NovelToon NovelToon

PAST STORY OF HAO LING

Kepindahan

Tahun musim semi 203, kota Taiyan provinsi HauLing. Padahal hari tersebut aku dan keluargaku pindah dari pusat pemerintahan kekaisaran menuju kota Taiyan yang berada di utara benua tengah, keluargaku merupakan salah satu keluarga ternama yang memiliki garis keturunan langsung dari akar keluarga kekaisaran yang dilimpahkan berkah untuk mengemban marga Hao yang ternama.

Namaku Hao Ling, perempuan berumur 17 tahun yang merupakan anak ke dua dari keluarga utama marga Hao dan tentunya secara fisik dan rupa aku tidak terkalahkan dari gadis manapun di dunia ini.

Aku memiliki seorang kakak laki-laki bernama Hao Tian yang terkenal tampan dan baik hati, sekarang umurnya mungkin sudah menginjak akhir 19 tahun itu artinya dalam waktu dekat akan ada acara kedewasaan untuknya.

Kemudian untuk alasan kepindahan yang mendadak ini tentunya terkait dengan pekerjaan ayah dan kerinduannya kepada anak pertamanya. Kakak ku Tian merupakan murid sekte ternama yang berada di kota ini, sementara pekerjaan ayah ku dipindahkan dari ibukota ke kota Taiyan karena ketidak becusan rekannya dalam mengemban tugas.

Karena itulah ayah menerima pekerjaan ini sehingga bisa tetap dekat dengan kakak ku Tian yang sudah berpisah selama 5 tahun lamanya karena kebijakan sekte yang tidak memperbolehkan muridnya untuk pulang sebelum mencapai tingkatan tertentu.

Dalam perjalanan menuju rumah baru itulah kisah ku dan dia dimulai dalam pertemuan pertama kami berdua yang tidak disengaja namun sudah di tulis oleh liciknya takdir, di tengah berisiknya jalanan kota yang ramai lalu lalang, kereta kuda yang membawa kami perlahan bergerak menyusuri jalanan kota.

Saat itu aku yang masih lugu dan mudah tertarik akan sesuatu tidak sengaja melihat seorang pemuda sebaya ku yang sedang menjual pernak-pernik dan tengah melayani beberapa pelanggan wanita muda.

Karena kereta kuda keluarga ku bergerak pelan aku jadi bisa memerhatikan lebih banyak, pemuda itu memiliki rambut hitam lebat yang di kuncir dengan poni yang panjang hingga menutupi kedua matanya.

Senyumannya lebar hingga memperlihatkan giginya yang tersusun rapih, namun yang menarik perhatian ku adalah gigi taringnya yang sedikit lebih panjang dari orang normal.

Dalam benak ku saat itu hanya kata aneh yang dapat menggambarkan pemuda tersebut, namun mungkin karena aku terlalu lama memperhatikannya pemuda itupun sadar dan balik mendongakkan wajahnya ke atas menatapku ketika kereta kuda kami tepat lewat di hadapannya.

Angin berhembus, detak jantungku semakin berdetak pelan dengan waktu yang terasa bergerak semakin lambat. Kedua mata kami bertemu, angin yang berhembus sedikit menerpa poni rambut pemuda itu memperlihatkan mata kirinya yang memiliki warna emas dengan pupil aneh karena terlihat seperti mata hewan buas.

Aku tertegun pada saat itu melihatnya, karena baru kali ini aku melihat sesuatu yang begitu indah dan unik. Matanya berkilauan lebih indah dari berlian ketika sinar matahari menerpanya, namun sepertinya pemuda itu berpikir hal lain dengan dia yang tampak buru-buru berpaling dan menutupi kembali matanya dengan poni.

Aku merasa sangat penasaran dengan pemuda tersebut, namun hal yang mengejutkan terjadi setelahnya ketika dari arah depan terlihat sekelompok pria yang mengenakkan pakaian sekte yang sama dengan kakak ku datang dan meneriaki nama pemuda sebelumnya.

"Yuan ! Dasar anak nakal bukannya berlatih kau malah bermain-main disini dan mempermalukan sekte dengan berjualan barang palsu. Guru ini akan menangkap mu dan memberikan mu pelajaran !!"Pria itu berkata keras sambil berlari bersama rekannya ke arah pemuda bernama Yuan tersebut.

