NovelToon NovelToon

TRANSMIGRASI: Hamil Anak Raja

(1) Tiba-tiba tidur bersama

Hari sudah sangat larut, tetapi remaja yang bernama Mashka Romia masih setia duduk di meja belajarnya, matanya bahkan sangat fokus memandang buku yang dia baca.

Mashka Romia adalah Remaja yang tinggal menghitung lagi mencapai umur 17 tahun.

Dia memiliki kepintaran yang cukup memuaskan, tetapi dia selalu menganggap itu kurang dan masih ingin terus belajar lebih.

Tok! Tok!

"Mashka! Kamu harus tidur, aku sudah stress mendengar bunyi pulpen kamu!" Teriak kembarannya Marshelo, kebetulan kamar mereka berdekatan satu sama lain.

Kalo Mashka adalah orang yang giat belajar, dan Marshelo adalah kebalikannya.

Marshelo paling tidak suka dengan belajar.

"Iya ini aku bakal ganti pulpen."

"Tidur Mashak! bukan ganti pulpen." Teriak Marshelo lagi dari dalam kamarnya.

Mashka menghembuskan nafas kasar "iya-iya sabar!" Teriak balik Mashka.

Hening.

Tidak ada sahutan dari Marshelo sepertinya dia kesal dengan Mashka.

Mashka kembali melanjutkan perkerjaannya yang tertunda

Hingga suara Marshelo kembali menggema.

"Dibilangin juga balas mulu ya kamu Mashka, pingsan baru kamu tahu rasa." Teriaknya, setelah itu tidak ada lagi komentar dari Marshelo.

Mashka hanya menganggap itu angin lewat, dia tidak melakukan hal yang buruk. Jadi untuk apa Marshelo terus mengomentari kegiatannya.

Masih mending mengomentari untuk memberi semangat, Marshelo malah terus mengomentari Mashka untuk kejalan yang sesat.

Sebenarnya orang tua mereka tidak memaksakan anaknya untuk giat belajar, makanya sikap Marshelo seperti itu, asal naik kelas dia sudah tenang, biarpun peringkat terkahir.

Sedangkan Mashka tidak menganggap sepele setiap kegiatan belajar, dia pasti ingin selalu unggul dan dapat membuat pandangan orang padanya itu bangga.

"Ugh.." Pulpen Mashka jatuh dalam genggaman tangannya, akibat rasa sakit di dada dan kepalanya menyerang tiba-tiba.

Seingat Mashka dia tidak makan sembarangan.

Rasa sakitnya semakin lama semakin bertambah, membuat Mashka tidak sanggup untuk menahannya.

Pandangannya menjadi buram seketika, dia tidak bisa lagi menahan tubuhnya untuk jatuh ke lantai.

BRAK!

Jatuhnya Mashka dari kursi sungguh terdengar nyaring, hingga membuat kepala Mashka semakin sakit.

"Sakit...." Mashka panik, bingung dan takut akan apa yang terjadi padanya sekarang.

Tidak lama kemudian, ada yang mendobrak pintu kamar Mashka secara paksa.

"Mashka!" Marshelo berlari mendekati tubuh Mashka yang sudah tergeletak di lantai.

"Mama! Ayah!" Marshelo berteriak sekuat mungkin untuk membangunkan kedua orang tuanya.

Marshelo menepuk-nepuk pipi Mashka dengan kasar agar Mashka tetap sadar.

"Jangan tutup mata kamu, Mashka!" Tegas Marshelo yang terus menatap mata Mashka.

Mashka tidak menyahut, dia sekarang sedang menahan sakit di setiap tubuhnya, sakit yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Tidak sanggup lagi menahan dan pandangannya bahkan sudah sanggat gelap, Mashka terpaksa menyerah untuk bertahan.

"Mashka!"

"Mashka!"

"MASHKA ROMIA!"

•••

Kicauan burung di jam 5 subuh dapat membangunkan seorang wanita yang hanya tertutup selimut ditubuhnya.

Perlahan-lahan tetapi bisa, Mashka itu dapat melihat pandangan di sekitarnya dengan jelas.

