Untuk yg bertanya siapa pemeran utamanya, pemeran utamanya itu Lewi dan Lea ya readers.. Vania hanya pemeran pendukung.. Sekalipun dia yg muncul di awal...makasih buat suppportnya...
😀😀😀
" Nak, kamu harus belajar yang benar di sana! ” seorang ibu menasihati anak perempuannya yang akan berangkat ke kota untuk melanjutkan kuliah.
“ Iya Bu. ” Jawabnya singkat. Perempuan bernama Vania tersebut berpamitan kepada orang tuanya. Ibunya memeluk seperti tidak mau berpisah.
“ Bu, Vani itu hanya ke Jakarta. Kita hanya dipisah oleh laut kok. Kalau ibu kangen, Vania hanya menyebarang saja dengan kapal. ” Vania menghibur dan mengingatkan ibunya bahwa mereka tidak akan berpisah lama.
“ Ren, kamu harus pastikan dia tiba di tempat tinggal yang baru dengan selamat! ” ibunya menitip pesan kepada Rendra yang sudah lama sekali tertarik dengan putrinya.
“ Siap calon Ibu mertua! ” Rendra menjawab dengan tertawa.
Rendra dan Vania naik ke kapal dan akan berangkat ke kota. Mereka tinggal di salah satu pulau kecil yang ada di Pulau Seribu Jakarta. Vania ikut program beasiswa. Dia harus memanfaatkan kepintarannya untuk bisa kuliah. Ayahnya hanya bekerja sebagai tengkulak untuk para nelayan. Selain itu, ayahnya terlibat hutang dengan banyak rentenir. Tengkulak adalah pedagang yang berkembang secara tradisional di Indonesia dalam membeli komoditas dari petani,dengan cara berperan sebagai pengumpul (gatherer), pembeli (buyer), pialang (broker), pedagang (trader), pemasaran (marketer) dan kadang sebagai kreditor secara sekaligus. Berbagai sistem mereka gunakan dalam membeli komoditas, baik dengan cara membeli sebelum panen (ijon) maupun sesudah panen
Nama : Vania Setiadi
Usia. : 19 tahun
Status : mahasiswa
***
Di kota yang banyak penduduknya ini, terlihat seorang laki-laki sedang duduk di dalam mobil Mercedes Benz tipe S 500 L. Mobil ini diperkirakan memiliki harga kurang lebih 3 M dan itu dibeli bukan
dengan cicilan.
Bisa dipastikan jika pemilik mobil ini adalah orang yang bukan hanya sekedar kaya tetapi sangat kaya. Macetnya kota Jakarta tidak membuatnya merasa terganggu. Dia membaca buku dan menikmati kenyamanan yang diberikan oleh mobil yang dinaikinya.
Dia tiba di sebuah kampus yang sangat bergengsi. Sopirnya turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu mobil untuknya. Semua mahasiswanya diperkirakan adalah orang kaya. Dengan harga, fasilitas kampus, dan tenaga pengajar yang banyak didatangkan dari luar
negeri ini membuat kebanyakan masyarakat Indonesia enggan untuk mendaftar.
“ Hai bro, bu Siska nyariin kamu tuh.” Dito memberikan informasi kepada Lewi si pemilik mobil Mercedes Benz tipe S 500 L.
“ Okei, thanks bro. ” Lewi langsung menuju ruang rektor.
“ Selamat pagi Bu! ” Lewi menyapa bu Siska rektor dari kampusnya.
“ Lew, ibu sengaja meminta kamu untuk datang ke sini. Ada sebuah kampus meminta ibu membuat seminar tentang bisnis. Kamu tahu sendiri kalau jadwal ibu sangat padat. Setelah nego dengan mereka, mereka tidak keberatan kalau ibu
digantikan oleh salah satu mahasiswa terbaik di kampus ini. Menurut ibu kamu adalah orang yang paling tepat. " Rektornya menawarkan sebuah pekerjaan.
