NovelToon NovelToon

KISAH HIDUP LIVIA

BAB 1

Hai.... perkenalkan namaku Livia Anastasya. Keluarga dan teman-temanku memanggil namaku Via. Saat ini aku berusia 23 tahun.

Berasal dari keluarga kelas menengah membuatku tak kesulitan bisa menempuh pendidikkan di salah satu universitas terbaik di kota A.

Aku mengambil jurusan sesuai cita-citaku dan sekarang aku memasuki semester keempat.

Ayahku seorang pegawai negeri di instansi milik pemerintah. Sedangkan ibuku seorang pegawai negeri di sekolah dasar dekat tempat tinggalku.

Jarak universitas dengan rumahku lumayan cukup jauh.

Dengan motor maticku biasanya ku tempuh dengan 1.5 jam untuk bisa sampai di lokasi.

Ya .....memang sangat melelahkan. Mungkin di awal-awal kuliah aku menikmati perjalanan ku dan tidak mempermasalahkan jaraknya. Menginjak semester empat ini aku memilih mencari kosan dekat kampusku.

Aku tipe orang yang tidak suka memamerkan kekayaan orang tua dan mandiri. Motor dan ojek online adalah sarana transportasi terbaik untuk mengantar kemanapun aku pergi.

Memang sempat terjadi perdebatan panjang sebelum orang tuaku menyetujui aku memutuskan mencari kosan.

Mereka tidak rela aku kos karena mereka sangat mengkhawatirkan aku khususnya ibuku.

Di tambah ayah ibuku dirumah hanya berdua saja karena kakakku saat ini sedang berada di kota B bersama paman dan bibiku.

Ya...semenjak lulus kuliah kakakku ikut dengan bibiku di kota B untuk mengejar cita-citanya menjadi seniman.

Setiap setahun 2 kali kakakku baru datang untuk mengunjungi kedua orang tuaku bersama bibiku.

***

Di hari itu...sepulang kuliah aku bersama dua orang temanku memutuskan untuk mencari kos dekat kampusku atas saran dari salah satu temanku yang bertempat tinggal didaerah kampus. Mereka adalah Diah,Ana dan Feni.

Kami berempat berkeliling melihat-lihat beberapa kos hingga akhirnya kami menemukan kos yang cocok sesuai keinginan kami bertiga. Kos yang nyaman menurut kami.

Kebetulan pemilik kos juga tinggal disitu. Kami semakin nyaman masuk melihat-lihat kamar. Karena pemilik kosnya sangat ramah kepada kami.

Setelah deal kami memutuskan minggu depan sudah menempati kamar kos tersebut. Tidak lupa pemilik kos memberikan kunci kamar dan kunci gerbang cadangan untuk kami bertiga setelah kami membayarkan sejumlah uang muka.

Setiap penghuni kos diberikan kunci gerbang masing-masing mengingat yang kos disitu bukan mahasiswa saja melainkan ada beberapa yang sudah bekerja sehingga waktu jam pulang kami berbeda-beda.

Setelah dirasa puas kami pulang kerumah mengendarai motor kami masing-masing.

Tak lupa kami berterimakasih kepada Feni yang telah menunjukan lokasi kos kepada kami yang kebetulan rumah Feni hanya berjarak sekitar tiga ratus meter dari kosan.

***

Tak terasa setelah memakan waktu kurang lebih 1.5jam akhirnya aku sampai dirumah. Aku langsung membersihkan diriku dan masuk kamar.

Saat itu waktu masih menunjukkan pukul 14.00 wib. Rumah masih tampak sepi karena ibu dan ayahku belum pulang bekerja...yaaa mungkin sebentar lagi mereka akan pulang.

Sejenak aku membaringkan tubuhku mengobati rasa lelahku. Tak berselang lama akupun memejamkan mataku dan akhirnya tertidur karena tak bisa menahan rasa kantukku.

Aku mulai sadar dan membuka mataku setelah mendengar ketukan pintu dikamarku.

Aku segera beranjak dari kasur dengan mengusap-usap mataku dan berjalan kearah pintu untuk segera membukanya.

Terlihat ibuku yang sudah memakai baju santai menyuruhku mandi karena sudah pukul lima sore. Aku pun mengiyakan ibuku untuk segera mandi dan keluar dari kamarku.

Ketika berjalan menuju kamar mandi aku juga melihat ayahku sudah duduk dikursi menikmati kopinya dan akupun menyapanya.

Mohon maaf ya readers bab ini harus mengalami revisi...

Semoga kalian suka...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like komen ya...

Mari saling menghargai dengan komen yang positif...tanpa mencibir atau plagiat karya orang ya...

