NovelToon NovelToon

Di Jodohkan Juga

Prolog

Singkat cerita dan pengenalan karakter.

Savira Yunanda

Anak semata wayang dari pasangan suami istri Andi Yunanda dan Lusi Yunanda. Gadis cantik yang baru akan menginjak usia 20 tahun.Tinggal di sebuah desa yang jauh dari keramaian dan hiruk pikuk suasana kota. Gadis yang ceria, manja dan tidak bisa melakukan pekerjaan rumah apapun.

Dia tinggal di sebuah desa yang mana pernikahan di usia dini sudah menjadi seperti adat dan kebiasaan di desa itu. Hampir setiap minggu dia pergi ke acara kondangan. Dalam satu minggu, ada saja pasangan yang menikah. Dia sudah terbiasa datang ke pernikahan, baik itu pernikahan teman sebayanya maupun pernikahan orang yang usianya jauh lebih muda atau lebih tua dari dia. Bisa di katakan dimana ada pernikahan disitu pasti ada Vira sebagai tamu undangan. Dia memang selalu di undang setiap ada pernikahan mengingat dia adalah anak dari juragan di kampungnya yang sangat di hormati oleh warga.

Alasan banyak anak yang menikah di usia dini di desa itu karena kebanyakan mereka terlahir dari keluarga kurang mampu. Bahkan tidak sedikit anak yang hanya bisa menyelesaikan pendidikan nya hanya sampai tingkat SD saja karena terbentur biaya. Orang tua mereka berpikir semakin bertambah usia anak-anak mereka berarti semakin menjadi beban berat untuk mereka. Makannya mereka memutuskan untuk segera menikahkan anak-anak mereka walau usianya baru 13 tahun. Berlomba-lomba menikahkan anak-anaknya dengan orang yang punya banyak uang alias kaya.

Biasanya mereka di nikahkan atas dasar perjodohan. Ada yang di jodohkan dengan duda kayak bangkotan yang ada di desa itu maupun di luar desa. Bahkan tak jarang ada orang kota yang sengaja datang berkunjung ke desa itu untuk mencari calon istri di sana.

Vira cukup bersyukur karena dia lahir dari keluarga yang berkecukupan dan orang tuanya yang menolak keras perjodohan di usia muda. Tak jarang dia suka menyombongkan perihal dia yang tidak di tuntut orang tuanya untuk menikah muda kepada teman temannya yang sudah menikah dan sudah mempunyai anak. Teman-teman mereka hanya bisa iri dengan kehidupan Vira.

Sampai suatu hari, hari yang Vira anggap tidak akan pernah datang di Kehidupannya namun pada akhirnya datang juga. Vira di jodohkan oleh kedua orang tuanya tepat saat di ulang tahunnya yang ke-20 tahun. Dia di jodohkan dengan anak dari sahabat ayahnya yang tinggal di kota. Vira panik dan langsung mencari cara agar dia tidak jadi di jodohkan. Dia terus mencari ide dibantu oleh Neneng yang merupakan sahabatnya dan anak dari orang kepercayaan ayahnya dan kebetulan mereka sebaya. Tumbuh dari kecil bersama- sama.

Vino Anggara

Pria yang akan menjadi calon suami Vira. Anak sulung dari pasangan suami istri Yudis Anggara dan Yunita Anggara. Adalah seorang pengusaha sukses dan orang terpandang yang teramat di segani di kotanya.

Wajahnya yang tampan dan kenyataan kalau dia pria yang tajir melintir tentu saja menjadikan dia sebagai pria idaman para wanita di setiap penjuru kota. Namun, sikapnya yang dingin membuat para wanita yang ingin menjadi permaisuri nya kesulitan untuk mendekatinya. Meskipun dengan sikapnya yang dingin, dia ternyata sudah mempunyai tambatan hati. Mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun lebih.

