Di benua Cangxuan, berdiri ratusan sekte dari yang lemah hingga yang menggetarkan langit dan bumi: sekte biasa, sekte rahasia, sekte langit, bahkan sekte suci yang dianggap legenda hidup.
Han Wuqing, murid dalam Sekte Qingfeng—sebuah sekte tingkat rahasia—baru saja mengguncang pelataran sekte dalam.
Langit sore menyelimuti sekte dengan awan tipis keemasan, seakan memberi restu pada momen penting ini.
Di antara kerumunan murid luar, terdengar bisik-bisik penuh kekaguman.
“Menurutmu… senior Han bisa menang?” tanya salah satu murid dengan suara ragu.
“Aku yakin dia menang! Dia bukan siapa-siapa, hanya rakyat biasa seperti kita, tapi dia bisa melaju ke final dan menghadapi para tuan muda dari keluarga besar. Aku benar-benar menghormatinya,” sahut temannya dengan mata berbinar.
“Ya, kau benar...!”
Debu perlahan turun, mengendap setelah pertarungan sengit yang berlangsung hampir satu jam.
Keheningan menggantung di udara. Semua mata kini tertuju pada satu sosok yang berdiri di atas panggung batu giok.
Han Wuqing.
Dia berdiri tegak. Pakaiannya koyak, tubuhnya penuh luka ringan. Namun matanya jernih, dingin, setenang langit malam tanpa awan.
Sorak-sorai penonton langsung membanjiri panggung arena, terutama murid tanpa latar belakang yang sangat bersemangat.
“Senior Han!!!”
“Senior Han tak terkalahkan!!!”
“Senior Han, jenius sejati!!!”
Penatua Xu, salah satu tetua utama sekte, maju membawa gulungan perak.
“Wuqing,” ucapnya dengan suara berat, “sesuai aturan Sekte Qingfeng, kau berhak menjadi murid inti, menerima teknik warisan utama, dan mendapat tempat di balai strategi.”
Tapi sebelum gulungan itu diberikan, Penatua Xu menambahkan,
“Atau... kau bisa memilih opsi lain.”
Han Wuqing mengangkat alis.
“Opsi lain?”
“Mendirikan sekte sendiri. Kau akan dilepas sebagai murid independen. Kami mencabut semua hak warisanmu di sini, namun memberimu 50.000 batu roh sebagai modal, serta izin formal untuk berdiri sendiri.”
Hening.
Semua murid terdiam. Beberapa bahkan menahan napas.
Siapa yang waras menolak jadi murid inti?
Namun Han Wuqing hanya menunduk sejenak, lalu...
[DING!] Misi utama terbuka: Dirikan sektemu sendiri!
Hadiah: Bangunan Inti Sekte Lv.1, Papan Misi, Aula Kebangkitan Lv.1, Akses Skill Kepemimpinan!
Dalam hatinya, Han Wuqing mengumpat.
“Sialan! Sudah sepuluh tahun sejak aku bereinkarnasi, baru sekarang kau muncul, sistem brengsek!”
Selama ini, dia berusaha mati-matian mengubah nasibnya hanya dengan ingatan kehidupan sebelumnya, tanpa bantuan siapa pun. Karena di dunia ini, kekuatan adalah hukum. Yang lemah... tak punya hak untuk bicara.
Ia mengangkat kepala dan berkata tanpa ragu,
“Aku memilih... mendirikan sekteku sendiri.”
Gelombang bisikan langsung mengguncang alun-alun.
“Apa?!”
“Dia menolak jadi murid inti?!”
“Kenapa...”
Penatua Xu menatap tajam, lalu perlahan mengangguk.
“Keputusan besar... harus disertai keberanian besar. Semoga pedangmu tetap tajam, Han Wuqing.”
Han Wuqing membungkuk sedikit.
“Terima kasih, Penatua. Mulai hari ini, aku akan berjalan di jalanku sendiri.”
