NovelToon NovelToon

Not Yet Yours

Prolog

Siapa yang tidak mengenalnya? Model berwajah cantik dan manis, memiliki kepribadian yang ceria dan menyenangkan. Siapapun akan langsung menyukainya karena sifatnya yang baik hati dan ramah serta mudah bergaul dengan siapa saja.

Lindsey Elisabeth Collins, putri pertama dari pasangan Erick Alexander Collins dan Lacey Collins, pemilik agency permodelan terbesar di London. Agency ini sudah tidak diragukan lagi karena sudah banyak menghasilkan model papan atas termasuk putri mereka Lindsey.

Kehidupan keluarga mereka sangat disukai, apalagi mereka adalah keluarga yang harmonis yang saling melengkapi. Setidaknya itulah yang terlihat di layar kaca.

Berbeda dengan yang selama ini terlihat layar kaca, Lindsey bukanlah pribadi yang ceria dan periang jika sudah berada di rumah, terutama dihadapan papa, mama dan adiknya Liliana. Ia adalah anak yang pendiam dan penurut.

“Papa akan menikahkan mu dengan rekan bisnis papa minggu depan.” ucap Erick datar tanpa menatap putrinya di satu hari.

“Iya, papa.”

“Bersikap baiklah padanya, dia yang akan mengurus mu setelah kalian menikah.” Ucap Lacey

“Iya, mama.”

“Kau tidak akan tinggal disini setelah menikah kak.”

Lindsey tersenyum masam. “Iya.”

“Setelah menikah, kau akan langsung ikut dengan suamimu. Jadi bawa semua barang milik mu." Ucap mamanya pelan. Ia diusir, setidaknya dengan cara halus.

Lagi-lagi Lindsey hanya tersenyum.

“Kalau begitu naiklah, persiapkan dirimu untuk minggu depan. Selama seminggu ini kau tidak boleh keluar rumah. Mama sudah membatalkan semua kontrakmu, mama juga sudah mengganti rugi pada mereka, surat pengunduran dirimu dari agensi juga sudah mama urus.”

“Iya, mama.”

Lindsey menaiki tangga menuju kamarnya. Ia masih tersenyum kecut. Hidupnya bak boneka dan manekin yang bisa dipindah-pindah dan diatur sesuka hati pemiliknya.

Suara tawa yang memprihatinkan keluar dari bibirnya. Ini lucu, hidupnya lucu, ia tertawa sampai air matanya keluar. Hidupnya terlalu lucu sampai-sampai air mata itu tidak bisa berhenti mengalir.

Apa yang salah sebenarnya?

Jangan tanyakan apakah dia anak kandung atau bukan, karena jawabannya adalah ia anak kandung.

Bukan sekali atau dua kali ia melakukan tes DNA. Ia sudah tes berkali-kali di rumah sakit yang berbeda-beda dan hasilnya tetap sama, ia anak kandung. Ia bahkan sudah melakukan tes DNA dengan rambut, potongan kuku, bahkan darah tapi hasilnya tetap tidak berubah.

Ia adalah darah daging kedua orang tuanya. Tidak ada sedikitpun celah yang bisa membuatnya menjadi anak angkat.

Tapi kenapa? Ia diperlakukan seperti orang asing sehingga membuatnya merasa asing.

____________

"Tuan semuanya sudah dipersiapkan, calon mempelai wanita Anda menerima tawaran pernikahan yang Anda ajukan."

Lelaki itu menatapnya datar. "Berapa yang mereka minta?"

"Mereka tidak meminta uang, mereka hanya meminta agar Anda menyelamatkan perusahaan mereka."

"Aku tidak melihat perbedaannya, tetap saja itu tentang uang." Lelaki itu memutar bola matanya malas.

"Tapi mereka juga berpesan agar Anda bisa memperlakukan nona Lindsey dengan baik."

Lelaki itu mengernyit. "Mereka secara tidak langsung menjual putri mereka kepada ku, jadi terserah padaku akan bersikap baik ataupun tidak."