Jantung Mashka masih berdegup kencang, mengingat hal besar yang baru dia lewati dan sakit yang paling dia tidak kuat menahan.

Dia diam sejenak lalu mulai memikirkan, apakah ini karma untuknya karena terlalu mendewakan pelajaran? Dan mengabaikan nasihat orang rumah?

Saat ini, pemikiran itu dianggap benar oleh Mashka, jika saja dia menuruti perkataan Marshelo untuk tidur beristirahat, dia tidak mungkin merasakan sakit luar biasa dan pingsan.

Deru nafas berat di sampingnya menghilangkan konsentrasi Mashka, sontak Mashka menoleh ke sumber suara.

Betapa terkejutnya dia mengetahui ada seorang lelaki yang hanya tertutupi selimut tebal berada di sampingnya.

Ingin segera menjauh tetapi Mashka baru sadar kalo dirinya juga hanya tertutup selimut.

Dia tertegun melihat apa yang dia saksikan sekarang.

Tetapi dia baru menyadari jika tubuh ini berbeda dengan tubuhnya, sangat-sangat berbeda.

Mashka menghembuskan nafas secara berurut, mencoba menetralkan keterkejutannya.

Kebetulan di sebelah kanannya ada cermin besar, dia dapat melihat leluasa tubuhnya yang berbeda ini.

Tubuh dan wajah ini mengingatkan dia pada lukisan sosok pembantu di dalam Novel Fantasy yang dia baca disaat hari libur, kebetulan Novel yang dia baca memiliki tokoh yang mengenalkan gambarnya, jadi Mashka ingat itu.

Tubuh ini adalah milik Anastasia, seorang maid kerajaannya yang tugasnya sehari-hari berada di dapur kerajaan.

"Mati aku." Mashka menatap pantulan cermin dengan tidak suka.

Anastasia memiliki body yang sangat ideal, serta buah dada yang berisi. Padahal umurnya hanyalah 19 tahun. Walau begitu dia sehari-hari menggunakan pakaian pelayan lumayan oversize untuk meminimalisir tuduhan buruk.

dia adalah seorang peran yang mati dibunuh oleh Raja Aleron yaitu Raja yang berkuasa di Kerajaan Jarous.

Raja yang memandang Anastasia aib, padahal ini juga karena ulahnya.

Mashka memandang wajah Raja Aleron dengan tatapan kesal.

Mashka mulai memasang bajunya secara asal, dan pergi mengendap-endap keluar kamar.

Kematian Anastasia sangat mengerikan, oleh sebab itu Mashka lebih baik pergi dari pada memberitahu kejadian ini pada orang lain.

"Aku tidak akan pernah memberitahukan ini kepadanya, dia juga mungkin tidak tahu." Gumamnya.

Walau terasa sakit diarea bawahnya, Mashka tidak gentar untuk pergi tanpa memeninggalkan jejak yang janggal.

Untungnya keadaan berpihak padanya, area lorong sangat sunyi dan memudahkan dia untuk pergi.

Mashka berjalan dengan sangat fokus, agar dia tidak terciduk orang lain.

Hingga ketemulah dia dengan seseorang yang memiliki pakaian pelayan sama dengannya.

( Mashka sekarang kita panggil Anatasia )

"Hei." Panggil Anastasia pada seorang maid yang sedang memulai pekerjaannya.

Perempuan yang di panggil itu menoleh kepada Anastasia

"Ana?"

Anastasia mengerutkan keningnya "jangan panggil aku dengan nama itu, aku sedikit Trauma." Tegasnya.

Anastasia yang berjiwa Mashka sangat menentang keras nama yang berinisial Ana, entah kenapa menurutnya Ana kurang cocok dan sangat asing baginya.

Orang yang dihadapannya memandang Anastasia dengan terkejut "tidak biasanya kamu marah seperti ini."

Anastasia teringat sesuatu "ah ya, aku hanya sudah kurang suka dengan panggilan itu, kalo Natsya saja bagaimana?" Usulnya.

Maid di hadapannya hanya menganggukkan kepala "iya-iya, lain kali akan ku panggil kamu Natsya."

Anastasia tersenyum manis "terimakasih kalo begitu yaa."