Lewi mengambil jurusan admistrasi bisnis internasional. Sekarang dia sedang menyelesaikan program s3. Kampusnya adalah salah satu kampus internasional yang ada di Indonesia.
“ Kapan saya harus ke sana Bu? ” Lewi menanyakan waktunya.
Lewi tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan. Dia adalah seorang workaholic. Dan salah satu hobbinya adalah membagi ilmu kepada orang lain.
Dia menyelesaikan pendidikan dalam jangka waktu yang sangat cepat. Home schooling dan pendidikan fast track membuatnya lulus di usia yang masih sangat muda. Dia juga sudah membantu perusahaan keluarganya. Di usianya yang masih dua puluh lima tahun, dia sudah menyusun disertasi untuk gelar Doktor (s3).
“ Ibu beri kamu waktu seminggu untuk menyiapkan bahan. Ibu tahu persis kamu sangat sibuk. Tapi seminarnya akan dimulai minggu depan. ” Ibu Siska menjelaskan.
“ Tenang saja Bu! Lewi pasti bisa menghandle ini. ” Lewi sangat yakin dengan kemampuannya.
Nama : Lewi Nataniel.
Pekerjaan : CEO dan pewaris tunggal dari perusahaan raksasa yaitu Airlangga Group
Usia : 25 tahun
***
Rendra dan Vania sampai di depan sebuah kos - kosan.
“ Nah ini kosan baru kamu. Sengaja kita cari dekat kampus supaya kamu bisa menghemat dengan berjalan kaki ke kampus. ” Rendra mengantar Vania masuk ke kosannya.
Setelah selesai menata kamar mereka membeli makan siang. Rendra harus kembali lagi ke desanya karena banyak pekerjaan yang sudah menantinya.
“ Kamu di sini hati-hati! Jangan terpikat sama laki-laki yang ada di kampus ya! katanya laki-laki kota itu tidak ada yang baik.”
Mendengar itu Vania tertawa.
“ Itu statement dari mana? mau di kota atau di desa sama saja. Pasti ada yang baik ada yang tidak. Siapa tahu di sini aku menemukan cinta sejati. ” Membayangkan hal itu membuatnya tersenyum
“ Hmmmm... ” Rendra menjawab dengan berdehem.
“ Selama aku di sini titip jaga ibu sama bapak ya! aku pasti kembali untuk memajukan desa kita. Seperti yang sudah kamu lakukan. Kamu sudah memberi edukasi kepada warga di kampung. ” Vania memuji pria yang sedang bersamanya.
Vania mengambil jurusan perikanan. Impiannya adalah membantu para nelayan yang mengambil ikan langsung dari laut atau yang sengaja membuat tambak untuk memeliharanya. Dan misi terbesarnya adalah melunasi hutang keluarganya.
***
Vania mulai menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa baru. Dia membuka dompet dan melihat isinya.
“ Hmmm…duit sudah semakin menipis. ” Vania menghela nafas panjang.
Setelah berdiam sekitar lima menit, akhirnya dia bangkit dari kasur untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dia butuhkan.
Sebagai mahasiswa baru, dia harus ikut OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus). Kampusnya adalah salah satu kampus negeri terbaik di ibu kota. Berkat kerja kerasnya, Vania mendapat nilai yang sangat bagus. Hal itu membuatnya memiliki kesempatan emas untuk masuk ke kampus tersebut.
Selesai sudah dia menyiapkan semuanya. Badannya mulai protes karena lelah. Mendapat pesan dari tubuhnya, Vania memutuskan untuk tidur. Namun sepertinya tubuh dan pikirannya tidak sejalan. Tubuh ingin istirahat tetapi pikirannya teringat kepada dompetnya.
“ Besok aku harus mulai cari kerja. ” Vania menyemangati dirinya.
***
Pengaruh kurang tidur membuat Vania enggan untuk bangkit dari kasurnya. Dia memperhatikan jam weker di sampingnya.