"Tapi anda menikahi putri mereka karena anda sudah lelah diisukan sebagai seorang gay."

"Itu atas kemauanku sendiri. Jangan lupakan kalau perusahaan mereka akan diambil alih oleh orang lain, mereka  yg meminta bantuan padaku jadi aku juga tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Sudahlah Patrick, siapkan saja pernikahannya. Aku akan kembali bekerja."

Pria yang dipanggil Patrick itu segera menunduk dan meninggalkan lelaki itu kembali bekerja.

Setelah Patrick keluar dari ruangannya, lelaki itu menghela napas rendah kemudian memejamkan matanya sejenak.

Dia, lelaki yang diisukan gay karena dianggap tidak menyukai wanita akan segera menikah dengan seorang model cantik dan seksi.

Senyum miring terbit di bibirnya. Hidupnya akan terasa lebih indah dan menyenangkan.

Chapter 1

Lelaki itu berdiri dengan gagah, menunggunya di altar. Lelaki yang memiliki wajah tampan, bahkan sudah masuk kategori terlalu tampan. Rahangnya yang tegas, leher yang kokoh, dan jika diamati lebih dekat, ia terlalu tampan untuk menjadi manusia.

Lindsey tersenyum. Sepertinya hidupnya akan berubah setelah menikah. Mungkin nantinya ia akan merasakan bagaimana rasanya dicintai dan diinginkan.

Lucas Jeffry Jefferson, nama lelaki itu. Baru tadi pagi ia mengetahui namanya. Mamanya memberitahukan nama calon suaminya baru tadi pagi. Entah kenapa mamanya merahasiakan nama calon suaminya, ia tidak tahu. Setidaknya ia sudah tahu sekarang.

Meskipun sebenarnya Lindsey sudah penasaran tentang calon suaminya itu, tapi ia tidak bisa bertanya karena sudah pasti tidak akan ada yang memberitahunya. Jadi ia hanya diam dan menunggu. Tapi sampai sekarang pun tidak ada yang memberitahu hal-hal tentang calon suaminya.

Membuat Lindsey sadar kalau ia akan menikah dengan orang asing.

Tapi melihat bagaimana gembira dan bahagianya wajah sang mama saat diwawancara oleh salah satu stasiun televisi, membuat ia tersenyum kecut.

Dengan alasan tidak ingin melihat mamanya marah, akan lebih baik jika ia diam dan menurut. Menunggu penjelasan dari mamanya.

Setelah kabar pernikahan Lindsey Collins putri sulung pemilik agensi model terbesar di London mengudara, banyak acara talk show yang mencoba mengundangnya dan bertanya secara langsung. Bahkan beberapa orang menawarkan untuk mewawancarainya langsung di rumah, tapi tetap tidak bisa. Mamanya melarang.

Sebagai gantinya, mamanya menggantikan dirinya untuk menghadiri semua talk show itu. Lindsey bisa melihat mamanya dari televisi, bagaimana kebahagiaan seorang ibu yang akan menikahkan putri kesayangannya.

Tapi sayang, bukan itu yang Lindsey baca dari raut wajah mamanya di setiap talk show. Bukan wajah kebahagiaan karena pernikahan putrinya, melainkan wajah kebahagiaan karena melepas sebuah beban.

Satu-satunya ekspresi yang ia lihat dari wajah sang mama adalah rasa lega dan bahagia karena berhasil ‘mengusir’ putrinya dari rumah. Bahkan mungkin mengusir putrinya dari kehidupannya.

Sangat mudah dibaca dan dipahami. Ya, 'kode' dan 'maksud' yang diberikan oleh mamanya bisa ia pahami dengan baik.

Lindsey sebisa mungkin menghilangkan rasa kecewa dari hatinya. Bagaimanapun juga, ia tidak akan bisa mengungkapkan setiap rasa kecewa itu pada siapa pun. Ia sendiri juga tidak akan bisa jika harus memendam rasa kecewa ini seumur hidupnya.