"Luar biasa, aku baru pertama kali melihat mu tersenyum bahkan berbicara." Kagumnya menatap Anatasia.

"Berarti kamu adalah orang pertama, karena mulai hari ini aku akan berubah." Kode Anastasia.

"Baguslah kalau begitu, ah ya jika kau mungkin lupa denganku karena kita hanya bertemu pas pengambilan paksa oleh Kerajaan, namaku adalah Lia."

Anastasia menganggukkan kepalanya "namamu bagus, salam kenal."

"Salam kenal juga Natsya, ku harap kita dapat berteman dekat." Senyum manis Lia terpancar di wajahnya.

Karena disini yang seumuran dengannya hanyalah Anastasia, tapi Anastasia sangat tertutup dan tidak mau berbicara banyak akibat kejadian dimana Anastasia diambil paksa oleh Kerajaan musuh untuk dijadikan pelayan.

Lia senang, Anatasia sudah mulai terbuka padanya dan tidak menutup diri lagi.

Cukup lega mendengarnya, sayang jika wajah Cantik Anastasia harus tertutup oleh keterdiamannya.

2. anak Raja

Anastasia menganggukkan kepalanya "namamu bagus, salam kenal."

"Salam kena juga Natsya, ku harap kita dapat berteman dekat." Senyum manis Lia terpancar di wajahnya.

Karena disini yang seumuran dengannya hanyalah Anastasia, tapi Anastasia sangat tertutup dan tidak mau berbicara banyak akibat kejadian dimana Anastasia diambil paksa oleh Kerajaan musuh untuk dijadikan pelayan.

"Aku senang kau menerimaku, sekarang kita berteman." Anastasia merangkul Lia agar Lia menjadi senang.

Karena Anastasia harus mendapatkan seseorang untuk membantunya menjelajahi dunia ini.

"Wahh terimakasih Natsya sudah mau menjadi teman untuk ku, ayo sekarang kita lanjutkan pekerjaan, kau sudah mandi kan?" Tanya Lia.

Gawat, Anastasia bahkan belum menyentuh air sedikitpun. Dia harus segera mencari alasan agar Lia tidak curiga.

"Oh kebetulan aku belum mandi, aku belum sempat mandi karena terburu-buru membersihkan rumput dibelakang kamar tamu, takut kepala pelayan memarahiku nanti." Ucapnya dengan lesu.

Lia memandang Anastasia tanpa kedip, bukan kah Anastasia bagian dapur? Kenapa beralih menjadi pembersihan taman.

Lia berpikir lagi, mungkin kepala pelayan memerintahkannya secara pribadi, banyak maid diperkerjakan tidak sesuai dengan pekerjaan maid itu oleh kepala pelayan.

Lia menggangguk paham "oke, pergilah mandi aku akan menunggu mu di dapur."

"Ya." Jawab Anastasia lalu pergi lebih dulu meninggalkan Lia.

Di tengah perjalanan Anastasia hampir menabrak anak kecil yang berdiam direrumputan gelap.

Ingin menyumpah tetapi itu sepertinya adalah putra mahkota Gerlad yang mungkin dia tengah kesal pada seseorang.

"Jangan melamun." Tegur Anastasia.

Gerlad mendongak kepada Anastasia, bocah berusia 5 tahun itu hanya menatap Anastasia hampa.

Anastasia menatap mata Gerlad dalam "kamu sedang apa anak kecil?" Tanyanya.

Tidak ada jawaban dari Gerlad, tetapi Anastasia terus melanjutkan ucapannya.

"Jangan terlalu memikirkan masa depan, karena masa depanmu sudah terjamin, kamu anak Raja loh." Setelah itu Anastasia pergi berlalu meninggalkan Gerlad.

Sebenarnya Anastasia bisa saja pergi tanpa memperdulikan Gerlad, namun disaat melihat wajah kecil itu yang nampak depresi membuat Anastasia sedikit kasihan. Gerlad terlalu berat bebannya dari pada umur.

Gerlad tertegun, walau banyak kata yang tidak jelas tetapi dapat membuka isi hati Gerlad, keajaiban mana tiba-tiba saja dia dapat memahami kata-kata aneh itu

"Tunggu." Gerlad berdiri dan menghampiri Anastasia.