“ Hufttt... ” dengan bermalas-malasan dia akhirnya bangun.
“ Seandainya aku jadi orang kaya, pasti aku nggak harus hidup seperti ini. ” Vania mulai berandai-andai di dalam pikirannya.
***
Tekat Vania sudah bulat untuk menjadi orang kaya. Dia sangat lelah jika harus hidup serba kekurangan. Dia melihat para mahasiswa yang ada di kampus.
“ Mereka semua pasti anak orang kaya. ” Vania melihat dirinya dan mulai membandingkan dirinya dengan yang lain.
Tiba-tiba seorang pria menyapanya. Pria berdada lebar, tinggi, rambut acak-acakan, namun sangat menawan. Apalagi kulitnya yang berwarna sawo matang seakan membuatnya semakin macho.
“ Maaf apa benar kamu yang bernama Vania Lestariana? ” pria itu bertanya.
" Iya saya Kak. ” Vania menjawab tanpa berkedip.
“ Saya Zef. Saya senior kamu yang bertanggung jawab dalam kegiatan ospek. Saya mendapat list nama-nama mahasiwa baru yang kompeten. Salah satunya adalah kamu. Bisa ikut saya sebentar? ” Zef mengajak Vania.
“ Kita ke mana ya Kak? ” Vania belum beranjak dari tempat duduknya.
“ Kita mau meeting. Untuk lebih jelasnya nanti akan kakak jelaskan di meeting. ” Vania mengikuti langkah Zef.
Mereka menuju ruang meeting sambil berbincang-bincang. Setiba di ruangan, Zef langsung menyapa semua yang hadir dan memulai meeting. Dia membahas tentang kegiatan tahunan yang selalu diadakan. Salah satunya adalah mengundang pengusaha-pengusaha sukses untuk memberi motivasi kepada para mahasiswa
baru. Zef meminta Vania dan beberapa mahasiswa baru yang lain untuk membantu.
***
Semiggu telah berlalu. Lewi sangat antusias untuk membagikan bahan yang sudah disiapkan dalam sebuah seminar. Seminar ini sengaja diadakan sebagai salah satu acara yang diadakan kampus untuk menyambut mahasiswa baru.
“ Selamat datang di kampus kita. Ibu Siska sudah banyak cerita tentang kamu. Perusahaan Airlangga Group milik keluarga kamu juga sangat terkenal. ”
Rektor kampus menyapanya dan memberikan salam dengan berjabat tangan.
“ Bapak memujinya terlalu berlebihan. Saya hanya mahasiswa yang masih harus banyak belajar. ” Lewi merendah di hadapan rektor tersebut. Dia tidak mau orang lain terlalu canggung ketika bersamanya.
Tidak banyak yang tahu bahwa menjadi pewaris tunggal Airlangga Group seringkali membuatnya seperti bukan manusia. Orang menyanjungnya tanpa melihat kekurangannya. Satu-satunya orang yang sangat mengenalnya adalah sahabatnya. Namun saat ini sahabatnya sedang berada di negeri orang.
Lewi memasuki ruangan seminar dan dia kaget melihat seseorang yang sangat dikenalnya.
“ Om Gunawan? ” Lewi menyapa seorang pria dewasa yang ternyata adalah ayah dari sahabatnya.
“ Lewi? kamu juga jadi pembicara? " Gunawan menyapanya dengan pertanyaan.
“ Om akan membawakan sesi pertama. ” Gunawan menjelaskan tujuannya ada di ruangan itu.
“ Kebetulan sekali om. Lewi akan membawakan sesi kedua. Lewi pasti akan belajar banyak dari om hari ini. ”
Gunawan tertawa.
“ Justru om yang kagum sama kamu. Kamu masih sangat muda tetapi sudah melakukan seminar seperti ini. Anak om pasti bangga jika tahu kamu ada di sini. ” Om Gunawan seperti mengingatkan Lewi akan seseorang.