Jadi lebih baik ia melupakan dan menghilangkan kekecewaan ini agar rasa itu tidak berubah jadi dendam.

Lindsey berjalan perlahan dengan papanya menuju altar. Lelaki itu menatapnya dengan tajam dan lekat. Tatapannya mengikuti setiap langkah kaki Lindsey yang bergerak mendekat.

Lindsey merasa salah tingkah sendiri. Bagaimana mungkin ia tidak salah tingkah jika lelaki yang sedang memperhatikannya itu sangat tampan bak seorang dewa Yunani.

Namun salah tingkah itu tidak berlangsung lama, karena sedetik kemudian Lindsey sadar. Teringat bahwa lelaki yang sedang menunggunya itu tidaklah sama seperti lelaki normal pada umumnya. Lelaki yang akan menjadi suaminya itu tidak tertarik padanya sekalipun ia telanjang bulat dan menari.

Langkah kaki Lindsey dan papanya akhirnya berhenti setelah mereka sampai di depan altar. Di hadapan laki-laki itu.

Lucas mengulurkan tangannya menerima tangan Lindsey dengan raut wajah datar. Tidak ada senyum di wajah lelaki itu. Berbeda dengan Erick -ayahnya- yang tersenyum saat menyerahkan putrinya pada Lucas.

Lindsey meraih tangan Lucas dan berdiri berhadapan dengannya sambil berpegangan tangan. Mereka bertatapan selama pendeta berbicara.

Lucas menatapnya datar tanpa ekspresi. Yah, sedikit banyak berhasil membuat Lindsey merasa kesal.

Dengan gemas, Lindsey *******-***** dengan telapak tangan Lucas. Membuat lelaki itu mengernyit dan menatapnya bingung dengan sebelah alis terangkat.

Tampan, batin Lindsey.

Melihat sang calon suami meresponnya, Lindsey lalu memberi isyarat pada Lucas agar tersenyum melalui bibirnya yang bergerak membentuk senyuman.

Setidaknya lelaki ini harus tersenyum di hari bahagia mereka. Pikir Lindsey, walau sendiri bingung dengan perasaannya. Apa ia bahagia?

Sayangnya Lucas menatapnya semakin bingung. Kali ini kedua alisnya merenggut hampir menyatu. Tapi itu tidak bertahan lama karena sang pendeta memanggil nama Lucas dan menginstruksikan agar ia mengulangi apa yang pendeta itu ucapkan. Mengucapkan janji suci sekali untuk selamanya.

Lucas mengucapkan janjinya tetap dengan raut datarnya. Sama sekali tidak ada keinginan untuk tersenyum atau sekedar memperlihatkan raut wajah semangatnya. Hal ini berbanding terbalik dengan Lindsey yang mengucapkannya dengan senyum ceria, seolah tidak ada beban yang ditanggung oleh wanita itu.

Lucas menatap tepat ke manik mata Lindsey  ketika perempuan itu sedang mengucapkan janji sucinya. Entah kenapa perasaan Lucas sedikit aneh tatkala mendengar janji yang Lindsey ucapkan penuh dengan binar kebahagiaan.

Sejenak Lucas merasa bahwa dunianya berhenti di senyuman Lindsey. Hatinya sedikit bergetar melihat raut wajah ceria yang ditunjukkan oleh calon istrinya itu. Dan secara tidak sadar, Lucas juga ikut tersenyum, tipis. Sangat tipis bahkan mungkin Lindsey juga tidak akan tahu kalau lelaki itu sedang tersenyum.

Setelah mengucapkan janji suci, mereka kemudian bertukar cincin lalu setelah itu pendeta meresmikan bahwa mereka sekarang sudah sah menjadi suami istri di hadapan Tuhan dan dihadapan negara.

Pendeta itu lalu mempersilahkan agar mempelai laki-laki mencium mempelai perempuannya.

