di tambah lagi, ia selalu mendapatkan nasehat agar tidak kelewatan batas dalam hubungan, meski Safira sadar jika kadang ia akan sedikit lemah saat menatap tatapan teduh Arnam padanya.
Arnam yang mendengar itu, ia diam sesaat, ia merasa sedikit tak suka dengan perkataan Safira tadi yang seolah mengatakan jika hubungan mereka bisa kandas kapan saja. Entah mengapa Arnam bisa berfikir ke arah situ, padahal nyatanya Safira tidak bermaksud seperti itu.
“Tapi 'kan kamu tau jika aku benar-benar sayang banget sama kamu, dan kamu juga tahu bagaimana sifat aku. Dan karena itu!, maka orang yang berhak untuk menjadi istri aku itu cuman kamu!”tekan Arnam yakin dan kukuh
“Iya aku tahu, tapi seberapa besar cinta dan sayang kamu sama aku. Setidaknya, kamu tahu walaupun aku terlahir dari keluarga yang biasa. Tapi keluargaku memiliki aturan, dan aku tidak ingin melanggar itu!”
Safira menjeda sejenak ucapannya, ia ingin melihat respon Arnam yang sengah menjadi pendengar yang baik
“Dan bagi aku, dengan kita berpegangan tangan, dan kamu sering mengusap tangan kamu di kepala, itu sudah sangat intim buat aku.” Safira menatap ke arah Arnam yang hanya diam.
Safira hanya ingin Arnam tahu, tidak ia tidak bisa sebebas itu, karena semakin terjaga seorang wanita, maka semakin mahal pula harganya,itu yang sering ayahnya katakan padanya, hingga Safira tidak berani menurunkan harga jika nama baik keluarganya yang di pertaruhkan.
“Kamu pasti tahu kalau kamu adalah orang pertama yang berhasil meluluhkan hati aku. Dan kamu juga tahu, meski aku sering bergaul dengan laki-laki lain, tapi meski begitu aku mempunyai batasan aku sendiri, dan itu sudah merupakan pendirian aku sendiri, dan kamu juga pastinya tahu, jika keluarga aku sangat menjaga aku, sekalipun aku bebas bergaul,” ucap Safira lagi dengan panjang lebar.
Arnam yang mendengar hal itu, ia seakan mengerti apa yang Safira inginkan. “Iya, aku paham. Maka dari itu, aku sadar jika kamu itu wanita yang benar-benar sulit buat ditaklukkan, apalagi dengan tingkah keras kepala dan gengsi kamu itu, and maaf kalau aku salah,” ucap Arnam sambil mengusap kepala Safira dengan sayang dan tatapan yang tulus.
“Mau makan?, sepertinya kita makan ke restoran yang dekat dari sini!”ajak Arnam tiba-tiba. Arnam seolah sadar jika ia sedang berduaan dengan Safira, rasanya ia tak bisa untuk menahan diri. Tapi karena Arnam sangat mencintai Safira, maka ia berusaha mati-matian untuk menahan itu semua. Setelah itu mereka pun berjalan menuju restoran terdekat.
*****
Cukup jauh mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di sebuah restoran. Arnam menggeser salah satu kursi kosong, dan membiarkan Safira untuk duduk,layaknya seorang ratu, Safira merasa sedikit tak nyaman juga senang di saat bersamaan.
Melihat Safira yang hanya diam, Arnam terlihat bingung,ia mengangkat sebelah alisnya tanda heran,tapi detik berikutnya ia pun paham.
“It's okey, santai saja," Arnam tenang berkata dengan santai. Safira yang melihat itu, ia pun akhirnya duduk di bangku yang di sediakan oleh Arnam.
“Terima kasih,”ucap Safira sambil tersenyum kepada Arnam, dan Arnam pun langsung membalas senyum Safira itu. Setelahnya, Arnam pun berjalan ke sebuah kursi kosong yang lain, dan duduk sambil menghadap ke arah Safira.