“ Dia sudah tahu kok om. Bahkan dia memberikan dukungan penuh. Hanya saja sekarang dia tidak ada di sini. ”
Lewi seakan-akan ingin memberitahu bahwa hubungannya dengan sahabatnya masih sangat dekat.
“ Om senang kalau kalian masih menjaga komunikasi dengan baik. ”
Setelah ada kata sambutan dari salah satu dosen, Gunawan maju untuk memulai sesi pertama. Setelah itu dilanjut oleh Lewi.
Seminar telah usai. Lewi berjalan menuju ke parkiran. Dia berniat ingin masuk ke mobil mewah yang dia punya. Langkahnya terhenti ketika melihat segerombolan mahasiswa menggoda seorang gadis. Lewi masih cuek dan berjalan terus. Namun akhirnya dia merasa terganggu karena para mahasiswa tersebut mulai bertindak kurang ajar. Mereka mulai menarik tangan gadis itu dan memainkan rambutnya.
Lewi memperhatikan reaksi gadis itu. Terlihat jelas jika gadis itu merasa sangat tidak nyaman. Tiba-tiba Lewi ingat pesan seseorang. Suara itu seperti terdengar jelas di telinganya.
“ Kamu harus janji satu hal sama aku! siapapun perempuan yang butuh bantuan kamu, kamu harus segera bantu! ” Pesan sahabatnya yang bernama Lea, terlintas di pikirannya.
Pesan itu seperti menghipnotisnya.
Tanpa pikir panjang, dia melangkahkan kakinya mendekat kepada gerombolan mahasiswa itu.
“ Maaf jika mengganggu. Bisakah kalian bersikap sopan terhadap perempuan? ” mendengar Lewi ikut campur, gerombolan itu tidak terima.
Mereka melihat wajah Lewi. Mereka menebak jika usia mereka tidak terlalu jauh dengan si pria tukang ikut campur tersebut.
“ Banyak bacot ya! ini wilayah kekuasaanku. Kamu nggak tahu siapa ayahku? ” salah satu dari mereka berdiri.
“ Memang saya tidak tahu. Dan saya tidak akan mau tahu juga. " Lewi menjawab dengan santai.
Melihat Lewi yang tak takut dengan gertakannya, pria itu menarik kerah kemeja Lewi. Secepat kilat Lewi menepis tangan itu. Pria itu semakin geram karena Lewi masih santai menghadapinya.
“ Hajar dia! ” pria itu memberi perintah kepada teman-temannya.
Vania yang menjadi korban keisengan para pria itu hanya terdiam melihat apa yang akan terjadi. Dia seperti membayangkan dirinya ada di drama Korea. Di mana peran wanitanya ditolong oleh pria keren dan kaya.
“ Sabar dulu dong! ( Lewi mendorong dada pria yang ada di hadapannya). Sebelum kalian menghajar saya, gimana kalau saya kasi saran dulu? ( Lewi memberi senyum sinis ) bukan saran deh! gimana kalau kita kenalan dulu? ” senyum Lewi seperti senyum mematikan yang siap menerkam mereka.
“ Kamu jangan sok jadi jagoan! ” kepala geng itu menggertak lagi.
Mendengar gertakan itu Lewi mengubah ekspresinya dari senyum ke tertawa. Dia seakan-akan sedang menikmati permainan yang sedang terjadi.
“ Banyak bacot! ” kepala gerombolan itu memberi satu pukulan di perut Lewi. Lewi tidak siap dengan serangan itu.
“ Auww... ( menahan sakit ) okei deh, saya ke inti masalahnya saja. ( Lewi mengelus perutnya yang masih terasa sakit ). Saya tidak terbiasa menggunakan keributan. Karena kalau kita ribut bukan saya yang dapat masalah. Kalian yang akan dapat masalah. ” Lewi masih berusaha sabar.
