Kapan nikah adalah pertanyaan yang paling membuat kuping Raline menjadi alergi. Saking kesal nya, Raline sering melewati pertemuan keluarga besar atau acara-acara yang di adakan oleh keluarganya.
Hal itu membuat Raline mencari pelarian dan membuang rasa frustasinya dengan bersenang-senang dengan teman-teman nya di club malam.
Raline Aulia Putri, 30 tahun. Masih saja betah dengan status single nya. Dirinya yang cerewet dan miss perfect membuat banyak lelaki mundur teratur saat baru saja mulai mendekati dirinya.
Contoh nya Robby, 32 tahun. Salah satu eksekutif muda yang dikenalkan oleh tantenya Raline. Lelaki itu sangat terpesona melihat wajah Raline saat pertemuan mereka yang di atur oleh tantenya Raline.
Tetapi, setelah pertemuan itu, Robby tidak ingin lagi bertemu dengan Raline. Ia beralasan Raline adalah wanita yang cerewet dan banyak protes.
Ada alasan nya mengapa Robby begitu kapok bertemu dengan Raline. itu semua karena kejujuran Raline yang membuat Robby merasa tersinggung.
Raline dengan terus terang mengatakan kumis Robby tidak simetris. Potongan rambut Robby tidak cocok dengan wajah Robby. Serta baju yang Robby kenakan tidak nyambung warnanya.
Itu baru sebagian saja kata-kata nyeleneh dan menyakitkan yang keluar dari mulut Raline.
Sebenarnya Raline belum ingin menikah, tetapi ia juga tidak bisa menolak perjodohan atau kencan buta yang di atur oleh keluarga besar nya.
Akhirnya, jalan satu-satunya yang Raline pilih adalah membuat para lelaki yang di jodohkan kepada dirinya menjadi ilfil.
Setelah kencan buta, Raline tertawa terbahak-bahak mengingat ekpresi lelaki yang baru saja akan di jodohkan kepada dirinya. Hal itu membuat Mamanya Raline menjadi uring-uringan. Mamanya khawatir bila anak satu-satunya itu menjadi perawan tua.
Setiap arisan, teman-teman Mamanya Raline selalu bercerita tentang lucunya cucu-cucu mereka atau menceritakan betapa baik nya menantu mereka. Sedangkan Mamanya Raline hanya bisa diam dan mendengarkan ocehan teman-teman nya.
"Kamu itu mau nya apa sih Line?"
Tanya Mamanya Raline dengan wajah yang cemberut.
"Mama bingung deh, kenapa setiap Mama jodoh kan kamu dengan laki-laki pilihan Mama atau pilihan Tante mu, lelaki itu selalu kapok bertemu dengan mu. ada apa sih?''
Tanya Mamanya lagi dengan wajah khawatir.
"Ya.. memang belum jodoh aja kali Ma"
Jawab Raline cuek sambil menonton acara audisi penyanyi di televisi.
"Terus kamu kapan nikah nya Line? Masa belum ada pacar sih Line. Mama tuh khawatir, kamu itu sebenarnya normal gak sih?"
Raline mengangkat kedua alis nya dan menatap Mamanya dengan wajah yang tak percaya saat mendengar pertanyaan dari Mamanya.
"Hah? normal lah.. aneh ih pertanyaan Mama"
Ucap Raline dengan kesal.
"Ya terus apa alasan mu? Teman-teman mu itu udah pada nikah loh Line. Kayak si Monica, Raisya...... "
"Aduh aduh stop deh Ma... kuping Raline alergi banget deh denger begituan"
Raline dengan kesal meninggalkan Mamanya lalu menuju ke kamarnya.
Ia membanting tubuhnya di atas ranjang.
"Aaarrghhhhhh... sebel banget deh, ituuuu mulu yang di tanyain. Sumpah nyinyir nih Mama"
Raline mengomel sendiri di dalam kamar nya.
Sebenarnya Raline pernah menjalin kasih dengan teman kuliah nya. Tetapi saat baru saja lulus kuliah, lelaki itu pindah ke luar Negeri untuk melanjutkan S2 nya.