Nama pujaan hatinya adalah Inggri Moa, seorang desainer cantik nan sukses dan terkenal. Inggri Moa merupakan satu-satunya wanita yang di perkenalkan ke publik sebagai kekasih dari Vino Anggara. Walupun demikian, itu tidak menghambat rencana perjodohan antara Vino dan Vira yang sudah di rencanakan orang tuanya dari jauh-jauh hari. Karena baik orang tua Vino maupun orang tua Vira, mereka tidak melarang anak-anaknya untuk berpacaran dengan siapapun karena memang baik Vino maupun Vira belum mengetahui kalau mereka sudah di jodohkan dari kecil. Tapi yang jelas yang akan menjadi istri dari seorang Vino Anggara nantinya adalah Savira Yunanda.

Tidak peduli Vino sedang berpacaran atau dekat dengan perempuan lain, kalau sudah waktunya dia diberitahu kalau Vira lah yang akan menjadi istrinya, maka dia harus segera mengakhiri hubungannya dengan perempuan yang sedang menjalin hubungan dengannya. Itu sudah menjadi keputusan mutlak tidak bisa di nego maupun di ganggu gugat.

Akhirnya yang harus terjadi memang terjadi. Di Kehidupan damainya Vino, tiba-tiba dia di perintahkan kedua orang tuanya untuk menikahi anak dari sahabat papahnya.

Tentu saja Vino menolak keras perjodohan itu. Dia benar-benar tidak tertarik dengan rencana kedua orang tuanya, lagipula dia sudah mempunyai tambatan hatinya yaitu Inggri Moa. Terlebih lagi dia akan di jodohkan dengan Vira, gadis yang sama sekali tidak ingin dia temui di kehidupannya yang sekarang dan yang akan datang.

selama ini orang tua Vino juga tidak terlihat menentang hubungan mereka, tidak banyak ikut campur soal hubungan mereka. Tapi tiba-tiba saja orang tuanya bersikeras ingin menjodohkan Vino. Orang tua Vino terus saja mengancam akan menarik semua kekayaan yang telah Vino dapatkan dan bahkan Vino di ancam akan dikeluarkan dari silsilah keluarga besar Anggara.

Tetapi Vino tidak bergeming sama sekali dengan ancaman dari orang tua nya. Dia tetap bersikeras akan keinginan hatinya untuk menjadikan Inggri sebagai satu-satunya istrinya dan ibu dari anak-anaknya kelak.

Akhirnya mama nya Vino memberikan pilihan untuk Vino. Dia berkata kalau Vino bisa menikahi Vira terlebih dahulu dan menjalani kehidupan rumah tangga dengan Vira untuk sementara. Kalau Vino masih saja belum bisa jatuh cinta dengan Vira, maka Vino bisa menceraikan Vira dan tentu saja harus di dasari alasan yang masuk akal agar bisa menceraikan Vira.

Akhirnya Vino pun menerima tawaran dari mama nya dengan syarat pernikahan mereka harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hanya keluarga Vino dan Vira saja yang bisa mengetahui kalau mereka adalah pasangan suami istri. Dan di muka publik hanya Inggri lah yang boleh dikenal sebagai perempuan yang dekat dengan Vino Anggara.

Pasti dia akan sakit hati meskipun dia sudah menikah dengan ku namun dia tidak bisa mengakui ku sebagai suaminya di muka publik. Lagipula dia hanya seorang gadis kampung pasti dia sangat kampungan, penampilan nya pasti kuno. Membuat ku malu kalau harus memamerkannya di depan rekan bisnis ku. Membayangkannya saja sudah membuat ku tidak nyaman. Baiklah aku rasa ini cukup bagus untuk dijadikan sebagai alasan ku untuk menceraikannya nanti. Aku rasa ini tidak akan terlalu buruk. Pikir Vino.

Kejam memang, sangat kejam pria ini. Bagaimana bisa dia terpikir untuk menjadikan penampilan sebagai alasan agar dia bisa bercerai.

Mamanya Vino sudah bisa menebak syarat yang akan di berikan Vino. Tentu saja tanpa sepengetahuan Vino, dia sudah menyiapkan beribu cara agar bisa mengikat kuat Vino dan Vira.

Rencana di setujui namun tanpa sepengetahuan orang tua, yang akan di nikahkan sudah menyiapkan rencana masing-masing untuk menggagalkan pernikahan itu. Sayang sekali rencana mereka sudah tidak sejalan dari awal dan pada akhirnya pernikahan itu tetap terjadi.