“ Jangan banyak bacot! kalau kamu jantan yuk kita selesaikan secara jantan. ” Para gerombolan mahasiswa tersebut menantang Lewi.
“ Maaf, saya laki-laki bukan jantan. Jantan itu hanya untuk binatang. Kecuali kalau kalian binatang ya. Upss keceplosan… (sambil tertawa menyindir). Sebelum memukul saya ada baiknya kalian cari tahu siapa saya. Saya adalah Lewi Nathaniel. Satu lagi! kalian semua bisa cari siapa pengacara saya. Dan satu hal lagi! dengan satu perintah saja kalian semua bisa didepak dari kampus ini. ” Lewi memberitahukan konsekuensi apa saja yang akan mereka terima jika berhadapan dengannya.
Salah satu dari mereka langsung mencari di google. Muncullah nama Lewi Nataniel anak dari Benyamin Nataniel pemilik perusahaan Airlangga Group. Di artikel yang mereka baca dituliskan jika Lewi Nathaniel adalah pewaris tunggal dari pemilik perusahaan Air langga Group.
Setelah membaca artikelnya mereka semua menundukkan kepala. Malu dan takut telah merasuki mereka. Bahkan kepala dari gerombolan itu juga tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal dia adalah anak dari rektor kampus.
“ Kalian harusnya berpikir! Betapa susahnya orang tua kalian cari uang demi kalian bisa kuliah. Bukan mengganggu perempuan seperti ini.”
Mereka meminta maaf termasuk kepada Vania. Setelah mereka pergi
Vania mengucapkan terima kasih.
“ Terima kasih Pak. ” Vania masih sangat canggung mengingat pria yang ada di hadapannya adalah pembicara dari acara yang baru saja diadakan.
Para pria pembuat masalah tadi tidak mengetahui tentang Lewi karena mereka adalah mahasiswa tingkat akhir. Mereka tidak diwajibkan mengikuti acara tahunan tersebut.
“ Sudah jangan panggil pak! saya masih muda kok. Nama saya Lewi. ” menawarkan tangan untuk
bersalaman.
“ Nama saya Vania. ” menyambut tangan Lewi untuk bersalaman.
“ Okei Van, saya harus pergi. Lain kali hati-hati ya! ” Lewi memberi nasehat.
Vania memperhatikan kepergian Lewi. Dia juga menyaksikan bagaimana seorang pria membukakan pintu mobil untuknya. Lewi masuk ke mobil mewahnya yang berwarna putih.
“ Wow… mungkinkah aku bisa mendapatkannya? ” harapan itu terlintas di pikiran Vania. Dia tertawa dan langsung berjalan keluar dari kampus.
***
Vania terbayang-bayang dengan Lewi. Dia sangat penasaran. Akhirnya dia membuka handphonenya. Dia mencari perusahaan Airlangga Group di google.
“ Gila! dia kaya banget. Lewi Nataniel. Anak tunggal dari pemilik perusahaan Airlangga Group. " Vania kaget dan terus membaca artikel yang ada di google.
Perusahaan Airlangga Group mencakup beberapa hal seperti mol, hotel, restoran, dan rumah sakit.
Seketika itu juga Vania merasa terkagum.
“ Sudah baik, ganteng, kaya lagi. ”
Sejenak Vania mengkhayal. Dia membayangkan bagaimana jika pria itu jadi pacarnya. Vania mulai hanyut dengan khayalannya. sampai bunyi handphone harus menyadarkannya.
“ Husss Vania! Kamu sadar kamu siapa dia siapa. ” Vania mengingatkan dirinya.
Vania membuka handphone untuk membaca pesan yang masuk.
“ Okei, Sekarang aku harus fokus untuk mencari pekerjaan. Nggak mungkin aku membebani bapak dan ibu. Tetapi pekerjaan apa yang bisa aku kerjakan sambil kuliah ya? ”
Vania berpikir dan memutar otaknya.
