Hawaii, USA.
Pada malam yang indah tepatnya di pesisir pantai, seorang pria dengan setelan jas yang rapi menghampiri sebuah kediaman VVIP yang disediakan pemilik tempat. Pria itu masuk ke dalam untuk menemui atasannya, terlihat sangat tergesa namun ia paham situasi karena di dalam sana sedang ada pertemuan cukup penting. "Maaf mengganggu sebentar tuan, ada yang ingin ku sampaikan." Bisiknya pada seseorang yang merupakan pimpinan mereka.
"Ada apa, Luke?." Lirihnya dingin dan dalam.
"Ayah ketua sudah tiba di negara ini, ini diluar dari perkiraan. Dan untuk pernikahan itu beliau akan mempersiapkan nya satu hari lagi."
"Apa!." Ia terkejut hingga berdiri dari duduknya. "Apa dia benar-benar mempercayai apa yang ku ucapkan selama ini?."
Luke menggaruk kepala tak gatal. "Mau bagaimana lagi, tuan sendiri yang mengatakan bahwa sudah memiliki seorang tunangan untuk dinikahi agar terhindar dari perjodohan itu."
"Ck!.." Pria itu memijit keningnya tak menyangka jika ayahnya percaya dan akan menikahkan langsung dirinya dengan tunangan yang dimaksud. "Kau tahu Luke itu hanya alasan semata, dimana wanita yang ku maksud? sangat ghaib."
Caesar Castillo Grayson, pewaris tunggal dari salah satu perusahaan terbesar di USA. Grayson Company. Sejak penyerahan kekuasaan ia sudah menjabat selama 6 tahun di sana. Dua tahun terakhir ia digadangkan dengan perjodohan politik, namun ia menolaknya dengan dalih sudah menemukan tambatan hati yang siap dinikahi. Namun tanpa sepengetahuan siapapun itu hanya alasan semata untuk menghindari.
Dan sekarang ayahnya menagih janji itu untuk dibuktikan, lalu apa yang akan ia tunjukkan? wanitanya saja tidak ada.
"Beritahukan saja Luke bahwa aku masih mengurus pelatihan agen, sangat tidak memungkinkan melangsungkan pernikahan." Tolaknya mentah.
Luke menghela nafas berat, ini cukup frustasi dengan tindakan atasan sekaligus sahabatnya itu. Saat ini Caesar memang sedang bertugas menjadi instruktur di kota Hawaii. Selain menjabat profesi direktur, ia juga mantan intelejen yang pernah bertugas di negara. Ini hobi dan pilihannya yang tak bisa diganggu.
"Jika kau menghindari pernikahan maka perjodohan itu akan terjadi." Ujar Luke.
"Tidak akan. Cari solusi lain."
"Baiklah, sepertinya ini akan cocok denganmu. Akan ku carikan wanita untuk kau nikahi besok, setidaknya untuk sandiwara."
Caesar menahan tangan Luke yang hendak pergi, terlihat kini sorot matanya berbeda. Tajam dan sangat mengikis. "Aku tak main-main dengan pernikahan, apapun bentuk wanita yang kau bawa aku tak akan menikahinya."
...~...
Seorang wanita cantik dengan rambut indah bergelombang, keluar dari mobil. Ia menghirup udara segar, melepas kacamata hitam untuk tak menghalangi pemandangan indah yang disuguhkan langit malam. Jemari kakinya yang lembut dan mulus dibiarkan menerpa hamparan pasir pantai.
Tak lama, dari belakang sebuah tangan kekar melingkar pada perutnya. Tampak ia terperanjat mendapati itu. "Diego?."
"Sepertinya kau menyukai tempat ini, Ariana." Lirihnya parau, meletakan wajahnya di leher jenjang wanita itu, Diego mencium aroma manis yang dikeluarkan tubuh Ariana. Menyusuri leher indahnya.
"Ya aku menikmatinya." Lirih Ariana yang menghindar dari sentuhan Diego. "Ini tempat umum, jangan lakukan itu."
"Kenapa? Kau calon istriku. Daerah ini VVIP dan penghuninya bukan orang sembarangan, jadi mereka pasti tak akan mengganggu."
"Maksudku bukan begitu..."
Bersamaan dengan itu handphone Diego berdering hingga lebih dari satu kali, ia melihat siapa yang menghubunginya. Tertera nama kontak 'Sofia' di sana. Ariana yang melihat, langsung melirik Diego. Sofia merupakan saudara sepupunya. "Angkatlah, bukankah ada kerjasama bisnis diantara kalian? Semakin berisik jika dibiarkan."