Dan ketika semua orang masih membisu, ia melangkah turun dari panggung tanpa menoleh.
“Memang menyebalkan karena tak menerima teknik utama sekte... tapi aku punya sistem.”
Senyum kecil terbit di ujung bibirnya.
Keesokan harinya, kabar keputusan Han Wuqing menyebar seperti angin.
Di gerbang utama sekte, Han Wuqing menatap langit luas.
“Langkah pertama... mencari lokasi untuk sekteku. Dan setelahnya...”
Saat pikirannya mengembara, sosok besar muncul dari langit. Seekor elang roh raksasa turun bersama Penatua Xu di punggungnya.
“Jadi, Wuqing...”
“Kau mau mendirikan sekte di mana?”
“Di wilayah Seribu Gunung Terpencil, Penatua Xu,” ucap tegas Han Wuqing.
“Seribu Gunung?! Kau serius?” Penatua Xu tampak terkejut.
Wilayah itu terkenal penuh binatang buas, ras-ras musuh manusia, dan hanya Sedikit desa-desa mortal.
“Kau yakin bisa merekrut murid di tempat seperti itu?”
“Ya, Penatua,” jawab tegas Han Wuqing.
Penatua Xu terdiam sesaat, lalu menghela napas.
“Baiklah... Aku tak bisa menghentikanmu. Tapi hati-hati, Wuqing. Dunia ini tak adil untuk mereka yang jenius dan sendirian.”
Karena dia tahu anak muda ini, tanpa latar belakang apa pun, telah mengalahkan para tuan muda dari keluarga besar.
Dan itu hanya berarti satu hal:
Bahaya... pasti datang.
Dari kejauhan, sepasang mata mengawasi, lalu hilang seperti kabut hitam.
Suasana Paviliun Jinyu—wangi dupa mahal memenuhi udara, para tuan muda bersantai sambil minum teh dan berdebat soal harga pil dan kekuatan klan masing-masing.
Tiba-tiba, suara pelayan datang dari jendela.
“Tuan muda, Han Wuqing berencana pergi ke Seribu Gunung Terpencil... Apa perlu kita ikuti dan...?”
Tuan Muda Lin (mendengus)
“Seribu Gunung? Haha! Rakyat rendahan seperti dia memang tempatnya di pelosok. Mungkin dia sadar dirinya hanya cocok berkawan dengan monyet dan binatang buas.”
Tuan Muda Bai (tersenyum sinis)
“Atau mungkin... dia takut menghadapi dunia nyata, dan memilih lari ke balik kabut?”
Tuan Muda Zhao (mengibaskan kipas gioknya)
“Hmph. Dengan bakat seperti itu, kukira dia akan mengemis menjadi murid inti. Tapi mendirikan sekte di gunung seribu? Hahaha, siapa yang dia rekrut? Sekumpulan ras rendahan?”
Tuan Muda Bai (setengah berbisik setengah mengejek)
“Biarkan dia pergi. Setidaknya dia tahu diri karena sudah menyinggung kita, para tuan muda keluarga besar.”
“Kalau dia mati digigit binatang buas, kita tak perlu repot-repot membuang sampah,” ucap bahagia tuan muda Zhao.
Tiga hari berlalu,
Han Wuqing akhirnya tiba di Seribu Gunung.
Di depan matanya, hutan tak berujung, gunung-gunung menjulang tinggi, dan aura buas yang membuat jiwa mortal gemetar.
Namun Han Wuqing tersenyum tipis.
“Mulai sekarang... tempat ini akan menjadi akar sekteku.”
[DING!] Lokasi cocok ditemukan.
Apakah host ingin membangun bangunan inti sekte Lv.1 di sini?
Ya / Tidak -
Cahaya pagi menyinari pohon-pohon di hutan, suara hewan-hewan kecil mulai terdengar di antara semak dan rerumputan basah embun. Tapi di kedalaman hutan, seakan alam menyimpan napasnya.