Mendengar instruksi itu, Lindsey merasa sedikit gugup. Ia akan berciuman dengan lelaki bak dewa Yunani yang ada dihadapannya saat ini. Ah, ini kali pertama ia berciuman. Damn!

Lucas membuka veil Lindsey dengan perlahan lalu mendekatkan wajahnya. Dengan lembut ia menangkup kedua pipi Lindsey, memiringkan kepalanya dan mengecup bibir Lindsey sekilas. Ya hanya sekilas, bahkan sebelum para tamu undangan beretepuk tangan, ciuman itu sudah selesai. Mungkin lebih tepatnya kecupan.

Tidak terasa apa-apa.

Seseorang yang berada di kursi tamu tiba-tiba berdiri dan berteriak agar Lucas mengulangi ciuman mereka. Lelaki itu meneriakkan kalau yang baru saja Lucas lakukan bukan ciuman, melainkan tempel bibir saja.

Mendengar itu, wajah Lindsey bersemu merah karena malu. Malu ketiak orang lain sekali lagi akan melihat mereka berciuman!

memangnya yang tadi bukan ciuman? Setahunya, bibir jika bertemu dengan bibir yang lain maka itu artinya berciuman. Benar kan?

Tapi sepertinya Lucas mengindahkan teriakan tamu tersebut. Buktinya lelaki itu kembali mendekati Lindsey dan memiringkan kepalanya. Kembali ia merengkuh tengkuk Lindsey dan mencium bibir wanita itu dengan lembut. Kali ini Lindsey merasakan perbedaan dengan yang sebelumnya. Lucas ******* bibirnya dengan lembut dan lebih lama dari sebelumnya, dan melepaskannya ketika suara riuh tepuk tangan dan siulan dari tamu undangan bergema.

Apa itu namanya ciuman? Rasanya berbeda dan ehm... lebih nikmat.

“Tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu lagi. Ini yang terakhir."

Lindsey membuka matanya dan mendapati Lucas menatapnya dengan raut wajah datar. Kalimat yang barusan ia dengar dari lelaki itu kembali menyadarkannya dengan kenyataan.

Ia tidak munafik kalau ciuman Lucas barusan membuatnya melayang, bibir lembut lelaki itu menyentuh bibirnya dengan pelan dan ia sangat menyukainya. Ia menikmati ciuman Lucas sampai ia lupa cara untuk membalas ciuman itu.

Tapi mengingat apa yang baru saja lelaki itu ucapkan, membuatnya kembali sadar. Ia tidak akan punya harapan untuk lelaki di hadapannya ini. Ia tidak akan punya kesempatan untuk memiliki lelaki ini sepenuhnya.

Ia tidak munafik kalau ciuman Lucas barusan membuatnya melayang, bibir lembut lelaki itu menyentuh bibirnya dengan pelan dan ia sangat menyukainya. Ia menikmati ciuman Lucas sampai ia lupa cara untuk membalas ciuman itu.

Tapi mengingat apa yang baru saja lelaki itu ucapkan, membuatnya kembali sadar. Ia tidak akan punya harapan untuk lelaki di hadapannya ini. Ia tidak akan punya kesempatan untuk memiliki lelaki ini sepenuhnya. Ia tidak akan bisa mendapatkan lelaki yang berdiri dihadapannya ini. Lelaki yang sedang menatapnya dengan datar, lelaki ini, suaminya.

Lindsey menghela napas pelan kemudian tersenyum mengangguk pada Lucas. Lindsey meratapi hidupnya dan kesialannya. Sepertinya hidupnya tidak akan akan banyak berubah meskipun ia sudah tinggal dengan orang tuanya lagi.

Lucas dan Lindsey sudah menghadap pada undangan yang menghadiri pemberkatan mereka. Sebagian besar orang yang hadir adalah para rekan kerja ayahnya dan Lucas.

