hai perkenalkan namaku adalah raisa ardinata. aku adalah anak tunggal dari pasangan ardinata dan diana ardinata. dulu hidupku tergolong berkecukupan papa mempunyai usaha properti yang terbilang cukup sukses, tapi itu dulu sebelum papa kena tipu dan dinyatakan bangkrut.
setelah mendengar berita bahwa usahanya bangkrut papa jatuh sakit karna serangan jantung, dan setelah mendapat perawatan selama kurang lebih satu minggu, papa menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan aku dan mama dalam keadaan yang sangat tidak mudah.
setelah kepergian papa, mama dengan terpaksa harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. mama bekerja di salah satu perusahaan temannya, setiap hari mama berangkat pagi, dan dia akan pulang ketika larut malam. waktu itu aku tidak bisa berbuat apapun untuk membantu mama, karna aku sendiri hanyalah bocah kelas dua SMP. dan karna keterbatasan biaya aku terpaksa pindah dari sekolah elit kesekolah biasa, aku tidak ingin semakin membebani mama dengan biaya sekolah yang yang membludak.
mama tidak pernah menuntutku lebih, yang selalu beliau minta aku sekolah yang rajin agar kelak aku menjadi orang yang sukses. setelah hampir empat tahun bekerja diperusahaan temannya mamaku memutuskan resign, dan membuka usaha toko kue. ya karna itu adalah keahlian kami, banyak orang bilang kue buatan kami enak, maka dari itu mama memutuskan membuka usaha toko kue. setelah dua tahun kami menggeluti usaha itu, usaha kami berkembang dengan pesat, dalam jangka waktu dua tahun kami dapat membuka cabang hingga sepuluh outlet yang tersebar di kota malang.
namun diwaktu usaha kami sedang maju-majunya, entah mengapa mama sering sakit-sakitan. mama selalu meyakinkan diriku bahwa beliau baik-baik saja, beliau hanya memintaku fokus dengan studiku. namun setelah enam bulan berlalu mama menghembuskan nafas terakhirnya, dan menyusul papa. belakangan aku baru tau kalau mama mengidap penyakit leukimia setadium empat. mama meninggalkanku seorang diri di dunia ini, ya meskipun aku masih mempunyai bude diani saudara kembar mamaku. tapi itu tidak bisa mengubah kenyataan kalau aku adalah seorang yatim piatu.
bude selalu memintaku untuk pindah ke jember ikut bersama dirinya, namun aku selalu menolaknya dengan tegas, ya karna aku tidak ingin membebani budeku yang juga seorang janda. selain bude aku juga mempunyai seorang sepupu yang sangat tampan namanya bayu, dia tiga tahun lebih tua dariku, dia juga sudah menikah istrinya bernama eliza, bagiku mas bayu dan mbak eliza adalah pasangan yang sangat serasi, dan kompak. aku selalu berkhayal jika suatu saat nanti aku bertemu dengan jodohku dia setampan dan sebaik mas bayu.
hari-hari kulalui seperti biasanya, kuliah, dan mengurus toko kue. semua itu kulakukan sendiri tanpa rasa lelah. dua tahun pun berlalu aku sudah mendapatkan gelar sarjanaku sebagai seorang dokter, ya setelah kepergian papa aku bertekat ingin menjadi seorang dokter agar aku bisa menyembuhkan orang-orang yang kusayang, tetapi belum sempat aku menyandang status dokter, mama telah pergi meninggalkanku, dan aku gagal menyelamatkan orang yang kisayang.
setelah lulus kuliah aku mendapatkan pekerjaan di salah satu rumah sakit suwasta di kota malang, sebagai dokter umum.
tujuh tahun telah berlalu dan usiaku kini genap 28 tahun, namun sampai sekarang aku masih melajang, ya karna aku tidak ingin pacaran, karna aku tau pacaran itu dalam agama kami tidak diperbolehkan. bukannya kau sok suci atau bagaimana, tapi aku hanya menjalani kewajibanku sebagai seorang muslimah, dan berusaha dengan keras agar tidak melanggar apa yang dilarang dalam islam.