"Kamu pelayan bagian apa?" Tanyanya.

"Dapur, pangeran lebih baik pergi ke dalam karena udara disini dingin. Jangan terlalu memikirkan hal berat, kamu masih kecil." Perintah Anastasia, dia ingin cepat-cepat mandi dan menyusul Lia.

Gerlad hanya berdeham "baiklah." Dia balik badan dan pergi kearah kamarnya dengan langkah gontai.

Sesampainya didalam kamar Gerlad masih menemui pengasuhnya yang tertidur pulas, untungnya dia tidak ketahuan.

Duduk dipinggir tempat tidur, Gerlad memikirkan kata-kata seorang pelayan yang tiba-tiba saja muncul dihadapannya.

Gerlad dapat menangkap semua arti kata yang Anastasia katakan.

Anastasia benar, dia adalah anak Raja dengan hidup mewah dan ada orang-orang yang membimbingnya sepanjang hari lalu menjaganya.

Gerlad menyadari kalo tindakan dia seolah menyalahkan takdir itu tidak benar, harusnya Gerlad berterimakasih karena Tuhan telah menempatkan dia disini, dia hidup, diakui dan dihormati.

Tak terasa senyum kecil dibibirnya terukir, dia menatap jendela kamarnya "aku harap kita dapat bertemu lagi bibi."

•••

Aleron membuka mata, Raja dari kerajaan Jarous itu baru saja bangun dari tidur nyenyak nya. Raja yang berusia 29 tahun menghirup udara dengan tenang, berusaha menenangkan kepalanya yang pusing.

Seakan-akan dia baru merasakan tidur yang sangat nyenyak hingga tidak mau bangkit dan beraktivitas.

Merasakan ada yang aneh dengan dirinya, setelah melihat pantulan cermin dengan jelas tubuhnya hanya tertutup oleh selimut.

"Sialan." Desis Aleron mengetahui apa yang terjadi.

Dia malam tadi melakukan aktivitas panas tanpa dia sadari.

Yang dia ingat hanya meminum air yang ada dimeja kerjanya, lalu kepalanya tiba-tiba berputar dan Aleron tidak dapat sadar setelah itu.

Tanpa menunggu lama Aleron memakai bajunya dan bergegas pergi keluar untuk menebas kepala seorang pelayan yang berani melakukan tindakan bodoh padanya.

"JAVIER!" Panggil Aleron mencari tangan kanannya.

Javier yang mendengar namanya dipanggil lantang dengan cepat menemui rajanya.

"Salam yang mulia Raja, Selamat pa—"

"Jawab, apa jalang itu pergi kekamar ku?" Aleron menatap mata Javier dengan tatapan menusuk.

Javier dibuat terkejut, biasanya Aleron tidak mengatakan perkataan kotor tentang Ratu diluar ruangan.

"Menjawab yang mulia, Ratu Lorin tidak memasuki kamar anda tadi malam."

Sebelum Aleron memanggilnya, Javier sudah menyelesaikan masalah ini lebih dulu dan menangkap pelayan yang mencampurkan obat ke minuman.

Untungnya Ratu Lorin tidak sempat menjebak Aleron karena rencananya sudah diketahui oleh Javier.

Javier telah menjelaskan semuanya pada Aleron.

Aleron tertawa puas mendengarnya "bagus."

"Umumkan kepada semuanya untuk melihat pelayan itu di hukum penggal, aku akan menyusul nanti."

"Baik yang mulia." Javier menunduk hormat, membiarkan Aleron berbalik meninggalkannya.

Setelah dirasa jauh dan tidak ada lagi sosok Aleron, Javier menghembuskan nafas lega.

"Untung saja yang mulia Raja tidak bertanya siapa yang tidur dengannya, karena masalah itu aku belum menangani akibat mengawsi Ratu Lorin."

Karena gerakan Ratu Lorin sangat gesit jadi Javier tidak boleh lengah dalam hal ini, sedikit saja salah maka Ratu Lorin akan berhasil menjebak Raja.

Bisa saja Javier dipecat dari pekerjaannya.