Sama-sama terjebak dalam ikatan pernikahan yang tidak di inginkan, pada akhirnya mereka memilih untuk bekerja sama saja demi untuk segera menuju keinginan mereka, yaitu untuk berpisah.

"Kita memang terikat ikatan pernikahan, tapi...ayo kita hidup masing-masing saja. Kau dengan dunia mu dan aku dengan dunia ku sampai pada keinginan kita berdua untuk berpisah bisa terwujud. Mari bersikap layaknya partner kerja sama saja." Setidaknya itulah bentuk kerja sama mereka.

Awalnya memang berjalan seperti yang di rencanakan. Sayangnya, entah siapa yang dengan kurang ajarnya mulai melibatkan perasaan disana sehingga rencana mulai tidak berjalan sebagaimana mestinya. Semuanya mulai terasa sulit, yang seharusnya tidak terjadi malah terjadi. Yang seharusnya mereka hindari malah mereka lakukan. Dan fakta dari masa lalu yang mendadak terkuak membuat semuanya menjadi semakin sulit untuk dikendalikan.

Penasaran dengan kelanjutannya?

Mari kita simak kelanjutan ceritanya. Jangan lupa klik love untuk menambahkan Novel ini ke daftar Novel favorit teman-teman semua dan jangan lupa klik like dan bantu Vote sebanyak-banyaknya.

Author tunggu komentar-komentar positifnya dari teman-teman semua.

Kondangan pasutri Elis & Juned

"Neng, minggu ini ada berapa acara kita pergi ke kondangan?" tanya Vira sambil mengobrak-abrik isi lemari pakaian di kamarnya.

"Empat, Ra." Jawab Neneng sambil membolak-balikkan secarik kertas yang bertuliskan jadwal mereka pergi ke kondangan minggu ini.

"Siapa yang lebih dulu?" masih asyik membongkar isi lemarinya.

"Si Elis anaknya pak Karto usianya baru 15 tahun. Nama calon suaminya Juned umurnya 24 tahun, juragan kebo di kampung sebelah." Jawab Neneng yang sudah Vira anggap sebagai keluarga, sahabat, tangan kanan, asisten pribadi sekaligus alat untuk mencari segala informasi yang Vira inginkan.

"Oh, kayaknya aku harus beli baju buat kondangan lagi nih. Stok baju kondangan aku udah habis."

"Yaampun Ra, itu baju kondangan kamu di lemari udah berjejer rapi begitu kamu masih bilang udah kehabisan stok baju buat kondangan?" Menepuk jidat.

"Ya kan ini semua udah pernah aku pakai sebelumnya. Aku gak mau pergi ke kondangan pakai baju yang udah pernah aku pakai sebelumnya."

Walupun Vira tumbuh dan besar di desa yang jauh dari kota, bukan berarti style nya norak. Sehari hari memakai rok panjang ataupun baju kaos lusuh. Rambut yang di kepang dua atau di kuncir. Style Vira selalu mengikuti style anak muda yang hidup di kota. Mengingat Vira merupakan anak dari juragan di kampungnya, tentu saja bukan hal yang sulit bagi Vira untuk mengikuti style berpakaian ala anak-anak kota.

"Hadeuh kamu ini Ra ada ada aja. Ya udah terserah kamu deh kalo mau beli baju kondangan lagi. Yang penting ada jatah buat aku haha."

"Santuy, bisa di atur."

Keesokan harinya Vira dan Neneng pergi kondangan ke rumahnya pak Karto yang letaknya tak jauh dari rumah Vira.

Kedatangan dua gadis lajang yang bergaya staylish itu berhasil mencuri perhatian orang orang di sekitarnya bahkan sampai mengalahkan pesona pasangan raja dan ratu yang sedang duduk bersanding di pelaminan itu.

Para lelaki hanya mampu bersiul-siul melihat kedatangan Vira tanpa berani mendekati Vira. Tentu saja itu karena mereka semua sadar diri akan posisinya.

Vira dan Neneng mulai menyalami kedua mempelai dan orang tuanya.

"Selamat ya pak, bu sekarang Elis sudah menikah."

"Ia neng Vira terimakasih. Pak andi enggak dateng kesini neng?"

