APAPUN yang bisa menaikkan abangku dikelas selanjutnya.
"Jingga, tolong donk kerjaan PR ku nanti aku belikan kamu coklat" ujar abangku
"Ga bisa, aku lagi banyak tugas juga" kataku pada abangku
"Yaelaahh..." Dia pun langsung keluar Dari kamarku
Waktu terus berjalan, hingga aku lulus sekolah Dan aku berniat melanjutkan keperguruan tinggi.
"Mah, aku mau lanjut study keperguruan tinggi" ujarku
Mamaku langsung menengok kearahku dengan ekspresi yang Tidak ENAK.
"Ga perlu kuliah segala, udah langsung cari kerja aja. Perempuan ngapain sekolah tinggi-tinggi, larinya kedapur juga. Lihat tuh anaknya bu yayah ga kuliah bisa dapat suami orang kaya, tampan pula" lalu bangkit dari duduknya meninggalkanku begitu saja.
Rasa sesak menyeruak didadaku, sejak duduk dibangku sekolah SMP dan SMU mamaku selalu acuh. Padahal aku terbilang berprestasi disekolah, dan aku Tidak pernah menyusahkan orangtua yang merongrong beli ini itu. Aku berusaha menimalisir apapun kondisiku, tapi jika menyangkut urusan abangku. Mamaku selalu mengedepankannya, meminta sepatu keluarkan terbarupun langsung dibelikan.
Akhirnya memilih untuk bekerja, bertekad mengumpulkan uang agar aku bisa kuliah. Aku mulai mencari pekerjaan,menanyakan keteman-temanku mainku yang berada disekitar rumah. Teman yang aku tanyakan adalah Santi, ia Dan mamanya selalu BAIK padaku.
"Santi tolong carikan aku kerjaan donk..." Ujarku
"Hemm...waktu itu sich ada, nanti aku tanyakan lagi keteman aku Dan langsung kabarin kamu yaa" janji Santi padaku
"Oke san, thx yaa udah mau bantu aku" sambil ku menangkup kedua telapak tanganku
Setelah selesai pembicaraanku dengan Santi, aku pun pamit Dan pulang menuju rumahku. Mamaku sudah berada diruang tamu dengan ekspresi yang sangat marah. Entah apa yang buat beliau marah, padahal aku pergi sudah izin padanya.
"Bagus yaa kluyuran terus! " Sambil bertelak pinggang mamaku
"Kluyuran gimana sich mah? Aku Kan tadi udah izin mau kerumah Santi, menanyakan pekerjaan ke dia. Biasanya dia punya info lowongan pekerjaan, mama sendiri yang bilang kalau aku harus kerja" Aku mencoba memberi pengertian ke mamaku.
"Alahhh... Kerjaan PALING ditoko kalau info Dari dia! LEBIH BAIK kerja diskotik aja! Gaji besar, dapat uang tip tiap hari. Mama baru aja dikasih Tau sama bella!" Bella adalah sepupuku, hidupnya Las Vegas alias bablas.
"Astaqfirullah... Tempat laknat seperti itu yang mama inginkan aku ada disana?! Mama yaqin aku harus bekerja ditempati seperti itu?! " Tanpa terasa airmata mengalir dengan sendiri, disaat aku mengatakan itu.
"Iyaa mama yaqin! Ditempat itu nantinya kamu akan mendapatkan jodoh orang kaya! Uang kamu banyak! Hidup senang! Udahlah ga perlu banyak MIKIR! Pokoknya besok kamu harus datang kesana, ditemani bella!" Ujar mamaku dengan mengebu-gebu.
Tak ada lagi kata yang bisa aku uraikan untuk menjawabnya, karena dadaku terasa sesak. Sejak kecil, mama selalu saja mengintimidasiku Dan aku harus mengikuti semua keinginannya. Dari caraku berpakaian, aku harus berteman dengan siapa. Setiap Kali ada lelaki menyukaiku, mamaku langsung bertindak Dan mengintrogasi. Kalau lelaki itu Tidak SESUAI ekspektasi nya,maka seluruh akses akan dikunci agar Tidak bisa bertemu dengan ku.