Diego tak langsung menjawab ia memasukkan handphonenya lagi. "Aku akan segera kembali setelah menemuinya."
"Iya."
Pria itu pun berlalu.
Ini sangat kebetulan sekali, Ariana yang memilih menghabiskan liburannya di Hawaii tak sengaja mengetahui fakta bahwa Sofia sepupunya juga ada di sana.
45 menit berlalu, Diego tak kunjung datang. Ariana menatap handphonenya namun tidak ada pesan di sana. "Apa yang mereka obrolkan? Aku tak mau menunggunya lebih lama." Ia kelelahan selama perjalanan jadi membutuhkan istirahat.
Karena tak kunjung mendapat balasan, Ariana melangkah menuju tempat kediaman Sofia di sebelah barat. Terlihat dari kejauhan Sofia dan Diego mengobrol di halaman belakang, Ariana mendekat dan hendak masuk. Akan tetapi langkahnya terhenti setelah mendengar percakapan mereka.
"Kau mengikuti ku hingga ke sini karena yakin bahwa itu anakku!?." Ujar Diego menatap berat perut wanita di hadapannya.
"Siapa lagi? Kau lupa waktu itu kau tak memakai pengaman Diego. Anak ini darah dagingmu dan aku mengatakannya sekarang. Jadi jangan egois, jangan Ariana yang kau pikirkan. Aku lebih penting!." Balas Sofia.
Ariana yang mendengar itu membeku, rasa lelahnya seketika hilang berubah menjadi jijik yang memuakkan penuh amarah. Bagaimana bisa jika sepupunya dan tunangannya menjalin hubungan gelap di belakang, dan kini Sofia mengandung.
"Tidak Sofia, beri aku waktu untuk berpikir." Diego menepis tubuh Sofia.
"Beri waktu apa? Aku meminta kepastian mu Diego. Kau jangan gila ya!." Sergahnya. "Lakukan sesuatu.."
"Menikah saja kalian, sepertinya itu sangat cocok." Lirih Ariana yang tiba-tiba ada di sana, dan berhasil membuat keduanya terperanjat.
"Ariana!.." Diego terkejut bukan main, ia segera meraih tubuh wanitanya penuh rasa panik. "Tidak, kamu dengar penjelasan aku dulu. Dengarkan aku!."
PLAK!
"No!." Sofia segera meraih tubuh Diego yang terdiam akan tamparan keras Ariana. "Kau!."
"Itu sudah cukup jadi jawaban, hubungan kita berakhir!." Selepas mengatakan itu Ariana melangkah pergi meninggalkan kediaman Sofia.
"Apa! Tidak akan Ariana!." Diego mengejar wanitanya meninggalkan Sofia. "Ariana! Berhenti! Hei!."
"Diego kembali!." Ujar Sofia tak terima.
Tidak ada rasa ingin menangis, Ariana bukan wanita seperti itu yang ada ia jijik dan sangat menyayangkan waktu berharganya untuk menjalin hubungan dengan pria seperti Diego. Pengkhianatan yang tak terduga, hatinya cukup sesak. "Sialan! Kenapa harus Sofia."
Melihat Diego yang mengejar di belakang, Ariana memasuki tempat gelap. Ia sudah tak mau bicara lagi. "Apa yang dia pikirkan? Berhenti mengejar ku!."
"Ariana kau tidak bisa pergi begitu saja, ayo kita bicara. Kau tetap calon istriku!." Ujar Diego yang memicingkan matanya untuk melihat arah kabur Ariana di tempat gelap.
Melihat sorot mata Diego yang berubah, Ariana tahu pasti Diego beringas tak akan melepaskannya. Ini bukan sesuatu yang baik apalagi aman, Ariana mengalami hal apes lagi saat kakinya tergores ranting di kegelapan. "Akh.." Namun ia berusaha menahannya agar tidak ketahuan Diego.
"Ariana jangan diam begitu, aku tetap akan mendapatkan mu ha!." Dengan seksama Diego mencari Ariana di tempat gelap. "Dimana kau!."
Gawat!
Ariana yang mengendap-endap sudah tak tahu saat ini posisinya di mana, sekilas di balik pepohonan terlihat ada cahaya lentera. Ia rupanya di belakang halaman salah satu kediaman VVIP tempat wisata itu. Rasa panik semakin menguasai diri saat Diego semakin mendekat, namun jika ia melangkah ke depan pasti akan ketahuan.
