*
💕 Suka dan duka, bahagia dan derita , cinta dan pengkhianatan selalu berjalan beriringan 💕
Arabella adalah seorang gadis muda yang terpaksa menikahi seorang pria yang sangat membenci wanita.
Di matanya semua wanita adalah sumber penderitaan, tapi seiring berjalannya waktu pemikiran itupun berubah,dan semua sudah terlambat.
Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Bella terima selama ini telah mengubah hatinya yang tak lagi menginginkan cinta dari suaminya. Bella pun memilih pergi meninggalkannya. Nah apa yang akan terjadi selanjutnya?
Kisah ini adalah kelanjutan dari novel sebelumnya Cinta di atas menara ( Pencuri hati pria lumpuh). Dan siapakah Arabella? adakah hubungannya dengan Devan dan Andara? Bagaimana kisah selanjutnya..?
Yuk simak di karya terbaruku.
*
Namanya adalah Arabella louis Fernandez. Putri dari pengusaha Bertrand Louis Fernandez seorang laki laki yang memiliki pengaruh besar di dunia bisnis karena kepiawaiannya dalam berbisnis. Namun sebuah peristiwa telah membuat perusahaannya hampir jatuh dan diambang kehancuran.
Seorang pemuda keluar dari mobil mewah. Langkahnya pasti, tatapannya tajam, memiliki rahang tegas, paras tampan, tubuh tinggi ideal yang menjadi incaran para artis dan model cantik di seluruh negeri.
Tuan muda Saga Mahendra putra satu satunya dan pewaris dua perusahaan raksasa yaitu Mahendra group dan Hara Grup yang memiliki paras rupawan nyaris sempurna.
Hari ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di indonesia setelah hampir 17 tahun tinggal di luar negeri.
Semua orang yang berada di sana menatapnya dengan kagum, aura dinginnya melebihi gunung es di Antartika, tidak ada yang berani menyapanya. Mereka hanya terdiam penuh kekaguman.
Saga terus melangkah menuju ke dalam ruangan gedung megah yang menjadi perusahaan terbesar di kota itu.
Setibanya di dalam, nampak dua pria berpakaian formal sedang bersiap menyambut sang putra mahkota, mereka adalah manager keuangan dan manager pemasaran.
" Selamat datang di perusahaan Hara Group tuan muda Saga Mahendra" Sapa salah satu manager yang menyambutnya.
Saga tak menjawab hanya sebuah senyuman kecil yang tampak jelas terlihat dipaksakan.
" Mari tuan saya antar ke ruangan tuan besar Raga " Ucap pak Candra (Manager keuangan) sambil menundukkan sedikit badannya.
" Hmmm "
Dan merekapun segera menuju lift khusus yang terhubung langsung ke ruangan Raga di lantai atas.
Tok tok tok
Ceklek
" Selamat datang putraku Saga Mahendra"
Sambut Raga bersama dua perempuan cantik dan seksi yang berada di sampingnya.
Saga memiringkan senyum tipisnya sambil berdecih, nampak jelas wajah jijik melihat perilaku buruk papanya yang tidak tahu malu.
" Memangnya apa peduli papa, bukankah menurut papa tidak ada di dunia ini yang lebih penting dari wanita, bahkan mama sampai pergi meninggalkan papa pasti gara gara itu"
Raga menatap pada kedua orang yang berada di belakang Saga ( Dua Manager perusahaan yang menyambut dan membawa Saga ke ruangannya) Dengan kode mata Raga meminta dua orang tersebut untuk segera keluar dari ruangan itu begitu juga dengan dua wanita yang tadi menemaninya yaitu sekertaris dan asistennya.
Tinggal Saga dan Raga berdua di dalam ruangan itu. Keduanya terdiam, saling melemparkan tatapan tajam.
" Ingat Saga, mamamu itu pergi karena tidak sayang sama kamu! Dia lebih memilih kariernya, jadi jangan pernah salahkan papa atas kepergian mamamu! " Ucap Raga memulai pembicaraan.