Tidak ada kata putus dari lelaki itu. Tetapi, lelaki itu juga tidak pernah memberikan kabar kepada Raline. Hingga akhirnya Raline memutuskan untuk menunggu saja kepulangan lelaki itu ke Indonesia.
Raline sangat takut, bila ia menikah dengan lelaki lain, kelak kekasih nya itu akan datang kepadanya dan ia akan menyesali keputusan nya karena buru-buru menikahi orang lain.
Raline tipe wanita yang setia dan tidak gampang jatuh cinta. maka dari itu, ia mampu menunggu sampai detik ini, walaupun tanpa kejelasan yang pasti dari lelaki itu.
Raline meraih foto lelaki itu dari laci meja nya. Foto saat mereka sama-sama lulus dari universitas dan jurusan yang sama. Saat itu adalah hari yang sangat bahagia bagi Raline. Hingga setelah satu minggu mereka diwisuda. Lelaki itu datang kerumahnya dan mengajak Raline jalan-jalan ke sebuah cafe.
Flashback on
"Sayang, aku mau bilang sesuatu kepada kamu"
Lelaki itu menatap Raline dengan seksama.
"Duh... gue mau dilamar kayak nya nih"
Gumam Raline sambil tersenyum-senyum sendiri karena pikiran nya.
"Iya apa?"
Jawab Raline sambil mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan kata-kata "will you marry me?" dan dirinya siap untuk menangis haru ala-ala sinetron yang biasa Mamanya tonton di televisi setiap malam.
"Aku di terima kuliah di luar Negeri Line...! Impian ku kuliah S2 terwujud Line..!"
Raline tercengang saat lelaki itu mengatakan hal di luar dugaan nya.
"O..oh..gi..tu"
Ucap Raline dengan pelan dan terbata-bata.
"Iya...! aku bahagia banget..! Ini yang aku tunggu-tunggu loh"
Ucap lelaki itu dengan wajah yang sumringah.
"Kirain ngelamar"
Gumam Raline sambil mengangkat salah satu dari kedua sudut bibir nya.
"Kamu gak apa-apa kan? Aku pasti mengabari mu, serius"
Ucap lelaki itu dengan bersungguh-sungguh.
"Hubungan kita bagaimana?"
Tanya Raline dengan memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Gampang itu, aku akan pulang setiap tahun ke Indonesia. Aku janji dan aku selalu kasih kamu kabar everyday..!"
Ucap lelaki itu dengan mata yang berbinar-binar.
"Kamu janji? Kamu akan selalu mengabari ku?"
Tanya Raline dengan mata yang mulai berembun.
"Aku janji Line.."
Jawab lelaki itu mencoba meyakinkan Raline.
Flashback off
Kata-kata itu yang selalu Raline pegang.
Ia masih terus berharap bila lelaki itu akan kembali mengabarinya dan segera pulang ke Indonesia.
Raline mulai menangis di atas ranjangnya. Entah kapan penantian nya ini akan berakhir. Dan ia juga berharap, penantian ini akan berakhir bahagia.
.....
"Lineeeeee... banguuuunnn...!"
Mamanya berteriak tepat di kuping Raline.
"Apaan sih ma..."
Ucap Raline dengan kesal.
"Kerja gak? Udah pukul delapan ini..!"
"HAHHHH.......!"
Dengan terburu-buru Raline pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah nya, setelah itu berkemas-kemas dan bergegas berangkat ke kantor nya.
"Eh... gak sarapan dulu?"
"Gak sempat Maaaa....."
Raline menutup pintu lalu masuk kedalam mobilnya dan langsung tancap gas.
Mamanya hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
"Hmmmp...dasar anak itu"
Terjebak macet, adalah hal yang paling Raline benci. Ia terus mengklakson mobil-mobil yang menghalanginya, setiap saat.
Tepat pukul setengah sebelas, akhir nya Raline sampai juga di kantor.
"Ehemmmmm..."
Raline melihat ke belakang dimana arah suara itu berasal.
"Eh.. om Putro"
Raline menatap Boss sekaligus adik dari Papanya Raline itu.