Didalam kamar aku menangis, ingin sekali berontak tapi aku tak Tau gimana caranya. Aku sangat takut sekali disaat mamaku mengeluarkan senjata "anak durhaka". Kata-kata itu sangat mengerikan dalam pikiranku, sering Kali aku bertanya pada diriku. Apakah benar aku anak kandungnya? Kalau benar aku anak kandungnya, Kenapa mama selalu bersikap arogan Dan otoriter terhadap diriku? Kalaupun aku bertanya pada papa, ujung-ujungnya keputusan itu akan dikembalikan lagi ke mamaku. Papaku sosok pengalah pada istri, saking mengalahnya terlihat tak miliki prinsip.
Dan aku terus berpikir keras, apakah aku harus bekerja ditempat seperti itu?
Bersambung
Pada akhirnya jingga menyerah dengan keadaan, ia pun mengikuti keinginan mamanya. Dengan ditemani sepupunya bella, jingga menginjakan kakinya ditempat laknat. Sesampai ditempat tersebut, bella menyuruh jingga duduk dan bella pun masuk kedalam sebuah ruangan yang dikatakan kantor didalam diskotik.
"Kamu tunggu dulu disini, aku masuk dulu beritau mereka" Ucap bella
"Iyaa" jawabku singkat
Setelah bella masuk kedalam, mataku mengitari penglihatan pada tempat durjana yang akan aku kunjungi setiap hari. Hatiku berdegub dengan kencang, setelah melihat beberapa perempuan dengan pakaian super seksi sambil merokok. Mereka melihatku dengan tatapan yang tajam, hatiku mulai gelisah karena bella tak kunjung keluar Dari ruangan itu.
Disaat aku mulai bosan, 20 menit kemudian bella keluar Dan berkata
"Hayoo masuk, bos mau interview kamu" ujar bella, aku hanya menganggukan kepala tanpa berkata.
Dalam ruangan itu ternyata ada Dua orang lelaki, yang satu sudah tua sekitar berusia 50 tahunan Dan yang satunya Masih muda. Mereka berdua melihat jingga Dari atas sampai kebawah, Dan Dari bawah sampai keatas. Lalu lelaki yang tua berkata
"Kamu diterima bekerja disini" Ujarnya
"Pekerjaan saya apa pak?" Tanyaku
"Sebagai Lighting, kamu ga perlu khawatir. Nanti ada yang membimbing kamu" Ucapnya
"Hanya Lighting pak? Ga yang aneh-anehkan pak?" Tanyaku dengan takut
"Iyaa hanya itu, Dan saya Tau ini pertama kalinya kamu bekerja didiskotik. Bella udah cerita tentang kamu, jadi saya ingin melihat selama 3 bulan perkembangan kamu" Jelasnya padaku, sambil menatapku dengan tatapan yang tajam. Lalu pak sam berkata lagi
"Saya yaqin diskotik ini akan semakin ramai pengunjung dengan adanya kamu" Tegasnya padaku
Jingga sosok wanita yang cantiq, banyak pria yang suka padanya. Rambut lurus panjang Dan lebat hitam, alis yang bagus, mata yang teduh, hidung mancung, bibir sensual Dan tinggi badan 160cm, berkulit putih. Sebab itulah pemilik diskotik yang bernama Sam menerima jingga bekerja ditempatnya, karena Sam Tau kalau jingga sosok wanita yang polos namun berprinsip.
Jingga bertanya lagi "Tapi saya ga bisa berpakaian seperti mereka yang ada disini pak, izinkan saya berpakaian yang saya PAKAI sekarang pak" Permintaan jingga pada pak Sam, jingga berpakaian t-shirt warna hitam Dan denim warna hitam juga.
