“Apa?! Menikah?” pekik Miky, gadis cantik berkacamata dengan frame tebal, rambut dikepang duanya menjutai indah.
Kepala Sumono mengangguk mantap. Seketika ruang keluarga bernuansa putih itu berubah hening, ketegangan jelas terasa. Seluruh mata menatap gusar ke arah Miky, harap-harap cemas akan reaksi gadis super aktif tersebut.
Miky mendesah kasar, matanya bergerak menilik wajah keluarganya satu per satu. Mulai dari bunda, abang hingga berakhir pada ayahnya.
“Ganteng nggak, Yah?” tanya Miky penasaran.
Sontak ketegangan di wajah keluarga Miky memudar. Tidak diduga putri satu-satunya di keluarga Sumono akan bertanya seperti itu. Mereka pikir Miky akan menangis, meraung bahkan berlari masuk ke dalam kamar.
Sumono tersenyum seraya mengangguki pertanyaan sang putri.
“Badannya gagah berotot, Yah?” Lagi Miky bertanya, kali ini suaranya terdengar sangat antusias.
“Berotot seperti artis kesukaanmu, Sayang,” jawab Sumono dengan menahan kedutan di sudut bibirnya.
Miky membeliakkan mata lebar, pipinya merah merona. “Kyaaa! Mau mau mau, Miky mau kawin, Yah!”
Keluarga Miky menepuk kening serentak, pusing tujuh keliling melihat kelakuan Miky yang selalu di luar prediksi.
“Nikah sayang, bukan kawin,” kata Sumono meralat perkataan sang putri seraya menggeleng-gelengkan kepala.
Bening—bunda Miky, menyikut pelan pinggang Sumono. “Mas, putrimu itu udah kesenangan aja padahal kamu belum memberitahu status calon suaminya,” bisiknya.
Sumono menarik napas panjang, bisikan dari Bening membuatnya merasa gusar.
Menyadari ada yang tidak beres, Miky si gadis bergaya cupu menyipitkan mata curiga. “Kenapa Ayah keringatan begitu? Bunda minta tambah anak ya?”
Mata Bening melotot tajam. “Sembarangan kamu, mau bunda cubit?”
Miky mencebikkan bibir, kepalanya menggeleng kuat membuat kepang duanya bergerak bagai ekor kuda.
Lagi-lagi Sumono menghela napas berat, perlahan ia berdiri dari sofa yang dirinya duduki bersama sang istri dan putranya, lalu berpindah duduk ke sofa satunya, yaitu tempat di mana Miky duduk.
Tangan Sumono menepuk pelan pundak putrinya, membuat Miky menoleh ke arah sang ayah dengan tatapan penuh tanda tanya.
Sumono yang menangkap kebingungan Miky lantas berucap, “Ayah harap setelah mendengar penjelasan ayah, kamu tidak mengurungkan niat untuk menerima nak Raga yang berstatus duda anak satu.”
“OMG! DUDA ANAK SATU?!” Suara Miky menggema ke seluruh ruangan, membuat keluarganya terkejut dengan tangan memegangi dada masing-masing.
***
Hari yang dinantikan Miky tiba, kini ia sudah sah menjadi seorang istri dari Raga Putra Mahesa. Walau pesta pernikahan mereka diadakan sangat sederhana karena atas permintaan Miky serta Raga, hanya dihadiri beberapa kerabat saja. Miky pun meminta pada ayahnya agar pihak kampus tidak ada satu pun yang tau.
“Duhhh, mana sih mas ganteng? Kok belum masuk ke kamar, aku kan udah merinding meriang nunggunya.” Miky berdiri mondar-mandir seperti setrikaan.
Tidak lama kemudian, gemerisik yang berasal dari pintu terdengar. Sontak Miky terdiam seraya menatap sosok pria bertubuh tinggi nan gagah yang melangkah masuk, dan kini tengah berjalan ke arahnya.
Mata Miky tidak dapat terlepas dari pria pemiliki wajah tampan, hidung mancung disertai mata tajam yang begitu menggoda iman Miky yang setipis tisu.
"Mas ganteng," sapa Miky ceria. Pipinya bersemu merah saat Raga semakin mendekat ke arahnya.