Tiba-tiba handphonenya berbunyi lagi. Mengetahui siapa yang menghubunginya, dia langsung menjawab dengan sapaan ramah.
“ Hai Van, sedang apa? ” terdengar seorang pria menyapanya.
“ Lagi tiduran saja Kak. Kakak lagi apa? ” Vania menanyakan kembali pertanyaan yang sama.
“ Lagi tiduran juga nih. Hari ini capek banget. Kamu juga pasti capekkan?” pria macho bernama Zef itu bertanya seakan-akan ada maksud yang terselubung dari pertanyaannya.
“ Iya sih Kak. Tapi senang kok bisa punya banyak kegiatan. Ditambah lagi bisa ketemu dua cowok keren sekaligus. " Vania memperpanjang kalimatnya di dalam hati.
Hal itu membuat dia tertawa sendiri. Mendengar itu Zef jadi bertanya.
“ Ada yang lucu Van? ” Vania langsung sadar dengan tingkahnya dan merasa malu sendiri.
“ Sudah ya Kak! Aku mau tidur!ngantuk banget. ” Vania pura-pura menguap.
“ Oh gitu.. ya sudah istirahat ya! sampai ketemu besok. ” Zef mengakhirinya.
Sesungguhnya Vania belum mengantuk. Dia hanya malu karena tingkahnya yang aneh tertangkap basah oleh Zef salah satu pria keren yang dia temui hari ini.
Untuk sejenak Vania bisa melupakan masalah keuangannya. Cukup lama bermain dengan khayalannya, akhirnya tanpa sadar Vania tertidur. Tubuh dan pikirannya yang sedang lelah sanggub membantunya untuk tidur dengan nyenyak.
Pagi-pagi, Vania terbangun karena ada suara motor berhenti di depan kosannya.
Vania mendapat kamar kos di lantai satu yang kebetulan dekat dengan gerbang utama. Dia mengintip dari jendela dan langsung melompat. Segera dia berdiri di depan cermin dan memperhatikan penampilannya
Seseorang mengetuk kamarnya. Vania tidak langsung membuka pintu. Dia tahu siapa yang datang dan dia sangat tidak percaya diri dengan penampilannya. Dia langsung mengambil masker dan menutupi wajahnya. Suara ketukan pintu kembali terdengar. Vania memberanikan diri untuk membuka pintu.
“ Pagi kak! ” Vania menyapa Zef yang sedang berdiri di depannya.
“ Kamu kenapa pakai masker? Kamu sakit? ” Zef membalas sapaan Vania dengan pertanyaan.
“ Aku baru bangun. Belum mandi. ” Vania menjawab dengan wajah malu.
“ Cukup cuci muka dan gosok gigi saja! Aku bawain sarapan nih. ” Zef menunjukkan kantong kresek yang tergantung di tangannya.
Vania langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan cuci muka. Kamar mandi ada di luar kamar kosnya. Dia sedikit menggunakan cream untuk menghilangkan wajah bangun tidurnya. Tidak lama kemudian, Vania menemui Zef yang sedang duduk di kamarnya.
“ Kakak tumben pagi-pagi ke sini? tahu alamat kosanku dari mana? terus tujuannya ke sini apa? ” Vania memberi pertanyaan lebih dari satu. Dia sangat penasaran dengan kedatangan kakak seniornya tersebut.
“ Okei...okei...aku jawab satu-satu ya (memberi senyum). Aku tahu alamat kamu dari form yang kamu tulis. Aku pagi-pagi ke sini karena ingin sarapan bersama. Tujuan aku ke sini adalah membantu kamu mencari pekerjaan. ” Zef menjawab semua pertanyaan Vania.
“ Kakak tahu dari mana kalau aku sedang cari kerja? ” Vania kaget mendengar jawaban Zef.
Vania memandang wajah Zef. Dia berharap mendapatkan jawaban. Zef menjawabnya sembari menikmati makanan dari piringnya.