"Nanti bu agak siangan sepertinya datang nya, ayah sama bunda lagi ada urusan di ladang."

"Oh begitu, yasudah makan dulu neng jangan langsung pulang."

"Ia bu."

"Selamat ya Elis, akhirnya kamu juga nyusul jadi istri orang."

Hati-hati di malam pertama, katanya itu menyakitkan. Bisik Vira kemudian menepuk keras pundak mempelai wanita dan menganggukkan kepalanya dengan tegas.

"Ia kak huhu Elis juga tau, Elis sebenarnya juga belum siap, tapi mau gimana lagi," sahut mempelai wanita.

Sekarang Vira mulai bergeser untuk menyalami mempelai pria.

"Selamat ya mas ... Emhh siapa tadi namanya?" Vira yang berbisik kepada Neneng yang sedang berdiri tegak di belakangnya.

"Juned Ra, Juned."

"Ah ia selamat ya mas Juned atas pernikahannya semoga diberkahi."

Juned hanya melongo menatap wajah cantik kembang desa yang sedang memberinya ucapan selamat. Tangannya terus menempel di tangan Vira, sudah lebih dari 3 menit sehingga membuat antrian orang-orang yang ingin memberikan ucapan selamat menjadi terhambat.

"Maaf tuan waktu bersalaman anda dengan nona kami sudah habis." Neneng melepaskan tangan Juned yang masih nempel di tangan Vira.

"Suasana sudah kembali normal nona. Silahkan, nona bisa kembali melanjutkan aktivitas nona dengan nyaman." Neneng yang kembali bertingkah seperti layaknya seorang bodyguard artis besar. Telunjuk tangannya dia tempelkan di telinganya seperti seorang bodyguard yang sedang mendengar kan laporan dari bodyguard lainnya mengenai situasi keamanan di sekitar lewat earpiece yang menempel di belakang daun telinganya yang merupakan alat komunikasi rahasia yang dipakai pasukan pengawal khusus.

Vira yang sudah terbiasa dengan kelakuan konyol sahabatnya itu, dia berjalan melenggak-lenggok anggun bak seorang model kelas internasional.

Akhirnya mereka sampai di meja prasmanan yang langsung di sambut ramah oleh orang yang berjaga di meja prasmanan. Tanpa membutuhkan waktu lama, piring mereka sudah terisi makanan seadanya yang tersedia di meja prasmanan itu. Kemudian mereka melenggok menuju kursi tamu undangan paling depan yang sudah di siapkan untuk tamu VVIP sekelas anak juragan desa. Mereka menyantap makanan sambil menikmati hiburan musik dangdut yang sedang di mainkan di atas panggung.

"Ra, kamu tau enggak aku udah bosen tau di ajak kamu pergi ke acara kondangan kayak gini. Hiburannya dangdut terus. Tiap kali ke kondangan pasti lagunya buka sitik jos buka sitik jos." Neneng yang bernyanyi dengan suara cemprengnya sambil menggoyang-goyangkan kakinya barbar.

"Ya mau gimana lagi, emangnya aku yang ngurusin acara hiburan mereka."

"Lain kali ajak ke kondangan yang di gedung ke kali-kali yang kalo makan sambil di nyanyiin lagu-lagu bule."

I'd climb every mountain and swim every ocean. Just to be with you and fix what I've broken.

O ... O ... cause I need you to see that you are the reason.

Neneng yang menyanyikan lagu milik Calum Scott dengan pengucapan liriknya yang berantakan.

"Hahaha ngomong masih belepotan begitu masih so sokan nyanyi lagu orang bule."

"Ya gak papa dong Ra, kan sekali-sekali kepengen."

"Yaudah nanti kalo ada kondangan saudara aku yang nikahnya di gedung, aku pasti bakalan ngajak kamu."

"Eh ia Ra, emangnya kamu gak kepengen kayak orang orang nikah di usia muda?"

"Enggak mau aku, apalagi kalo pake acara Jodoh-jodohan. Ih ogah amit-amit dah."

"Lah kenapa? Lagian enak tau kalo udah punya suami. Duit ada yang ngasih, bobo ada yang nemenin. Bisa enak-enak juga."