Raga melirik wanita yang sudah menjadi istrinya itu sekilas, begitu dirinya dekat dengan Miky, ia langsung menyingkir dan melenggang begitu saja mengabaikan Miky yang tersenyum lebar ke padanya.
Sontak Miky berbalik, mulutnya tercengang lebar dengan mata membulat menatap punggung lebar Raga yang semakin hilang tertutup pintu kamar mandi.
"Lah? Mas ganteng kenapa?" Miky menggaruk kepalanya yang memang terasa gatal karena sanggul di rambutnya.
Tak berselang lama, wajah Miky kembali cerah, bibirnya tersenyum lebar dengan mata menyipit. "Hehehe mas ganteng pasti malu-malu meong, aku harus lebih aktif!" seru Miky riang.
Miky berlari menyusul suaminya. Digedornya pintu kamar mandi dengan semangat membara.
"Mas ganteng! Miky mau ikut mandi!" teriaknya menggebu-menggebu. Namun, tak ada sahutan selain suara gemericik air yang menandakan Raga tengah mandi dan tidak menghiraukannya.
Kembali tangan Miky bergerak menggedor pintu kamar mandi, tak perduli jika suami gantengnya itu marah sebab ia pun mulai kesal dan sebal karena sudah cukup lama menunggu Raga.
"Mas—" Tangan Miky mengambang di udara dengan wajah terperangah kaget. Dipandangnya sosok tinggi nan tampan yang kini berdiri dengan handuk putih melilit di pinggang.
Glek!
Tenggorokan Miky mendadak kering menyaksikan pemandangan super duper menggoda. Dada bidang suaminya seolah-olah memanggil minta disayang-sayang.
"Wow fantastis, boleh Miky toel sedikit?" tanya Miky tanpa sadar.
"Minggir!" titah pria pemilik suara bariton.
Sontak Miky tersentak kaget, lalu mendongakkan kepala demi menatap pria berumur 33 tahun yang memiliki tinggi 182 cm itu. Leher Miky cukup pegal menatap Raga, sebab tubuh mungilnya hanya memiliki tinggi 152 cm.
"Mas ganteng," sapa Miky sambil nyengir bak kuda. Tak dihiraukannya usiran tegas Raga.
Wajah Raga berubah garang, matanya membidik Miky tajam. Tatapan Raga menyiratkan ketidaksukaan yang begitu kental, sayangnya wanita di hadapannya tampak tak acuh dan malah menatapnya dengan mata genit serta senyum lebar.
Raga sungguh jengah, ia mengepalkan kedua tinjunya demi meredam segala beban pikirannya belakangan ini.
"Minggir!" Suara Raga melonjak tinggi, mengagetkan gadis ingusan bermanik hitam yang kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Merasa tak sabar, Raga langsung menggeser tubuh Miky dengan mendorongnya.
Miky yang tak siap jelas terhuyung ke samping, ia memegangi bingkai pintu sambil memandangi Raga dengan tatapan sendu.
"Lama!" dengus Raga sebelum akhirnya melenggang pergi ke sebuah ruangan untuk memakai pakaian.
"Hiks ayah bunda, mas ganteng jahat sama Miky. Awas aja, Miky bakal aduin mas ganteng biar dimarahin sama ayah," teriak Miky mengencangkan suaranya dengan sengaja agar Raga mendengar suaranya.
Miky berjalan menghentak-hentakkan kaki, melampiaskan rasa kesal dan sedih di hatinya. Ia pergi menuju pintu kamar hotel sambil menggerutui Raga.
Saat hendak menggapai handle pintu, sebuah telapak tangan besar mencekalnya dengan kasar.
Miky menoleh ke samping, ia mendapati sosok Raga berdiri menatapnya dengan mata tajam.
Tiba-tiba saja Miky merasa takut akan tatapan seram itu. Namun, ia berusaha mengenyahkan rasa takutnya, dan bersikap seolah-olah dirinya sang pemberani.
"Lepas! Miky mau aduin mas ganteng ke ayah!" Miky berusaha menarik tangannya sekuat tenaga.
Sayangnya Raga tak membiarkan Miky lepas begitu saja. Ia menarik, bahkan menyeret Miky menuju ranjang yang dihiasi dengan kelopak bunga mawar.