Pak Sam pun tersenyum Dan berkata
"Pakailah senyaman yang kamu mau, special untuk kamu. Saya Tidak mengharuskan kamu berpakaian seperti mereka yang kamu lihat Dari diluar ruangan ini. Mereka itu LC, jadi mereka berpakaian seperti itu, paham jingga ?"
"Yaa pak, saya paham" Rasa lega menyeruak didalam diri jingga
"Siapa nama panggilan mu?" Tanya pak Sam
"Ungge pak" Jawab ku
"BAIK ungge, mulai besok kamu mulai bekerja. Dimulai jam 9 pm s/d jam 2 am" Penjelasan pak Sam
"Loh kata bella jam 5 sore pak?" Tanyaku ke pak Sam
"Bella LC, dia jam kerjanya LEBIH cepat. Apa kamu seperti bella aja?" Ujar pak Sam
"Ahh...nggak pak! Sa-saya TETAP lighting" jawabku gugup
"Yaa udah, besok kamu mulai kerja. Sekarang kamu bisa pulang" Ucap pak Sam, aku menjawab dengan anggukan kepala Dan pamit untuk keluar Dari ruangan tersebut.
Diluar ruangan ternyata Bella, sedang menungguku. Dia berujar
"Diterimakan? Jadi apa LC seperti aku Kan?" Tanyanya
"Yaa aku diterima, tapi bukan jadi LC tapi lighting" Jelasku
"Haa??? Kok bisa?? Kamu Kan ga ada pengalaman diposisi itu!" Kesalnya
"Manaku Tau, tanyakan aja pada pak Sam. Aku SESUAI arahannya, kalau aku jadi LC. Aku ga akan mau! Apalagi disuruh berpakaian seperti mereka.... Iihh seeeremm... Ditempat ini aja udah serem, apalagi dengan pakaian seperti itu" Jawabku santai sambil mataku melihat kemereka.
"Eeehh... Tuh mulut mau aku kasih oli bekas?!" Sewot bella
"Hayooolaaahh... Mana olinya" Tawaku melihat ekspresi bella, Dan kamipun tertawa bersama. Sebenarnya bella sosok yang BAIK Dan perhatian. Hanya saja dia harus hidup Mandiri, dikarenakan ibunya yang selalu banyak tuntutan alias matrealistis. Setali tiga uang dengan mamaku.
Sebelum pulang kerumah, bella mengajakku makan diluar. Bella banyak bercerita, LEBIH tepatnya curahan HATI. Aku seperti biasa mendengarkan ceritanya, disaat aku diminta pendapatku dengan ceritanya. Baru lah aku memberikan pendapatku atas ceritanya, Karena Tidak semua orang suka dikomentari pada saat curhat. Ada saatnya kita mendengarkan, Dan ada saatnya kita memberikan pendapat.
Setelah curhat panjang Kali lebar, kami menuju rumah masing-masing. Sesampainya aku dirumah, mamaku sudah menunggu dengan harap.
"Gimana...gimana... Diterimakan?" Tanya mamaku antusias
"Iyaa diterima" jawabku sekenanya.
"Terus gajinya besarkan?" Tanyanya memaksaku
"Iyaa mah" jawabku kesal
"Nah gitu donk, sekali-kali nurut sama mama. Percaya dech hidup kamu akan ENAK" Ujar mamaku dengan senyum lebarnya.
"Huuuhh...." Aku tinggalkan mama, menuju lantai atas. Aku masuk kedalam kamar, Dan merebahkan diriku diatas kasur dengan menatap langit-langit kamar. Pikiranku mulai berkelana, kehidupanku akan berubah dengan pekerjaan yang diluar ekspektasiku.
Lalu aku bangkit dari rebahanku, mengambil handuk menuju kamar mandi. Selesai mandi Dan aku bersiap-siap hendak melaksanakan shalat magrib, setelah selesai shalat aku curhat kepada Allah.