Yuan tampak bergegas pergi sambil tersenyum ke arah pembelinya yang tampak marah ketika mengetahui barang yang mereka beli adalah barang palsu.

"Hehehe, aku akan mengembalikan uang kalian jika kita bertemu kembali."Ujar Yuan.

Beberapa perempuan muda itu tampak marah dan hendak menangkap Yuan, namun pemuda tersebut dengan lincah melompat ke atas kereta kuda ku dan tersenyum ke arah ku sambil melempar sebuah kalung berkilauan berwarna emas mirip dengan warna matanya.

"Barang yang itu asli."

Setelah mengatakan itu padaku yang masih diam dalam bingung, pemuda bernama Yuan itu kembali melompat ke atas atap-atap rumah untuk melarikan diri tanpa kesulitan.

Setelah pemuda itu pergi, aku hanya diam tanpa kata memandangi kalung pemberian pemuda tersebut di tangan ku, mengabaikan pertanyaan kusir ku yang menanyakan keadaanku hingga beberapa saat setelahnya aku menjawab baik-baik saja.

Aku hanya diam bahkan setelah sampai di rumah baru keluarga ku, aku masih terduduk diam di kamar ku memandangi kalung pemberian pemuda sebelumnya.

Warna kalung itu memang sama dengan warna mata pemuda itu namun jika di bandingkan, warna mata pemuda tersebut lebih indah dan lebih misterius dari apa yang ada di tangan ku sekarang.

"Yuan..."

Tanpa sadar aku mengumumkan nama pemuda tersebut dalam benak ku, seakan aku sudah tidak asing dengan sosoknya yang masih abu-abu itu.

Semua orang yang mengenal ku mengetahui kalau aku adalah anak perempuan yang jarang bicara atau menunjukan ketertarikan terhadap sesuatu karena hampir semua hal mewah yang telah aku miliki membuat ku merasa bosan.

Namun hari ini, entah kenapa pikiran ku yang jenuh ini hanya memikirkan pemuda misterius sebelumnya.

Aku bingung apa yang sebenarnya membuat ku tertarik dengan pemuda itu, aku terus berpikir hingga tidak terasa aku memikirkannya hingga larut malam sampai tertidur dan masih dengan menggenggam kalung pemberiannya.

Dalam tidur malam itu aku bermimpi berada di pinggir lautan dengan sosok pemuda dewasa yang samar-samar sedang tersenyum ke arah ku.

Dalam mimpi itu dia berkata bahwa tidak perduli berapa kalipun kehidupan terulang, dia akan menemukan ku kembali dan menyelamatkan ku apapun yang terjadi hingga pada akhir kalimat tubuhnya retak dan pecah menjadi butiran cahaya terang.

Pada saat yang sama akupun terbangun, menyadari bahwa matahari sudah naik dan memancarkan cahayanya yang terang dan hangat.

Aku beranjak dan duduk di pinggiran kasur sambil berusaha mengingat rupa pemuda yang ada di dalam mimpiku sebelumnya.

Namun sekeras apapun aku mencoba sosok itu masih tetap samar-samar dan tidak bisa ku kenalin meskipun sosoknya yang hangat terasa familiar.

Ketika pikiran ku kembali buntu suara panggilan dari pelayan di luar kamar memanggil dan menyuruhku untuk bersiap karena hari ini kami akan berkunjung menemui kakak ku Tian.

pemuda mata emas

Setelah semuanya siap aku bertiga bersama ayah dan ibuku serta beberapa penjaga pribadi keluarga ku pergi menuju kaki gunung yang berada dekat dengan desa Taiyan. Di atas itulah sekte yang melatih kakak ku Tian berada, dihubungkan dengan ratusan anak tangga untuk mencapainya.

Kami mulai menanjak melewati anak tangga dengan tatapan kami semua tertuju ke atas pada bangunan megah yang berjumlah belasan yang memancarkan kemerlap cahaya emas karena pantulan matahari.

"Indah'kan Ling'er ? Di tempat itulah dimana sekarang kakak mu berada, rasanya sudah sangat lama semenjak terakhir kali aku datang ke sini saat mengantar kakak mu. Sekte ini bernama Golden scarlet, namanya menggambarkan keindahan sekte ini yang berkilauan bahkan dari yang aku tahu sekte ini sudah berdiri selama ribuan tahun dan merupakan satu dari lima pilar kekuatan utama kekaisaran."