hal itupun membuat budeku khawatir, dan beliau memutuskan pindah ke malang untuk menemaniku, mas bayu beserta keluarganya pun juga turut serta. selama mereka di malang, aku mempercayakan toko kueku kepada sepupuku itu, dan aku fokus pada pekerjaanku sebagai dokter.
hampir setengah tahun bude tinggal bersamaku dia berniat menjodohkanku dengan anak sahabatnya. mau tidak mau aku terpaksa menerimanya, karna aku tidak ingin melihat bude bersedih.
dan dari sinilah kisahku dimulai.
malam itu aku pulang lumayan larut malam, karna aku harus menggantikan dokter irfan yang kebetulan ada kepentingan keluarga. aku sampai rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul 23.30.
aku masuk kedalam rumah, rumah itu sangat sepi mungkin semua orang sudah tidur. tapi ketika aku memasuki ruang keluarga tiba-tiba saja lampunya menyala dan menampakkan bude, mas bayu, dan mbak eliza disana.
"dari mana saja kamu nduk, kenapa pulang selarut ini.?"
"maaf bude, tadi raisa menggantikan teman raisa karna beliau ada urusan sebentar"
"kamu itu anak gadis raisa, jangan bikin bude, masmu dan mbakmu selalu menghawatirkanmu. apa lagi kamu tidak memberi kabar pada kami, dan kami pun berusaha menghubungimu tapi ponselmu tidak aktif"
"iya bude maaf raisa ya, ponsel raisa kehabisan batrai. dan tadi raisa lupa menghubungi bude, karna ada pasien"
"duduklah dulu bude mau ngomong sesuatu denganmu sayang"
aku hanya bisa menuruti permintaan bude dan mendekat duduk disampingnya. dengan penuh kasih sayang bude memelukku, dan menciumi pucuk kepalaku.
"sayang berapa usiamu.?"
"28 tahun bude"
"apa kamu sudah punya calon pendamping.?"
"belum bude, bahkan raisa belum memikirkannya"
"sayang kamu seorang wanita, harusnya diusiamu yang sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. lihatlah mas dan mbakmu mereka bahkan menikah muda, apa kamu tidak ingin menikah agar ada yang bisa menjagamu.?"
"jadi arah pembicaraan bude ini mau kemana.?" tanyaku langsung pada intinya.
"bude ingin menjodohkanmu dengan anaknya sahabat bude"
"kenapa harus raisa bude.?"
"sayang bude hanya ingin kamu menikah, sebelum bude pergi menyusul pakde dan kedua orang tuamu"
"bude ngomong apa sih" aku langsung memeluknya, dan tanpa terasa air mataku sudah mengalir begitu saja, aku cuma punya bude sebagai orang tua. dan ketika bude bicara seperti itu, dadaku begitu sesak. karna aku tidak mau kehilangan beliau.
"bude hanya ingin ada yang menjaga kamu sayang, karna tidak selamanya bude ada disampingmu nduk"
aku menarik nafasku dalam-dalam dan menghembuskannya pelan, lalu ku tatap wajah bude yang sudah menua, dapat aku lihat mimik kekhawatiran di wajahnya.
"raisa akan terima apapun keputusan bude, karna raisa tau apa yang bude lakukan itu pasti yang terbaik untuk raisa"
"terimakasih sayang, kamu memang genduknya bude yang paling penurut dan paling berbakti kepada orang tua" bude kembali memelukku, kali ini air matanya pun ikut jatuh membasahi pipinya.
mas bayu dan mbak eliza pun juga ikut menangis, mungkin mereka tidak menyangka kalau aku akan dengan mudahnya menerima keputusan bude.
********
malam ini adalah acara lamaranku, dan hari ini untuk pertama kalinya aku melihat wajah calon suamiku.