Tak lama pelayan pun datang, Arnam memesankan makanan untuknya dan Safira. Setelah itu pelayan pergi untuk mengambil pesanan mereka.
“Kamu sering kesini?” tanya Safira basa basi sambil menunggu pesanan mereka sampai.
“Nggak, aku baru kesini,”jawab Arnam di akhiri dengan sebuah senyuman.
Lama kelamaan Safira akan berfikir jika Arnam itu laki-laki ramah, tapi begitu mengingat sikap datar dan acuh Arnam pada sahabatnya yang lain ia pun akhirnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak lama pesanan mereka pun sampai,dan mereka pun mulai memakan makanan yang ada di atas meja dengan lahap. Selesai makan Safira mengambil tisu yang tersedia dihadapannya, ia mengelap mulutnya menggunakan tissue itu.
Krettt...
Bunyi kursi bergeser
“Mau kemana?” tanya Arnam saat melihat Safira bangkit dari kursi nya. “Mau ke toilet sebentar, kamu tunggu di sini, ingat jangan kemana-mana!, apalagi sampai tinggalin aku di sini sendirian,” ucap Safira memperingatkan. Meski mengancam entah mengapa Arnam merasa jika nada bicara Safira seolah takut di tinggal.
Arnam yang mendengar itu, ia hanya mengangguk sambil terkekeh pelan, membuat Safira menatapnya tajam untuk sejenak. Dan setelah mengatakan itu,
Safira pun berjalan menuju toilet.
“Mana mungkin aku tega tinggalin kamu,dasar anak kecil,”ucap Arnam sambil tersenyum kecil. Rasanya bukan hanya Safira yang berfikir jika Arnam itu ramah, bahkan Arnam sendiri pun sampai berfikir mungkin jika terus bersama dengan Safira ia tidak ada bedanya dengan orang-orang yang terkenal ramah.
*****
Safira yang telah berada di toilet cukup lama, ia pun langsung keluar, takut Arnam kelamaan menunggunya. Ia berjalan kembali ke tempat Arnam berada. Di saat Safira telah sampai dan berjarak satu meter dari tempat Arnam duduk, ia melihat ada seorang perempuan yang sedang berusaha untuk mendekati Arnam.
‘Ternyata punya pacar yang tampan itu,gak selalu baik’ batin Safira merasa sedikit kesal karena hal itu.
Tanpa berkata, Safira pun langsung berjalan dengan langkah cepat menghampiri Arnam.
Begitu sampai, Safira langsung merangkul tangan Arnam dengan mesra. “Sayang, maaf ya sudah buat kamu menunggu lama,” ucap Safira berusaha untuk bersikap mesra, ia abai meski Arnam kesulitan meresponnya karena sedang duduk sambil minum jus.
Meski sebenarnya Safira merasa gugup dan malu, karena ini pertama kalinya dia bersikap mesra pada Arnam. Atau lebih tepatnya baru pertama kali Safira bersikap posesif, karena biasanya Arnam yang akan posesif jika dirinya di dekati laki-laki lain.
Arnam yang di perlakukan seperti itu, ia hanya diam, senyum tipis pun muncul tanpa sepengetahuan Safira. Merasa senang di perlakukan seperti itu,ia tidak marah, karena ia tahu jika Safira melakukan itu karena sedang merasa cemburu.
Perempuan yang awalnya berusaha untuk mendekati Arnam itu, ia hanya dapat diam sambil memandang tak suka kearah Safira. ‘Siapa perempuan itu?, kenapa dia berani pegang-pegang gebetan ku sih?!' pikir wanita itu dengan wajah terlihat kesal yang berusaha ia sembunyikan.
“Sayang ayo kita pulang, kayaknya ada sesuatu yang harus aku urus,”ucap Safira beralasan, dengan wajah yang terlihat memelas, dan nada yang sedikit di lembut-lembutin, agar terlihat manja.