Mata indah Ariana tertuju pada pintu kecil yang berada lebih tinggi dari jendela, hanya pintu itu yang bisa ia jangkau. Ariana sudah tak peduli lagi dan memilih masuk ke sana setidaknya bisa aman dari kejaran Diego. Ia menggigit bibir bawahnya tat kala Diego melewati tempat persembunyiannya.
"Apa yang sedang ku alami ini!." Ariana tak menduga rasanya ingin menjerit, saat ini rupanya ia sedang berada di dalam atap dari salah satu kediaman VVIP.
"Ini gelap sekali.."
Sementara itu.
"Pernikahannya tidak bisa kau hindari tuan Caesar.." Ucap Luke lagi.
"Kau benar. Tapi aku tidak mungkin menikahi wanita sembarangan walaupun demi sandiwara, maksudku berikan jodohku langsung!." Dingin Caesar tanpa menerima penolakan.
Ariana yang samar-samar mendengar percakapan itu terdiam, sepertinya pemilik kediaman sedang membahas hal serius. "Aku akan keluar setelah Diego sialan itu pergi."
Kriett!..
Deg
"Tunggu.." Ariana tersadar sesuatu. Plafon kediaman ini memang kuat tapi saat ini ia duduk di tengah-tengah nya tanpa kayu penyangga. Kemungkinan besar roboh 80%. "No! tidak mungkin."
Kembali ke bawah.
"Aku tahu aturanmu, tapi saat ini hanya itu satu-satunya solusi tuan Caesar." Timpal Luke lagi.
Caesar yang mendengar itu semakin frustasi, ia tak suka terlibat dalam hal tak penting seperti menikahi wanita random untuk sandiwara. Ia menghempaskan tubuh kekarnya itu di sofa, menatap langit-langit ruangan sebelum membuat keputusan. "Jika bisa, sekarang turunkan saja jodohku dari langit Tuhan..."
Kriett.. Kriett..
Semua yang ada di ruangan itu seketika menatap ke arah plafon, termasuk Caesar. Ia mengerutkan kening saat bunyi retakan semakin keras. "Apa itu?."
Ariana yang panik segera bersiap untuk pindah tempat, namun sayang keberuntungan sepertinya tak berpihak. "No..."
"Apa itu tikus?." Lirih Luke lagi pada bodyguard yang lain.
"Tidak mungkin tuan, ini VVIP. Akan saya periksa."
Kriett!.. Kriett!!..
"NO!!!!." Teriak Ariana.
Sedetik kemudian..
BRUKKH!.
Semua orang tercengang. Tepat di hadapan sosok Caesar, di atas meja, juga disaksikan semua orang. Seorang wanita berparas jelita jatuh dari atas dengan terengah-engah. Nampak sedikit goresan pada kaki jenjangnya yang indah dan mulus.
Suasana yang sebelumnya gemuruh kini berubah menjadi hening membisu. Semua mata tertuju pada sosok wanita jelita yang berada di tengah-tengah mereka seperti hidangan itu. Mereka menganga seolah mencari jawaban atas kejadian yang cukup diluar akal ini. Bahkan Caesar, pimpinan dingin yang tak berperasaan diam tak berkutik untuk beberapa detik.
"Noooo...." Sisa suara Ariana perlahan mengecil, ia kini sadar apa yang sedang di alaminya. Tatapan para pria bertubuh tinggi di sekelilingnya terasa mengintimidasi. Tidak, yang paling mengikis adalah tatapan pria di hadapannya yang berada duduk di tengah-tengah. Wanita cantik itu menelan salivanya dengan susah, beberapa menit yang lalu Ariana sudah mengalami hal apes dan cukup menyesakkan hati. Lalu kini ia terjatuh dari atap, dan di hadapkan dengan kejadian yang sangat memalukan seperti ini.
Jangan begini, aku harus segera bangun dan pergi dari sini.
Dengan tertatih dan menahan rasa sakit di pinggang, Ariana mencoba bangkit. Kakinya sedikit gemetar, rasanya Ariana ingin menghilang saja ternyata ngilu yang dirasakan sangat luar biasa. Tapi itu kalah dengan rasa malunya, mau dikemanakan harga diri seorang Ariana.
"Dia.. Turun dari langit?." Bisik Luke pelan nyaris tak bersuara.
