Sofia raina
Dia biasa di panggil Sofi, sulung dari tiga bersaudara. Lulusan salah satu universitas di kota ini, jurusan management. Dia seorang wanita pekerja keras. Ibunya sudah meninggal dunia. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Sofi mempunyai dua adik kandung bernama Dika dan Ara.
Tak ada yang istimewa dari hidupnya. Sofi menjalani hidup seperti yang lain. Sofi lulus kuliah 6 bulan yang lalu, tapi sampai sekarang belum bekerja. Sofi tidak menyerah begitu saja. Sofi berusaha terus supaya bisa segera mendapatkan pekerjaan. Ayah Sofi hanya bekerja sebagai operator produksi yang gajinya hanya pas-pasan untuk kebutuhan keluarga sehari -hari.
Namun hidupnya berubah setelah Sofi bekerja dan mengenal seorang bos dari perusahaan ternama di kota ini. Dia adalah Arka putra wijaya. Dia seorang CEO yang dingin dan angkuh. Setiap hari hanya membuat Sofi kesal dengan sikapnya dan lelah dengan semua pekerjaan yang di berikannya. Sikapnya berubah-ubah sesuai dengan keinginannya, bahkan apapun yang Sofi kerjakan hampir tidak pernah benar di matanya. Tidak ada yang berani melawan semua keputusannya. Namun siapa sangka kehadiran Sofi bisa merubah sikapnya jauh lebih baik.
"Penasaran bagaimana cerita Sofia dan Arka?"
*Yuuk readers baca ceritaku.....❤
Matahari terbit dari ufuk timur
Sinarnya memancarkan aura ke setiap insan
Kicauan burung terdengar sangat merdu
Ku sambut pagi ini dengan senyuman dan harapan
Selamat pagi dunia...," seru Sofi sambil membuka jendela dapur dan memasak nasi goreng. Setiap pagi, Sofi selalu menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Nasi goreng dan telor ceplok pun sudah siap di meja makan.
"Pagi kak Sofi? Hemm....baunya enak sekali, ka Sofi masak apa."
"Pagi juga Ra, kakak masak nasi goreng dan telor ceplok."
"Wah....nasi goreng kesukaanku. Aku sudah tidak sabar mau makan ka."
"Mandi dulu ra, setelah itu baru makan. Liat mukamu Ra ada bekas pulau hehe....," ledek Sofi pada Ara yang mukanya gemesin saat bangun tidur.
"Kakak suka ngeledek deh. Ya udah, Ara mandi dulu ya." Ucap Ara sambil lari ke kamar mandi.
Sofi pun pergi mengambil air minum di dapur.
"Nasi goreng dan telor ceplok lagi!! apa tidak ada makanan lain," celetuk Vina yang tiba-tiba sudah duduk di meja makan.
Vina adalah adik tiri Sofi. Dia anak satu-satunya dari ibu tirinya.
Sofi yang dari dapur mengambil air minum datang menghampirinya.
"Nasi goreng dan telor ceplok juga sudah Alhamdulillah Vin. Coba lihat diluar sana, masih banyak orang yang tidak bisa makan karena susah mencari uang untuk membeli makanan."
"Iya..iya..ujung-ujungnya ceramah deh bu ustadzah. Bikin tidak selera makan saja."
"Kamu tidak sarapan dulu Vin?"
"Tidak ah, bosen. Aku sarapan dijalan saja," ucapnya sambil meninggalkan Sofi.
"Pagi ka Sofi...?"
Terdengar suara laki-laki keluar dari kamar. Dialah Dika, adik Sofi yang paling besar.
Dika sekarang duduk di kelas 3 SMA sama seperti Vina. Sedangkan Ara si adik bungsu masih duduk di kelas 2 SMP.
"Wah tumben sudah rapi. Biasanya jam segini baru bangun."
"Hari ini Dika janjian berangkat bareng Fahri ka, jadi mandi lebih cepat. Biar Fahri tidak menunggu lama," jawab Dika.
"Ya sudah Dik, sarapan bareng Ara ya. Itu Ara sudah rapi. Sini ra sarapan bareng ka Dika," ajak Sofi.
"Kak Sofi ga sarapan?" tanya Ara yang berjalan menghampiri Sofi.
"Kak Sofi sudah sarapan duluan tadi pagi Ra. Kalian sarapan yang banyak ya. Kak Sofi mau melanjutkan beres-beres dulu."
Setelah selesai sarapan, mereka pun berangkat sekolah. Tinggal Sofi dirumah sendirian. Kebetulan ayah dan ibu tirinya pergi menjenguk saudaranya yang sakit. Rumahnya cukup jauh, jadi mereka menginap semalam.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Sofi berkunjung ke rumah Anita. Anita adalah teman satu kos Sofi sewaktu kuliah. Mereka sangat dekat dan akrab.