Arnam yang mendengar itu, ia pun bangkit dari duduknya, karena ia tahu apa yang di inginkan oleh Safira. Meski sebenarnya ia masih ingin melihat lebih jauh, dan sampai mana Safira akan berbuat posesif karena merasa cemburu.bTapi cubitan diam-diam dari Safira yang tanpa ampun, seakan mengatakan betapa kesal Safira ia saat ini. Setelah mereka berada di luar restoran,tiba-tiba Safira melepaskan rangkulannya itu dengan sedikit kasar.
“Kamu!, kenapa diam aja saat perempuan itu dekatin kamu?!.”Kesal Safira tapi Arnam hanya diam.
“Senang gitu bisa di dekati sama wanita cantik dan seksi?!!,dasar kamu itu ganjen!!!” Safir menatap Arnam dengan tatapan tak suka dan tampang kesalnya.
Arnam tetap diam dan terus memperhatikan wajah Safira yang marah karena cemburu. “Kenapa diam aja?!, nggak terima aku katain kamu ganjen. Memang siapa suruh kamu buat aku marah!!,kamu seneng kan di dekati sama perempuan itu?!”ucap Safira dengan tatapan memicing curiga.
Masih diam, tapi kini dengan mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Arnam melakukan itu bukan karena ia sedang marah,tapi karena Arnam saat ini sedang menahan rasa gemasnya akan ekspresi Safira yang terlihat menggemaskan saat sedang marah atau lebih tepatnya tengah menahan cemburu!!.
Arnam hanya diam dan berusaha agar ia tidak mencubit pipi Safira yang seakan kembang-kempis saat sedang berbicara. “Kenapa juga kamu mengepal kan tangan kamu kayak gitu?!, mau pukul aku?, Coba aja kalau berani !!"ucap Safira terus berbicara tanpa henti.
Dan akhirnya Arnam pun sudah tak tahan untuk mencubit Safira, ia pun langsung mencubit kedua pipi Safira dengan sedikit keras karena gemas. Rasanya ekspresi Safira yang tengah marah saat ini,terlihat sangat sangat imut dan menggemaskan untuk Arnam, hingga ia pun tak tahan lagi untuk mencubit safira.
“Auwww, sakit,”ucap Safira saat kedua pipinya di cubit oleh Arnam dengan gemas, benar-benar sangat kencang. Seakan pipi Safira itu mainan yang bisa di usel-usel dan di cubit seenaknya
Safira yang merasa sakit di kedua pipinya itu,ia pun dengan cepat menepis tangan Arnam di kedua pipi nya dengan kasar. “Apaan sih, jangan cubit-cubit orang seenaknya!” Safira memegang kedua pipinya dan mengusapnya dengan lembut
“Lagipula siapa suruh kamu terus marah-marah?, aku yang ingin bicara jadi tidak bisa. Apalagi pas tadi kamu bilang jika aku boleh memukul kamu, ya mana mau sih aku mukul kamu ”Arnam tersenyum, merasa gemas.
“Alasan!!. Bilangnya aja mau jelasin!, tapi nggak di jelas-jelasin juga, bilang aja kamu senang di dekatin cewek cantik tadi.Dan lagi wajah kamu tolong di perhatikan, jangan senyum-senyum kayak begitu, jelek tau, kayak orang mesum!!”ucap Safira dengan nada mencebik.
Senyum Arnam kala itu hilang seketika begitu dikatai mesum. Sedangkan Safira Seolah tidak peduli dengan ekspresi Arnam, Safira yang melihat tukang ojek lewat di depannya itu, ia pun langsung memberhentikan tukang ojek tersebut.
Kemudian setelah itu Safira langsung menaiki ojek itu. “Bang jalan!”perintah Safira pada tukang ojek. Tak lama, ojek yang di naikin Safira itu pun berjalan pergi dan meninggalkan Arnam yang saat ini hanya diam di pinggir jalan sendirian.