Miky memberontak, namun sia-sia karena kalah tenaga oleh Raga yang bertubuh besar.
Bugh!
Raga menghempaskan tubuh Miky ke ranjang, membuat Miky terlentang di atas kelopak mawar yang kini tak lagi rapi.
"Awww," ringis Miky seraya mengusap kepala.
Mata Miky melotot tajam yang ditujukan pada pria yang menjulang tinggi di hadapannya. Buru-buru ia bangkit, kemudian duduk di pinggir ranjang dengan menghadap Raga.
"Mas ganteng jahat!" Miky bersedekap dada sambil mencebikkan bibir. Niat hati ingin menunjukkan pada Raga bahwasannya saat ini ia tengah marah maksimal.
Tak ada angin, tak ada hujan, Raga berlutut di depan Miky. Anehnya wajah Raga menunjukkan kearoganan yang diiringi dengan decakan sinis.
Menyaksikan itu tentu membuat dada Miky berdebar tak karuan sampai-sampai dinginnya air conditioner tak mampu menahan keringat dingin yang mulai membasahi keningnya.
"Saya tidak akan bicara panjang setelah ini, jadi dengarkan saya baik-baik!" Raga buka suara.
Secara reflek kepala Miky mengangguk-angguk patuh.
"Saya menikahimu tidak berlandaskan cinta, semua ini terjadi atas wasiat almarhum papa saya, sahabat ayah kamu," terang Raga.
Mata Miky berkedip-kedip bak boneka, ia sudah seperti seorang anak yang tengah mendengarkan kultum ayahnya.
"Ya mas ganteng, Miky udah tau soalnya ayah udah jelasin ke Miky." Miky tak lagi bersedekap dada, kini ia bersuara dengan pelan dan hati-hati.
Alis tebal Raga menjungkit, tatapan matanya terlihat sengit dan mengintimidasi. "Saya masih mencintai almarhumah istri saya, sangat mencintainya! Apa kamu juga tau perihal itu?" ucap Raga penuh penekanan serta sindiran.
Berasambung ....
Hai hai zeyengku😍 ini karya terbaru Othor, udah lama di draft hp Othor, daripada nganggur mending Othor up aja ya🤭
Eh, tapi jangan nimbun bab dong zeyeng🙈 duh maap Othor banyak maunya🏃🏃🏃🏃
Lidah Miky terasa kelu, ia tak mampu berucap satu kata patah pun saat mendengar perkataan suaminya yang begitu nyelekit di hati.
Kenapa mas gantengnya tega berkata seperti itu? Tidak taukah Raga jika perkataan itu menyakiti hatinya? Suami mengungkapkan kata cinta di malam pertama untuk wanita lain yang sudah meninggal sungguh tidak pernah terbayang di kepala Miky.
Miky menggigit bibirnya yang bergetar, matanya sudah digenangi air mata yang mana satu kedipan saja mampu merobohkan pertahanannya.
"Menikahimu adalah kesialan bagi saya!" tambah Raga sarat akan emosi.
Runtuh sudah benteng pertahanan Miky, ia tak lagi mampu menahan air matanya yang kini meluncur deras. Miky menangis terisak sangking sakitnya.
"T-tapi Miky sayang sama mas ganteng karena mas ganteng suami Miky," ungkap Miky dengan terisak.
Tangan Raga terulur, mengusap bulir bening yang keluar dari sudut mata istrinya. "Sayangnya saya tidak merasakan hal yang sama, saya benci dengan pernikahan ini," ucap Raga secara gamblang tanpa memikirkan perasaan Miky.
Air mata Miky semakin mengalir deras. Raga seakan mempermainkannya, pria itu menghapus air matanya namun disaat bersamaan menaburi garam di atas lukanya.
Raga menarik tangannya, ia menegakkan tubuh kemudian berdiri dengan pongah seolah tidak terjadi apa-apa.
"Tidak ada malam pertama atau malam berikutnya, kamu dengan hidupmu, saya dengan hidup saya." Raga menekan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, memperjelas bahwa pernikahan yang mereka jalani hanya status semata.
Miky menyeka air mata dengan lengannya, ia mendongak menatap Raga.