"Halah kamu ini, ngomong kayak orang yang udah berpengalaman aja. Orang masih lajang juga."

"Eh kan aku cuman ngomong apa yang aku dengar dari orang-orang yang udah nikah."

"Nikah itu bukan sekedar buat bisa tidur enak-enak sama suami aja Neng, kita itu harus udah mempersiapkan jiwa dan raga kita untuk menjalani bahtera rumah tangga. Apalagi nikah muda. Emangnya kamu gak merasa kasihan lihat para gadis yang usianya baru 13 Tahun udah harus jadi seorang istri? Usia 13 tahun yang mana merupakan masa masanya remaja yang menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan belajar sepuasnya, tapi mereka harus dipaksa menjadi ibu rumah tangga, hamil, menyusui anak-anaknya. Aku mah ngeri lihatnya juga." Celoteh panjang so bijak Vira.

"Ia aku juga tau, tapi kan umur kamu bentar lagi udah mau 20 loh. Udah bisa di kawinkan."

"Enak aja. Walaupun aku udah mau 20 tahun, tapi aku juga masih kepengen bebas. Main sepuasnya, terus manja-manjaan sama ayah dan bunda. Eh BTW kenapa kamu mendadak ngomong soal beginian? Jangan-jangan kamu udah kebelet ya?" tanya Vira menyelidiki sahabatnya.

"Hehe Ia Ra, aku udah pengen nyobain enak- enak, tapi bapak sama ibu ku belum ngasih Izin."

"Heuh dasar mesum, makannya jangan kebanyakan bergaul sama orang yang udah nikah. Jadi ketularan kebelet kan." Vira menoyor kepala Neneng.

"Tapi Ra, gimana kalau nanti tiba-tiba ayah sama ibu kamu jodohin kamu?"

"Gak mungkin, lagian ayah sama bunda kan menolak keras pernikahan di usia dini."

"Kan aku nanya kalo seandainya!"

"Ya kalaupun beneran terjadi, aku pasti bakalan protes keras lah dan merengek. Pasti ayah sama bunda enggak jadi jodohin aku. Akhirnya masalah selesai." Ucap Vira dengan penuh percaya diri.

"Ulang tahun kamu bentar lagi ya, kira-kira apa ya hadiah yang bakalan di kasih ayah sama bunda kamu?"

"Hmm pasti Handphone keluaran terbaru. Karena aku udah minta itu sebagai hadiah ulang tahun ku dari jauh-jauh hari."

"Hmm, semoga iya. Karena firasat ku mengatakan kamu bakalan mendapatkan hadiah yang tidak biasa di ulang tahun mu yang sekarang. Saya mencium bau yang tidak biasa kali ini." Neneng yang menirukan sosok indigo Roy Kiyoshi.

"Kentut kamu yang bau!!"

Kemudian mereka pulang setelah menghabiskan makanannya. Neneng menginap di rumah Vira karena orang tua Vira mendadak ada urusan yang mengharuskan mereka untuk segera pergi ke kota.

To be continued, don't forget to like and vote💜💜💜

Sambaran petir di siang bolong

"Neng, kamu nginep ya di rumah aku. Temani aku."

"Ia Ra, tadi bapak sama Ibu aku juga udah nyuruh aku buat nginep nemenin kamu di rumah."

Karena besok merupakan hari ulang tahun Vira yang ke-20, mereka memutuskan untuk begadang malamnya menunggu malam berganti.

Teng, jam sudah menunjukkan pukul 00.00. Vira hanya mendapat ucapan selamat ulang tahun dari sahabatnya saja di ulang tahunnya kali ini.

"Selamat ulang tahun yang ke-20 ya Savira Yunanda sahabat ku. Semoga panjang umur, semoga kamu bisa mendapatkan apa saja yang kamu inginkan," ucap Neneng sambil memeluk erat Vira.

"Ia makasih Neneng." Membalas pelukan Neneng.

"Huft, ulang tahun kali ini enggak ada kue ulang tahun, enggak ada ayah, enggak ada bunda, enggak ada kado." Vira yang sedang mengeluh dengan mulutnya yang mengerucut.