“ Kemarin aku nggak sengaja dengar waktu kamu ngobrol dengan seseorang di handphone. Kamu bilang kalau kamu butuh pekerjaan
secepatnya. Maaf ya kalau aku nguping. ” Zef meminta maaf atas kelancangannya.
“ Nggak apa-apa kak. ” Menjawab singkat namun dalam hati bersyukur.
“ Ada bagusnya juga kamu nguping. Akukan jadi dapat sarapan gratis ditambah kamu mau bantuin aku cari pekerjaan. ” Vania tersenyum memikirkannya.
Khayalannya berhenti ketika Zef memberikan sebuah pertanyaan.
“ Kamu ada pengalaman kerja? ” mendengar itu Vania menggelengkan kepala.
“ Tahun lalu aku lulus SMA. Aku harus menganggur dulu karena nggak ada biaya untuk kuliah. Setahun ini aku hanya membantu orang tua bekerja. Bersyukur tahun ini aku bisa lolos untuk dapat beasiswa. Beasiswalah yang membuat aku ada di sini sekarang. ”
Vania menjelaskan alasan kenapa dia ada di Jakarta.
Penjelasan itu cukup membuat Zef mengerti. Dia tahu bahwa Vania belum memiliki pengalaman bekerja di kantor. Zef tidak banyak bicara. Dia menjelaskan tujuan kedatangannya.
“ Kakak aku bekerja di sebuah perusahaan. Dia bilang sedang ada loker. Mungkin kamu bisa coba. ” Zef seperti memberi harapan baru untuk Vania yang hampir kehabisan uang.
“ Aku mau kak! Apapun pekerjaannya pasti aku ambil. Aku butuh banget uang. ” Vania menjawab secara terang-terangan.
Dia membuang jauh-jauh harga dirinya di depan pria yang ada di depannya.
“ Okei kalau gitu. Sekarang kamu mandi gih! Aku akan nganter kamu ke sana. ” Tawaran itu disambut baik oleh Vania.
“ Lumayan dapat tumpangan gratis.” Pikir Vania dan langsung pergi mandi.
***
Lewi dan keluarganya sedang sibuk mencari suster untuk merawat neneknya yang sudah tua. Tidak ada yang mau merawat karena semua sibuk dengan perusahaan masing-masing. Tidak ada suster yang bertahan untuk merawatnya. Neneknya sangat banyak aturan.
“ Lew, bisa bantu cari suster baru untuk merawat oma? ” mereka berbicara melalui handphone karena
ibunya sedang mengurus salah satu perusahaan di Singapura.
“ Ma, kenapa nggak minta sekretaris mama saja sih. Lewi sibuk dengan kuliah dan pekerjaan. ” Jawaban Lewi membuat Marta menarik nafas.
Keluarga ini memang sangat kaya. Di lihat dari luar mereka seperti keluarga yang sempurna. Tetapi kesempurnaan itu hanyalah sebuah kebohongan di depan publik. Karena hubungan mereka satu dengan yang
lain sangat dingin.
“ Ya sudah biar mama saja yang urus. Kamu urus bisnis yang papa minta! ” Marta mengingatkan kewajiban Lewi.
***
Vania mengenakan pakaian yang paling bagus yang dia punya. Dia sangat optimis bahwa dia akan diterima bekerja di perusahaan tersebut. Dia melihat Zef sedang berbaring di tempat tidurnya.
“ Kak, aku sudah siap! ” mengambil tas lalu menggantungnya di bahu. Zef yang melihatnya langsung bangun dan mengambil handphonennya yang ada di atas kasur. Vania naik ke atas motor dan duduk di belakang Zef. Akhirnya mereka tiba di depan sebuah
perusahaan.
“ Kamu masuk gih! Aku akan nungguin di sini. ” Zef mendorongnya perlahan
sebagai pertanda bahwa Vania harus segera masuk. Vania meninggalkan Zef dan langsung
masuk.
