NovelToon NovelToon

Rainy Couple SEASON TWO

Orang Ketiga

Kezia tengah menata meja makan untuk sarapan pagi. Si kembar, Thalia, Jason, dan yang terakhir, sudah pasti Kezia. Kezia bersiul-siul sembari membayangkan pujaan hatinya, Matias. Sudah beberapa hari terakhir ini, atau mungkin sudah beberapa minggu sejak Matias menghubungi Kezia untuk mengajak balikan, hubungan Kezia dan Matias sejauh ini adem ayem saja. Kezia asyik sekali menyenandungkan lagu "Love Story" yang dipopulerkan oleh Taylor Swift.

Taylor Swift - Love Story

Romeo, take me somewhere we can be alone

I'll be waiting, all there's left to do it

You'll be the prince and I'll be the princess

It's a love story, baby, just say, "Yes"

Thalia, kakak nomor dua Kezia masuk sembari membawa segentong nasi goreng cumi. Thalia ini sangat jago membuat nasi goreng cumi, dan Kezia merupakan pelanggan setianya.

Thalia meletakkan panci itu ke atas meja makan. Selepas itu, Thalia beringsut ke arah Kezia dan berujar, "Kezia, kakak boleh ngomong?"

"Ngomong apa, Kak?" tanya Kezia yang tampaknya paham akan dibawa ke mana arah pembicaraan antara Thalia dan Kezia. Pasti akan membahas mengenai Matias. Entah sejak kapan kakak nomor duanya itu akan menerima Matias. Padahal Matias sungguh mencintai Kezia, juga seorang pemuda baik nan bertanggungjawab. Akan tetapi, di mata Thalia, Matias adalah seorang laki-laki brengsek yang juga bukan seorang calon suami yang baik.

"Kamu masih sama Matias, yah?" tanya balik Thalia.

Nah, tuh kan, tuh kan, pasti kan, gerutu Kezia dalam hati. Kak, udah, lah, Matias itu cowok baik-baik. Dia bukan cowok berandalan, kenapa sampai segitunya ngebenci Matias?

"Memang harus sama Matias, Zia?" tanya Thalia lagi. Sorot mata Thalia sungguh tajam ke arah adik kandungnya tersebut.

Kezia menggigit bibir bawahnya. Perempuan itu hampir saja menitikkan air mata. Kenapa sampai sekarang Thalia masih belum bisa menerima Matias? Kezia sangat mencintai Matias. Matias pun sama. Pula, Kezia merasa Matias itu seperti sudah ditakdirkan untuk dirinya.

"Zia, jangan nangis, lah. Apaan sih kamu? Kakak cuma nanya, apa harus Matias?" ujar Thalia memegangi bahu Kezia.

Tanpa bisa dibendung lagi, air mata turun pula dari kelopak mata Kezia. Kezia sesenggukan. Mendadak secara batin badan Kezia terasa berat sekali. Seperti terkena vertigo saja (walau Kezia memang memiliki riwayat vertigo).

"Astaga, Zia, kenapa sih kamu?" seru Thalia meradang. "Aneh kamu, ah. Setiap Kakak bahas soal Matias, pasti selalu nangis."

"Kakak juga. Sampai sekarang masih susah nerima Matias. Di mata Kak Thalia, Matias itu kayaknya salah mulu. Padahal buat aku Matias gak sejahat yang Kak Thalia bilang." tangkis Kezia ofensif.

"Kamu lupa, Zia? Mau Kakak ingatkan lagi? Siapa nama perempuan itu? Sok centil banget perempuan itu. Matias juga, kenapa harus meladeni perempuan genit itu." gerutu Thalia yang tak senang dengan serangan ofensif Kezia.