Meski sedikit kesal dengan ucapan Safira, Arnam yang melihat itu, hanya tersenyum kecil akan kelakuan Safira, tapi ia juga sedikit menekuk wajahnya karena tak suka Safira diantar pulang tukang ojek.
Apalagi ojek itu... laki-laki.
Tak lama setelah kepergian Safira,datang lah sebuah mobil yang mengawasinya dari tadi.
Mobil tersebut pun berhenti tepat di sampingnya, Arnam yang melihat itu,ia pun langsung masuk ke dalam mobil.
* Di dalam mobil.
“Tuan,apakah anda ingin mengejar nona Safira?”tanya sang asisten yang bernama Toni,dengan wajah tanpa ekspresi,tapi karena wajahnya yang tampan,menjadikan ia banyak di kagumi wanita.
“Tidak usah!.Lagipula saya jauh lebih tahu bagaimana sifatnya itu.Dia saat ini hanya sedang marah,tapi saya yakin dia tidak akan bisa marah untuk waktu yang lama”jawab Arnam dengan wajah dingin dan datar.
Memang begitulah sifat Arnam sebenarnya,yaitu datar dan dingin,ia hanya akan tersenyum dan berbuat lembut hanya untuk Safira.
Apakah Arnam memiliki sifat ganda??
Entahlah,yang jelas Arnam merasa ia tidak memiliki penyakit ataupun sifat ganda.
Setelah itu mobil tersebut pun berjalan menuju sebuah mansion milik Arnam.Dan tak lama mobil tersebut pun memasuki gerbang mansion.
Saat telah sampai,Arnam pun turun dari dalam mobil dengan Toni yang membukakan pintu untuknya.Kemudian ia langsung berjalan masuk ke dalam mansion,dan di saat ia hendak melewati ruang tamu,langkahnya tiba-tiba terhenti karena sebuah panggilan.
“Arnam”ucap seseorang wanita yang terasa familiar di telinga Arnam.
Sontak Arnam yang mendengar itu,ia lalu berbalik dan melihat kearah seorang wanita yang sudah berusia hampir setengah abad tapi masih terlihat cantik.
Arnam pun berjalan mendekat kearah wanita yang saat ini sedang duduk.Ia berhenti tepat dihadapan wanita yang ia panggil dengan sebutan 'ibu'.
“Kenapa bu?”tanya Arnam dengan nada datar dan sedikit dingin.
Setelah mengatakan itu,Arnam hanya diam sambil memandang datar ke arah ibunya.Pandangan yang Arnam tunjukkan kepada ibunya itu,dikarenakan oleh didikan ibunya yang terlalu keras kepadanya.Dan Arnam selalu di tuntun untuk bisa segala hal yang ibunya inginkan.
“Kamu habis dari mana?,pasti kamu habis menemui wanita jelek itu!.Kenapa?,kamu masih berhubungan dengan wanita itu?!”ucap wanita yang bernama Rima.Selfprima,itu lah nama lengkapnya.
“Safira!,itu namanya”tegas Arnam yang tak suka saat Rima menyebut Safira dengan panggilan wanita itu', apalagi saat Rima menyebut Safira dengan sebutan wanita jelek.Jelas Arnam tahu betapa menggemaskan kekasihnya itu!!!
“Kenapa?,apa alasan ibu tidak pernah suka dengannya?,dan apa masalahnya jika saya masih berhubungan dengannya!?”ucap Arnam dengan nada datar,dan pandangan yang tak suka saat ibunya merendahkan orang yang ia sayang.
Nada yang formal,seakan menjelaskan betapa tidak dekat nya mereka.Meski memiliki darah yang sama,tapi seakan ada penghalang yang membuat mereka tidak bisa bersikap layaknya ibu dan anak.