"Jadi nama sekte besar ini Golden scarlet.."Gumam diriku dalam hati, merasa kalau nama itu sangat cocok untuk penampilannya.

"Ah, ngomong-ngomong katanya pemuda yang sebelumnya membuat onar itu juga berasal dari sini."Jelas ayah padaku.

"Apakah ayah pernah menemuinya ketika mengantar kakak dulu ?"

"Kurasa saat itu dia masih kecil karena sepertinya dia seumuran mu, jadi ayah tidak melihatnya saat itu. Ngomong-ngomong jarang sekali kau bertanya, apakah kau tertarik dengannya ?"Ayah tersenyum lembut padaku yang tetap berwajah datar seperti biasa.

Akupun mengangguk saat itu karena anak kecil tidak bisa menutupi ketertarikannya.

"Iya, bisakah ayah mempertemukannya dengan ku ?"

Melihat aku yang jarang meminta tiba-tiba meminta membuat ayah tampak terkejut namun senang dan bersemangat.

"Tentu saja ! Saat kita menemui kakak mu aku juga akan memanggil pemuda itu sehingga dia bisa berbincang denganmu, bernar'kan sayang ?"Ayah menatap ibuku yang sedang tertawa kecil.

"Tentu saja jika itu permintaan putri kecil kami yang berharga."Ujar ibu dengan kasih sayangnya.

Setelah sampai di pintu gerbang sekte kami langsung di sambut ramah, bahkan yang datang untuk menyambut adalah patriarck sekte itu sendiri yang tampak sudah lumayan sepuh.

Pria sepuh itu bernama Xiao Chen, tatapannya tajam dengan proporsi wajah yang tegas.

Patriack Xiao Chen tampak berjalan bersama ayah melewati pelataran sekte sambil berbincang sembari sesekali tertawa karena sepertinya keduanya sudah saling mengenal sejak lama dan sangat akrab hingga terlihat seperti sepasang sahabat, aku hanya memperhatikan sekitar saat itu namun tak bisa ku tutupi bahwa hati ku terus mencari-cari keberadaan Yuan di dalam sekte yang ramai dengan murid-murid sekte yang diam-diam memperhatikan ku.

Aku tidak memperdulikan tatapan mereka dan masih mencari-cari sosok itu, namun pahitnya kenyataan membuat ku merasa sedikit marah karena tidak menemukan yang aku cari.

Tanpa sadar kaki kecil ku melangkah mendekati Patriack Xiao Chen, kemudian tanpa aba-aba bertanya.

"Pemuda mata emas."Ujar ku singkat dengan datar.

Ayah yang melihat itu tentu saja merasa canggung dan tidak enak hati terhadap Patriack Xiao Chen dan segera meminta maaf.

"Sa-saudara maaf kan sikap anak ku yang tiba-tiba, biasanya dia tidak seperti ini dan selalu tenang dan sopan."Kemudian ayah menatap ku."Ling'er kamu tidak boleh bersikap seperti itu pada Patriack Chen."

Patriack Chen hanya tertawa menanggapi ucapan ayah ku dan dengan lembut berkata."Saudara tidak usah seperti itu kita sudah seperti saudara, mari kita dengarkan dulu apa yang diinginkannya."

Kemudian Patriack Chen menatapku dan berkata dengan lembut."Siapa yang kamu maksud nak ?"

"Pemuda bermata emas, aku ingin menemuinya."Ujar ku dengan datar.

Patriack Chen tampak bingung namun ayah dengan cepat meluruskan masalah hingga Patriack Chen mengerti.

"Maksudmu Yuan ? Ah, aku bingung saat kamu mengatakan pemuda bermata emas padahal pemuda itu terluka pada bagian matanya dan sejak itu tidak pernah membuka matanya bahkan padaku yang merupakan ayah angkatnya."

Ayah tampak terkejut."Anak angkat mu ?"

Patriack Chen mengangguk."Benar, dia di temukan di pintu gerbang sekte saat masih bayi jadi aku mengangkatnya menjadi anak ku dan berniat memberikan marga ku padanya setelah berumur 15 tahun karena saudara tau sendiri bahwa orang bermarga Xiao kini hanya tinggal diriku sendiri, seolah anak itu datang padaku di berikan dewa agar marga Xiao tetap ada dan aku sangat bersyukur karenanya meskipun dia memang agak nakal tapi dia juga sangat membantu."