"raisa ayo turun dek, calon mertua dan calon suamimu sudah datang"
"iya mbak"
dengan perasaan gugup aku menuruni tangga sambil menggenggam erat tangan mbak eliza, dan mbak eliza pun sama halnya denganku, dia menggenggam tanganku dengan erat seolah-olah ia menyalurkan kekuatannya untukku agar aku tidak gugup lagi.
"nah lin ini keponakanku" bude memperkenalkanku kepada seorang wanita yang usianya mungkin sama dengan bude.
"keponakanmu cantik sekali din"
"iya dong siapa dulu budenya"
sementara itu disamping ibu itu ada seorang pria, mungkin saja dia calon suamiku. tapi dapat aku tangkap dari raut wajahnya bahwa dia tidak menyukai acara ini.
"oh iya raisa perkenalkan aku calon mertumu namaku erlina, dan ini bagas calon suamimu"
aku hanya bisa tersenyum canggung saat calon mertuaku memperkenalkan dirinya dan juga putranya. bahkan dapat kulihat, wajah calon suamiku datar dan dingin. seulas senyum pun tidak nampak disana. sebenarnya di cukup tampan menurutku, dia juga tidak kalah tampan dari sepupuku, tapi entah bagaimana dengan sikapnya.
"jadi kapan pernikahan ini diadakan din.?"
"lebih cepat bukannya lebih baik lin"
"oke baiklah bagaimana kalau minggu depan"
"aku setuju saja"
aku hanya diam seribu bahasa, sambil tanganku terus menggenggam tangan mbak eliza. entah mengapa yang mau menikah aku dan bagas, tetapi yang antusias adalah bude dan ibunya.
"pagi semuanya" sapaku ketika sampai di meja makan.
"pagi" jawab mereka semua dengan senyum manis dibibir masing-masing.
"apa bibi mau pergi kerja.?" tanya bella dengan suara cemprengnya, ya dia keponakanku anaknya mas bayu yang baru berumur empat tahun
"iya sayang, kenapa memangnya.?"
"bella rindu bibi, akhir-akhir ini bibi selalu sibuk kerja"
"maafkan bibi ya sayang, karna memang pasien bibi banyak. hingga bibi tidak punya banyak waktu untuk kesayangannya bibi ini"
"tidak apa-apa bibi. kalau bibi bekerja dengan keras berarti uang bibi banyak" ucap bella dengan polosnya.
"iya lalu.?" aku kembali bertanya kepada keponakanku, sebenarnya aku tau kalau dia sudah seperti itu tandanya dia ingin meminta sesuatu dariku
"bella minta dibelikan boneka beruang yang besar bibi" ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya, hingga kami semua hanya bisa tertawa melihat tingkah lucunya.
"baiklah, nanti bibi akan membelikan boneka yang kamu mau. tapi bella harus janji sama bibi, bella tidak boleh nakal, dan bella harus nurut sama semua perintah bunda"
"oke siap bibi. bella akan jadi anak penurut untuk bibi"
"anak pintar" aku menghampirinya dan menciumi pipi gembulnya secara bergantian.
"nduk, kamu kapan berhenti bekerja.? pernikahanmu tinggal lusa lo, sedangkan nanti kamu harus ikut suamimu pindah ke surabaya. apa nggak sebaiknya kamu mengurus semuanya sekarang dari pada nanti setelah menikah kamu baru mengurusnya"
"semuanya sudah raisa urus bude dari kemarin-kemarin bude, dan hari ini adalah hari terakhir raisa bekerja"
"ah syukurlah kalau begitu, bude lega mendengarnya"
"dek kamu berangkat bareng mas atau bawa mobil sendiri.?"
"aku bareng mas lagi ya"
"iya sudah ayo berangkat" setelah mencium tangan bude aku bergegas pergi mengikuti mas bayu, aku sangat malas berkendara. maka dari itu beberapa hari ini aku selalu numpang mobil mas bayu.
"kamu jangan terlalu lelah dek, ingat lusa kamu sudah menikah"
"iya mas"
"mas seneng dek akhirnya kamu menikah juga, jadi mas tidak perlu menghawatirkan adik mas yang nakal ini" ucap mas bayu sembari mencubit pipiku.