"Di dunia kerja, tidak ada kata Om. Kamu saya beri SP"
Tanpa banyak kata lagi, Om Putro pun langsung kembali ke ruangan nya.
Raline hanya bisa manyun menerima kenyataan bahwa dirinya di berikan SP oleh om nya sendiri.
"Wkwkwkw sukurin"
Sinta teman kerja Raline, tertawa geli melihat ekpresi wajah Raline saat dinyatakan akan menerima surat peringatan.
"Tega lu"
Raline cemberut menatap Sinta yang masih tertawa geli di kursinya.
"Bodo amat"
Sahut Sinta sambil tertawa lebih geli lagi.
"Sttttt.. stttt... party kita besok sabtu.?"
Bisik Raline kepada Sinta.
"Ok berangkat"
Balas Sinta sambil mengacungkan jempolnya.
Sinta masih muda, usia nya baru dua puluh lima tahun. Jiwanya sama seperti Raline yang masih suka hura-hura.
Saat Sinta baru saja bekerja di kantor yang sama dengan Raline, dirinya langsung bisa akrab dengan gadis itu.
Karena mereka mempunyai hobby yang sama, yaitu clubbing.
Clubbing hanya ajang senang-senang saja bagi Raline dan Sinta. Tetapi mereka sangat menjaga diri mereka saat berada di club.
Awalnya Raline sering clubbing dengan teman-teman sebayanya. Tetapi satu persatu teman-teman nya sudah mulai menikah. Jadi, Raline tinggal sendirian. Beruntung Sinta hadir dan mempunyai hobby yang sama dengan nya. Hal itu membuat Raline menjadikan Sinta teman akrabnya.
Tepat pukul tujuh malam, Raline sudah sampai di rumahnya. Raline sangat kelelahan setelah terjebak macet kurang lebih satu jam lamanya. Raline turun dari mobil dan melihat satu persatu mobil yang terparkir di halaman rumah nya.
"Waduhhh..."
Gumamnya. Dengan perlahan ia masuk kedalam rumahnya.
"Nah tante Raline pulang nih Maaaa..."
Fatih yang baru berusia empat tahun, anak dari sepupu Raline yang bernama Yayang berteriak menyebut namanya saat ia sedang berjingkat-jingkat masuk kedalam rumahnya.
"Ssttttt Sttttt... Diam!"
Raline menempelkan jari telunjuk di bibirnya untuk menyuruh Fatih agar segera diam.
Tetapi Fatih termasuk anak yang nakal, ia semakin berteriak saat Raline memaksanya untuk diam.
"Mamaaaa.... Omaaaaa....Opaaaaaaaaaaaaaa....ini Tante Raline sudah pulang... masuk rumah kayak malingggg...!!!"
Teriakan Fatih semakin menjadi-jadi.
Raline menepuk dahinya. Lalu menegakan badannya, dengan elegan menghampiri keluarga besarnya yang sedang berkumpul di ruang tengah.
"Selamat malam, Om, Tante dan semuanya"
Sapa Raline dengan berbasa-basi yang terdengar basi, sambil tersenyum yang di paksakan ramah.
"Hai Line... apa kabar?"
Tanya Tante Joice kepada dirinya.
"Baik Tante... Tante apa kabar?"
Raline menghampiri tantenya dan mencium kedua pipi wanita paruh baya tersebut.
"Baik Line. kamu baru pulang kerja? siapa yang antar? pacar kamu ya?"
Seperti biasa Tante Joice selalu menyindir tentang PACAR.
Raline memutar bola matanya keatas. dan menghela napasnya dengan malas.
"Sini sini duduk dulu Line.. yang sopan kalau Tantemu lagi berbicara"
Mamanya Raline menepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya. Dengan malas Raline duduk di samping Mamanya.
"Jadi, kamu kapan nikah Line?"
Tanya Yayang sepupunya.
"Iya Raline ingat umurmu sudah tiga puluh tahun loh. Sudah sangat matang untuk menikah, ya kan Mbak"
Ucap tante Joice sambil meminta pendapat Mamanya Raline.