"Jadi begitu.."Ayah mengangguk.

Patriack Chen menatap ku."Saat ini sepertinya Yuan sedang membantu yang lain berlatih di aula pelatihan utama, jika ingin menemuinya kita bisa ke sana dulu atau kamu ingin menemuinya sendiri ?"

"Aku akan menemuinya sendiri."Ujar ku.

"Baiklah kalau begitu, lurus ikuti jalan ini maka tidak lama kamu akan sampai di aula pelatihan utama."Jelas Patriack Chen ramah.

"Temui kami segera setelah kamu selesai Ling'er."Ujar ayah, tampak melanjutkan perjalanan ke kediaman Patriack Chen bersama dengan yang lain.

Mengikuti arahan Patriack Chen sebelumnya, aku berjalan pergi menuju aula pelatihan utama. Sesampainya di sebuah area luas yang merupakan area aula latihan utama aku dapat melihat ratusan murid sedang berlatih dengan kompak dan yang memandu gerakan mereka adalah orang yang sejak tadi aku cari.

Meski bertubuh paling kecil di antara yang lain pemuda bernama Yuan itu tampak di hormati oleh semua murid dan murid-murid itu terus mengikuti instruksinya dengan penuh semangat.

Sesekali Yuan tampak membantu murid yang ke susahan untuk membenarkan gerakan mereka dan aku masih memperhatikannya dari jarak yang cukup dekat di bawah atap sebuah bangunan agar tidak terkena terik matahari.

Aku masih memperhatikan wajahnya yang tampak serius saat mengajari murid lain yang membuat kesalahan pada gerakan.

"Jangan terlalu menekuk lutut, nanti akan sakit jika dipaksakan."Ujar Yuan sambil membenarkan gerakan murid di hadapannya."Nah, begini sudah benar, lanjutkan.."

Sama seperti sebelumnya karena mungkin aku terlalu lama memperhatikannya, pemuda itupun sadar dan menoleh ke belakang tempat diriku berdiri memandanginya dalam diam dan rasa penasaran.

Yuan kembali menatap ke arah murid-murid dan berkata pelan."Ulangi satu putaran lagi, setelah itu kalian boleh beristirahat."

Setelah berkata demikian pemuda itu tampak berjalan ke arah ku, tampak menggunakan pakaian hitam berlambang naga emas di bagian dada kanannya.

"Mata emas."Panggilku padannya.

Yuan hanya tersenyum seperti biasa."Apa yang kau lakukan disini ?"

"Aku datang untuk melihat kakak ku sekaligus mencarimu ?"

Yuan tampak bingung sambil menunjuk dirinya."Mencari ku ?

Aku mengangguk."Kenapa sejak saat itu aku selalu memikirkan mu, apakah sebelumnya kita pernah bertemu ?"

Aku bertanya terus terang dengan nada yang bisa di dengar orang lain, sehingga pandangan orang-orang tertuju pada kami. Yuan yang mendengar itu sontak terkejut dan takut orang-orang salah paham kemudian mengajak ku pergi ke tempat lain.

Kami berdua berjalan ke suatu tempat, dalam perjalanan itu Yuan berkata.

"Astaga, apakah kau tidak bisa melihat situasi ? Tiba-tiba berbicara seperti itu tentu akan memancing perhatian, sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan ?"

"Entahlah aku juga bingung, aku seperti sudah mengenal mu jauh sebelum kita bertemu pertama kali kemarin, tapi... Aku juga tidak yakin."

Yuan menggaruk kepala dan tampak kebingungan."Apakah mungkin Dejavu ? Mungkin seiring waktu akan terjawab, bagaimana jika ku ajak kau melihat-lihat sekte ?"

Saat itu aku hanya mengangguk, kemudian merogoh saku pakaian ku dan mengeluarkan kalung pemberian Yuan.

"Apakah kau menyukainya ?"

Aku mengangguk."Warnanya sama seperti matamu."

"Bagus jika kamu menyukainya, harganya 20 koin emas."Ujar Yuan bercanda.

Namun aku langsung setuju dan berkata akan membayar meskipun saat itu Yuan hanya bercanda.

"Aku hanya bercanda, hanya main-main kamu tidak perlu membayar, aku senang jika kamu menyukainya."