Saga kembali memiringkan bibirnya dan tersenyum tipis " Hhh Di dunia ini mana ada serigala yang berbicara jujur. Cukup pa aku sudah muak mendengar semuanya. Sekarang apa tujuan papa memintaku datang ke sini!"
Raga beranjak dari tempat duduknya, terukir sebuah senyuman tipis, satu tangannya menepuk pundak Saga dan satu tangannya lagi dimasukkan ke dalam saku celananya
" Saga, tugas kamu adalah menjalankan dua perusahaan raksasa ini, Mahendra group dan Hara Group. Dan jangan pernah campuri urusan papa, mungkin kamu belum pernah merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan wanita jadi bisa bicara seperti itu.Ketahuilah anakku seorang laki laki itu mustahil bisa hidup tanpa wanita"
" Tidak pa, Saga akan hidup tanpa wanita,bagi Saga wanita hanyalah racun yang bisa membuat hidup kita sengsara. Seperti papa yang sudah teracuni oleh kenikmatan semu yang berupa wanita !" Jawab Saga dengan tegas.
Raga terdiam sejenak dan menatap wajah putranya sambil memiringkan bibirnya
" Baiklah kalau memang itu sudah menjadi prinsipmu dan keputusanmu, tapi jangan menyesal kalau nantinya kamu akan tergila-gila pada seorang wanita hingga kamu akan benar benar gila dibuatnya"
Saga terkekeh " Tidak akan pernah papa, Saga Mahendra tidak akan pernah menarik kata katanya Saga sendiri dan meninggalkan prinsip yang dipegangnya"
" Wao, benarkah? Oke kalau begitu papa akan bertaruh, kalau kamu memang benar benar bisa memegang prinsipmu, papa akan mengakui kehebatan mu dan papa akan meninggalkan semua kebiasaan papa dengan bermain wanita" Ucap Raga sembari terkekeh meremehkan keteguhan hati Saga yang tidak ingin menyentuh wanita apalagi mengenal cinta.
" Satu lagi,papa harus membawa mama kembali dan meminta maaf kepadanya " Sahut Saga.
" Deal" Raga tersenyum dan menjabat tangan Saga dengan penuh percaya diri " Tapi papa juga punya satu permintaan lagi, kamu harus secepatnya menikah"
Kedua mata Saga membulat sempurna, dahinya berkerut" Menikah?"
" Iya kalau berani, kamu harus secepatnya menikah, tapi kalau kamu menolaknya berarti kamu sudah mengaku kalah karena kamu takut akan jatuh cinta pada wanita" Raga terkekeh melihat putranya terjebak dalam situasi yang juga rumit.
Saga mengambil nafas berat " Tidak pernah tertulis rasa takut di dalam buku catatan Saga Mahendra"
Raga tersenyum penuh kemenangan " oke, papa yang akan carikan istri buatmu".
Saga nampak mengepalkan tangannya menahan amarah yang hampir meledak.
" Terserah!" Jawab Saga kemudian duduk di kursi kebesarannya yang merupakan kursi dengan status jabatan tertinggi di dalam perusahaan yaitu presdir.
Raga terkekeh kemudian pamit pergi untuk bersenang senang karena sudah ada putranya yang menggantikannya.
Tak berselang lama, seorang asisten kepercayaan yang ditugaskan untuk mendampingi Saga pun datang menemuinya di dalam ruangan tersebut.
'' Permisi tuan, perkenalkan nama saya Vincent, saya akan menjadi asisten kepercayaan anda" Vincent membungkukkan sedikit tubuhnya.
" Hmmm, Vincent! Tugas pertamamu berikan semua laporan dan sistem di perusahaan ini. Mulai hari aku yang pegang sepenuhnya perusahaan ini. Aku tidak ingin ada kesalahan sedikit pun, paham !" Ucapannya dingin namun sangat tegas dan penuh penekanan.
'' Baik tuan" Jawab Vincent dengan pasti sambil membungkukkan sedikit tubuhnya kemudian melangkah pergi untuk segera melaksanakan tugas yang diberikan untuknya.