"Yaa Allah... Ampuni dosa-dosaku Dan dosa kedua orangtua ku. Yaa Allah... Apakah ini jalan hidup yang Engkau pilihkan untukku?" Airmataku mengalir dengan deras, hatiku serasa hancur. Kondisi yang akan menghancurkan harga diriku sebagai wanita. Tak pernah terbayangkan ini menjadi akhir Pilihanku.
Setelah selesai shalat, aku keluar kamar menuruni anak tangga. Aku melihat papa sedang duduk diruang tamu, sedang membaca buku. Lalu aku menghampiri beliau.
"Pah..." Sapaku
"Eh kamu sayang, sini duduk" sambil menepuk bangku, agar aku duduk disebelah beliau.
"Pah, besok aku mulai bekerja didiskotik sebagai Lighting. Apakah papa bisa menerima itu semua?" Aku menatap wajah papaku, terlihat jelas kesedihan diwajahnya.
"Mamamu terlalu terobsesi dengan kekayaan, HINGGA semua Hal parameternya hanya uang Dan harta. Kemarin papa adu mulut mamamu, karena papa ga pernah ridha kamu bekerja ditempat seperti itu! Tapi mamamu bersihkeras maunya TETAP maunya, maafkan papa yang Tidak bisa melindungi kamu dan papa bukan ayah yang BAIK untuk kamu sayang. Ingin rasanya papa pergi sejauh-jauhnya, maafkan papa...sekali lagi maafkan papa" Sambil menunduk beliau mengusap airmata yang mengalir.
"Aku Tau pah ini udah keputusan mama, aku pun belum bisa melawannya. Papa ga usah merasa bersalah atas kondisiku, insya Allah...aku baik-baik, selama papa ada buat aku. Disaat aku butuh tempat cerita" Ujarku kepada papa, karena hanya beliau tempat aku bercerita. Aku bukan tipe wanita yang suka menggumbar kesedihan dan masalah kesetiap orang, walaupun aku miliki shahabat. TETAP saja aku tak bisa menceritakan kondisiku pada shahabatku, aku takut suatu saat jika terjadi masalah akan dijadikan senjata untuk melemahkanku.
Keesokan hatinya, aku sudah mulai bersiap-siap untuk mulai bekerja ditempat yang penuh dengan kemaksiatan. Mampukah aku mempertahankan prinsipku, ditempat seperti itu?
Bersambung
Aku sudah tiba ditempat kerja 30 menit sebelum waktunya, banyak mata melihat kearahku. Terutama mata lelaki yang melihatku dengan sangat intens, dan lelaki itu mulai mendatangiku dan berkata
"Hai... Namaku Jonathan, kamu baru disini?" Sapanya dengan memperkenalkan DIRINYA, tapi darimana dia bisa Tau kalau aku baru disini?
"Hi... Aku ungge, Iyaa baru kesini dan aku ada disini untuk bekerja sebagai Lighting" Tegasku padanya
"Owh ternyata kamu orangnya, pak Sam udah bilang ke aku kalau ada Lighting baru. Hayoo ikut aku ke stage, aku ajarkan cara mainnya. Walau aku seorang DJ. Tapi aku bisa mengajarkanmu memainkan lampu" Celotehnya padaku
"Baiklah..." Jawabku singkat
Lalu Kami berjalan menuju stage, ternyata setelah membuka PINTU stagenya. Terlihat ada 1 lelaki dan 2 perempuan, pakaiannya modis tapi Tidak seronok atau LEBIH tepatnya elegant.
"Guys kenalkan ini ungge, dia lighting baru Dan belum ada pengalaman sama sekali. Tugas Dari pak Sam agar kita mengajarkan ungge, kalian bersedia?" Penjelasan Dari Jonathan kepada teman-temannya.