Hubungan Ratu Lorin dan Raja Aleron semakin hari semakin renggang dan bahkan seperti ada perang di antara keduanya.

Pernikahan politiklah penyebab dari semua ini.

Sementara itu dilain tempat, Anastasia sibuk melamun dikursi pojok tempat pemanganggan.

Dia ditugaskan untuk memanggang ikan untuk makanan prajurit kerajaan, tetapi Anastasia malah menunggu panganggan sambil melamun.

"Bagaimana cara keluar dari sini?" Anastasia seperti terkena apes, jika ini adalah daerah dimana Anastasia asli dilahirkan dan tumbuh besar, mungkin di dalam otaknya sudah muncul lekak-lekuk jalanan di Kerajaan ini.

Itu tidak akan terjadi karena Anastasia bukan rakyat disini, dia diambil paksa dari Kerajaan sebelah karena kalah perang.

Sungguh membuat banyak pikiran.

"Bibi."

Panggilan dari arah depan membuat lamunan Anastasia buyar.

Dilihatnya putra mahkota Gerlad melambaikan tangan padanya dan berjalan mendekatinya.

"Salam putra mahkota." Ucap Anastasia seadanya, dia sama sekali tidak tahu bagaimana dunia novel ini menghormati para anggota kerjaan.

Gerlad ikut duduk disebelah Anastasia "apa yang bibi lakukan disini sendirian?" Tanyanya.

"Memanggang ikan untuk prajurit."

"Apa bibi pernah memakannya?"

"Bibi Tidak ingat." Jawab Anastasia, dan dia juga merasa aneh disaat anak kecil memanggilnya bibi, apakah wajah Anastasia setua itu sebelum waktunya?

"Putra mahkota, apa aku terlihat tua dimatamu?" Kini giliran Anastasia yang bertanya pada Gerlad.

Gerlad sontak menggelengkan kepalanya "tentu saja tidak, bibi bahkan seperti nona bangsawan yang cantik, aku bahkan tidak menemui nona secantik bibi." Jawabnya panjang lebar.

"Saya bukan Nona bangsawan putra mahkota, saya pelayan" Koreksi Anastasia.

"Tapi bibi cantik." Pujinya polos.

"Terimakasih atas pujiannya putra mahkota, agar lebih nyaman panggil saja aku kakak." Anastasia menatap Gerlad berharap anak itu menyetujui usulnya.

Gerlad berpikir sebentar, menurut dia yang hanya di panggil kakak jika umur mereka berbeda 7 tahun saja, dan sisanya dia panggil bibi.

"Oke, kakak." Jawabnya menyetujui.

Senyum terukir dibibir indah Anastasia, dari dulu dia ingin memiliki adik tetapi malah dapat kembaran yang sangat berisik.

Melihat senyuman Anastasia membuat Gerlad terpana, wajah Anastasia sangat membuatnya nyaman dan damai.

3 ketakutan

"Terimakasih atas pujiannya putra mahkota, agar lebih nyaman panggil saja aku kakak." Anastasia menatap Gerlad berharap anak itu menyetujui usulnya.

Gerlad berpikir sebentar, menurut dia yang hanya di panggil kakak jika umur mereka berbeda 7 tahun saja, dan sisanya dia panggil bibi.

"Oke, kakak." Jawabnya menyetujui.

Senyum terukir dibibir indah Anastasia, dari dulu dia ingin memiliki adik tetapi malah dapat kembaran yang sangat berisik.

Melihat senyuman Anastasia membuat Gerlad terpana, wajah Anastasia sangat membuatnya nyaman dan damai.

Ingin sekali dia menanyakan bagaimana bisa Anastasia mendapatkan wajah yang sempurna.

"Untuk apa anda kesini?"

"Tidak ada hal yang formal." Jawab Gerlad, dia kesini cuma untuk bersantai.

"Lebih baik anda berkeliling dari pada disini yang penuh asap." Lirik Anastasia pada Gerlad.

Dia dari tadi melihat situasi agar tidak ada orang melihat dia disini, Bisa-bisa Anastasia terkena masalah karena membiarkan calon pewaris kerajaan terkena asap panggang.