Aku hanya diam dan memberikan 20 koin emas seperti yang dikatakannya, membuat Yuan menjadi kebingungan karena memang niatnya hanya main-main.

"Ambilah."Aku menatapnya datar.

Yuan yang canggung kemudian menerima pemberianku meskipun bukan niatnya untuk meminta.

"Ba-baiklah aku akan menerimanya, tapi apakah...

"Aku ingin melihat matamu lagi."Ujar ku memotong perkataannya.

"Tiba-tiba ?"Yuan terkejut."Tidak bisa, orang-orang bisa melihat kita."

"Aku ingin melihatnya sekarang."Ujar ku kekeh membuat pemuda itu terdiam tidak ada pilihan.

Yuan menyeka poninya, memperlihatkan penutup matanya dan sedikit mengangkat penutup mata itu dan memperlihatkan mata kirinya yang memang terdapat bekas luka sayatan pedang melintang di antara kedua matanya yang berwana emas serta pupil seperti hewan buas.

Melihat itu aku kembali terdiam, kedua mataku berbinar tanpa sadar kedua tangan ku menyentuh wajah Yuan dan sedikit mendekatkannya pada wajahku.

"Ja-jangan terlalu dekat."Ujar Yuan canggung.

"Matamu..."

"Aneh'kan ? Aku berusaha menutupinya dari yang lain jadi yang tau hanya kamu, jadi tolong rahasiakan hal ini pada yang lain."

"Sangat indah.."Gumam ku.

"Apa ?! Kau tidak takut ??"Yuan kebingungan, karena matanya yang aneh, jangankan manusia hewan buas saja akan lari ketakutan ketika melihat matanya.

"Tidak, matamu sangat indah dan mengingatkan ku pada kenangan yang samar-samar."

"kenangan yang samar-samar ?"Yuan kembali bingung.

"Entahlah, setiap kali aku mencoba untuk mengingat hatiku rasanya sakit. Ingat yang ku maksud selalu datang seperti pecahan puzzle."

"Kalau begitu kamu tidak perlu berusaha mengingatnya. Bagaimana jika ku ajak kamu ke kantin sekte ? Kebetulan melatih membuat ku lapar, aku juga akan mentraktir mu tapi berjanjilah untuk merahasiakan tentang mataku dari yang lain, oke ?"

Aku hanya mengangguk saat itu dan kami berdua kemudian berjalan bersama menuju tempat yang di sebut sebagai kantin olehnya.

Dejavu

Sesampainya disana aku melihat sebuah bangunan tinggi berlantai lima, disana juga cukup ramai oleh murid-murid sekte yang datang untuk mengisi perut.

Saat kami datang seorang pria gemuk yang merupakan pengelola tempat itu menghampiri kami.

"Murid Yuan, seperti biasa si nakal ini selalu membawa perempuan berbeda setiap hari, masih muda sudah hebat main wanita kau sangat mirip dengan ku dulu saat masih muda."Ujarnya sambil tertawa.

"Kalau begitu aku tidak ingin buncit seperti mu jika sudah tua nanti."Ujar Yuan.

"Dasar anak nakal ini, pria buncit adalah pria yang merdeka kau harus tau itu."Pria itu menepuk-nepuk punggung Yuan masih sambil tertawa."Ngomong-ngomong perempuan kali ini jauh lebih cantik dari sebelumnya, siapa dia murid Yuan ?"

"Dia adalah anak dari tamu ayah hari ini, aku juga belum menanyakan namanya."

Pria buncit itu mengusap dagu seperti sedang mencoba mengingat-ingat sesuatu, sebelum kemudian berkata."Aku ingat ! Dia pasti merupakan anak Hao Yen teman dekat Patriack sejak dulu, kalau begitu dia adalah tamu kehormatan, jadi untuk kedatangan pertama kali ini tidak perlu membayar."

Yuan tampak bersemangat."Sungguh ?!"

Pria buncit itu mengangguk."Tentu, murid Chen bawa dia ke lantai paling atas makanan terbaik akan segera di hidangkan."

Yuan tampak bersemangat kemudian memberi hormat."Terimakasih, kami akan ke atas sekarang."

Yuan kemudian mengajakku pergi ke lantai lima yang merupakan lantai paling atas, sesampainya disana hanya terdapat beberapa meja kosong tanpa satupun orang selain kami, kemudian kami mengambil meja yang bersebelahan dengan jendela, Yuan berkata dari jendela itu aku bisa melihat indahnya pegunungan sekte Golden scarlet yang di terpa oleh cahaya jingga dari matahari yang mulai turun.