"Satu lagi, saya tau ayah kamu memiliki riwayat penyakit jantung. Jadi, silahkan mengadu jika kamu ingin ayahmu menyusul papa saya."
Cukup! Miky sudah tidak tahan lagi, kekesalannya sudah tak tertolong. Tanpa ancang-ancang apalagi pikir panjang, Miky yang duduk di pinggir ranjang langsung menunduk, kemudian maju secepat kilat menyeruduk benda pusaka suaminya.
"Ahsst, kau!!!" Raga meringis menahan ngilu di antara selangkangannya dengan tubuh membungkuk kesakitan.
"Mamam tuh! Mas ganteng jahat sih, jadi Miky seruduk aja biar tobat." Miky berdiri tegak, tak ada lagi gurat sedih di wajahnya.
Dengan berani Miky mendekati Raga yang membungkuk kesakitan. "Miky nggak perduli mas masih cinta sama mendiang istri mas," bisiknya di telinga sang suami.
Miky tersenyum kecil saat melihat suami tampannya tidak berdaya. Mendapat kesempatan dalam kesempitan, Miky mendekatkan bibirnya pada pipi Raga.
Cup!
"Maaf ya mas ganteng sudah bikin anunya nyut-nyutan hehehe." Miky menarik diri setelah melabuhkan satu kecupan basah, kemudian ia berlari masuk ke dalam kamar mandi sambil bersenandung.
Wajah Raga merah padam, emosinya melonjak tinggi hingga ke ubun-ubun. Tidak disangka gadis yang umurnya bahkan belum genap 20 tahun itu bisa seberani ini ke padanya.
"Ahsst sial! Sial!" Raga berjalan dengan langkah tertatih. Ringisan kecil terus meluncur dari bibir kissable-nya. "Gadis ingusan sialan!" rutuknya, kemudian menjatuhkan diri di atas sofa panjang bewarna hitam, merebahkan diri seraya menghela napas panjang.
Raga bersandar menatap ke langit-langit kamar hotel, dominasi warna putih cukup membuatnya tenang. Ia memijat ringan kepalanya yang berdenyut nyeri, sesekali ia menolehkan kepala ke arah pintu kamar mandi.
Belum genap sehari ia hidup bersama Miky, namun kepalanya serasa akan meledak. Jika saja Miky tidak menerima perjodohan ini, tentu saja ia tidak akan menyakiti gadis itu. Sialnya, Miky menerima dirinya yang berstatus duda beranak satu.
"Tresno tekan matiku mung sampean, raono muntire lehku berjuang, kudu dadi siji ora urusan sampai pada tujuan tuhan mohon ijinkan."
Raga mengernyitkan dahi ketika mendengar suara cempreng Miky yang tengah bernyanyi. Seketika kepalanya semakin pusing.
"Loh mas ganteng ngapain rebahan di situ? Ranjang kita ukurannya gede loh, Mas." Miky mendekati Raga dengan santai walau saat ini tubuhnya hanya berbalut handuk yang tak mampu menutupi pahanya dengan sempurna.
Raga tak tergoda sama sekali dengan pemandangan di depannya. Ia mengibas-ngibaskan tangan. "Pergi!" titahnya tegas seraya memasang wajah tak bersahabat.
"Idih, mau Miky sundul lagi ya?" ancam Miky sambil mengambil ancang-ancang bak banteng.
Sontak Raga mendelikkan mata tajam, membuat nyali Miky menciut seketika. Miky memberengut, ia berpaling meninggalkan suaminya yang tampan. "Huh nggak asik!" dengusnya.
Lagi dan lagi, Raga hanya bisa menghela napas kasar. "Gila," umpat Raga.
Miky keluar dari ruangan tempat baju-bajunya berada dengan tubuh sudah berpakaian lengkap. Baju tidur motif patrick lengan pendek senada dengan celana pendeknya.
Mendapati keberadaan Miky yang berpakaian seperti bocah ingusan membuat Raga berdecih. Ia hampir tak waras karena sudah menikahi bocah gila seperti Miky.
Tubuh Miky berlenggak-lenggok bak model papan atas, kaki mulus nan putihnya beranjak naik ke atas ranjang.