"Kenapa sih ayah sama bunda pake ada acara mendadak harus pergi ke kota? Apa mereka lupa kalo hari ini hari ulang tahun anak gadisnya yang cantik ini?" sambung keluhan Vira.

"Udah udah, jangan ngeluh terus. Baiklah karena disini enggak ada kue dan aku juga enggak ada persiapan buat ngasih kue maupun kado, sekarang aku bakalan buatin kamu mi goreng sebagai kado ultah dari ku," ucap Neneng sambil menepuk pundak Vira.

Neneng beranjak pergi ke dapur dan mulai membuatkan Vira mie.

"Nih selamat ulang tahun." Neneng membawa sepiring mie goreng yang ada telor ceplok di atasnya, kemudian dia menyalakan lilin.

Vira langsung meniup lilinnya.

"Kok kamu main tiup-tiup aja sih, enggak make a wish dulu?"

"Enggak perlu, aku sudah mendapatkan semuanya. Kehidupan yang layak, ayah dan bunda yang menyayangiku dan sahabat seperti dirimu."

"Kamu enggak bikin permohonan soal jodoh kamu?"

"Enggak usah. Kalu itu, biar Tuhan yang mengatur. Aku percayakan kepada Tuhan."

Setelah Vira menghabiskan mie yang dibuatkan Neneng, merekapun memutuskan untuk tidur tepat di pukul 02.00 pagi.

Mereka tidur nyenyak sampai siang. Dan kemudian mereka terbangun setelah ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Vira.

Vira bangun dari tempat tidurnya, berjalan mendekati pintu kamarnya dengan matanya yang masih terpejam.

"Selamat ulang tahun sayang."

"Bunda!" Teriak Vira seraya memeluk bunda tercinta.

Neneng terbangun setelah mendengar teriakan Vira.

"Sana mandi dulu sayang, habis itu kamu turun ke bawah. Ayah sama bunda tunggu kamu di ruang tamu ya."

"Ia bunda."

"Kamu juga mandi Neneng."

"Ia tante."

Vira mandi di kamar mandi yang ada di kamarnya. Sedangkan Neneng mandi di kamar mandi yang ada di kamar tamu. Neneng meminjam pakaian Vira karena dia enggak mungkin memakai pakaiannya yang sudah bau iler itu.

Sekarang mereka sudah berkumpul di ruang tamu.

"Selamat ulang tahun sayang, maaf ayah sama bunda kemarin harus pergi ke kota jadi enggak bisa nyiapin pesta buat kamu."

"Ia enggak pa-pa ayah, mana kado buat Vira? " Vira yang antusias meminta hadiah dari orang tuanya.

"Hadiah kali ini beda dari hadiah hadiah di tahun sebelumnya sayang. Kali ini benar-benar spesial."

"Benarkah? Apa Vira bakal dapat ponsel keluaran terbaru? Atau apakah ayah sama bunda mau kasih Vira mobil? Motor?" Vira yang semakin antusias.

"Bukan." Ayah dan bunda yang kompak mengelengkan kepalanya.

"Lalu? " Vira yang mulai tidak sabar.

"Hadiah ultah kali ini adalah ...."

"Calon suami buat kamu yeeeee," ucap kompak ayah dan bunda sambil tepuk tangan.

"Apa???" jerit Vira.

"Hahahahaha akhirnya Savira Yunanda tersambar petir juga," ucap Neneng yang masih tertawa terpingkal-pingkal.

Orang tua Vira juga ikut tertawa girang. Semua orang yang ada di ruangan itu benar-benar merasa bahagia kecuali Vira yang mukanya mulai pucat pasi.

"Ayah sama bunda cuman lagi becanda kan? "

Orang tua Vira masih tertawa.

Vira juga ikut tertawa ringan berfikir kalo orang tuanya memang sedang bercanda.

"Tentu saja tidak sayang." Muka orang tua Vira berubah menjadi serius.

Neneng melanjutkan tawanya.

"Enggak! Pokoknya Vira enggak mau calon suami! Bukannya bunda menolak keras pernikahan di usia muda? Kenapa sekarang bunda jadi ikut-ikutan mau jodohin Vira?"

"Bunda memang menolak pernikahan di usia muda apalagi yang baru berusia 13 tahun, tapi kan sekarang kamu udah 20 sayang, udah bisa di nikahin."