“Semenjak kamu kenal sama dia,semua yang berhubungan sama dia itu sudah membuat kamu hilang kendali!.Seperti sekarang ini!,kamu berani jawab ucapan ibu,dan ibu tak suka akan hal itu!!”ucap Rima marah.
“Karena Saya tidak mungkin hanya diam saat mendengar ibu merendahkan nya!”tekan Arnam,berusaha menahan emosi nya.
Selama ini Arnam tidak pernah membangkang sekalipun ucapan Rima,bukan karena ia penakut! atau tidak punya pendirian!.Tapi karena apa yang selama ini ibunya inginkan itu tidak pernah bertentangan dengan keinginan nya.
Seberapa sulitnya keinginan ibunya itu,akan Arnam kabulkan,dan Arnam tahu jika ia tidak bisa melampiaskan amarahnya itu kepada ibunya,seberapa pun marahnya dirinya.
“Pokoknya ibu nggak peduli!,ibu gak akan pernah terima hubungan kamu dengan dia,karena sebentar lagi ibu akan jodohkan kamu dengan anak dari sahabat ibu”ucap Rima dengan nada mutlak tanpa ingin dibantah.
“Hanya Safira”jawab Arnam tak kalah mutlak,dengan wajah yang semakin datar.Hal itu membuat Rima langsung menatap Arnam dengan tatapan marahnya.
“Hanya Safira yang akan menjadi istri saya”lanjut Arnam kukuh dan penuh penekanan,ia mengabaikan tatapan marah ibunya.
“Kamu lupa bahwa aku ini ibu kamu?!,dan harus kamu ingat jika hanya aku yang kamu miliki di dunia ini!!”ucap Rima sedikit berteriak.
Arnam hanya diam saat mendengar hal itu,ia menarik nafas dalam-dalam lalu ia keluarkan dengan kasar.Seolah sedang membuang emosinya jauh-jauh.
Arnam tahu itu,ia sadar jika kini ia hanya memiliki ibunya seorang.Dan Arnam sadar jika ia juga sangat menyayangi dan mencintai ibunya.
Arnam duduk di sofa yang ada di dekatnya,ia seolah sedang berusaha untuk menenangkan emosinya itu.
“Ibu harusnya mengerti dengan apa yang saya inginkan,dan jangan memaksa saya terus-menerus untuk menuruti kemauan ibu!.Kenapa?,apa yang ibu perlukan lagi?.Saya akan melakukan semuanya,tapi tidak dengan satu hal itu!”ucap Arnam pelan tapi tak menghilangkan wajah datarnya.
“Ibu hanya ingin kamu menikah dengan Rena anak sahabat ibu,karena hanya dia yang pantas menjadi menantu ibu”ucap Rima masih dengan nada mutlaknya.
Lagi-lagi Arnam hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar saat mendengar permintaan ibunya itu.
“Apalagi yang ibu inginkan.Bukankah perusahaan Arnam itu sepuluh kali lipat,bahkan jauh di atas perusahaan keluarga Rena.Jadi,buat apa kita melakukan pernikahan yang seperti itu”ucap Arnam datar.
“Tapi bagaimana pun perusahaan keluarga Rena adalah perusahaan yang paling besar diantara yang lainnya”ucap Rima kekeh.
Arnam yang mendengar itu,ia pun langsung bangkit dan hendak berjalan pergi meninggalkan ibunya,tapi sebelum itu kata-kata dari ibunya kembali berhasil menghentikan langkahnya.
“Kamu nggak inginkan kehilangan ibu?,dan kamu harus ingat kalau kamu tidak memiliki siapa-siapa lagi selain ibu,jadi kamu hanya bisa untuk menuruti semua kemauan ibu!!”ucap Rima yang lagi-lagi dengan nada mengancam.Seolah terus mengingatkan kata-kata itu secara berulang-ulang.
Tanpa berkata,Arnam pun berjalan pergi meninggalkan ibunya yang sedang naik pitam karena marah.