Mamanya Raline hanya tersenyum terpaksa sambil menatap sebal kepada Raline. Sedangkan Raline hanya diam saja sambil mencebik kan bibirnya.
"Kamu punya pacar gak sih Line?"
Tanya Yayang tampak mencemooh.
"Raline cantik begini masa tidak punya pacar"
Sahut Om Gendro suami dari Tante Joice.
"Punya..!"
Sahut Raline sambil menegakkan badannya dengan elegan.
"Wah... siapa Line? orang mana? wah diam-diam kamu ya.. Ternyata sudah punya pacar... tapi jadi nikah kan? nanti pacaran lama malah gak jadi nikah"
Ucapan Tante Joice membuat Raline menjadi gemas.
"Humpppp.. andai bukan Tante sendiri udah ku tampar itu mulut"
Gumam Raline di dalam hatinya.
"Kamu punya pacar Line?"
Tanya Papanya Raline dengan mimik wajah yang serius.
"Iya punya, dia udah mau ngelamar kok".
Jawab Raline, berbohong.
"Kalau begitu langsung bawa kemari, Papa siap menikahkan kamu dengan dia"
Ucapan Papanya membuat nyali Raline menjadi ciut.
"Aduhhh bodohhh nyaaaa.. kenapa pakai berbohong lagi"
Gumam Raline di dalam hatinya.
"Hmmm itu Pa... anu"
Raline bingung akan berkata apa lagi.
"Kamu tidak sedang berbohong kan Line?"
Tanya Yayang dengan wajah yang menyelidik.
"Aduhhhh... bisa gak sih gak pada nanya ini itu sama aku..!"
Ucap Raline kesal lalu beranjak dari sofa, lalu menyambar tasnya yang ia taruh di atas meja.
"Jadi gak punya pacar? atau punya, tapi belum di lamar ya Line? "
Tanya Yayang dengan sinis.
"Punya ...! ini juga gue habis di lamar ..! minggu depan dia sama keluarga mau kesini dan gue mau nikah sama dia..!"
Raline meninggalkan keluarga besarnya yang terdiam mendengar kata-kata Raline.
"Dih ngambek deh"
Ucap Yayang sambil tertawa geli.
"Udah udah, kasihan kan kalau di tanyain kapan nikah terus"
Tante Joice berlagak simpati.
Raline melempar tas dan sepatunya di lantai kamar. Ia langsung membenamkan wajahnya di atas bantal.
Ia menangis teringat kata-kata yang menyakitkan bagi dirinya. "Kapan nikah?" pertanyaan sakti yang mampu membuat jomblo manapun menjadi sakit hati.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kerap kali ia terima saat keluarga besarnya berkumpul. Hal itu membuat Raline ingin lari saja ke planet mars saat melihat keluarganya berkumpul di rumahnya.
Ia tak habis pikir, justru pertanyaan-pertanyaan yang menyakitkan itu lebih sering di lontarkan keluarganya dari pada teman-temannya yang cenderung cuek saat dirinya belum juga menikah.
Raline membalikan badannya dan menatap langit-langit kamarnya.
Air matanya terus berlinang, ia sangat bosan dengan keadaan ini. Sedangkan laki-laki yang ia tunggu-tunggu tidak kunjung ada kabarnya. Entah sudah menikah atau belum di sana. Atau mau lanjut atau putus. Raline menjadi sangat kesal.
"Ya Tuhan, aku menyerah... lelaki manapun akan aku terima menjadi suamiku kali ini Tuhan. Please kirimkan aku jodoh"
Do'a Raline malam itu.
Ia menangis sampai tertidur tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
...
"Pagi sayang.. bangun yuk.. sudah aku masakin sarapan"
Lelaki tampan dengan tubuh atletisnya membangunkan Raline dari tidurnya.
"Ka.. kamu siapa?"
Tanya Raline kepada lelaki itu. Lalu ia melihat kesekeliling kamarnya.
Ya, itu benar kamar Raline. Tetapi lelaki ini siapa? Lelaki itu tersenyum kepada Raline. Dan mencium lembut kening Raline.