Setelah beberapa saat Saga bergelut dengan semua laporan dan sistem perusahaan, Saga Mahendra memutuskan untuk makan siang di luar. Dia memilih restaurant jepang untuk mengganjal perutnya yang sudah menjerit minta diberi asupan.
Mereka pun segera meninggalkan perusahaan menuju restoran dengan mobil mewah milik Saga Mahendra.
" Baiklah aku bersedia menyerahkan putriku untuk melunasi semua hutangku" Ucap Bertrand dengan suara berat, wajahnya tertunduk seakan menahan sebuah tekanan batin yang cukup berat.
Bella yang duduk di ruang sebelah dan dapat mendengar semuanya dengan jelas, air matanya mengalir begitu saja, hatinya hancur, perih kecewa, begitu tahu papanya menyetujui pinangan tuan Raga untuk dijodohkan dengan putranya.
Raga tersenyum tipis " Aku dengar putrimu sangat cantik tuan Bertrand, saya berharap dia bisa meluluhkan hati putraku"
Deg
Ada rasa sakit dan bayangan kekerasan tergambar jelas di dalam benaknya" Astaga, semoga saja nasip buruk tidak menimpa putriku, maafkan papa nak, papa tidak punya pilihan lain" Batin Bertrand.
Raga mengangkat tubuhnya dan berdiri tegak sambil membenarkan Jaz mahalnya, tangannya ia julurkan ke depan '' Baiklah tuan Bertrand, 5 milliar sudah berhasil saya transfer, lamaran juga sudah di terima, sekarang saya permisi pulang untuk kembali ke kantor "
Bertrand menyambut uluran tangan Raga dengan sebuah jabat tangan, hatinya sungguh sakit, tapi perjanjian sudah disepakati dan tidak bisa dibatalkan lagi. Demi melunasi hutang perusahaan dan membangunnya kembali, dia harus merelakan putrinya.
Raga melangkah keluar dari rumah kecil yang beberapa bulan ini menjadi tempat tinggal keluarga kecil Bertrand setelah perusahaannya terlilit banyak hutang dan nyaris gulung tikar.
Tiba tiba sebuah suara membuat Raga berhenti melangkah dan bayangan masa lalu kembali berputar di pikirannya.
" Arabella, tolong mama nak, mama mau masak buat kamu tapi mama tidak bisa keluar rumah jadi kamu yang belanja ya"
Suara itu mengingatkan Raga pada seseorang yang sangat dicintainya namun tidak pernah bisa dimilikinya. Raga terdiam sejenak dan menoleh pada sebuah ruangan dengan jendela kaca terbuka namun terhalang sebuah tirai.
Nampak duduk di kursi roda seorang wanita yang tidak asing baginya namun wajahnya tidak terlihat dengan jelas karena angin sore itu cukup kencang membuat tirai menghalangi pandangannya.
" Ada apa tuan Raga?" Suara Bertrand dari arah belakang mengagetkan Raga.
" Oh tidak tuan Bertrand, tidak ada apa apa , wanita itu?" Raga menatap ke arah wanita dengan kursi roda yang berada di ruang sebelah.
Bertrand tersenyum tipis" Oh dia istri saya tuan, sudah sejak lama dia lumpuh "
Raga ikut tersenyum tipis " O begitu, baiklah tuan Bertrand saya permisi dulu. Sampai ketemu dua hari lagi di hotel xxx , nanti saya yang menyiapkan semuanya. Anda tinggal datang saja bersama putri anda "
Bertrand pun mengangguk, Raga pun pergi meninggalkan tempat itu.
...🧡🧡🧡...
" Kamu bersedia menikah atau mengakui kamu kalah Saga Mahendra" Singkat namun pedas dan sangat dalam.Raga berdiri tegak di sudut ruangan dengan kedua tangan dilipat di dadanya.
Saga tak menjawab apa apa, nampak raut wajahnya yang merah menahan amarah, rahangnya mengeras.
" Sekali lagi papa bertanya? Kamu mau menuruti kemauan papa untuk segera menikah atau kamu mengaku kalah dan takut jatuh cinta pada seorang wanita " Raga berjalan pelan mendekati Saga yang masih berdiri mematung.