Caesar menatap Ariana dengan raut wajah yang sulit diartikan. Terkejut, bingung, marah, tetapi seperti jawaban dari teka-teki yang tiba-tiba lengkap. "Siapa kau?."
Dengan susah payah Ariana bangkit, saat ia hendak menjawab pertanyaan Caesar tubuh Ariana hilang keseimbangan. Mata indahnya melotot menyadari tubuhnya condong akan jatuh dan...
No Ariana!...
HAP!
Deg
Sekretaris Luke dan yang lain seketika menutup mulut, saat tubuh wanita itu kini jatuh tepat di atas pangkuan seorang Caesar Castillo Grayson. "Tuan?.."
Rasanya Ariana ingin memaki kencang dirinya. Ia panik dan hendak turun dari atas tubuh pria asing itu. Dia terlihat berbeda dari pria lain yang ada di sana, auranya kuat dan mengintimidasi. Ariana sadar sesuatu bahwa pria yang didudukinya sepertinya pimpinan mereka. "Aku.. Jangan salah paham, aku hanya tersesat dan bersembunyi di atapmu. Akan ku ganti rugi semuanya."
Caesar tak langsung menjawab, dengan jarak sedekat ini ia bisa melihat jelas setiap inci kecantikannya."Menarik, apa ini jawaban dari tuhan langsung?."
"Ya?.."
Ariana tak paham maksudnya ia segera mengalihkan pandangan dari sorot mata tajam pria itu, saat ini ia tak mau memikirkan apapun dan segera ingin pergi. "Kediaman ku di sebelah selatan nomor 5, datang esok hari saja untuk mengambil tebusan ganti rugi."
Mendengar ucapan itu tidak ada reaksi apapun dari Caesar. Ia hanya diam.
Setelah turun dari pangkuannya, Ariana melangkah menuju pintu utama untuk keluar.
Tok tok tok!
"Permisi, apa pemilik kediaman melihat wanita dengan dress maron?." Ujar dari luar.
Deg
Langkah Ariana seketika terhenti saat mendengar suara Diego di balik pintu itu, di buka saja pintunya ia kembali bertemu dengan pria yang begitu ia hindari. "Tidak!."
Tok tok tok!
"Hei tuan bisa buka sebentar! Wanita itu kabur ke arah kediaman ini jadi buka biar ku pastikan langsung!." Ulang Diego yang pikirannya sudah kemana-mana.
Mendapati itu Ariana langsung putar arah dan menahan tubuh kekar Caesar yang hendak membuka pintu. Nampak wajah cantiknya terlihat panik. "Tidak, jangan dibuka kumohon!."
"Aku akan memberikan imbalan besar jika kau mau bekerjasama." Serius Ariana.
Tok tok tok!
"Aku yakin di dalam ada banyak orang, bisa buka pintunya!." Ujar Diego sangat tak sabar. "Hei!."
Ariana yang panik tetap menahan tubuh besar pria itu. "Jangan dibuka! Aku sudah melewati hal menjijikan."
Melihat wajah cantiknya yang resah dan kalut ada kesenangan di sana, sementara Ariana semakin kepanasan karena reaksi yang ditunjukkan Caesar yang masih tidak ada jawaban.
"Apa imbalan yang akan ku terima jika menolong wanita asing sepertimu?." Lirih Caesar.
"Apa yang kau butuhkan dan inginkan saja." Timpal Ariana.
Caesar tak langsung menjawab, mata keduanya bertemu. Seolah tak sabar kalimat apa yang akan diucapkan selanjutnya.
"Katakan saja." Ulang Ariana.
"Kita menikah besok."
"APA KAU GILA?!."
Diego mengerutkan kening saat samar-samar mendengar suara familiar. Ia menempelkan telinganya pada pintu."Hei buka pintunya! Ariana kau di dalam kan? Buka!."
Tok tok tok!
Dengan segera Ariana menutup mulutnya, dia hampir ketahuan karena teriak akan ulah pria asing di hadapannya. Kini ia beralih menatap tajam Caesar. "Aku tidak becanda ya!."
"Kau pikir aku juga becanda?." Timpal Caesar.
Ariana benar-benar tak diberikan waktu untuk bernafas, mana yang dinamakan liburan bersenang-senang? Ia malah mendapat banyak sekali keanehan yang diluar nalar.
"Hanya itu yang ku inginkan, aku membantumu terlepas dari pria gila itu maka kau juga harus membantuku melakukan hal gila-gilaan." Ujar Caesar tak menerima penolakan.