"Aku suamimu sayang, masa kamu lupa sih?"
"HAH.....SUAMI?"
Tanya Raline tak percaya.
"Iya aku suamimu.. kita baru saja menikah"
Ucap lelaki itu sambil menunjukan cincin pernikahan di jari manisnya.
Raline tak percaya lalu ia menampar pelan kedua pipinya.
"Bangun..! bangun..! bangun..!"
Raline tersentak dari tidurnya.
"Dasar pemalas..! mentang-mentang libur bangunnya siang. Tidak ganti baju pula lagi, sana mandi!"
Mamanya Raline menampar pelan kedua pipi anaknya. Sambil mengomel karena Raline tidak kunjung bangun saat dirinya memanggil-manggil Raline dari tadi.
"Mama... arghhhhh..."
Raline beranjak ke kamar mandi dengan kesal.
"Begitu mau dapat jodoh gimana?
Bangunnya saja siang..! Sebel Mama tuh liat kamu"
Ucap Mamanya dengan kesal sambil membereskan seprai di ranjang Raline yang berantakan.
"Mama ini ya sering banget bikin hati anaknya sakit..!"
Teriak Raline dari kamar mandi.
"Eh.. ngomong-ngomong apa yang kamu bilang semalam beneran? Kamu sudah di lamar pacarmu? Memang kamu punya pacar? Kok gak pernah di bawa kesini? "
Tanya mamanya Raline sambil memunguti tas dan sepatu Raline yang semalam Raline lemparkan ke sembarang arah.
Raline yang sedang menggosok gigi di kamar mandi langsung terdiam mendengar pertanyaan Mamanya.
"Line.. Mama ngomong sama kamu loh. Beneran kamu sudah di lamar sama pacarmu?"
Tanya Mamanya lagi.
"Udah...!"
Teriak Raline dengan kesal dari kamar mandi.
Mama Raline langsung menepuk kedua tangannya dengan girang.
"Alhamdulillah... akhirnya Mama bakalan punya menantu...! Anak satu-satunya Mama gak di sebut perawan tua lagi sama mereka-mereka yang mulutnya kurang ajar"
Ucapan Mamanya Raline membuat Raline terdiam.
Ia terduduk di atas closet di kamar mandinya. Air mata mulai terjatuh di kedua pipinya.
Ternyata selama ini Mamanya pun merasa jengah saat orang-orang membicarakan dirinya perawan tua.
Ia mulai menangis tersedu-sedu. Raline merasa ini semua tidak adil baginya.
"Kenapa harus di pertanyakan sih kapan orang lain akan menikah?
Bukannya jodoh itu di tangan Tuhan?
Ah dasar orang-orang yang mulutnya tidak bisa di gunakan dengan baik. "
Gumamnya.
"Mbak Line, kita jadi clubing?"
Raline membaca pesan dari Sinta lalu dengan cepat ia membalas pesan itu.
"Jadi, gue puyeng banget di rumah ini"
"kenapa?"
Balas Sinta.
"Nanti gue ceritain deh, gue mau mandi dulu"
Raline menaruh ponselnya di atas meja di kamar nya. Lalu ia menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan berdandan Raline turun ke lantai bawah dengan perlahan. Matanya mengawasi situasi, sekiranya aman ia langsung melangkah menuju pintu depan rumah nya.
Ternyata saudara-saudaranya semua sedang duduk-duduk di depan teras rumah nya. Raline menepuk dahinya dengan keras sampai ia sendiri pun kesakitan dan mengusap-usap pelan dahinya.
"Mau kemana Line?"
Tanya Tante Joice kepada Raline.
"Mau kencan"
Jawab Raline dengan ketus.
"Wuihhhh... pantesan lu dandan kece"
Yayang mencebik kan bibir nya.
"Udah ah, gue cabut dulu"
Raline dengan pede melangkah ke arah mobilnya.
"Line, ingat..! Papa menunggu calon suamimu loh!"
Teriak Papanya yang sedang duduk di bangku teras. Raline cuma bisa menelan saliva nya lalu masuk kedalam mobil dan pergi begitu saja.