Terimakasih dan selamat membaca. 🤗🤗

BAB 2

"Sore yah....!!"sapaku sambil berlalu menuju kamar mandi dan dijawab dengan anggukan kepala oleh ayahku.

"Jangan lama-lama mandinya,kami menunggumu untuk makan bersama!!"timpal ibuku sambil menuangkan sayur panas ke mangkok.

"Baiklah...."jawabku sambil menutup pintu kamar mandi.

***

Beberapa menit berlalu aku sudah duduk di meja makan bersama ayah dan ibuku.

Ibuku mengambilkan piring untuk ayah mengisinya dengan nasi dan lauk pauk.

Ya begitulah perlakuan ibuku terhadap ayahku yang selalu beliau tunjukan dihadapanku.

Tidak ada pembicaraan atau perkataan sama sekali ketika kami makan hingga kami menghabiskan makanan itu.

***

Setelah makan,kami bertiga berkumpul di ruang keluarga sambil menonton tv.

"Bagaimana kuliahmu?" tanya ayahku sambil menghisap batang rokoknya.

"Baik yah...,mungkin besok pagi aku akan mulai pindah ke kos..." jawabku tegas sambil duduk menatap ayahku.

"Lho kenapa tidak minggu depan saja...?" tanya ibuku yang muncul dari arah dapur dengan nampan berisi teh dan cemilan.

"Minggu depan sudah mulai tes bu...akan merepotkan jika aku masih melaju...." aku menjawab pertanyaan ibuku.

Ibuku hanya nampak diam tanpa melihatku. Aku bisa melihat raut kesedihan diwajah ibuku.

Aku tahu kalau ibuku berat jauh dariku.

Ibuku sangat menyayangiku. Aku bisa melihat dari semua ketulusan dan kasih sayang yang ibu tunjukan kepadaku.

Aku juga tahu dengan adanya aku ditengah-tengah mereka akan sangat kecil kemungkinan ayah dan ibuku bertengkar.

Kedua orang tuaku terkadang bertengkar. Entah apa permasalahannya aku sendiri tak tahu.

Dulu orang tuaku menikah bukan karena atas dasar cinta melainkan karena perjodohan.

Aku kerap sekali melihat ibuku menangis di setiap akhir sholatnya.

Pernah suatu hari aku bertanya kepada ibuku. Tapi ibuku meyakinkanku bahwa semua baik-baik saja.

Aku tahu ibuku tidak mau aku mengetahuinya atau mungkin memang belum saatnya.

Hingga suatu hari aku melihat ibuku menangis kembali dan beliau menceritakan semua yang ia pendam selama ini.

Bagaikan di sambar petir di siang bolong dan aku tidak percaya mendengar pengakuan ibuku.

Bagaimana mungkin ayahku selama ini tidak menginjinkanku kuliah dan tidak memberiku biaya kuliah.

Seketika banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dipikiranku.

Lalu darimana biaya sekolahku selama ini? Siapa yang sudah membiayaiku?

Karena rasa penasaran, aku memberanikan diri bertanya kepada ibuku.

"Bu...lalu darimana biaya sekolahku hingga saat ini?" aku bertanya sambil menguatkan hatiku untuk mengantisipasi kenyataan jawaban yang tidak bisa aku terima.

"Ibu yang membiayainya sendiri....selama ini ayahmu hanya bertanggung jawab dengan uang sakumu nak...!!" ibu menjawab pertanyaanku sambil menggenggam tanganku erat.

"Oh Tuhan....kenapa aku baru mengetahui dan menyadarinya?

Aku membiarkan ibuku menanggung semua beban biaya sekolahku" aku berkata di dalam hati sambil memeluk ibuku.

Terlintas penyesalan di hatiku mengapa aku baru mengetahuinya sekarang. Kalau seandainya aku tahu setelah kelulusan SMA kemarin mungkin lebih baik aku memutuskan untuk tidak kuliah dan memilih untuk bekerja.

Dengan begitu bisa membuat ibuku tidak kerepotan soal biaya.

***

Aku kembali mengingat kisah kakakku.

Waktu itu ibu dari ayahku bersikeras melarang cucunya melanjutkan kuliah karena mereka beranggapan untuk apa seorang wanita sekolah tinggi-tinggi yang pada akhirnya kodratnya tetap harus menjadi ibu rumah tangga.

Sulit dipercaya dengan akal sehat memang. Itulah anggapan dari keluarga ayahku. Semacam pemikiran kolot orang jaman dulu.

Hari readers semoga kalian suka dengan cerita ku.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like komen ya....

Saling menghargai dengan komen yang positif...

Terimakasih dan selamat membaca 🤗🤗🤗

BAB 3

Siang menjadi sore dan sore berganti malam. Kerlap kerlip lampu jalanan terlihat dari balik tirai jendela kamar.