Burung-burung tidak berkicau di sana, bayangan besar melintas di antara pepohonan, tanah bergetar pelan—ritme aneh yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang peka. Jelas karena di kedalaman hutan banyak sekali hewan-hewan roh kuat yang tersembunyi, siap menerkam mangsanya.
Penatua Xu, dengan janggut putih panjangnya dan pakaian tao berpadu putih dan biru, berbicara dengan nada khawatir.
“Apakah kamu yakin... Wuqing?” Karena di depannya, gunung-gunung menjulang tinggi; di bawahnya hutan lebat berisi monster-monster ganas, di timur ada laut tak berujung yang berisi ras laut dan monster laut, di barat ada wilayah ras-ras yang bermusuhan dengan manusia.
“Ya, Penatua,” jawab Han Wuqing.
Penatua Xu berdiri di hadapannya, janggut putihnya bergerak tertiup angin. Tatapan matanya tenang namun menyimpan kesedihan dan harapan yang dalam.
“Jalan yang kau pilih bukanlah jalan yang mudah, Wuqing,” ucap Penatua Xu perlahan. “Mendirikan sekte sendiri bukan sekadar mendirikan bangunan atau mengumpulkan murid. Kau yang jenius pasti paham.”
Han Wuqing menatap lurus ke depan, matanya bersinar tajam memantulkan cahaya matahari pagi. “Aku tahu, Penatua. Tapi jika aku terus berada di bayang-bayang sekte lain, aku tak akan pernah mencapai langit itu sendiri.”
Penatua Xu tersenyum samar. “Kau selalu beda dengan yang lain. Terlalu tenang dan dalam...”
Han Wuqing tidak menjawab. Dalam hatinya, gema masa penindasan ketika hari pertama dia masuk sekte masih terngiang. Sistem di benaknya sudah berencana merekrut jiwa-jiwa dari Bumi.
“Baiklah... terima kotak kecil ini dariku. Jika sudah waktunya, kamu akan butuh.”
Penatua Xu menyerahkan kotak kecilnya.
Han Wuqing menerima kotak kecil itu dengan hormat. Sembari menyerahkan, Penatua Xu mengingat hari saat ia menemukan bocah itu—berusia sekitar sepuluh tahun, tubuhnya kotor dan penuh luka, namun tatapannya... bukan milik anak kecil. Itu adalah sorot mata seseorang yang telah melihat terlalu banyak penderitaan, terlalu memahami dunia, dan menolak untuk menyerah.
“Ketika pertama kali aku melihatmu,” gumam Penatua Xu pelan, “kau menatapku seolah sudah tahu... dunia tak memberi sesuatu secara cuma-cuma.”
Han Wuqing hanya tersenyum samar, tanpa menyangkalnya.
“Aku hanya tahu, Penatua... jika ingin hidup, tak bisa mengandalkan belas kasihan.”
Penatua Xu tertawa lirih, namun di matanya terpancar kebanggaan.
“Dan sekarang kau berdiri di sini… bukan karena dunia memberimu jalan, tapi karena kau memaksanya membuka jalan.”
Penatua Xu menatap Han Wuqing untuk terakhir kalinya, seolah hendak mengingat betul wajah murid yang paling membuatnya gelisah sekaligus bangga itu. Akhirnya pergi dengan elang rohnya dan menembus awan.
Han Wuqing berdiri mematung. Kabut perlahan menyelimuti langit timur, sementara di belakangnya terbentang hutan sunyi yang menyimpan banyak bahaya. Matanya menyapu sekeliling, mencari lokasi yang layak untuk menjadi fondasi masa depannya.
Langkahnya terus menapaki jalur berbatu, hingga akhirnya ia tiba di puncak sebuah tebing tinggi. Angin dingin menerpa wajahnya, membawa aroma tanah liar dan aura spiritual yang tak teratur.
Di sinilah tempatnya.
Tempat di mana segalanya akan dimulai.
[DING!]
Syarat lokasi terpenuhi. Apakah host ingin membangun inti sekte di sini?