Anita bekerja sebagai staff administrasi di salah satu perusahaan di kota ini. Hari ini Anita sengaja cuti meluangkan waktu untuk bertemu Sofi.
Kebetulan rumah Anita tidak begitu jauh dari rumah Sofi. Cukup naik ojek online 20 menit sudah sampai.
"Tok..tok..Assalamualaikum...?" ketuk Sofi sambil mengucapkan salam.
"Wa'alaikum salam...," jawab Anita sambil membukakan pintu.
Anita yang sedari tadi menunggu Sofi langsung menyambutnya dengan pelukan erat yang cukup lama.
"Sofi....ya Allah, Apa kabar?"
"Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri gimana kabarnya?" kamu makin cantik aja Nit.
"Alhamdulillah, aku juga baik. Kamu juga makin cantik Sof."
Anita pun menyuruh Sofi duduk di Sofa, menunggunya mengambil air minum dan beberapa cemilan.
Mereka bercerita banyak hal tentang kehidupan mereka setelah lulus kuliah 6 bulan yang lalu.
"Ya beginilah aku Nit, belom mendapat pekerjaan sampai sekarang."
"Semangat dong say, nih aku ada lowongan kerja di butuhkan segera salah satu perusahaan di kota ini. Kamu coba saja, Barangkali rezeki kamu bisa keterima."
"Kemana aku harus mengirim CV ku? lewat email atau langsung ke perusahaannya," tanya Sofi.
"Kamu bisa mengirim CV mu lewat email," jawab Anita.
Anita pun mengambil laptop dikamarnya dan langsung memberikannya pada Sofi untuk langsung mengirim CVnya ke email perusahaan itu.
Sofi pun segera mengirimkannya.
"Alhamdulillah selesai. Mudah-mudahan aku cepat dapat kerjaan ya Nit."
"Alhamdulillah Sof," Aamiin.
"Kamu tinggal tunggu balasan email atau panggilan langsung dari perusahaan itu. Mudah-mudahan beruntung dan jadi rezeki kamu Sof."
"Aamiin," ucap Sofi.
Tidak terasa sudah 2 jam Sofi di rumah Anita.
"Terimakasih info lokernya Nit. Aku pamit pulang dulu ya, maaf sudah merepotkan."
"Sama-sama Sof, tidak merepotkan. Aku malah seneng bisa ketemu kamu Sof. Kita sudah lama tidak ketemu, aku kangen banget sama kamu. Ko buru-buru Sof, baru sebentar main sudah mau pulang. Makan siang dulu di sini Sof."
"Terimakasih Nit, lain kali saja. Aku harus cepat-cepat pulang. Kasian Ara, bentar lagi pulang sekolah. Di rumah tidak ada orang."
"Baiklah. Hati-hati di jalan ya, maaf tidak bisa mengantar pulang."
"Tidak apa-apa Nit. Assalamualaikum...?"
"Wa'alaikum salam," jawab Anita.
Walaupun sudah lama tidak ketemu tetapi Sofia dan Anita tetap berteman baik.
Ara sudah sampai rumah duluan. Menunggu Kakaknya pulang diteras rumah. Di hari sabtu, Ara pulang lebih cepat.
Kak Sofi ko belum pulang ya, perutku sudah keroncongan minta di isi. Ahh itu dia kak Sofi, gumam Ara melihat kakaknya yang muncul dari gang sempit.
"Akhirnya kak Sofi pulang juga. Dari tadi Ara nungguin. Kak Sofi dari mana?"
"Maaf ya, ka Sofi telat. Kamu sudah sampai duluan sebelum ka Sofi pulang. Kakak habis dari rumah Anita Ra."
Melihat wajah adiknya yang sudah lelah dan menahan lapar, Sofi mengajak Ara masuk ke dalam. Dan langsung menyiapkan makan siang di meja makan. Tidak butuh waktu lama, ikan goreng, sayur asem, dan sambal pun siap di meja makan. Ara keluar dari kamar setelah mengganti baju seragam sekolahnya dengan baju biasa dirumah.
"Makanan sudah siap Ra."
"Cepat sekali kak"
"Kaka sudah masak, sebelum kerumah Anita."
Mereka pun menikmati makan siang berdua di meja makan, karena tidak mungkin menunggu Vina dan Dika pulang sekolah. Biasanya mereka ada pelajaran tambahan dan pulang sore.