Mata ku berbinar memandangi keadaan diluar jendela, sementara Yuan dalam diam menatap ku penuh makna.

Tidak lama kemudian makanan yang kami tunggu datang dibawakan oleh beberapa pelayan, berbagai hidangan tampak tersaji di atas meja hingga memenuhi meja dengan berbagai macam bentuk hidangan yang tampak sangat menggiurkan.

Mata Yuan berbinar melihat hidangan di hadapannya."Makanan lantai lima ! Ini sesuai dengan bayanganku, rasanya pasti sangat enak ayo kita makan."

Aku hanya diam menatapnya, melihatnya mengambil sumpit dan makan dengan lahap.

"Makanan ini enak sekali, kenapa hanya diam saja melihat ku ? Ayo makan, jika tidak semuanya akan ku habiskan seorang diri."Ajak Yuan yang sadar kalau aku hanya memandangnya sejak tadi.

"Bukankah mata mu tertutup ?"Tanya ku dengan singkat, tapi Yuan mengerti.

"Secara harfiah aku bisa melihat bahkan jika keadaan gelap gulita sekalipun, aku juga bisa tau warna celana dalam mu, hahahaha ! Hanya bercanda aku tidak mungkin bisa melakukannya."

Aku hanya diam mendengarnya, entah mengapa aku tidak perduli soal yang dia katakan memang benar atau tidak aku hanya penasaran 'siapa dia bagiku sebenarnya'.

Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku hingga sekarang, jika kalian semua menganggap ini adalah bentuk dari cinta yang ke kanak kanakan maka kalian salah, karena aku tidak buta tentang perasaan seperti itu dan aku tau pasti tetang cinta. Tapi pemuda ini sangat berbeda, karena kehadirannya bagiku seperti segudang misteri yang membuat ku selalu penasaran dan haus akan keingintahuan ku tentangnya.

Kenangan aneh yang bermunculan setiap kali aku menatapnya pecah seperti potongan puzzle yang bahkan aku tidak tau harus di susun darimana.

Yuan menatap ku yang sedang melamun, dia kemudian menyodorkan sepotong paha ayam ke depan bibir ku sambil tetap sibuk dengan sumpitnya.

Aku menggigit ayam itu sedikit dan memang harus aku akui kalau rasanya memang enak, akupun memakannya terus.

"Pegang sendiri, tangan ku pegal jika terus memeganginya."

Meski aku merasa nyaman makan dengan cara seperti itu, aku tetap mengikuti perkataannya dan meraih potongan ayam itu untuk ku makan sendiri.

Pecahan demi pecahan puzzle ingatan terus bermunculan di otak ku saat aku makan berdua dengannya, aku tidak tau apakah dia juga merasakan hal yang sama namun yang jelas perasaan ini aku ingin mengetahuinya lebih jauh lagi tidak perduli apapun caranya.

"Perempuan lain ?"

Yuan seketika terhenti, kemudian dia menatapku."Maksudmu perempuan yang di katakan pak buncit Ming sebelumnya ? Dia memang suka bercanda jadi jangan terlalu anggap serius ucapannya."

Aku hanya diam terlepas apakah cerita itu memang benar atau tidak selagi masih aku yang paling dekat dengannya maka nyawa mereka akan baik-baik saja batin ku.

"Keadaan kota ramai'kan ?"Ujar Yuan.

Saat itu aku sedikit terkejut dengan peralihan topik yang Yuan katakan tiba-tiba, namun aku memutuskan untuk mengikutinya karena aku sadar keadaan akan canggung jika kami hanya diam dan saling memandang.

"Bukankah seharusnya kota memang ramai ?"Tanya ku balik dengan sedikit heran.

"Kamu baru pindah jadi tidak tau kalau kota lebih ramai dari biasanya karena para orang tua akan mengantar anak mereka ke sekte ini untuk pendaftaran murid luar."

"Murid luar ?"

"Kamu tidak tau ?"Tanya Yuan balik.

Aku menggeleng karena memang tidak tau sebab sepanjang hidupku aku hanya menghabiskan waktu berada di dalam rumah besar seorang diri.