"Uhhh nyamannya." Miky menjatuhkan tubuh dengan merentangkan tangan lebar, menikmati kelembutan ranjang hotel yang berselimutkan bad cover putih. Kulitnya terasa rileks karena sensasi dingin serta aroma mawar yang menguar.
Mata Miky melirik ke arah Raga yang berbaring di sofa. Ia pun merubah posisi tubuhnya menjadi menyamping sambil menyanggah kepala dengan satu tangan.
"Ekhem ekhem! Nggak sakit itu pinggangnya, Mas? Mas kan udah berumur," goda Miky sambil terkikik geli.
Ah senangnya! Miky tiba-tiba saja mendapatkan ide brilian. "Mengganggu mas Raga akan jadi rutinitasku mulai hari ini, biar dia terMiky-Miky," batin Miky girang.
Raga ikut menatap Miky dari kejauhan, tangannya mengepal kuat saat mendengar suara cekikikan yang lebih terdengar seperti ejekan di telinganya.
"Berisik!" geram Raga.
Miky tersenyum mendengar kekesalan suami tampannya. Ia memanyunkan bibir memberi kiss dari jarak jauh sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Biarlah tua, tapi kutetap cintaaa." Miky bersenandung dengan suara pas-pasan yang mampu membuat gigi Raga bergemeletuk.
Pada akhirnya Raga memutar mata jengah, ia kembali berbaring terlentang. Muak rasanya melihat wajah Miky si gadis gila.
Miky cekikikan melihat kepasrahan suaminya. Sepertinya hari ini sudah cukup baginya mengganggu Raga, ia pun berbaring menghadap langit-langir kamar memutuskan untuk mengganggu Raga lagi esok hari.
Waktu terus begulir, detik berubah menit, menit berganti jam. Namun, mata Miky tak juga terpejam.
Berulang kali Miky membalik tubuhnya di atas ranjang. Ia tak dapat tidur tanpa guling kesayangannya yang tertinggal di rumah ayah bundanya.
Miky merasa bosan, ia memilih duduk di tepi ranjang. Dilihatnya Raga tertidur di atas sofa yang tak mampu menampung tubuh jangkung pria itu.
Tidak tega melihat suami tampannya tidur tanpa selimut, ia pun mengambil bed cover putih yang disediakan hotel, lalu membawanya menuju sang suami.
"Kasihannya suamiku." Miky membentangkan selimut, saat dirinya hendak menyelimuti tubuh Raga sontak gerakannya terhenti karena ponsel yang ada di atas dada Raga menyala.
Miky mengernyitkan dahi, matanya menyipit kemudian terbelalak saat mendapati sebuah foto yang menjadi wallpapper ponsel suaminya.
"Buk Marina!" celetuk Miky gusar.
Bersambung ....
Siapakah sosok yang ada ponsel Raga? Mengapa Miky memanggilnya Marina? Apakah Miky mengenalnya?
Peluh membasahi dahi Miky, mendadak tenggorokannya tercekat, suara napasnya pun kian terdengar berat.
"J-jadi buk Marina dan mas ganteng ... suami istri." Miky menggeleng-gelengkan kepala, sungguh tak menyangka akan kebetulan ini. "Ternyata benar ya, dunia itu selebar daun kelor," gumamnya.
Miky menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, ia melakukan hal itu berulang kali sampai sesuatu yang mengganjal di dadanya menghilang.
Dengan perlahan Miky mengambil ponsel milik suaminya. Dipandanginya ponsel Raga sejenak, menilik wajah cantik guru matematikanya ketika SMP dulu. Barulah setelah itu ia menekan mode sleep pada benda pintar tersebut.
Miky meremas ponsel dalam genggaman tangannya seraya berjalan ke arah nakas yang tak jauh dari sofa, diletakkannya ponsel Raga, kemudian ia kembali mendekat pada suaminya. Dirinya membentangkan selimut, menyelimuti tubuh Raga dari dada hingga ujung kaki.
Miky tersenyum kecil, dirinya berjongkok di samping Raga. Perlahan ia mengulurkan tangan ke wajah sang suami, ujung jarinya menyentuh sudut mata Raga yang meninggalkan jejak basah.