Perempuan itu bernama Shanelle. Shanelle merupakan teman masa kecil Matias dan teman lama Melisa, sepupu Kezia. Shanelle pun sudah meminta maaf kepada Kezia beberapa waktu yang lalu. Saat itu Shanelle sungguh tidak tahu Kezia adalah pacar Matias. Lalu, di pandangan mata Kezia, Shanelle terlihat tulus meminta maaf. Matias juga sudah meminta maaf karena sudah mengkhianati kepercayaan Kezia. Case is closed.

"Zia, asal kamu tahu, Kakak tetap nggak senang sama Matias. Kamu tahu nggak, kemarin-kemarin aja, Kakak lihat Matias mesra-mesraan sama perempuan di tempat bilyar, masa? Padahal dia lihat Kakak, masih aja dilanjutin. Kelewatan nggak, tuh, cowok kayak gitu. Udah, lah, Zia, jangan sama Matias. Cowok kan masih banyak. Kenapa juga gak sama Tobias--?

"--aku cuma anggep Tobias sebagai temen aja. Nggak lebih." potong Kezia. "Aku gak ada feel apa-apa sama Tobias, Kak Thalia."

"KEZIA CELINE KAUNANG!" bentak Thalia. "Astaga! Selalu begini. Setiap ngomongin Matias, kamu jadi kurang ajar sama Kakak. Kenapa, Zia?"

Kezia hanya membuang napas, lalu pura-pura merapikan meja makan, dan akhirnya ia meminta ijin untuk ke kamarnya.

Ide Menikahi Kezia

Darius menyodorkan rokok ke arah Matias. Matias tahu itu hanya aksi basa-basi. Sudah jelas Darius tahu Matias bukan perokok. Pernah Darius dan yang lainnya memaksa Matias merokok, Matias langsung terbatuk-batuk. Matias merasakan sesak yang luar biasa. Sepertinya kandungan nikotin dalam sebatang rokok telah memicu penyakit asma itu kambuh.

Darius lalu menyalakan sebatang rokok. Kotak rokok itu ditaruh kembali ke dalam saku celana jinsnya. Darius mengisap pelan-pelan rokoknya. Asapnya Darius embuskan pelan-pelan.

"Matias," ucap Darius yang memandangi Matias yang sibuk bermain game moba di ponselnya.

 

AS ONE

 

아니라고 안된다고

 

내 눈을 가려도 너는 있었고

Meskipun itu salah, saya tak bisa

 

Meskipun menutup mata, saya masih melihatmu

 

Dari arah dalam kafe, terdengar alunan lagu berbahasa Korea. Dari sebuah drama yang mungkin cukup terkenal di Indonesia, "Sassy Girl Chunhyang".

"Hmmm,..." Hanya itu jawaban yang Matias berikan, lalu kembali menatap layar ponsel. "Njir, tolol, lah, kenapa malah kabur, sih?"

Darius tertawa. "Nge-push ntaran aja, lah. Nanti gue jokiin. Lagi sama temen, yah sama temen aja dulu. Udah, AFK-in aja, Kawan."

Matias menatap wajah Darius yang tengah nyengir. Pelan-pelan Matias mengikuti saran Matias. Matias mengajukan permohonan untuk surrender dan diterima oleh player-player lainnya.

"Ada yang gue mau tanya." ucap Darius. "Tuh, es jeruknya-nya diminum dulu."

"Soal apa dulu, nih." tanya Matias yang menyesap minumannya.

"Pacar lu, Kezia itu," ujar Darius langsung ke inti pembicaraan.

Matias tak menjawab, hanya asyik sendiri dengan minumannya.

"Lu sama dia udah lama, kan?"

"Ada sekitar lima tahunan."

"Lama juga, yah. Awet, tuh, hubungan."

"Hehehe..."

"Gak ada niat dibawa ke jenjang yang lebih serius?"