"Duh.. maaf ya, bila sikap Raline kurang sopan"
Mamanya Raline merasa tidak enak kepada adik dan adik ipar nya.
"Ah tidak apa-apa Mbak, mungkin karena Raline anak satu-satunya kali ya"
Sahut Tante Joice sambil tersenyum di paksakan.
Tante Joice sangat membanggakan kedua anak nya, Yayang dan Bobby.
Bobby adalah anak pertama Tante Joice. Kini Bobby tinggal di Jerman bersama istrinya yang juga orang Jerman.
Bobby sudah memiliki dua orang anak. Pekerjaan Bobby yang sebagai ahli mesin disana membuat kehidupan Bobby di Jerman cukup jauh dari kata kekurangan.
Kwalitas Bobby cukup di akui di sana, hal itu membuat bangga Mama dan Papanya yang hampir setiap saat selalu membicarakan tentang Bobby. Seakan anak orang lain tidak ada yang sehebat anak nya.
Dan mereka juga selalu membanggakan Yayang anak ke duanya. Walaupun Yayang tidak bekerja, tetapi Yayang mempunyai suami yang cukup sukses. Suami Yayang bekerja sebagai wakil direktur di sebuah perusahaan swasta.
Hal itu membuat kehidupan Yayang juga sangat jauh dari kata kekurangan.
Terkadang Mamanya Raline merasa muak mendengar cerita adik kandung nya sendiri, yang sibuk membangga-banggakan anak-anak nya.
Raline mengendarai mobilnya dengan cepat. Tidak sampai setengah jam ia sudah sampai di apartemen Sinta.
Sinta memilih tinggal di apartemen, karena dirinya sudah cukup mandiri. Gaji yang ia peroleh sangat cukup untuk menopang hidup nya sehari-hari. Di tambah Sinta memang terlahir dari keluarga kaya. Sinta juga pekerja keras, dan ia cukup pintar dalam pekerjaan nya.
Sinta menyambut Raline dengan senyum nya yang sumringah. Ia membuka pintu mobil Raline, lalu masuk kedalam nya.
"Cau kitaaaaa.."
Ucap nya dengan girang. Sedangkan Raline hanya tersenyum tipis dan tampak tidak bersemangat.
"Lu kenapa sih mbak? asem banget sih muka nya"
Tanya Sinta dengan tatapan menyelidik.
"Biasa lah, pertanyaan kapan nikah lagi dari semalam sampe sore begini"
Sahut Raline sambil tetap berkonsentrasi pada kemudinya.
"Parah amat sih, gak berprikejombloan..!"
Celetuk Sinta dengan sewot.
"Tau deh, sebel banget gue"
Sahut Raline dengan wajah yang kesal.
"Ya sudah lupain, yang penting kita party malam ini..!"
Teriak Sinta dengan bersemangat.
Raline pun tertawa lalu mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan.
Raline memarkirkan mobilnya di basement sebuah gedung di lokasi pusat hiburan. Sebelum turun, Raline dan Sinta merapikan make up mereka hingga terlihat sempurna.
Lalu mereka masuk kedalam sebuah club malam tersebut. Mereka adalah member di club tersebut. Jadi, mereka tidak perlu antri dan mempunyai jalur khusus untuk langsung masuk ke dalam club yang hingar-bingar itu.
Setiba di dalam, mereka melupakan apa yang menjadi beban mereka setiap hari nya. Pekerjaan, masalah pribadi hingga masalah keluarga. Mereka asik bergoyang di lantai dansa.
Sinta yang sedang asik bergoyang di dekati oleh lelaki yang berada di samping nya. Hingga akhir nya mereka berkenalan dan asik berdansa bersama.
Raline mulai merasa bosan, lalu ia pergi ke arah Bar, lalu memesan segelas minuman.
"Bro, obat pusing"
Pinta Raline kepada bartender yang sedang berdiri di balik meja Bar.
"Siap Mbak bro"
Ucap bartender itu. Lalu sekian menit kemudian segelas minuman yang terlihat cantik namun jahat, tersuguh di depan Raline.