"Mas habis menangis karena rindu buk Marina atau karena pernikahan kita?" Suara Miky bergetar lirih.
Miky tercenung, matanya lekat memandangi wajah tampan Raga. Wajah yang mampu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kesadaran menarik diri Miky dari lubang kesedihan.
Dirinya menggeleng-gelengkan kepala. Tidak! Ia tidak ingin larut dalam kesedihan, tidak ada terpuruk dalam kamusnya.
Miky mencondongkan tubuh ke dekat telinga Raga secara hati-hati, kemudian ia membisikan sederet kalimat yang dianggapnya sebagai mantra penenang untuk Raga. "Bobok yang nyenyak ya, Mas ganteng."
Sudut bibir Miky tertarik, tangannya bergerak mengusap pipi Raga yang sedikit menusuk telapak tangannya, tampaknya Raga baru mencukur bulu-bulu wajah sebelum mereka menikah. Huh merinding! Miky bergidik.
Sesuatu di dalam diri Miky berdesir sepanjang menyentuh pipi Raga.
"Duh! Mas ganteng bikin Miky deg-deg-an aja," keluh Miky, bibir merah mudanya mencebik bak bebek.
Miky menarik tangannya dari pipi sang suami, ia bersedekap dada sambil senyam-senyum tak jelas. "Jantung Miky nggak tenang rasanya karena lihat mas ganteng, jadi mas ganteng harus dihukum," ucapnya, ia terkikik pelan karena ide cemerlang yang terlintas di kepalanya.
Miky memanyunkan bibir, ia memajukan kepala, semakin maju dan .... "Umachhh!" Bibir Miky berhasil lepas landas di atas pipi Raga, seakan lupa diri karena ketampanan suaminya yang tumpah-tumpah, Miky sampai enggan cepat-cepat menarik diri. Bibirnya terparkir lama di tempat itu.
Aksi Miky sontak membuat Raga menggeliat tak nyaman, namun matanya masih setia terpejam rapat. Buru-buru Miky menjauhkan wajahnya, walau ada rasa tak rela berjauhan dari sang suami.
"Hahhh, udah ah! Entar mas ganteng terbangun, terus marah-marah, terus makin tua terus ... emmm." Miky menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Ih pusing!" keluhnya, kemudian pergi meninggalkan Raga, ia memilih untuk naik ke atas ranjang.
Dipeluknya bantal dengan erat, menggantikan Raga yang tak sudi tidur bersamanya. Malam pertama yang mengenaskan!
***
Bangun-bangun badan Raga serasa habis digebukin masa, sofa yang ia tempati tak mampu menampung tubuh jenjangnya dengan sempurna sehingga punggung bahkan lehernya terasa kaku.
Raga mendudukkan diri, merenggangkan sendi-sendinya. Ia membentangkan tangan lebar, menimbulkan bunyi perenggangan yang khas.
Krek! Krek!
Tanpa Raga sadari Miky yang ternyata sudah bangun lebih awal melihat semua pergerakannya.
"Nyeri otot pinggang mas, badan pegal linu mas ...," sindir Miky dengan bersenandung lagu iklan yang pernah melintas di televisinya.
Pergerakan Raga sontak terhenti, kepalanya yang semula ia miringkan kini menatap ke depan dengan wajah datar berkilatkan marah. Masih pagi, tapi Miky sudah membuatnya kesal saja, kalau begini terus bisa cepat tua dirinya.
Miky bangun dari posisi berbaring, ia beranjak duduk di tepi ranjang dengan wajah cerah.
"Mas ganteng sih! Ngeyel! Udah tau umur nggak lagi muda, tapi masih aja jual mah—"
"Diam!" bentak Raga, suaranya meninggi, sedangkan wajahnya tampak begitu kesal. Hal itu membuat tubuh Miky terlonjak kaget, jantungnya nyaris berhenti berdetak karena suara keras Raga menusuk gendang telinganya.
Miky yang sempat terdiam lantas mengusap dada sambil menarik napas lalu membuangnya dengan perlahan. Beberapa kali ia melakukan pengulangan sampai debar di dadanya mereda.
"Jangan marah-marah dong mas ganteng, nanti cepat tua loh!" cibir Miky sambil mendengus serta mata melotot.