Setelah selesai makan, Sofi mencuci piring bekas makan siang, sedangkan Ara membantu mengangkat jemuran dan merapikannya di lemari. Ara memang adik bungsu paling kecil, tapi suka membantu Sofi mengerjakan pekerjaan rumah.
🍁🍁🍁
Waktu sholat dhuhur pun tiba, Sofi mengajak Ara Sholat bersama. Sebagai kakak paling tua Sofi sudah dianggap seperti ibu oleh adiknya, pengganti ibu kandungnya. Sholat lima waktu pun tidak pernah di tinggalkan oleh Ara, Sofi selalu mengajarkan hal-hal yang baik pada adiknya. Selesai sholat, mereka nonton tv di ruang tamu.
"Kak, gimana kabar kak Anita sekarang? Kakak sudah lama tidak ketemu kak Anita. Dulu kalian sangat dekat dan akrab sekali waktu masih kuliah."
"Alhamdulillah Anita baik Ra. Anita kelihatan makin cantik. Tadi kita ngobrolin banyak hal. Anita juga tadi ngasih info loker buat kakak."
"Wah baik sekali ka Anita, walaupun sudah lama tidak ketemu, tapi masih perhatian sama Kakak. Oh ya, ka Sofi juga tidak kalah cantik ko," ucap Ara sambil tersenyum.
"Bisa saja kamu Ra. Terima kasih ga ada receh hehe....," ucap Sofi sambil mencubit pipi adiknya yang gemesin itu.
Sofi sering meluangkan waktu bersama Ara setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Menghabiskan waktu sambil menonton Drakor kesukaan Ara. Walaupun Sofi tidak begitu suka, tapi demi adiknya Sofi ikut menonton drakor.
Ting...tong... Bel rumah pun berbunyi. Sofi langsung beranjak dari tempat duduknya dan membukakan pintu rumah, melihat siapa yang datang. Dilihatnya sesosok lelaki muda berdiri didepan pintu. Wajah lelaki itu tampak asing baginya.
"Kenalkan namaku Fahmi. Aku baru semalam pindah kesini. Ini ada sedikit oleh-oleh dari ibu buat keluarga. Maaf ibu masih kelelahan habis beres-beres rumah jadi tidak bisa langsung datang kesini."
"Oh...ya tidak apa-apa, terima kasih ya. Namaku Sofia panggil saja aku Sofi."
"Ya mba Sofi, salam kenal ya. Baiklah mba,aku pulang dulu. Masih banyak yang harus dibereskan dirumah maklum baru pindahan."
"Assalamualaikum mba Sofi," ucap Fahmi sambil memberi salam dan pulang.
"Wa'alaikum salam," jawab Sofi.
Sofi kembali masuk ke rumah dan menghampiri Ara yang masih duduk di depan tv sambil senyum-senyum sendiri menonton drakor kesukaannya.
"Nih ada cemilan buat nemenin nonton Drakor."
"Wah apa ini kak," ucap Ara penasaran dengan sekantong plastik yang diberikan Sofi padanya.
Tadi ada tetangga baru ngasih oleh-oleh Ra. Kakak juga tidak tahu apa isinya. Coba buka Ra, kakak penasaran.
Ara pun membuka kantong plastik tadi. Ternyata isinya makanan yang asing baginya.
"Makanan apa ini kak," ucap Ara.
"Mana lihat!! oh...ini wingko Ra. Wingko ini makanan khas Jawa. Berarti Fahmi itu pindahan dari jawa ya," ucap Sofi menebak.
Karena tadi Fahmi buru-buru jadi Sofi belum sempat menanyakan dari mana asalnya.
"Oh... Tetangga baru kita namanya Fahmi."
"Masih muda ga kak," tanya Ara penasaran.
"Kalo dilihat dari mukanya si sepertinya masih muda, mungkin seumuran kaka. Tapi kurang tau juga."
"Ganteng ga kak," lanjut Ara.
"Ganteng itu kan relatif Ra tergantung kita yang melihatnya. Tapi lumayan si, hehe..."
Mereka pun melanjutkan menonton drakor sambil makan wingko, oleh-oleh dari Fahmi.
Wingko merupakan makanan khas jawa. Terbuat dari tepung beras ketan dipadukan dengan gula dan gurihnya kelapa muda. Nama wingko identik dengan sebutan wingko babat.
Tak terasa waktu sudah sore. Dika dan Vina pun pulang dari sekolah.
"Kak Sofi....," panggil Dika pada kakaknya yang sedang menyiram tanaman di depan rumah.