"sakit tau mas"
"biarin, mumpung kamu belum menikah. nanti kalau kamu sudah menikah dan tinggal ikut suamimu mas sudah tidak bisa mencubiti pipimu ini"
aku hanya bisa tersenyum getir mendengar ucapan mas bayu. menikah, apakah nanti suamiku bisa menerimaku, itulah pertanyaan yang selalu berlarian didalam otakku.
sesampainya dirumah sakit aku segera turun dan menuju kedalam ruanganku, di sana aku hanya bisa melamun memikirkan akan jadi seperti apa kehidupanku setelah menikah.
tokk.... tokk.... tokk
"masuk"
"asalamualaikum"
"walaikumsalam, ada apa an.?" ya yang datang adalah anna, sahabatku sedari kuliah dulu.
"tidak apa-apa sa, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu. inikan hari terakhir kamu kerja, dan mungkin setelah ini kita tidak bisa berkumpul lagi"
"setelah aku menikah akan ku usahakan sering kemalang untuk mengunjungi keluarga dan sahabatku yang paling cantik ini"
"kenapa harus pindah ke surabaya sih sa.?"
"mau tidak mau aku harus pindah sa. karna calon suamiku menetap disana"
tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 dan waktunya pulang, sebelum pulang aku berpamitan kepada semua dokter dan juga para perawat. banyak di antara mereka yang menangis saat melepas kepergianku, hingga aku pun juga tak sanggup membendung air mataku. setelah berpamitan aku pun langsung keluar dari dalam rumah sakit, dan di depan sana sudah tampak mas bayu yang sudah menungguku.
"sudah menunggu lama mas.?"
"lumayan dari jam lima sampai jam enam" sarkasnya.
"maaf ya mas, tadi aku harus berpamitan dengan mereka semua"
"baiklah berhubung masmu ini baik hati dan tidak sombong, maka mas memaafkanmu"
"yaudah ayo pulang, tapu jangan lupa mampir toko boneka dulu"
"iya" mas bayu pun segera melajukan mobilnya menuju ke toko mainan yang tak jauh dari rumah sakit tempatku bekerja.
setelah membeli pesenan bella kami bergegas pulang, karna aku tau keponakanku itu pasti sedang menggu mainan barunya datang.
dan benar saja ketika kami baru sampai bella dengan antusias berlari kearahku dan langsung memelukku dengan erat. aku langsung menggendongnya dan mas bayu membawa boneka yang kubelikan tadi.
********
hari ini adalah acara pernikahanku. aku senang karna akhirnya aku menikah, tetapi aku juga sedih karna mengingat calon suamiku tidak mencintaiku sama sekali.
"dek ayo turun akad nikahnya sudah selesai, dan sekarang waktunya kamu turun"
aku segera mengikuti mbak eliza menuju ketempat dimana suamiku berada. sesampainya disana aku langsung dituntun duduk disamping bagas oleh mbak eliza.
"silahkan kedua mempelai bertukar cincin" ucap penghulu
bagas merai tanganku dan memasangkan cincin di jari manisku, begitu pula dengan diriku yang juga memasang cincin di jari manis bagas. setelah itu aku meraih tangannya dan menciumnya, dan dia mencium keningku dengan sangat terpaksa.
setelah acara itu selesai aku langsung diboyong bagas kesurabaya.
"kenapa tidak pergi besok saja sih gas. kalian kan baru saja selesai menikah, istirahat dulu sejenak"
"tidak ma, bagas harus pergi sekarang karna besok bagas ada rapat penting"
"ya sudah kalau begitu kalian hati-hati ya"
"iya ma"
setelah kami berpamitan kepada keluarga, kami segera berangkat menuju surabaya. sepanjang perjalanan tak ada percakapan sedikitpun antara kami. aku yang semula berusaha mencairkan suasana pun akhirnya menyerah, karna bagas tak sedikitpun menggubrisku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!