Aku membaringkan tubuhku di tempat tidurku. Masih terngiang di telinga ku cerita ibuku hari ini yang sangat mengejutkan.

Selama ini tidak nampak kecurigaan sama sekali bahkan ibuku mampu membungkus rapih masalah besar ini dari kedua anaknya dan keluarga besar ibuku.

Ya...ibuku adalah sosok yang tangguh bagiku. Sosok tahan banting yang sudah tak pernah menghiraukan cacian cercaan maupun kata2 menyakitkan dari orang lain.

Namun disisi lain ibuku juga manusia biasa yang punya sisi rapuhnya.

Dan mungkin hari ini sosok tangguh itu sudah jebol benteng pertahanannya sehinggga ia mengungkapkan semua isi hatinya yang ia pendam sendiri selama bertahun-tahun.

Ada sedikit penyesalan di dalam hatiku.

Ketidakpekaanku terhadap orang disekitarku. Terlebih orang yang paling berjasa dan berharga dalam hidupku.

Tanpa sadar mataku mengeluarkan butiran bening yang sudah jatuh ke bantalku.

Ada rasa kesal ...sakit...sesak di dalam dadaku. Tapi aku tidak bisa meluapkannya.

Aku tidak bisa benci terhadap ayahku. Tidak bisa meluapkan kemarahan terhadap ayahku tanpa aku tahu kenapa ayahku seperti itu.

Karena aku yakin beliau punya jawaban dan alasan tersendiri.

Aku memutuskan sepulang kuliahku besok aku harus berbicara empat mata dengan ayah. Mungkin dengan aku mengajak bicara berdua dengannya...ayah akan terbuka denganku dan menceritakan alasannya terhadapku.

Besar harapanku untuk tahu alasannya.

Aku memiringkan tubuhku sambil memeluk guling kesayanganku.

Lama-kelamaan aku pun tertidur dengan sendirinya.

***

Pagi pun datang. Aku terbangun dengan suara bunyi alarm dimejaku.

"Ah...sudah jam 5 pagi rupanya."

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku dan beranjak bangun membuka jendela kamarku.

Menghirup udara pagi dalam-dalam.

Aku mencoba merilekskan pikiran yang masih bersarang diotakku.

"Ya Tuhan...semoga hari ini lebih baik daripada hari lalu...dan semoga hari ini aku bisa mendapatkan alasan ayahku sesuai harapanku" aku berucap sambil menatap ke arah kebun bunga yang terletak disamping rumahku.

Setelah puas menatap kebun bunga aku bergegas mandi dan menghampiri ibuku ke kamarnya.

Aku menatap punggung ibuku yang membelakangiku sedang duduk menghadap ke cermin.

"Wanita tangguhku...." kata yang selalu ku ucap di dalam hati ketika sedang memandangi sosok ibuku.

"Sarapan nak...ibu sudah masak!!!" kata ibuku yang berhasil membuyarkan lamunanku.

"Kenapa ibu tidak membangunkanku lebih awal? aku kan bisa membantu ibu memasak seperti biasanya" tanyaku sambil mengelus bahu ibuku.

"Tidak apa-apa...hari ini kamu ada kuliah pagi bukan?".

"Iya bu jam sembilan aku ada kelas" jawabku sambil menatap ke arah ibuku.

"Ya sudah ayo kita sarapan...ayahmu pasti sudah menunggu di meja makan".

Aku hanya menjawab ajakan ibuku dengan anggukan kepala.

Aku masih heran kepada ibuku yang terlihat tenang seperti tidak pernah terjadi sesuatu dirumah tangganya.

Seperti biasa ibuku melayani ayahku dengan baik.

Terlihat ketulusan yang selalu beliau tunjukan di hadapan kami semua.

***

Jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh.

Ayahku pamit untuk berangkat terlebih dulu kemudian disusul ibuku.

Ya...jarak tempat ayahku bekerja sekitar 500meter dari rumah.

Sedangkan tempat kerja ibuku hanya berjarak 300meter dari rumah.

Sehingga ibuku lebih sering berjalan kaki untuk ke tempat kerjanya dengan alasan agar tetap sehat.

***

Akupun tengah bersiap-siap ke kampus.

Membayangkan perjalanan dengan motor memakan waktu satu setengah jam terkadang membuatku menghela nafas panjang.

Tapi seketika kembali aku mengingat cerita ibuku yang menjadikan motivasi agar aku harus giat dan semangat.

Hallo semoga kalian suka dengan cerita ku....

Dukung terus author ya..

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like komen ya....

Mari saling menghargai dengan komen yang positif...

Terimakasih dan selamat membaca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!