Beda dengan Dika yang menghampiri Sofi, Vina lebih memilih langsung masuk ke dalam rumah. Sofi tidak heran dengan tingkah Vina yang seperti itu. Vina sudah biasa bersikap cuek pada saudara tirinya. Sofi menyuruh Dika untuk masuk rumah dan segera mandi, makan dan sholat. Dika pun menurutinya. Sofi melanjutkan aktivitasnya.
🍁🍁🍁
Jam 18.15 Ayah dan ibu tiri Sofi pulang dari rumah saudaranya.
"Sofi...!" suara ibu tiri memanggil Sofi.
Sofi yang baru saja selesai sholat Maghrib langsung bergegas menemui ibu tirinya.
"Ya Bu, ada apa?"
"Bawakan tas ibu ke kamar ya, bereskan baju kotor ibu dan Ayahmu. Dan jangan lupa siapkan makan malam," perintah ibu tirinya.
"Ya bu, baiklah." jawab Sofi
Sofi selalu menuruti semua perintah ibu tirinya. Walaupun ibu tirinya sering marah-marah tidak jelas pada dia dan adik-adiknya. Tapi Sofi tetap menghormati ibu tirinya dan menganggap seperti ibunya sendiri. Perlakuan ibu tirinya kepada Vina sangatlah berbeda. Jelas karena Vina anak kandungnya. Vina sangat dimanja. Namun begitu ayah Sofi sangat menyayangi anak-anaknya.Tidak ada yang dibeda-bedakan.
Sofi pun bergegas ke dapur menyiapkan makanan untuk makan malam. Tidak ada kata lelah dalam diri Sofi, seakan semua menjadi tanggung jawabnya. Ara kasian melihat kakaknya yang dari pagi bergelut dengan pekerjaan rumah, sekali pun bisa istirahat itu hanya sebentar.
Setelah makanan tersaji di meja makan, mereka makan malam bersama. Tidak ada yang ngobrol saat makan, karena ayah Sofi melarang berbicara saat makan. Setelah selesai makan, ayah Sofi mengajak sholat isya berjamaah di rumah. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga Sofi sholat berjamaah saat waktu sholat tiba. Terkecuali saat ayah Sofi kerja, biasanya hanya Sofi, Ara dan Dika yang sholat bersama. Vina dan ibunya memilih sholat sendiri.
Setelah Sholat mereka kembali ke aktivitas masing-masing, Ara dan Dika belajar di kamar, sedangkan Vina dan ibunya nonton tv. Hanya Sofi yang masih sibuk, membereskan piring bekas makan malam.
keesokan harinya di hari minggu pun Sofi sibuk seperti biasa di pagi hari, menyiapkan sarapan, beberes dan menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya.
Rencananya hari ini Sofi mau mengajak Ara untuk pergi ke taman yang tak jauh dari rumahnya. Dika sudah ada acara sendiri bersama temannya. Vina dan ibunya pergi jalan-jalan sendiri.
"Ra, kita ke taman yuk," Ajak Sofi pada Ara.
"Ayo, aku juga sudah lama tidak pergi ke taman," jawab Ara.
Mereka berdua bersiap-siap pergi ke taman untuk sekedar refreshing menghilangkan penat, lelah setelah seminggu ini beraktivitas.
Ayah Sofi sudah berangkat kerja pagi-pagi. Ayahnya bekerja sebagai karyawan produksi biasa disalah satu perusahaan. Jadi tak jarang hari minggu pun harus berangkat kerja untuk lembur.
Sofi sudah siap duluan menunggu adiknya di luar rumah. Tak lama Ara keluar menghampiri kakaknya. Mereka memesan taxi online untuk mengantarkan ke tempat tujuan. Karena kalau memakai angkot harus menunggu sampai penumpangnya penuh, keburu siang dan panas. Suasana taman paling enak di nikmati saat pagi, sore dan malam hari.
🍁🍁🍁
"Hemm.... udara di sini sangat segar Ra."
"Ya ka, segar sekali," jawab Ara.
Di hari minggu, banyak pengunjung yang datang ke taman. Tamannya tidak begitu besar tapi tertata rapi. Tidak jarang orang-orang elite pun datang ke sini hanya untuk sekedar minum kopi dan menghirup udara segar di Taman ini.
Sofi memesan satu porsi mendoan dan dua cangkir teh hangat pada salah satu kios di taman. Harga-harga makanan di sini cukup mahal. Untuk satu porsi mendoan dan dua cangkir teh saja sudah lumayan harganya.
"Ini mendoan dan teh hangatnya Ra. Maaf ya, kakak belum bisa membelikan makanan yang lain. Tapi nanti kalau kakak sudah kerja, kakak ajak kamu ke sini lagi. Kamu boleh pilih makanan apa saja yang ada di sini yang kamu mau."