Lalu satu per satu mempernalkan DIRINYA, aku pun membalasnya dengan memperkenalkan diriku. Setelah itu mulailah Johnathan dan uchi bergantian mengajarkanku.
"Mainkan lampu SESUAI musicnya, kamu pahamkan ungge? " Ucap uchi menjelaskan, sambil tangannya mengutak atik tombol lampu diarea. Aku pun menjawab dengan anggukan kepala, kalau aku menjawab dengan ucapan. Tentunya aku berteriak, karena suara music yang sangat memekakkan telinga. Belum lagi asap rokok yang menyeruak begitu menyesakkanku untuk bernafas, lalu uchi berkata padaku
"Nanti kamu juga terbiasa, nikmati aja yang udah kamu pilih. Terkadang hidup ini kaya diperkosa, ga mau tapi harus mau. Kita ga punya pilihan lain, DARIPADA luntang lantung ga jelas. Ga ada yang bayar juga, dengerin orang rumah mulutnya kaya petasan Banting. Mending disini bisa happy, dibayar juga...hahaha" Uchi mencoba untuk provokasi dengan kondisi DIDEPAN mataku, dia bicara sambil merokok Dan memainkan asapnya disembur seperti bola-bola. Dan aku bisa merasakan kepedihan hatinya Dari setiap bait yang keluar Dari lisannya, walau terkesan acuh tapi dia Tidak mengabaikanku.
Waktu pulangpun tiba, aku merasakan ada orang yang memperhatikanku. Aku menoleh kiri kanan, ternyata ada dibelakangku. Seorang lelaki matang, namun sangat tampan seperti keturunan Arab. Aku langsung berbalik badan dan segera ku berjalan menuju lift, agar aku cepat sampai rumah. Disaat aku hendak masuk lift, lelaki yang tadi ku lihat ikut masuk kedalam. Didalam lift hanya ada kami berdua, aku melirik dari ekor mataku. Ternyata dia terus memperhatikanku, setelah lift berhenti buru-buru aku keluar dan berjalan dengan tergesa-gesa. Namun tiba-tiba ada yang menarik tanganku, disaat aku menoleh ternyata lelaki yang sejak tadi mengikuti ku.
"Lepaskan tangan saya! jangan kurang ajar yaa pegang-pegang tangan saya!" Sambil ku berontak dengan keras, agar terlepas dari cengkramannya.
"Iyaa saya lepaskan, tapi izinkan saya mengantarkan kamu pulang. Saya arul dan seorang Duda alias bukan suami orang, kedatangan saya ditempat ini bukan untuk mencari kepuasaan. Tapi urusan bisnis, kolega saya yang memilih tempat ini" Lelaki tersebut menjelaskan padaku.
"Terus... Hubungannya apa dengan saya?! Kenapa juga anda menjelaskan itu ke saya?!" Jawabku dengan kesal
"Jelas berhubungan..." Jawabnya sambil tersenyum
"Iihh.... Ga jelas banget anda! Udah yaa jangan ikuti saya lagi! Saya mau pulang! Lelah! Capek!" Sambil ku berjalan meninggalkannya.
Disaat aku sedang menunggu kendaraan umum, tiba-tiba Mobil berwarna biru berada DIDEPAN ku. Lalu membuka kacanya, dia berkata
"Hayoo... Saya anter kamu pulang, jam segini sulit dapat kendaraan. Saya janji ga akan macam-macam, karena kamu bukan wanita yang bisa diajak macam-macam. Saya bisa melihat Dari wajahmu... Izinkan saya mengantarmu pulang yaa" Arul terus membujukku dan meyakinkanku bahwa dia bisa dipercaya.
"Hemmm..." Aku terus bergumam, berpikir keras antara menerima tawarannya. Sedangkan waktu terus berjalan, mamaku pasti akan memarahiku walau dia yang menginginkanku bekerja ditempat itu. Papa sedang berada diluar kota, karena kakekku sedang sakit. Kalau saja papa ada, pasti papa yang akan menjemputku.