"Simpelnya murid luar adalah murid yang belum resmi, butuh beberapa bulan sampai mereka dikatakan layak dalam sebuah pertandingan melawan senior untuk dapat menjadi murid resmi, tentunya murid resmi akan diajarkan teknik sekte dari mulai dasarnya berbeda dengan murid luar yang hanya di ajarkan ilmu dasar biasa dan latihan untuk memperkuat tubuh."

"Memang apa hebatnya menjadi pendekar ? Bukankah menyakiti orang lain itu jahat ??"Tanyaku dengan heran.

"Benar, menyakiti orang itu jahat jika yang kamu sakiti orang biasa, berbeda halnya jika kamu melakukannya pada penjahat. Tentunya orang yang memiliki niat menjadi pendekar ada banyak alasannya, seperti menjadi kuat untuk melindungi orang-orang dan ada juga yang menjadikan pendekar sebagai pekerjaan karena dengan menjadi pendekar menghasilkan uang dengan menjalankan misi lumayan mudah."

"Lalu apa alasan mu ?"

"Aku memiliki sesuatu yang harus dilakukan dan menghentikan perputaran abadi."

"Perputaran abadi ?"

Yuan mengangguk."Aku belum bisa mengatakannya sekarang, memangnya kenapa kamu bertanya tetang alasan menjadi pendekar ? Jangan bilang kamu...

"Aku tertarik untuk menjadi pendekar, bukankah dengan begitu aku bisa dekat denganmu ?"

"Dekat dengan ku ? Apakah hanya itu keinginan mu."

"Aku juga merasa ingin melindungi dunia yang indah ini dengan mu, aku merasa seperti kamu sedang berusaha melindungi semua ini sesuai pada tempatnya."

Senyuman kecil tampak di wajah Yuan seolah menyadari sesuatu dari ku.

"Memangnya apa yang membuatmu berpikir begitu ?"

"Aku tidak yakin namun matamu selalu mengatakan kalau jalan ini adalah yang harus di tempuh meskipun berputar berkali-kali."

"Begitukah ? Kalau begitu kamu harus meminta ijin pada orang tua mu dulu."

Yuan melihat keluar jendela sehingga aku juga melihat ke arah yang dia lihat, diluar tampak kakak ku Tian datang terburu-buru dan dengan langkah cepat memasuki kantin.

Saat aku berbalik menatap ke arah Yuan pemuda tersebut sudah tidak berada di tempatnya seakan dia tidak pernah ada sebelumnya, saat aku sedang mencari-cari kakak ku masuk dan langsung memeluk ku untuk melepaskan kerinduannya.

"Adik, kamu kenapa tidak langsung datang menemui ku seperti ayah dan ibu, lalu dengan siapa kamu disini ?"

"Tadi aku sedang bersama Yuan."

"Bocah aneh itu ?"

"Kakak mengenalnya ? Kenapa kakak memanggilnya bocah aneh ??"

"Tentu saja dia aneh, dia selalu muncul dan hilang untuk mempermainkan orang lain. Terlebih lagi sikapnya seperti orang dewasa yang membuatnya sangat berbeda dengan perawakan tubuhnya yang kecil, kemampuannya juga tidak masuk akal untuk seumurannya."

"Apakah sehebat itu ?"

Hao Tian mengangguk."Benar, meski minder harus ku akui kalau dia memang hebat melebihi murid lain karena itulah dia tidak pernah terlihat berlatih, justru Patriack mempercayainya untuk melatih murid dalam bimbingannya membuatku penasaran kenapa orang buta sepertinya bisa sehebat itu."

Waktu itu aku hanya diam karena ternyata benar kalau semua orang di sekte tidak tau kalau Yuan sebenarnya bisa melihat seperti yang ku ketahui.

"Mari kita pergi ke tempat Patriack ayah dan ibu sudah menunggu disana."

Aku hanya mengangguk beranjak untuk pergi sambil sesekali melihat keluar jendela berharap bisa melihatnya lagi untuk mengobati kerinduan yang datang entah darimana.

" 1...2...3... Harusnya sekarang mereka akan keluar kantin."Yuan tampak berdiri dalam kegelapan di atas sebuah atap bangunan menghadap ke arah bangunan kantin, setelah memastikan kalau Hao Ling dan Hao Tian memang benar keluar kantin sesuai hitungannya Yuan kembali melesat hilang dalam kegelapan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!