Arnam pun berjalan dengan langkah cepat menuju kamarnya,saat sampai ia pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci kamarnya dari dalam.
Arnam pun duduk di kasur miliknya sambil menahan amarah.
‘Aku memang orang yang sangat ambisius dalam segala hal,dan semua yang aku lakukan dan aku inginkan pasti akan aku dapatkan.Tapi di balik sisi ambisius aku ini,aku tidak pernah menentang keinginan ibu,karena ibu lah alasan aku ambisius!’pikir Arnam dengan pikiran yang kini sedang kacau balau tak menentu.
Tak lama handphone miliknya pun berbunyi.Arnam pun langsung membuka handphone miliknya dan setelah itu ia melihat sebuah notifikasi dari Safira.
Yang berisikan sebuah pesan.
Tanpa menunggu lama Arnam pun membuka pesan tersebut.
"Kita putus" itulah isi pesan yang dikirim kan Safira padanya.
Arnam yang melihat itu bukannya marah,
tapi ia malah terkekeh tanpa menjawab pesan tersebut,itu seperti sebuah lelucon di tengah suasana hatinya yang kacau ini.Karena Arnam yakin jika itu hanya sebuah ancaman atau gertakan dari Safira,dan Arnam juga yakin,jika ia akan selalu memiliki cara untuk meluluhkan hati Safira.
Setelah itu Arnam pun langsung membaringkan tubuhnya di kasur miliknya.
‘Sekarang aku sadar jika aku bukanlah robot yang tidak memiliki perasaan seperti yang aku katakan dulu.Karena sebenarnya aku juga memiliki rasa sayang dan cinta sama seperti manusia pada umumnya’pikir Arnam sambil menatap langit-langit kamarnya.
Setelah itu,Arnam pun hanya diam sambil tersenyum, handphone miliknya ia letakkan di atas dadanya seakan tengah membayangkan jika suatu hari nanti Safira lah yang akan ia peluk.Ia saat ini seakan tidak marah lagi setelah mendapatkan sebuah pesan dari Safira meskipun itu berisi sebuah ancaman.
‘Selamat tidur My little wife’batin Arnam sambil tersenyum.Ia kini sudah mengklaim Safira sebagai istrinya.Walau nyatanya mereka belum menikah
Dan tanpa sadar Arnam pun tertidur.
*****
Sementara itu di tempat lain.
Safira yang saat ini menunggu Arnam untuk membalas pesan miliknya itu,tetapi tak kunjung mendapat jawab.Hingga ia merasa kesal dan jengah karena terus menunggu.
“Dasar!”ucap Safira marah saat pesannya di abaikan oleh Arnam.
Safira pun bangkit dari kasurnya,ia membuka pintu kamarnya dan keluar dari kamar.
Safira berjalan menuju ke arah dapur,dan saat ia telah sampai,tanpa sengaja matanya melihat mie instan.
“Duh karena aku sedang lapar,lebih baik aku seduh saja lah mie insan ini,lumayan buat mengganjal perut ku yang keroncong saat ini”ucap Safira pada dirinya sendiri.
Akhirnya ia pun langsung menyeduh mie instan itu,saat sudah jadi,Safira berjalan ke ruang tamu dimana adiknya sedang menonton TV.
“Kamu itu perempuan dek,kok suka banget nonton bola”ucap Safira pada Rara.
Begitu selesai bicara,Safira pun duduk dan menaruh mangkuk yang berisi mie di atas meja,dan langsung memakan mie instan tersebut dengan lahap.
Rara yang mendengar itu,ia mengalihkan pandangan matanya dari TV,dan menatap kearah Safira.
“Bagi kak,kok cuman satu sih,bikin lagi dong kak buat Rara”ucap Rara dengan tatapan memelas.Ia berkata tanpa menjawab ucapan Safira.Sebelumnya author mau mengucapkan terima kasih buat yang udah baca cerita yang tidak seberapa ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!