Raline tidak lagi berpikir itu minuman jenis apa. Yang jelas ia sudah cukup pusing mengingat pesan Papanya saat dirinya hendak pergi menjemput Sinta tadi sore.
Raline meminum minuman keras itu. Ia memicingkan matanya dan mengerutkan dahinya karena rasa yang tidak enak dari minuman tersebut.
Sebenarnya Raline sangat jarang minum minuman keras. Ia hanya minum saat dirinya terasa pusing saja atas pertanyaan-pertanyaan sadis yang di lontarkan kepadanya.
"Satu lagi bro"
Ucap nya kepada bartender itu. Lalu bartender itu menyediakan segelas lagi minuman yang sama untuk Raline. Raline meraih gelas minuman itu lalu menenggak minuman itu sampai habis.
Tiba-tiba saja disamping Raline duduk lah seorang pria tampan yang memesan minuman yang sama.
Pria itu melihat Raline yang sepertinya sudah mulai pusing karena pengaruh minuman keras.
"Hai, boleh kenalan?"
Tanya pria itu sambil mengulurkan tangan nya kepada Raline.
Raline melirik lelaki itu. Wajah lelaki itu cukup tampan, tubuhnya atletis dan kulit nya putih bersih. Rambut lelaki itu tertata rapih mirip seperti Christiano Ronaldo di mata Raline, sehingga membuat Raline terpana.
Seperti nya ia pernah melihat lelaki itu, tetapi entah dimana. Dirinya sudah tidak mengingatnya. Tetapi, Raline yakin bahwa ia pernah mengenal dan berbicara dengan lelaki itu.
"Lu mau kenalan sama gue? Lu nikahin gue baru boleh kenalan..!"
Ucap Raline berteriak mengimbangi suara musik yang memekak kan telinga.
"Oh begitu?"
Tanya lelaki itu sambil tersenyum memandang wajah cantik Raline.
Raline hanya mengangguk dengan malas karena mabuk.
"Bro...!"
Raline menyodorkan gelas nya kepada bartender dan mengisyaratkan dirinya ingin segelas lagi.
Dengan sigap bartender melayani Raline dan bersiap untuk membuatkan segelas lagi minuman untuk Raline.
"Sepertinya lagi pusing banget ya? Ada masalah?"
Tanya lelaki itu sambil mendekat bibirnya ke telinga Raline, agar gadis itu dapat mendengar apa yang ia katakan.
"Iya gue pusing...! Semua nanyain kapan nikah...! kapan nikah..! gue bete..!"
Jawab Raline sambil berteriak-teriak seperti orang stress. Lelaki itu hanya tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya.
Raline menerima segelas lagi minuman dari bartender. Lalu dengan perlahan ia menenggak nya sampai habis.
"Bodo amatttt...! Semuanya go to helll..! Jangan tanya-tanya gue kapan nikah...!"
Teriak nya sambil mengangkat gelas yang kosong di tangan nya. Lelaki itu hanya tersenyum melihat tingkah Raline sambil meminum minumannya dengan perlahan.
Raline kembali ke lantai dansa. Sedangkan lelaki itu mulai penasaran dengan Raline. Ia pun mengikuti Raline setelah membayar semua minuman yang telah di pesan oleh Raline dan dirinya kepada bartender itu. Lalu ia mendekati Raline yang mulai tampak kacau di lantai dansa.
"Hai.."
Sapa lelaki itu lagi.
"Lu ngapain sih ngikutin gue. c*b*l lu ya?"
Raline menatap lelaki itu dengan sebal.
"Gue juga mau nikah, lu mau jadi istri gue?"
Pertanyaan lelaki itu membuat Raline terdiam.
"Gue Fandy"
Lelaki itu mengulurkan tangan nya.
"hoekkkkkkk..."
Raline memuntahkan isi lambung nya di kemeja lelaki itu. Lalu Raline tak sadarkan diri karena kepalanya terlalu pusing setelah meminum beberapa gelas minuman keras yang tadi ia pesan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!