Sangat tak habis pikir sekali bagi Ariana. "Menikah bukan permainan!."
"Aku juga berpikir begitu."
"Lalu?."
"Lakukan saja, ini hanya berlaku selama 21 hari." Caesar menyesuaikan dengan sisa jadwal tugasnya selama berada di Hawaii.
Kini Ariana paham maksudnya, ya pernikahan kontrak. Tapi ia ingat bahwa ia berada di Hawaii tak akan selama itu. Sangat menjijikan mengingat harus satu tempat dengan Diego dan Sofia, pasangan yang bermuka dua. "Tidak, maaf. Sepertinya aku tak bisa."
Caesar terdiam mendengar jawaban itu. "Baiklah. Luke, buka kan saja pintunya."
"Ya."
Ariana menunduk, tangannya meremas kuat ujung baju. Hatinya bergemuruh mengikuti setiap langkah kaki Luke yang akan membukakan pintu. Ia sangat tidak siap tapi berada lama di kota itu juga tak mau.
No, aku tak mau! Bagaimana ini??...
Saat Luke hendak memegang gagang pintu...
"Stop!." Ariana kembali menatap wajah tampan pria asing itu.
"Baiklah, mari kita menikah."
Cklek.
Diego yang hendak mengetuk pintu lagi seketika berhenti, saat pintu utama kediaman itu dibuka. Kini di hadapannya berdiri seorang pria bertubuh tinggi dan kekar. Ketampanannya terlihat sempurna, seperti lukisan yang dipahat dengan indah. Terasa tidak asing dengan wajahnya. Tak lama Diego sadar dan ingat, bahwa di hadapannya saat ini adalah penerus Grayson Company dengan di dampingi sekretarisnya Luke.
Pria yang amat disegani itu? Bukankah perusahaannya berada di Los Angeles? Kenapa ada di sini?.
"Maaf jika aku mengganggu malam-malam, apa kau melihat wanita yang ku maksud tadi?." Ujar Diego terus terang, sudut matanya melirik ke dalam kediaman. Mencari-cari sesuatu.
"Tidak, silahkan pergi. Kami sedang berada di dalam tidak melihat wanita lewat saat di luar." Lirih Caesar yang mengamati pria di hadapannya.
Diego mengerutkan kening, hatinya ganjal seolah itu pengakuan yang salah. "Bisa saya memastikan langsung ke dalam?."
Luke segera menahan tubuh Diego. "Ini privasi kami, tolong jangan melewati batas. Di sini tidak ada wanita yang anda maksud tadi."
"Melewati batas? Tadi aku mendengar dengan jelas bahwa dari dalam kediaman ini terdengar suara kekasihku!." Tegas Diego dengan nada yang cukup tinggi, ia tak peduli saat ini sedang berhadapan dengan siapa yang ia inginkan adalah Ariana.
Kekasihnya ya...
Caesar diam tak langsung menjawab.
"Aku rasa bukan hanya kekasihmu saja yang memiliki suara seperti itu." Timpal Caesar datar.
"Apa? Di dunia ini tidak ada yang memiliki suara yang sama. Lantas suara siapa yang tadi itu!." Ujar Diego yang benar-benar ingin memastikan langsung saat tak sengaja melihat plafon rumah itu bolong, kecurigaannya menguasai diri.
"Tahan diri anda!." Luke jadi kesal dengan tamu yang tak sopan ini, bisa-bisanya ia bersikap demikian terhadap Caesar.
Diego mengatur nafasnya berusaha meredam amarah, tatapan Caesar cukup mengganggu. "Oke, lantas jika suara wanita itu bukan kekasihku. Siapa dia?."
"Calon istriku."
"Bisa aku memastikannya?."
"Tidak perlu." Datar Caesar.
Diego terdiam. Itu alasan yang masuk akal juga, tetapi hatinya entah kenapa tetap berkata lain. Kemana kaburnya Ariana ini?.
"Sudah jelas, silahkan kembali." Lanjut Luke yang menutup pintu itu.
Diego sangat resah, berapa kali pun menghubungi Ariana itu tidak ada hasilnya. Dengan terpaksa ia memilih pergi dan akan menunggunya di kediaman yang sudah disediakan untuk Ariana, berharap ia pulang nanti dan mau bicara setelah amarahnya reda. "Sial!!."