Lindsey tersenyum melihat ada George di kursi undangan itu. Sahabat satu-satunya yang ia miliki, yang paling mengerti dirinya bahkan melebihi kedua orangtuanya. Dan ia bersyukur George mendukung setiap keputusannya, walau sebelumnya lelaki itu bolak-balik bertanya mengenai kesungguhannya menikahi Lucas. Tapi akhirnya George tersenyum dan mendukungnya.

George melambai dan tersenyum penuh semangat pada Lindsey. Melihat itu, Lindsey balas tersenyum pada George, senyum yang selalu disukai oleh sahabatnya itu. Karena George selalu melihatnya menangis, jadi sekali Lindsey tersenyum, lelaki itu langsung menyukainya. Senyuman manis dan ceria khas-nya.

Lindsey sedikit terkejut saat merasakan tangannya di genggam oleh Lucas dengan erat. Ia menatap ke arah Lucas dan melihat lelaki itu sedang melihat ke arah George tapi langsung beralih ke salah satu undangan.

Lindsey mengikuti arah tatap Lucas dan mendapati suaminya itu sedang menatap seorang lelaki, yang juga sedang menatap mereka berdua dengan raut wajah yang tidak bisa ia dibaca. Mungkin karena terlalu jauh.

Lindsey menatap ke arah Lucas. Sedikit memajukan langkahnya agar bisa menatap keseluruhan wajah lelaki itu. Dan ia melihat Lucas sedang tersenyum pada lelaki itu.

Lucas, suaminya yang tidak pernah tersenyum sejak dari tadi mereka berhadapan dan mengucap janji suci, langsung tersenyum kepada orang yang menatap mereka dari jauh itu. Hal ini kembali mengingatkan Lindsey mengenai satu hal. Ia menghela napas pelan.

Ah, suaminya ini adalah seorang gay.

Chapter 2

Berita pernikahan seorang Lucas Jefferson benar-benar menggemparkan benua Amerika dan Eropa. Bagaimana tidak, jika seorang gay seperti dirinya menikahi seorang model yang cantik dan sangat seksi asal London, Lindsey Collins.

Tapi penggemar mereka berdua sepertinya tidak menerima pernikahan itu dengan lapang dada. Buktinya, saat ini penggemar mereka sedang berperang panas di media sosial maupun media online.

Penggemar Lucas yang notabene adalah kaum hawa berperang dengan penggemar Lindsey yang notabene adalah kaum adam. Mereka sama-sama mengatakan kalau idola dari masing-masing mereka tidak pantas bersanding.

Ada yang mengatakan jika Lindsey terlalu sempurna untuk bersanding dengan seorang gay. Sedangkan dari kubu sebelah juga mengatakan hal yang sama, Lucas terlalu sempurna untuk Lindsey, seorang model yang terkenal hanya karena usaha kedua orangtuanya. Tidak ada yang mau kalah diantara kedua kubu itu.

Berbeda dengan kedua idola mereka yang tidak peduli dengan pemberitaan media. Bahkan pada penggemar mereka yang sedang ‘berperang’.

Lindsey melirik TV tidak berminat. Ia baru saja selesai mandi karena kelelahan. Resepsi pernikahan mereka baru digelar dua hari kemudian setelah pemberkatan. Artinya pagi tadi dan baru selesai sore ini.

Lucas sendiri sudah pergi entah kemana, tapi Lindsey memilih naik karena kelelahan. Awalnya ia ingin beristirahat, tapi matanya menolak untuk terpejam dan ia berakhir dengan menonton TV.

Sayangnya setelah menonton, ia langsung tidak berminat karena hampir seluruh siaran acara hanya membahas mengenai pernikahannya saja. Bahkan segala macam spekulasi dari orang-orang yang merasa bahwa pernikahan ini terlalu tiba-tiba, membuat ia malas. Tapi memang begitu kan? 

Lindsey akhirnya mematikan TV dan memilih duduk di balkon kamarnya. Ia termenung dan menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong. Saat ini, ia dan Lucas masih berada di London. Lelaki itu mengatakan kalau ia masih punya pekerjaan yang belum selesai, jadi belum bisa langsung kembali ke Amerika.