Matias spontan terbatuk-batuk dan langsung menelan air liur. Matias baru tersadar bahwa ia belum pernah berpikir ke arah sana. Selama Kezia tetap menjadi miliknya, selama Kezia tetap berada di sisinya, selama Kezia selalu menjadi alasan Matias untuk selalu bersemangat dan tersenyum, bagi Matias, itu sudah lebih dari cukup. Matias belum pernah terpikirkan untuk mengajak Kezia menikah. Apalagi, yah Matias sadar diri, ada saja hambatannya, yang salah satunya adalah Thalia, kakak nomor dua Kezia. Bagaimana Matias mau memberikan cincin untuk Kezia, jika mendapatkan restu dari Thalia saja, itu seperti sebuah mission impossible. Beberapa kali Matias ingin mundur saja menjadi kekasih Kezia.

Darius tertawa terbahak-bahak. Ia langsung memukul bahu Matias. "Lama amat. Mikirin apaan, Cuy?"

Matias ikut tertawa.

"Lu sayang banget sama Kezia?" tanya Darius nyengir.

Matias menjawab dengan sebuah kedua pipi yang merona merah muda, yang katanya pertanda seseorang benar-benar menyukai seseorang. Tanda sebuah jatuh cinta.

"Emang apa yang bikin lu sejatuh-cinta itu sama Kezia? Perasaan wajah Kezia itu biasa-biasa aja menurut gue. Dibilang putih, nggak putih-putih banget. Alisnya juga tebel banget. Aneh menurut gue. Eh, no offense, yah."  ujar Darius kembali mengisap rokok menthol-nya.

"Kezia itu..." Matias tertawa, lalu menjawab demikian, "... menurut gue, dia cute. Wajahnya manis dan gak bosen dipandangi. Gue selalu suka dengan gaya bicaranya yang cukup menghargai perasaan orang lain. Jarang ada cewek yang kayak gitu juga. Terus, kayaknya ada sesuatu dalam diri Kezia yang bikin gue naksir abis. Dia kayak punya inner beauty gitu."

"Serasa Kezia itu jodoh yang dikirimkan Tuhan buat lu, yah." terka Darius asal.

"Kurang lebih begitulah. Bagi gue, Kezia itu ibarat tulang rusuk gue yang ilang."

Darius batuk, nyengir. "Gue lihat-lihat, lu sama Kezia banyak kemiripan juga."

"Apanya? Wajahnya? Nggak sedikit yang bilang gitu juga."

Darius menggeleng. "Sifat, kebiasaan, hobi, sampai makanan kesukaan juga mirip. Jodoh lu sama Kezia. Ada yang bilang, yang begitu itu, bakal awet kalau nikah nanti."

Matias tertawa.

Darius memukul bahu Matias lagi. "Udah, lah, buruan ajak Kezia nikah. Jangan lama-lama. Ntar Kezia lu keburu ditikung orang."

"Nikah kan nggak gampang. Butuh banyak persiapan, Bro."

"Omongin aja dulu sama Kezia. Bilang ke dia, lu mau ajak dia ke jenjang lebih serius. Kalau cinta gak ke mana. Apalagi kalau udah jodoh. Bantuan selalu datang dari mana-mana, Brother. Siapa tahu dibantu sepenuhnya sama keluarga Kezia."

"Itu dia masalahnya," Matias menelan air liur. Mendadak di kepala Matias muncullah wajah yang cukup horor. Siapa lagi jika bukan Thalia, penghalang terbesar Matias. Ya Tuhan, sampai kapan calon kakak iparnya itu mau memberikan restu?

Sad Morning for Kezia

Hidup memang seperti itu. Terkadang hidup memang memaksa kita untuk terus bergerak, walau sebetulnya kita tidak ingin. Itulah yang Kezia rasakan pagi ini. Akibat kata-kata Thalia yang menusuk hati, Kezia mendesah di dalam kamar. Padahal di tangannya sudah ada handuk dan pakaian kerjanya: blazer kuning keemasan, celana panjang berwarna serupa dengan atasannya, handuk merah jambu dengan gambar hati di ujungnya, serta pakaian dalam.