" Cukup pa! Saga muak dengan semua aturan papa, lebih baik Saga tinggalkan rumah ini dan kembali ke luar negeri!" Suara Saga yang terdengar berat memecah keheningan di antara mereka kemudian melangkah pergi namun suara Raga menghentikan langkahnya.
"Satu langkah kamu meninggalkan rumah ini, maka aku bekukan semua aset kamu dan kamu mengakui kekalahanmu, papa sudah tidak perduli lagi dengan hidup papa, papa akan bakar tempat ini dan kita hancur bersama sama" Ucap Raga yang terdengar jelas tidak main main.
Saga memutar tubuhnya dan menatap ke arah Raga yang terlihat mengerikan, matanya merah dan rahangnya mengeras. Tatapannya tak kalah tajam darinya, keduanya sama sama dikuasai ego yang tak terelakkan.
Saga menghela nafas panjang, angin malam menyapu halus namun sangat terasa tajam bagaikan pedang.
" Pa, ini mau papa?" Ucap Saga memecah keheningan.
Raga menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar
" Papa sudah tidak bisa lagi merasakan hidup yang sesungguhnya, rasanya tidak ada gunanya lagi papa berada di sini, papa akan pergi"
" Baiklah pa, Saga ikuti kemauan papa, tapi pernikahan tidak akan pernah mengubah apapun" Saga pun melangkah pergi setelah menyelesaikan ucapannya.
Raga tersenyum tipis karena usahanya telah berhasil.
Raga kembali ke tempat duduknya dan mulai membuka sebotol minuman beralkohol yang selalu menemani kesehariannya di dalam kesepian dan kerinduannya pada sosok wanita yang selama ini tidak pernah hilang dari ingatannya.
" Mas Raga, aku mencintaimu mas malam ini kita habiskan malam bersama" Ucap wanita itu kemudian mendaratkan ciumannya di bibir Raga.
Dengan sangat bahagia Raga pun menyambutnya dan mereka saling berpagutan, melumat dan menikmati malam yang dingin ini dengan penuh kehangatan.
" Sayang malam ini kamu milikku" Bisik Raga yang sudah dikuasai kabut gairah yang sangat pekat dan tidak bisa lagi dihentikan.
Wanita itu pun memberikan balasan, dengan satu tarikan saja bajunya sudah terlepas, dan terpampanglah sebuah pemandangan yang terindah di dalam hidupnya.
" Mas sangat mencintaimu sayang" Ucap Raga kemudian mulai menjamah tubuh wanita itu dan mencumbuinya dengan lembut . Keduanya sama sama menikmati indahnya cinta dan mencapai puncak kenikmatan bersama sama.
Lenguhan demi lenguhan mereka keluarkan hingga nafas panjang dan berat yang mereka tahan dapat terlepas bersamaan dengan semburan kebahagiaan.
" Mas Raga, aku bahagia, aku mencintaimu mas"
" Mas juga sayang, sangat mencintaimu "
" Tapi maaf mas, aku tidak bisa terus bersamamu aku harus pergi "
" Tapi sayang ,aku tidak bisa hidup tanpamu, hidupku terasa mati tanpa dirimu sayang "
" Tidak mas, aku harus pergi "
" Tunggu ,jangan pergi ''
"Andara!"
" Hahhh Andara? Paman, paman Raga bangunlah paman , ini sudah pagi paman?" Najwa menggoyang goyangkan lengan pamannya yang masih memejamkan matanya di sofa dengan gelas dan beberapa botol minuman beralkohol yang sudah kosong.
" Pasti paman semalam mabuk berat, kebiasaan yang sangat tidak baik. Tapi dia memanggil manggil nama Andara, siapa dia? Selama aku tinggal di sini aku tidak pernah tahu ada kerabat atau temannya paman yang bernama Andara" Gumamnya sendiri.