Saat ini Lucas sedang berada di luar, entah di mana ia tidak tahu, yang pasti lelaki itu mengatakan kalau ia ada keperluan sebentar, setelah mengantarnya pulang.

Memikirkan Lucas membuat Lindsey kembali teringat saat Lucas menciumnya dua hari yang lalu setelah selesai pemberkatan. Ia menikmati ciuman yang diberikan Lucas padanya. Sangat lembut.

tanpa sadar, Lindsey menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk merasakan sisa-sisa panas ciuman yang diberikan Lucas.

Ia menikmati ciuman Lucas tapi ia sendiri tidak bergerak membalas ciuman itu hingga lelaki itu melepas bibirnya karena teriakan seseorang. Orang yang sama dengan yang sebelumnya meminta mereka untuk mengulang adegan ciuman itu.

Lindsey mendesah lelah, ia tidak akan pernah lagi bisa merasakan ciuman itu. Setidaknya tidak dalam waktu dekat ini. Suaminya itu tidak menyukainya, suaminya tidak menyukai perempuan.

Tapi jika Lindsey boleh jujur, ia sangat menyukai wajah Lucas. Ia juga tidak munafik jika mengatakan kalau Lucas memang tampan, bahkan sangat tampan. Rahang tegas lelaki itu dan lehernya yang kokoh benar-benar akan membuat Lindsey gila jika mencium, bahkan menjilatinya.

Eh!!! tunggu dulu, apa yang baru saja ia pikirkan? Ia tidak sedang mencoba untuk memiliki Lucas bukan?

Tidak mungkin ia bisa memiliki Lucas. Mengharapkannya saja hanya angan-angan apalagi memilikinya!

Oh C’mon, suaminya itu adalah seorang gay, itu artinya ia mengharapkan sebuah kemustahilan terjadi! Semacam mujizat menjadi nyata. Argggh benar-benar menyebalkan!

Ya ampun sebenarnya apa yang sedang Lindsey pikirkan sekarang? Apa ia sedang mengharapkan suami gay-nya?

Tidak! Ia tidak akan mengharapkan suaminya itu. Suaminya itu tidak akan pernah bisa menjadi miliknya. Dan lagi, Lucas juga mengatakan kalau lelaki itu tidak akan pernah lagi menyentuhnya. Damn!

Lindsey menggeleng-gelengkan kepalanya cukup keras kemudian memukul pelan kepalanya karena sudah berpikir yang tidak-tidak.

“Ada apa denganmu?”

Suara yang berasal dari belakangnya membuat Linsey terkejut dan langsung menoleh. Ia gelagapan karena pasti terlihat dungu sekarang, apalagi melihat Lucas yang saat ini sedang menatapnya, aneh.

“Aku.. Aku.. ak, aku hanya sedang memutar kepalaku,”

“Kenapa?”

Lucas melihat Lindsey berpikir keras hanya untuk menjawab pertanyaan ‘Kenapa’-nya. Lucas menggelengkan kepalanya pelan.

“Tidak usah dijawab kalau kau memang tidak memiliki jawabannya.” ucapnya datar kemudian memasuki kamar mandi.

Lindsey hanya terdiam dan menatap Lucas yang memasuki kamar mandi,

“lalu kenapa harus bertanya?” gumamnya cemberut.

Lindsey kembali ke balkon kamarnya, merasakan angin malam yang menyentuh kulit putihnya. Ia melihat lampu-lampu kota yang menerangi kegelapan. Malam ini tidak terlihat bulan maupun bintang, yang artinya malam ini bukanlah malam yang cerah.

Angin yang berhembus pelan menyapa tubuhnya, membuat ia memejamkan mata menikmati setiap hembusan yang menyentuh kulitnya dengan lembut. Sudah berapa lama ia tidak merasakan angin malam yang menyapanya lembut seperti ini?