Gerlad menggeleng "aku lebih suka disini karena ada kakak."

"Tapi putra mahkota baru bertemu saya hari ini." Anastasia jadi pusing memikirkan cara yang halus untuk mengusir bocah di sampingnya.

"Tidak, aku—"

"Putra mahkota Gerlad!" Teriak seseorang dari kejauhan.

Ada tiga orang pengasuh putra mahkota yang menghampirinya dengan tergesa-gesa.

Anastasia memijit kepalanya yang terasa pening, setelah ini pasti dia akan di semprot oleh tiga orang itu.

Ketiga berhadapan dengan Anastasia dengan wajah yang garang.

"Pelayan rendahan sepertimu beraninya duduk bersama putra mahkota!" Teriaknya tepat dihadapan Anastasia.

Pelayan yang meneriakinya adalah Feli, orang yang sangat menyayangi Gerlad.

Tapi kata-katanya sungguh tidak beradab.

"Tolong Jangan membuat telingaku tuli." Tukas Anastasia sambil mengusap kedua telinganya.

Feli melotot melihat tingkah Anastasia "tidak tahu diri! Aku akan membuat kau diusir dari kerjaaan ini!" Teriaknya penuh amarah.

Didalam hati Anastasia bersorak gembira, tanpa susah-susah dia sudah punya orang agar menendangnya dari neraka ini, sepertinya Tuhan mengabulkan curhatan hatinya.

"Baik—"

"Tidak! Kau tidak boleh mengusirnya dari Kerajaan ini." Sahut Gerlad yang membuat semuanya terdiam.

Gerlad menatap nyalang pengasuh "kau tidak boleh melakukan ini Feli." Ancamnya lagi.

Feli sangat shock mendengar penolakan tuan mudanya. Dia menatap Anastasia dengan tatapan benci berkali-kali lipat dari pada tadi.

Feli dibuat semakin benci dengan Anastasia akibat pembelaan Gerlad.

Anastasia menatap balik Feli, sepertinya perempuan dihadapannya sedang proses untuk melahapnya.

"Ikut dengan pengasuhmu putra mahkota, lihat matanya hampir keluar."

"Kau!"

"Putra mahkota pelayan Feli cepatlah, Raja akan segera sampai ditempat eksekusi" Javier mendekat dan langsung membawa Gerlad pergi.

Sebelum pergi dia melirik sebenar kearah Anastasia, seorang gadis yang dia tarik paksa dulu agar menjadi pelayan di Kerajaan.

Tanpa meninggalkan kata untuk Anastasia, Javier pergi bersama Gerlad dan ketiga pengasuhnya.

Anastasia terdiam, dia ingat sosok pria dihadapannya tadi. Itu adalah Javier

Javier memiliki otak yang pintar, jadi dia juga harus berhati-hati dengannya.

"Natsya!" Lia berlari menghampiri Anastasia sambil menetralkan deru nafasnya.

"Hah... Hah.."

"Lia kau kenapa?" Anastasia menatap ekspresi Lia yang seperti dikejar setan.

"Ayo kita harus cepat pergi ke eksekusi untuk menyaksikan pelayan yang berkhianat." Jelasnya sambil memindahkan Panggangan kedalam lalu membawa Anastasia pergi.

Anastasia berpikir sejenak, bukankah Javier tadi juga ingin kesana bersama yang lain? Apa semua penghuni istana harus hadir sampai ke para pelayan?

Anastasia hanya mengikuti kemana Lia menariknya dan sampai pada tempat tujuan.

"YANG MULIA RAJA ALERON DAN RATU LORIN TELAH TIBA."

Bunyi terompet memenuhi pendengaran telinganya.

Tepat setelah mereka sampai, Raja Aleron tiba dengan Ratu Lorin yang mukanya pucat pasi.

Semua orang yang ada didalam menunduk hormat kepada sang pemimpin kejayaan kerajaan.

Anastasia awalnya hanya berdiam diri saja layaknya patung, tapi tangan Lia dengan spontan membungkukkan badannya.

Mau tak mau Anastasia menunduk, walau di hatinya ada sedikit menantang tapi apa boleh buat, dia rakyat jelata disini.