Najwa sudah siap untuk berangkat ke kampus, tapi membiarkan pamannya berada di sofa sendirian sangatlah tidak baik apalagi dalam keadaan mabuk berat, kalau sampai terjadi sesuatu padanya pasti akan merasa sangat bersalah karena bagaimanapun Raga adalah orang yang membesarkannya hingga saat ini.
" Aduh apa aku hubungi kak Saga ya agar ke sini dan menjaga paman, tapi kakak sepupuku yang arogan itu pasti tidak mau dan justru memarahiku, Najwa kamu tidak perlu mengurusi laki laki itu, pergi saja urusi saja urusanmu sendiri! Hah bagaimana ya" Gumamnya sendiri.
Akhirnya setelah menunggu beberapa saat dua ART yang bekerja di rumah Mahendra pun tiba dan itu sangat membuat hati Najwa lega " Mbak, titip paman ya ? Jaga dia aku mau ke kampus dulu, sebentar lagi kak Saga juga pasti datang"
" Iya non, non tenang saja kami pasti awasi tuan besar sambil kami bekerja" Jawab kedua Art itu.
Bruks
Sebuah kecelakaan mobil terjadi di persimpangan jalan.
Jalanan sedang sepi, tapi sebuah mobil melaju tanpa arah hingga menabrak sebuah mobil mewah yang terparkir di pinggir jalan
Mobil tersebut adalah milik Saga Mahendra yang sedang berhenti karena pemiliknya sedang menerima telpon penting dari kliennya.
Tiba tiba sebuah mobil melaju tanpa arah dan menghantam bemper belakang mobil mewah bernilai milyaran milk tuan muda Mahendra.
Saga terperanjat dan keluar dari mobilnya.
Jalanan sedang sepi jadi tidak ada satupun warga yang menolong ataupun mendekatinya.
Saga berjalan mendekati mobil sedan yang menabraknya. Dibukanya pintu mobil, terlihat seorang gadis yang pingsan bersandar di gagang setir.
Tidak ada satupun bekas luka ataupun darah yang mengalir. Karena memang benturannya tidak terlalu keras mungkin gadis itu pingsan hanya karena syok dan kaget saja.
Saga berusaha menolongnya dan melepaskan jasnya untuk menutupi tubuh gadis itu kemudian menggendongnya dengan membopongnya untuk dipindahkan ke mobilnya.
( Baju yang dikenakan gadis itu sedikit terbuka dan terpampanglah paha mulusnya )
Saga membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat dan meninggalkannya di sana.
Tak lama setelah tiba di rumah sakit dan dokter menanganinya, gadis itu pun segera sadar dan membuka matanya perlahan.
" Ah di mana ini? Kenapa kepalaku pusing sekali, aduh "
" Non sudah sadar?" Tanya seorang suster yang bertugas merawatnya.
Bella menatap ke sekeliling dan mencoba mengingat ingat apa yang baru saja terjadi.
" Suster? Ini di mana ya?"
" Di rumah sakit non, tadi anda dibawa oleh seorang laki laki " Jawab suster tersebut.
Gadis itu memegangi kepalanya sejenak.
###
Keesokan harinya di dalam ruangan yang besar mewah dengan aroma pengharum ruangan yang maskulin, berdiri seorang pemuda tampan di samping jendela dengan segelas wine di tangannya.
" Permisi tuan, maaf , ada beberapa proposal dan laporan yang perlu anda pelajari dan harus segera di ACC agar bisa segera kita kerjakan" Ucap Vincent sambil menyodorkan beberapa berkas tersebut kepada Saga.
" Oke Vin, semua beres " Ucapnya sambil menatap Vincent dengan tersenyum tipis setelah membuka dan membacanya sebentar kemudian membubuhkan tanda tangannya di sana.
" Iya tuan, terimakasih " Jawab Vincent dengan membalas senyumannya.
" O iya Vin, siapkan lapangan tenis aku ingin meregangkan otot ototku sebentar" Ucap Saga.
Vincent pun mengangguk kemudian meraih ponselnya yang berada di saku celananya dan segera menghubungi pengelola lapangan tenis karena bosnya akan menyewa tempat itu.