Ya / Tidak -
– Ya –
Aktivasi Bangunan Inti Sekte dimulai...
Membangun: Aula Utama, Aula Kebangkitan, Papan Misi, Gerbang Batu, Monumen Nama Sekte, dan Formasi pertahanan lv.1.
Tanah di sekitarnya bergetar. Lingkaran formasi besar bersinar samar di bawah kakinya. Kabut spiritual mulai berpusar, membentuk siluet bangunan dalam cahaya keemasan.
Di depan Han Wuqing, pilar batu tinggi perlahan menjulang dari tanah. Di atasnya tertulis kosong—menunggu nama yang akan menggema di seluruh benua.
Sistem kembali berbunyi:
Silakan beri nama untuk sektemu:
“.............”
Han Wuqing membuka mata, tatapannya tajam, seolah menembus masa depan.
“Sekte...”
“Yuandao.”
Tiba-tiba muncul cahaya keemasan, mengukir nama di pilar batu itu.
“Mm, bagus.”
Sambil melangkah memasuki aula utama sekte, Han Wuqing memanggil sistem dalam pikirannya.
“Sistem, jelaskan padaku tentang Skill Kepemimpinan. Apa saja fungsinya?”
“Kemampuan khusus yang memungkinkan host untuk melihat, menilai, dan memengaruhi status, potensi, dan kondisi mental bawahan atau muridnya secara real-time. Ia juga bisa memberikan buff (peningkatan sementara) atau perintah strategis dalam kondisi tertentu.”
“Karena Skill Kepemimpinan host masih di Lv.1, hanya bisa melihat status setiap murid: level kultivasi, bakat, emosi, dan progres pelatihan.”
Han Wuqing mengangguk pelan sambil terus melangkah, pandangannya menyapu interior aula.
“Melihat status murid, ya...” gumamnya. “Jadi aku bisa tahu siapa yang benar-benar latihan... dan siapa yang malas?”
Senyum tipis terbit di sudut bibirnya.
“Lumayan juga. Setidaknya aku nggak perlu menebak-nebak mana yang jenius sejati, dan mana yang cuma jago bicara.”
Langkah Han Wuqing bergema lembut di koridor batu yang sunyi. Kabut tipis menggantung di udara, menyelimuti suasana dengan ketenangan yang aneh. Di ujung lorong, sebuah papan kayu tua tergantung di atas sebuah pintu besar, tulisannya terukir dengan gaya kaligrafi kuno: “Ruangan Ketua Sekte.”
Dengan alis sedikit berkerut, Han Wuqing mendorong pintu perlahan. Engsel kayu berderit pelan saat pintu terbuka, memperlihatkan ruangan luas yang didominasi nuansa kayu hangat dan aroma dupa lembut. Rak buku tinggi berjajar rapi di sisi kiri dan kanan, dan di tengah ruangan berdiri sebuah meja besar.
Namun, hal yang membuat Han Wuqing tertegun bukanlah ornamen khas sekte—melainkan sebuah komputer modern lengkap dengan monitor datar, keyboard, dan perangkat lainnya yang tampak asing di dunia ini. Monitor menyala, menampilkan antarmuka sistem bergaya futuristik dengan aksen biru keperakan.
“Sistem?” gumamnya pelan, langkahnya mendekat penuh waspada namun tertarik.
Begitu tangannya menyentuh mouse, antarmuka sistem menyambutnya dengan suara elektronik lembut:
[Selamat datang, Pendiri Sekte. Sistem Pembangun Dunia Virtual Aktif.]
Han Wuqing menatap kursi berdesain aneh di hadapannya berwarna hitam pekat dengan sandaran tinggi dan bantalan empuk. Benda itu jelas tak berasal dari dunia ini. Tanpa ragu, ia duduk. Di layar monitor, teks-teks dan opsi mulai bermunculan:
• “Desain dunia virtual”
• “Hubungkan ke server dunia Bumi”
• “Perisai hukum dunia nyata”
“…Jadi ini fungsinya,” bisiknya.