Ariana melihat kejadian itu dari celah jendela. Setidaknya ia kini bisa bernapas lega.
"Jadi dia kekasihmu?."
Wanita cantik itu terhenyak dengan kehadiran Caesar. "Bukan! Hubungan kita sudah berakhir beberapa menit yang lalu."
Caesar tak langsung menjawab. Ia diam sejenak dengan mengamati wanita di hadapannya. "Sepertinya dia tak menganggap begitu, lalu bagaimana dengan besok? Apa aku akan menikahi kekasih pria lain?."
Ariana memijit pusing kening. "Sudah ku bilang dia bukan kekasihku lagi! Jika kau terganggu dengan itu maka batalkan pernikahannya dan pilih wanita lain."
Sudut bibir Caesar terangkat mendengarnya. Wanita di hadapannya ini sangat berbeda dengan kebanyakan wanita yang ia temui di luaran sana. Tidak ada liukkan tubuh untuk menggoda, atau bahkan rayuan manis untuk memancingnya.
"Mana mungkin dibatalkan, bantuan ku barusan tidak gratis dan sangat langka." Timpal Caesar.
Ariana tahu itu, ia menghela nafas berat. Apa kehidupan ini sedang becanda? Beberapa menit yang lalu ia baru putus dari kekasihnya, lalu tak lama lagi ia menjadi calon istri dari pria lain. Bahkan orang tuanya tidak tahu, dan Ariana tak mau memikirkan itu karena ini hanya pernikahan kontrak yang akan segera berlalu.
Para tukang datang untuk memasang plafon yang baru, bersamaan dengan itu seorang wanita berpenampilan rapi menghampiri Ariana dengan kotak obat di tangan. Ariana sedikit terkejut mendapati itu.
"Luka goresan nona harus diobati, sehingga saat pernikahan besok tidak ada lagi rasa ngilu." Jelas Luke.
Wanita cantik itu tak membantah, sudut matanya melirik Caesar yang sepertinya sedang sibuk menelpon dengan seseorang di atas balkon sana. Pembahasannya terlihat penting sekali.
Jika melihat penampilannya, ia terlihat seperti pria yang banyak memiliki wanita. Sosok Caesar sedikit tak asing, tapi siapa? dan melihat dimana? Pikiran Ariana menerawang kemana-mana.
"Luke, ambil cuti selama tiga hari untuk acara keluarga dan pernikahan. Setelah pengobatan nya selesai, kita akan kembali ke apartemen sekarang juga." Ujar Caesar dengan sudut mata melirik Ariana.
"Baik tuan." Luke segera mengatur semuanya, selama tiga hari ini ia juga akan sibuk mengurus pernikahan.
"Tunggu, apa aku boleh bertanya?." Timpal Ariana.
"Katakan."
"Kenapa kau memilih diriku untuk menjadi istrimu? Maksudku banyak wanita lain yang lebih jelas dan pantas, untuk pernikahan ini aku bahkan tidak membawa keluarga. Apa alasannya? Apa itu mendukung untuk pernikahan kontrak?." Ariana masih berharap ada celah untuk membatalkan.
Caesar tak langsung menjawab. Luke sendiri tak paham dengan tuannya, padahal sebelumnya atasannya itu menolak menikah dengan wanita pilihan manapun. Tetapi Ariana? Tidak ada pengecualian baginya.
"Karena kau wanita yang jatuh dari langit."
Ariana tercengang hingga menganga. Luke hanya bisa tersenyum getir mengingat do'a atasannya tadi.
"Hei! Sudah ku bilang aku hanya kabur dan sembunyi di atapmu." Ujar Ariana.
"Entahlah... Aku rasa ini bukan sekedar kebetulan." Lirih Caesar yang seraya pergi berlalu dari ruangan itu.
"Maksudmu?."
"Jangan banyak tanya, setelah ini kita akan pulang ke apartemen."
Ariana terdiam banyak sekali pertanyaan dalam benaknya.
"Jangan terlalu dipikirkan nona, mari kita berangkat pindah untuk persiapan menikah besok." Ujar Luke. Ia tahu atasannya bukan orang yang mengambil keputusan sembarangan apalagi tidak menguntungkan baginya. Alasan memilih Ariana, hanya Caesar sendiri yang tahu.
Setelah mengobati luka goresan, Ariana pun berangkat untuk pindah menuju apartemen yang dimaksud. Di mana di sana akan mempersiapkan semuanya, untuk melangsungkan pernikahan besok.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!