Dia membalas tersenyum sapaan security yang membukakan pintu untuknya.
“ Wah perusahaannya besar banget. Pasti orang-orang yang bekerja di sini orang pintar semua. Suatu saat aku pasti bisa bekerja di perusahaan besar juga. Kalau nggak bisa ya jadi istri pemilik perusahaan saja. ” membayangkan itu Vania cekikikan sendiri. Mungkin masalah keuangan yang menghimpit dalam hidupnya telah menjadi pemicu untuk dia sering berkhayal.
Vania sangat optimis dengan impiannya. Dia melihat ada banyak orang yang melamar juga. Satu persatu dipanggil untuk di interview bagian HRD. Tibalah giliran Vania yang dipanggil. Dengan jantung yang berdebar - debar Vania masuk dan siap untuk di interview. Berbagai pertanyaan diberikan kepada Vania.
“ Jadi, Anda belum ada pengalaman bekerja sama sekali? ” orang
tersebut bertanya.
“ Belum Pak. Setelah lulus SMA saya hanya membantu bapak saya di kampung. Karena tahun ini saya berhasil mendapatkan beasiswa makanya saya ke Jakarta untuk kuliah. ” interview pertama membuat Vania menjawab secara jujur.
“ Jadi tujuan kamu kuliah atau kerja?” pertanyaan kembali diajukan pada Vania.
“ Dua-duanya Pak! ” jawab Vania dengan tegas.
“ Aduh maaf sekali kita butuh orang yang bisa bekerja secara full time. ”
Setelah interview selesai, Vania ke luar dengan wajah yang terlihat kecewa.
“ Jangan menyerah Van! pasti masih ada jalan lain. ” Vania menghibur dirinya supaya tidak menyerah.
“ Hei kamu! ” tiba-tiba ada yang memanggilnya.
“ Saya? ” merasa ragu bahwa dia yang dipanggil Vania menjawab dengan menunjuk ke dirinya sendiri.
“ Iya kamu. ” Wanita yang berumur sekitar tiga puluh tahun mendekatinya.
“ Kamu salah satu pelamar ya? ” wanita itu menanyakan dengan ramah.
“ Iya Mbak. ” Jawab Vania singkat dengan senyum manis di bibirnya.
" Bagaimana hasilnya? ” wanita tersebut bertanya lagi.
“ Saya tidak memenuhi syarat karena saya bekerja sambil kuliah. ” terlihat wajah Vania yang merasa sedih.
“ Begini, saya sudah terbiasa menilai orang dari pertama kali melihat. Saya yakin kamu pekerja keras. Kamu adalah orang yang saya cari. ” Mendengar itu wajah Vania tiba-tiba berubah.
“ Maksud Mbak? ” Vania berusaha meyakinkan dirinya dengan sebuah pertanyaan. Berharap jawaban yang dia terima adalah hal baik.
“ Perkenalkan nama saya Erna. Kamu bisa ikut ke ruangan saya sebentar? ” Erna menanyakan Vania.
Vania mengikuti wanita tersebut. Erna menjelaskan detail pekerjaannya. Sadar dengan
kemampuan dan pendidikan terakhirnya, akhirnya Vania setuju untuk menerima pekerjaan tersebut.
“ Sampai bertemu besok. ”
Vania merasa kalimat Erna seperti ingin memintanya segera pergi. Latar belakang Vania membuatnya menjadi wanita yang tidak percaya diri. Hal itu membuatnya sering berpikir negatif jika berhadapan dengan orang-orang yang menurutnya lebih dari dia. Vania keluar dari perusahaan itu dan melihat Zef sedang duduk di kursi sambil minum kopi.
“ How? ” Zef langsung bertanya.
Dia ingin mendapat kabar baik dari Vania.
“ Aku diterima, tapi pekerjaannya jadi… ” belum melanjutkan kalimatnya, Zef sudah memberikan selamat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!