Kezia duduk di atas tempat tidurnya sembari menangis sesenggukan. Lagi-lagi Thalia, lagi-lagi masalahnya sama: Matias. Kenapa Thalia selalu ingin memisahkan Kezia dengan Matias? Kenapa kakak nomor duanya itu tak pernah coba untuk berpikir bahwa Matias memang laki-laki baik yang sangat tepat untuk seorang Kezia?

Tok, tok, tok. Pintu kamar Kezia diketuk. Tanpa diberikan ijin, Melisa main masuk begitu saja. Ujar Melisa, "Kiapa ngana tre menangis?"

Kezia tidak marah saat Melisa main masuk begitu saja. Pun Kezia tidak menjawab pertanyaan Melisa tersebut. Kezia hanya tersenyum sembari berusaha menghapus sisa-sisa air matanya.

"Kak Thalia, kah, ngana menangis?" tanya Melisa langsung. Sebab apa lagi penyebab Kezia menangis selain karena Thalia dan Matias.

Kezia hanya menggigit bibir bawahnya, tersenyum. Kezia memang perempuan tangguh. Matias merupakan laki-laki yang sangat beruntung karena telah memiliki Kezia. Kezia bahkan tetap mencoba tegar di hadapan Kezia. Perempuan itu terus menerus coba meyakinkan Melisa bahwa segala sesuatunya baik-baik saja. Kezia bisa mengatasinya.

"Laki-laki bernama Matias itu?" tanya Melisa.

Kezia tak menjawab, namun dilihat dari ekspresi Kezia, Melisa tahu memang Matias penyebabnya. Melisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Cinta, cinta," ucap Melisa nyengir. "Kacau dang urusannya karna cinta. Cinta gila. Padahal laki-laki banyak, kiapa harus Matias? Nda sehat hubungan itu. Dang putus jo, Zia. Istilah sekarangnya, toxic relationship. Aku dang bantu ngana cari laki-laki baru."

Kedua mata Kezia melotot. "Jang ikut campur ngana. Ini kita pe hubungan. Ngana tau apa?"

"Loh, kiapa marah-marah? Stress ngana. Dang istirahat sana. " tukas Melisa ikut marah. "Aku keluar dulu, mau mandi."

Melisa lalu meninggalkan Kezia sendirian di dalam kamar, yang kembali menangis sesenggukan. Kezia lalu membuka kandang anjingnya lagi. Di rumah ini, hanya anjing Chihuahua tersebut yang sangat mengerti perasaan Kezia. Tanpa menyalak, Tiyas melompat ke atas paha Kezia. Ada Tiyas di atas paha Kezia, batin Kezia menjadi tenang sekali. Kezia tersenyum dan mengelus-elus bulu Tiyas.

"Kamu siapa sih namanya?" tanya Kezia mencolek-colek telinga Tiyas. "Ih, anak siapa sih? Kok emesh banget sih kamu? Jadi pengen meluk kamu saking emesh-nya. Mau aku peluk nggak? Aku lagi pengen meluk kamu banget. Aku peluk, yah. Kangen kamu."

Kezia lalu menggendong Tiyas ke atas tempat tidur. Di atas tempat tidur, Kezia memeluk erat Tiyas seperti saat ia memeluk boneka beruangnya tersebut. Sembari memeluk Tiyas, Kezia iseng mencium kening Tiyas dan berkata, "Kamu jangan nakal. Kamu nakal, nanti aku jewer. Jangan nakal. Jangan genit-genit sama cewek lain."

Tak butuh waktu lama, Kezia tersentak. Astaga, Kezia baru sadar ia berkata kepada Tiyas seolah-olah Tiyas adalah Matias. Entah apa yang terjadi juga, di pandangan mata Kezia, wajah Tiyas berubah menjadi Matias, pacarnya yang terkadang membuat Kezia pusing tujuh keliling.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!