"Ya... tidak apa-apa ka, ini juga sudah cukup."
Mereka pun menikmati mendoan dan teh hangat, sambil menikmati indahnya taman. Melihat banyaknya orang yang berlalu lalang di taman.
Setelah selesai makan, Sofi mengantarkan piring dan cangkir teh ke kios. Padahal tidak usah diantarkan juga tidak apa-apa, nanti ada pelayan yang mengambilnya. Mungkin karena kebiasaan Sofi di rumah, selalu membereskan piring dan gelas setelah makan.
Ditengah jalan tak sengaja Sofi mengijak kelereng yang membuatnya hampir terjatuh. Sofi tidak sengaja menyipratkan sisa air teh yang dibawanya mengenai baju lelaki yang sedang berjalan di depannya. Sontak lelaki itu pun kaget.
"Maaf pak, aku tidak sengaja," ucap Sofi.
"Pak, katamu!! Hey... kamu tidak lihat mukaku masih muda begini. Emang aku terlihat seperti bapak-bapak. Kamu lihat baju aku ini!! kotor karena kecerobohanmu," ucapnya sambil memperlihatkan bajunya yang terkena teh.
"Aku tidak sengaja dan aku sudah minta maaf. Baju itu kan bisa di cuci di rumah," jawab Sofi dengan nada kesal.
"Kalau aku tidak memaafkanmu, bagaimana?" Kalau semua orang minta maaf dan dimaafkan begitu saja nanti penjara kosong," celetuk laki-laki itu.
"Apa hubungannya dengan penjara!! ga nyambung banget. Terus mau kamu apa!! Aku harus mencuci bajumu gitu?" ucap Sofi semakin kesel.
Dasar orang aneh bersikap seolah-olah paling hebat sedunia.
"Sini buka bajumu!! jangan ngeres ya pikiranmu. Aku hanya ingin mencucikan saja, supaya kamu puas dan aku tidak merasa bersalah seumur hidupku," lanjut Sofi.
Wahh punya nyali juga perempuan ini, beraninya melawan.
"Tidak perlu!! nanti yang ada bajuku malah rusak. Sudahlah buang-buang waktuku saja. Aku masih banyak pekerjaan. Tidak penting juga debat dengan orang sepertimu," ucapnya sambil meninggalkan Sofi.
Semoga saja aku tidak di pertemukan lagi dengan orang yang sombong seperti dia, gumam Sofi.
Sofi merasa malu diperlakukan seperti itu. Banyak orang memperhatikannya. Setelah mengantarkan piring dan cangkir ke kios, Sofi langsung lari menghampiri Ara sambil menutupi mukanya dengan tasnya.
"Ayo Ra kita pulang." Ajak Sofi sambil menarik tangan adiknya dan mengajaknya pulang.
Ara bingung dengan sikap kakaknya itu. Tidak ada angin tidak ada hujan sikapnya berubah setelah mengantarkan piring dan cangkir. Ara tahu kakaknya sedang kesal. Tapi Ara bingung apa yang membuat kakaknya kesal seperti itu. Ara membiarkan kakaknya cerita dengan sendirinya. Mereka menunggu angkot di pinggir jalan dekat taman.
"Angkotnya sudah datang ka. Ayo kita masuk kak," ajak Ara. Mereka pun masuk ke dalam angkot.
"Kakak kesel banget Ra," ucap Sofi yang mulai bercerita di dalam angkot.
"Tadi tuh kakak ketemu lelaki yang angkuh dan sombong. Masa hanya gara-gara bajunya kecipratan teh sedikit saja langsung marah-marah tidak jelas. Dia sudah bikin malu, semua orang memperhatikan kakak," ucap Sofi menceritakan kejadian tadi.
"Kak Sofi kalau lagi marah tambah cantik loh, hehe.." ledek Ara menghibur kakaknya.
"Kamu malah ngetawain kakak, seneng ya Kakak di perlakukan seperti itu." Ara hanya tersenyum mendengar ucapan kakaknya.
Kak Sofi orangnya sangat sabar. Baru kali ini ada orang yang sudah bikin kak Sofi kesal seperti itu, tapi kira-kira siapa ya lelaki itu?
Tak terasa sudah sampai gang jalan masuk rumah mereka. Sofi dan Ara pun turun dari angkot dan berjalan kaki menuju rumah yang jaraknya tidak jauh. Hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai rumah.
🍁 Ketika kita pergi dari rumah untuk keperluan atau sekedar refreshing kita tidak pernah tahu siapa yang akan kita temui di luar rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!