Seketika itu juga wajah Raga memerah, rahangnya pun terlihat mengeras. Tua! Tua! Tua! Kalimat itu berputar-putar di kepalanya dengan suara khas Miky.
Mata Miky menangkap gelagat Raga yang mampu membuatnya merinding disko, pelan-pelan lirikan matanya turun pada kedua kepal tangan Raga.
Glek!
Tenggorokan Miky mendadak tercekat, dilihatnya kedua tangan Raga mencengkram pinggiran sofa sampai urat-urat di atas permukaan kepal tangan pria itu menonjol jelas.
Otak Miky berpikir keras, memikirkan bagaimana caranya agar kemarahan Raga meredah.
Aha! Ide cemerlang muncul di kepala Miky. Sudut bibir Miky berkedut kecil, menahan kuat agar cengiran kudanya tidak tercipta.
"Mas gant—"
"DIAM!!!" bentak Raga keras.
Sontak tubuh Miky membeku, mendadak tubuhnya bergetar ketakutan, mulutnya ia tutup rapat-rapat. Niat hati ingin menawarkan pijitan pada pria itu, eh dirinya malah disemprot dengan suara menggelegar yang membuat hidungnya kembang-kempis.
Mata Miky melirik curi ke arah Raga dengan hati-hati, namun sialnya disaat yang bersamaan Raga sedang menatapnya tajam dan dingin seakan ingin memakannya hidup-hidup.
"Aduh keberanian oh keberanian di mana kalian berada." Batin Miky menjerit panik.
Kepanikan Miky semakin bertambah ketika Raga bangkit dari duduknya, dan kini pria itu tengah melangkah ke arahnya dengan gerakan yang sengaja ... dilambatkan?
Ah tidak! Miky panik sekali rasanya, ia harus kabur, ya kabur!
Buru-buru Miky berdiri, memutar badan hendak keluar dari kamarnya. Namun, baru saja selangkah terlaksana, sebuah tangan menarik telinga kanannya sampai ia memekik kesakitan.
"Aduh aduh! Lepasin Mas ganteng!" Kaki Miky menjinjit tinggi.
Kurang ajarnya Raga menarik telinganya lebih tinggi hingga mau tak mau ia harus menjinjitkan kaki jika tak ingin telinganya copot di tangan Raga.
"Huaaa lepasin, Mas ganteng," rengek Miky. Ngilu sekali rasanya, ia benar-benar tak tahan sampai matanya berkaca-kaca.
Dengan santai Raga maju ke hadapan Miky lengkap beserta gaya pongahnya, dagu terangkat tinggi serta mata menilik sinis. Tangannya masih setia menarik telinga gadis itu, biar kapok!
"Sakit?"
Miky menatap kesal pada Raga, pria itu bertanya dengan nada mencemooh yang begitu kental. Tapi, ia tidak boleh membuat pria itu semakin marah dengan melawan, jadilah ia mengangguk singkat karena posisinya yang sulit untuk menggerakkan kepala tentunya.
Raga kelihatan senang mendengar jawaban Miky, seolah sakitnya Miky adalah hiburan baginya. Baiklah, setidaknya ia menemukan secuil hal menarik yang bisa ia lakukan dalam pernikahan ini, membuat Miky tersiksa dan berakhir meminta cerai! Brilian! pikir Raga .
Seringai muncul di bibir kissable Raga. "Bagus!"
Raga melepaskan tangannya dari telinga Miky, telinga wanita itu tampak memerah karena ulahnya, namun sungguh ia tak peduli!
Miky mendesah lega dan langsung mengusap-usap telinganya yang terasa panas sambil menatap Raga penuh kekesalan.
Pria itu bersedekap dada, mengangkat kedua alisnya seraya menyeringai ke arah Miky.
Miky yang melihatnya hanya bisa melongo tak percaya. Apa pria itu sedang mengejeknya? Dasar suami arogan!
Kekesalan Miky semakin bertambah saat Raga melenggang pergi begitu saja tanpa meminta maaf setelah apa yang telah pria itu lakukan padanya.
"Tunggu pembalasan Miky!" sungut Miky melompat-lompat bak anak kecil yang tengah marah.
Bersambung ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!