“Mari lihat desain dunia virtual dahulu…”
Setelah melihat beberapa saat.
“Hmm, jadi… ini adalah fitur yang memungkinkan mengubah dunia nyata ini agar bisa dipetakan, diprogram, dan dijalani layaknya sebuah game virtual reality.”
“Menarik,” gumamnya dengan senyum licik.
Jari-jarinya mulai menari di atas keyboard. Ia membuka antarmuka desain, mulai menyusun tampilan dunia: peta, sistem leveling, karakteristik kultivasi, bahkan mekanisme misi. Semua disusun agar menarik dan terasa “game-like” bagi orang-orang dari Bumi.
Setelah beberapa saat, matanya berpindah ke opsi berikutnya.
“Perisai Hukum Dunia Nyata…”
Ia mengkliknya.
Sebuah jendela baru terbuka, menampilkan sederet pengaturan yang dirancang untuk satu tujuan: melindungi para penghuni asli dunia Cangxuan—terutama kaum mortal—dari perilaku menyimpang para pemain dari Bumi.
“Jadi ini semacam sistem hukum otomatis… Jika ada pemain yang bertindak di luar batas—membunuh sembarangan, memaksa, atau melanggar norma lokal… sistem ini akan mengintervensi.”
Di bagian bawah jendela, terdapat beberapa pilihan lanjutan:
• Aktifkan Deteksi Pelanggaran Moral
• Sanksi Otomatis: Debuff / Peringatan / Pengusiran
• Mode Karma: Akumulasi Dosa Pemain
• Laporan Warga Otomatis (NPC)
“Luar biasa…” Ia terkekeh pelan. “Sampai NPC pun bisa jadi pelapor… Dunia ini benar-benar akan terasa hidup.”
Ia langsung mengaktifkan semua pengaturan.
Setelah mengaktifkan seluruh fitur dalam Perisai Hukum Dunia Nyata, Han Wuqing belum berhenti. Matanya menatap satu tab yang sebelumnya belum ia buka.
“Perlindungan Pemain.”
Ia mengkliknya.
Tampilan baru muncul di layar. Teks-teksnya bersinar redup, seolah menyimpan lapisan keamanan tambahan:
“Diperuntukkan bagi pengguna dari dunia Bumi: manusia modern yang belum pernah menyaksikan darah, tragedi, ataupun kekejaman dunia nyata.”
“Sistem ini memberikan dukungan mental dan perlindungan psikologis untuk mencegah trauma mendalam akibat pengalaman di dunia kultivasi.”
Wuqing mengangguk pelan. “Benar… Mereka pikir ini hanya permainan. Mereka belum tahu apa itu kesakitan… kematian… kehilangan.”
“Sungguh nyaman menjadi pemain…”
Ia menelusuri satu per satu opsinya:
• Sensor Kekejaman Tingkat Rendah (aktif default)
Menyaring efek visual ekstrem bagi pemain baru (seperti darah, penyiksaan, dan kematian tragis) secara bertahap, tergantung stabilitas mental individu.
• Fitur Penyesuaian Realitas Emosional
Mengatur intensitas emosi seperti ketakutan, panik, atau rasa sakit agar tidak menghancurkan kestabilan mental pemain.
• Sistem Penyeimbang Trauma
Memberikan “jeda ilusi” saat pemain mengalami kejadian berat, seperti kematian rekan/NPC atau kekalahan besar, agar mereka bisa menyesuaikan diri.
Han Wuqing menyipitkan mata. “Tak semua layak dimanja… tapi mereka juga aset. Bila hancur sebelum berkembang, sia-sia semuanya.”
Ia mengaktifkan seluruh sistem, lalu menambahkan aturan tambahan:
“Pemain yang berhasil bertahan dari trauma pertama akan secara otomatis dipindai. Jika stabil, sensor kekejaman akan dikurangi secara bertahap.”