Lia melirik Anastasia sebentar, ada sedikit perubahan mimik wajah Anastasia yang kurang mengenakkan, entah apa itu Lia tidak tahu.

Sekarang Raja Aleron tepat melewati barisan Anastasia.

Raja Aleron berhenti sebentar, dia seperti mencium bau yang membuat dia tidur nyenyak tadi malam, kejadian Na'as tetapi meninggalkan pengharun yang luar biasa harum.

"Yang mulia." Ucap Ratu Lorin takut-takut, penasarannya lebih besar. Dia heran kenapa suaminya berhenti mendadak, Apa Raja Aleron berubah pikiran?

Raja Aleron melirik sebentar kearah Ratu Lorin, lalu pandangannya kembali lurus kedepan dan berjalan.

Jika saja ayahnya Lorin, perdana mentri kepercayaan kerajaan tidak meninggalkan wasiat agar tetap menjaga Lorin walau ada badai yang menerpa.

Raja Aleron tidak enak hati mengkhianati mertuanya yang sangat baik padanya, tetapi kelakuan anaknya membuat dia pusing kepalang.

Di tempat eksekusi sudah ada satu pelayan yang berdiri dengan kaki bergetar, melihat alat dihadapannya adalah sebuah waktu kematian untuknya.

"Silahkan yang mulia Raja dan Ratu." Javier mempersilahkan Raja Aleron dan Ratu Lorin duduk di kursi kekuasaan.

Javier mulai maju kedepan "perhatian, didepan kalian adalah seorang pelayan yang tidak setia kepada kerajaan, dia berani ingin membuat Raja Aleron celaka."

Semua orang yang tidak menyangka bahwa pelayan berani berbuat kurang ajar pada Rajanya sendiri.

Bisik-bisik mulai bermunculan.

Semua orang mencemooh pelayan yang berkhianat, yang pelayan itu lakukan hanyalah menunduk takut.

Sedangkan Anastasia terpana, ini adalah pelaksana eksekusi pelayan yang di dalam cerita tidak lama lagi dia akan dieksekusi mati juga.

'Jarak pelayan ini mati dipenggal hanya berbeda 2 minggu dari eksekusi Anastasia' Anastasia mengigit kuku jarinya dengan ekspresi cemas, waktu tinggal sendikit tetapi dia tidak dapat melakukan apapun.

Tidak sengaja pandangannya bertemu dengan Raja Aleron yang kebetulan juga memandang kearahnya.

Pandangan mereka hanya berlangsung sebentar karena Anastasia tidak mau cari masalah, Anastasia menjadi kalut jika Raja Aleron tahu, maka hidupnya akan tamat.

Raja Aleron menatap Anastasia dengan intens, dia kenal wajah itu, wajah yang membuatnya benar-benar belum pernah dia jumpai sebelumnya menjadikan dia yakin akan satu hal, tapi sebelum itu dia harus segera memastikan secara benar.

Begitu banyak yang Javier katakan dari hukum-hukum kerajaan hingga peraturan eksekusi.

Anastasia meremas roknya kuat karena dia tidak ingin berada didalam satu ruangan dengan malaikat maut.

"Lia apakah pidato ini terus berlanjutan hingga setengah abad?" Kesal Anastasia, karena dari tadi tidak ada putus-putusnya Javier berbicara.

"Huss Natsya jangan berucap seperti itu, tidak baik." Tegur Lia.

"Ini sangat lama Lia, tulangku bisa-bisa mati rasa dan tidak bisa bergerak lagi." Protes Anastasia.

Anastasia menjadi masam dan jengkel karena Lia mengabaikan curhatannya.

Dengan terpaksa dia harus tetap disini sampai eksekusi selesai.

Pelayan yang tadi berdiri dengan kaki bergetar kini sudah tidak bernyawa dengan kepala yang terpisah dari badannya.

Seketika hati Anastasia menjadi ngilu, pelayan itu dipaksa melakukan hal buruk, tetapi dia yang harus menerima konsekuensi dari pemikiran kotor seseorang.

"Aku berjanji akan segera meninggalkan tempat tidak adil ini bersama calon anakku."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!