"Hayo cantiq... Hari semakin pagi, kamu butuh istirahat" Masih dengan senyumnya. Akhir nya aku menyetujui ajakannya
"Bukan berarti aku menerima ini sebagai wanita murahan yaa pak! Karena saat ini pilihan saya hanya ini, Dan anda jangan coba-coba kurang ajar atau berniat MELECEHKAN saya! WALAUPUN saya bekerja didiskotik, bukan berarti saya disama ratakan dengan yang lain" Tegasku pada Arul
Aku duduk disamping nya dengan tegap Dan TETAP waspada, kemungkinan terburuk bisa terjadi kapan saja dan dimana saja jika ada celah. Bukan berarti aku memberikan Arul celah, sebab itulah aku mengingatkan nya terus sepanjang jalan. WALAUPUN ia Tidak merespon dengan lisannya, namun dia merespon dengan bahasa tubuh nya. Anggukkan kepala dan senyum yang terus terbit Dari bibirnya, sesekali dia kontak mata dengan ku.
Mata yang menyiratkan sebuah kasih yang diperlihatkan padaku, senyum yang tak lentur. Akhirnya telah sampai DIDEPAN rumahku, disaat aku hendak keluar Dari dalam Mobil. Arul memegang tanganku, langsung ku tepis karena dia Mau menahanku lagi. Ternyata dia keluar Dari Mobil Dan membukakan PINTU untukku.
"Tanganku Masih lengkap! Kakiku Masih bisa berjalan! Ga perlu seperti itu pak Arul! Ucapkan dengan penekanan.
"Aku Tau karena terlihat jelas DIDEPAN mataku" Jawabnya
Lalu dia memanggilku, dan berkata
"Jingga... Wanita seperti mu Tidak layak berada ditempat seperti itu, jujur aku katakan. Aku jatuh CINTA saat melihatmu pertama Kali" Ekspresi wajahnya yang serius, membuatku tak mampu berkata apa-apa
"Keluarlah dari tempat itu, aku bisa memberikan mu pekerjaan yang menjanjikan keridhaan Allah" Aku terkejut dengan statementnya, disaat aku hendak menjawab. Arul berkata lagi
"Aku ingin mengenalmu, mengenal dirimu dengan BAIK. Jika kamu berkenan, kita bisa menjalin hubungan BAIK sebagai teman. Aku Tau usia kita terpaut jauh, tapi semua itu bukan halangan untuk kita saling mengenalkan?" Jelasnya padaku, sedari tadi aku hanya diam mendengarkan. Aku appreciate karena ia orangtua, HINGGA aku hanya terdiam.
"Baiklah saya mempersilakan anda untuk mengenal saya, tapi biarkan ini semua mengalir apa adanya, tanpa judul dan Narasi yang dipaksakan. Itupun jika anda berkenan, jika Tidak berkenan maka anda harus menjauhi saya" Tegasku
Arul menatapku "Aku menyanggupi Dan sangat berkenan atas Syarat yang kamu ajukan"
Aku pun pamit hendak masuk kedalam rumah, kekhawatiranku membuncah didada. Jika mamaku Tau, aku diantar pulang oleh seorang lelaki dengan Mobil. Beliau pastinya akan bertanya-tanya dengan excited, semoga saja mamaku tak mengetahui peristiwa pagi dini hari.
Berdekatan dengan orang asing yang baru beberapa jam dikenal, namun miliki Rasa dihati itu satu Hal yang membingungkan. Tapi jujur aku katakan, aku begitu nyaman disaat bicara dengan Arul. Ada Rasa berbeda yang menyusup direlung hatiku. Mungkin juga dikarenakan memang aku menyukai lelaki LEBIH dewasa, dari segi pemikiran dan juga tindakan.
Benarkah aku telah menemukan sosok pelindung bagi diriku ?
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!