Selesai dengan sistem perlindungan, Han Wuqing berdiri dan melangkah keluar dari ruangan pusat kendali. Ia memandang hamparan luas gunung dan hutan dari puncak pegunungan tempat ia membangun basis sektenya.
“Jika dunia ini harus dijual… maka kita butuh umpan yang tepat,” gumamnya sambil tersenyum tipis.
Ia mengangkat tangannya, memilih salah satu opsi di antarmuka: “Aktifkan Rekaman Visual Sistem.”
Ia menyipitkan mata, bergumam pelan, “Hmph… jurus seperti apa yang harus kupakai agar terlihat ‘keren’… tapi tetap masuk akal di tingkat Foundation Establishment?”
Tangannya mengepal di sisi pinggang. “Tak bisa terlalu berlebihan… tapi cukup memukau untuk membuat mereka percaya.”
Tanpa berkata apa pun, ia menghunus pedang dari punggungnya—sebuah bilah panjang berwarna hitam perak dengan pola kilat di sepanjang sisi.
Tubuhnya melesat memutar, langkah-langkahnya ringan seperti angin musim semi, namun tiap jejak mengandung kekuatan yang membelah tanah. Pada langkah terakhir, ia melayang di udara, mendekap pedang ke dadanya.
Dengan suara tenang namun menggema, ia mengucap:
“Satu tebasan… Empat Musim.”
Seketika, pedang qi melesat dari bilahnya—seberkas cahaya yang memancarkan aura musim semi yang menyembuhkan, panas musim panas, gugurnya daun di musim luruh, dan tajamnya embun beku musim dingin. Tebasan itu menyapu turun ke bumi, memecah udara dan menghantam sasaran di bawahnya seperti kehendak langit yang tak bisa ditolak.
Seketika, adegan langsung melesat tinggi ke pegunungan dan hutan, menembus tanah lapang luas dengan rerumputan yang bergoyang tertiup angin, serta rumah-rumah desa di pinggiran Seribu Gunung.
Adegan berpindah, menampilkan Han Wuqing berdiri di depan gerbang sekte. Pedangnya tertancap kokoh di tanah, sementara ia menatap lurus ke depan, angin menggoyangkan jubahnya, berkata:
“Bangun para murid!!”
“Bentuk takdirmu.”
“Dunia menunggumu.”
Hening.
“Mm, lumayan!!” Senyum tipis terbit di mulutnya.
Segera, Han Wuqing kembali menuju ruang ketua sekte, duduk di bangku dan menatap layar monitor untuk mengedit video yang ia buat. Setelah seluruh pengaturan selesai, Han Wuqing menyandarkan punggungnya di kursi.
“Baiklah…” Ia menarik napas panjang, lalu mengetik perintah terakhir.
“Buat Situs Web Game.”
Beberapa detik kemudian, halaman promosi otomatis mulai terbentuk. Judul besar terpampang di layar:
《Immortal VR: Kebangkitan Sekte Abadi》
Game VR Pertama yang Mengaburkan Batas Antara Realitas dan Fantasi!
Bangun sektemu. Latih murid. Kuasai dunia.
Di bawahnya, fitur-fitur utama terpampang:
• Dunia terbuka tak terbatas
• Sistem kultivasi realistis
• Interaksi dengan NPC cerdas
• Misi, duel, dan perang sekte
• Imersi total dengan AI berbasis kesadaran
Han Wuqing tersenyum miring.
“Sekarang… tinggal satu langkah terakhir.” Ia mengetik dengan penuh semangat.
“Sebarkan situs ini ke forum VR, komunitas gamer, dan media sosial.”
Jari-jarinya berhenti sejenak. Ia tertawa kecil, lalu bergumam dengan nada licik:
“Baiklah… ayo kita undang alat—uhuk, maksudku… pemain.”
Layar berkedip sekali. Dalam hitungan menit, notifikasi dari dunia Bumi mulai berdatangan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!