" O iya Vin pastikan tidak ada wanita di sana, wanita hanya bikin masalah saja" Tegas Saga.
Vincent pun tersenyum tipis kemudian menganggukkan kepalanya.
Saga Mahendra memang tidak pernah menganggap seorang wanita itu penting. Di matanya wanita hanyalah racun dan hanya membawa penderitaan karena itu dia sudah bersumpah untuk tidak akan mendekati wanita apalagi mengenal cinta.
Selama bertahun tahun tinggal di luar negeri , Saga tidak pernah diajarkan untuk menghargai orang lain, dan gaya hidup bebas di sana pun telah membuatnya seperti binatang yang kejam dan tidak punya perasaan. Dari kecil dirinya memang sudah terbiasa hidup tanpa wanita apalagi di saat ibunya pergi meninggalkannya, kebenciannya terhadap wanita semakin dalam. Baginya wanita hanyalah sebuah penderitaan yang akan menghalangi langkahnya meraih kesuksesannya.
Tak lama kemudian Saga dan Vincent tiba di lapangan Tenis. Mereka pun mulai bermain untuk melemaskan otot-otot mereka.
Tiba tiba terdengar suara ribut dari arah pintu.
" Tapi pak kami akan bayar !"
" Tetap tidak bisa non, tempat ini sudah dibooking, kami tidak berani memberikan ijin"
Dua wanita itu mendengus kesal dan mencari ide untuk bisa masuk karena memang hari ini harus berlatih tenis.
" Wa, sepertinya kita harus mengikat penjaga itu dengan tambang dan menyumpal mulutnya.?
" Tidak perlu Bell, kita keroyok saja ? " Jawab Najwa menimpali.
Saga dan Vincent yang berada di dalam pun menghentikan permainannya dan terdiam sambil melipat kedua tangannya.
" Vin, cari tahu apa yang terjadi di luar?"
" Maaf Tuan sepertinya itu nona Najwa dan temannya" Jawab Vincent.
Saga pun mendengus dengan kasar " Ijinkan mereka masuk, kita pergi sekarang juga dari sini".
" Baik tuan"
Dan tidak lama kemudian dua gadis itupun memasuki lapangan Tenis, bertemu dengan Saga dan Vincent.
" Wah jadi kak Saga yang sudah membooking tempat ini!" Ucap Najwa ketus.
Saga terdiam, tak menghiraukan ocehan adik sepupunya itu, pandangannya tertuju pada gadis yang berada di belakang Najwa.
Bella sempat kelicutan karena tatapan tajam dari Saga, dan menarik tangan Najwa " Wa, sudah ngomongnya kita keluar saja dari sini" Bisiknya.
Namun Najwa hanya mendengus kesal " Tidak Bell, kita sudah bersusah payah masuk ke sini, masa iya keluar begitu saja. Dia itu kakakku. oiya kak, bagaimana kalau kita bertanding?" Tantang Najwa mengalihkan pandangannya pada kakaknya yang berdiri tegap di depannya.
Saga mengangkat kedua alisnya dan melipat kedua tangannya " Tidak salah"
" Kakak meremehkan kami, silahkan saja dicoba "
" Terus kalau kami yang menang, bagaimana?"
Najwa memicingkan matanya" Ya kalau kalian menang ya tidak apa apa memang kalian lebih dewasa daripada kami" Jawab Najwa asal yang membuat Vincent tersenyum gemas.
" Terus kalau kalian yang menang?" Sahut Vincent sambil tersenyum.
" Kalau kami yang menang kalian bayar 10 juta "
" Ya gak adil dong " Jawab Vincent.
Saga menghela nafasnya dalam dalam
" Cukup cukup Vin tidak ada gunanya kita berdebat dengan dua bocah ini, sebaiknya kita pergi dari sini" Ucap Saga kemudian melangkah pergi dari tempat itu.
Melihat kakaknya pergi Najwa mendengus kesal " Hhh kak, kalian curang. Berarti kalian sudah kalah dari kami'
Saga menghentikan langkahnya dan menoleh
" Baiklah kita ladeni mereka Vin"
" Baik tuan"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!