"Enggak! Pokoknya Vira tetap enggak terima. 20 tahun juga masih terbilang muda."

"Kamu enggak bisa nolak sayang. Ayah sama bunda enggak menerima penolakan."

"Pokoknya Vira enggak mau, kalo bunda tetep maksa Vira buat nikah, Vira bakal ... bakal... bakalan bunuh diri!!" ancam Vira.

"Ia, kalo mau mati, mati aja sayang," sahut bunda santai tidak terpengaruh dengan ancaman anaknya.

Alasan Lusi bersikap santai menanggapi ancaman anaknya karena dia tau betul akan sikap anaknya. Vira tidak punya nyali sebesar itu. Jangankan bunuh diri, tangannya tergores pisau sedikit saja Vira sudah terjerit-jerit bagaikan orang yang kena tebas tangannya.

"Ayah...." Vira yang mulai memelas kepada ayahnya berharap kalau ayahnya bisa membantu membujuk bundanya untuk membatalkan perjodohan ini.

"Tenang saja sayang, ayah bakal bantuin buat siapin acara pemakaman untuk kamu. Kayaknya batu nisan yang di jual di kampung sebelah kualitasnya bagus."

"Apa??" Vira yang terkejut, karena kedua orang tuanya yang tidak terpengaruh sama sekali dengan ancamannya yang akan bunuh diri, malah orang tuanya yang akan dengan senang hati menyiapkan upacara pemakaman untuknya nanti.

Neneng hanya tertawa melihat rengekan Vira yang tidak berhasil kali ini. Sekarang wajah Vira benar-benar sudah pucat pasi seperti mayat.

"Tapi ayah, bunda, Vira mau lanjutin pendidikan Vira, Vira mau kuliah." Masih berusaha negosiasi.

"Kemana aja kamu 2 tahun yang lalau pas Neneng ngajakin kamu buat kuliah bareng? Katanya kamu enggak mau kuliah, males belajar lagi. Kenapa mendadak sekarang kamu pengen kuliah?" Bunda.

"Itu dulu. Dulu kan Vira cuman belum siap aja, beda sama sekarang. Sekarang Vira udah benar-benar siap lahir batin buat kuliah."

"Halah alasan saja kamu, bilang aja kamu enggak mau di jodohin."

"Kalo kamu mau kuliah tinggal kuliah aja sayang. Kan orang yang udah nikah juga masih bisa kuliah. Apalagi di kota, Universitasnya bagus-bagus, lagipula keluarga calon suami kamu juga pasti bakalan dukung kamu kalo kamu mau lanjutin pendidikan." Ayah.

"Tante, siapa calon suami Vira? " tanya Neneng.

"Vino Anggara anaknya pak Yudis temannya ayahnya Vira, kamu masih ingat, kan? Dia pernah datang kesini."

"Ah ia, manusia robot itu?" ucap Neneng.

"Bun, waktu kecil aja dia udah kaku begitu apalagi sekarang udah gede. Apa bunda tega mau nikahin aku sama robot itu. Lagian kayaknya umur kita beda jauh. Vira enggak mau bun." Masih merengek.

"Enggak Vira, dia udah berubah. Sekarang dia udah jadi pria dewasa yang super tampan. Kamu juga pasti langsung jatuh cinta kalo udah liat dia."

"Umur kamu sekarang 20 dan umurnya nak Vino 26, kalian cuman selisih 6 tahun aja enggak terlalu jauh."

"Ayah ... 6 tahun itu lumayan, masa Vira nikah sama yang lebih tua 6 tahun sih."

"Udah, pokoknya keputusan ini sudah bulat. Tidak bisa di ganggu gugat lagi! Kamu enggak bisa nego lagi!" Ayah.

"Besok mamahnya Vino mau dateng kesini mau lihat calon mantunya. Tapi dia dateng sendiri karena nak Vino lagi ngurus bisnisnya di Luar Negeri."

Sekarang Vira benar-benar pasrah. Dia sekarang sudah tidak punya kesempatan lagi untuk menolak keputusan orang tuanya.

To be continued, don't forget to like and vote💜💜💜

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!