Lindsey masih setia memejamkan matanya. Tanpa ia sadari Lucas sedang memandanginya dari belakang dengan raut wajah datar. Lelaki itu mengambil selimut tipis dan berjalan mendekati Lindsey dengan perlahan.

Lucas membentangkan selimut itu dan melilitkannya di tubuh Lindsey dengan pelan. Ia merasakan tubuh Lindsey yang terkejut dan melihat istrinya itu langsung menoleh ke belakang. Menatapnya dengan raut wajah shock karena terkejut. Tangannya masih setia melingkar di perut rata Lindsey mencoba memberikan sedikit kehangatan.

“Angin malam bukan sesuatu yang bisa membuat tubuhmu sehat. Jaga kesehatanmu.” ucap Lucas lalu mengurai pelukannya dan meninggalkan Lindsey yang masih menatapnya shock.

Lindsey masih berdiri menatap punggung Lucas yang menjauh hingga menghilang di balik pintu kamarnya. Jantungnya masih berdetak tak karuan.

Ia benar-benar terkejut saat merasakan seseorang yang memeluknya dari belakang. Dan ternyata yang memeluknya adalah Lucas. Ya ampun Lucas memeluknya!!

Tidak, tidak, tidak! memang kenapa kalau Lucas memeluknya? Lagipula lelaki itu memeluknya karena tidak ingin ia kedinginan, bukan karena hal lainnya! Tapi bukankah itu sebuah perhatian?

Lindsey bisa merasakan hangat pelukan Lucas disela-sela keterkejutannya tadi. Pelukan Lucas benar-benar lembut dan membuatnya hatinya berdesir. Ia sangat menikmati pelukan yang sesaat itu walau dengan raut wajah shock. 

Suara rendah Lucas membuatnya merinding. Seandainya saja suaminya itu normal, dengan senang hati ia akan langsung mencium bibir seksi lelaki itu, tapi sayangnya bukan.

Lindsey menyentuh dadanya merasakan debaran jantungnya. Kenapa ia bisa berdebar pada suaminya yang jelas-jelas adalah seorang gay? Sepertinya ada yang salah dengan jantungnya.

Entah kenapa saat ini ia sudah tidak mood lagi untuk menikmati angin malamnya. Rasanya ia ingin kembali dipeluk oleh Lucas seperti tadi.

Lindsey memutuskan kembali masuk dan menutup pintu balkon kamarnya dengan pelan. Ia berjalan menuju tempat tidur, ketika pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan suaminya di sana.

“Kau akan tidur?” tanya Lucas melihat istrinya yang sudah hampir menaiki tempat tidur.

“Iya,”

“Apa kau tidak lapar? Ayahmu bilang kau tidak ikut saat makan malam tadi.”

Lindsey menunduk dan menggigit bibir bawahnya. “Aku sedang tidak berselera makan,”

“Tapi kau harus makan. Ayo! Aku juga belum makan malam.”

Mau tidak mau Lindsey melepas selimut yang ada di tubuhnya dan menghampiri Lucas yang menunggunya di pintu. Ia berjalan dengan gugup karena Lucas sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari dirinya.

Ia keluar kamar dan mereka -Lindsey dan Lucas- berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Lucas mengikutinya dari belakang dengan kedua tangannya dimasukkan ke saku celananya.

Sebelum sampai di ruang makan, langkah Lindsey terhenti karena mendengar suara Liliana.

“Jadi kau tidak turun saat makan malam karena ingin makan malam bersama suamimu?” Liliana mengamati Lindsey dan Lucas dengan raut wajah yang entahlah, semacam kesal dan tidak suka.

Lucas juga mengamati Liliana dengan wajah datarnya, tapi kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Lindsey karena mendengar gadis itu bersuara.

“Aku tidak mungkin makan malam tanpa suamiku.” ucapnya datar kemudian melangkah meninggalkan Liliana yang masih menatapnya kesal. Lucas sendiri sedikit mengernyit saat mendengar nada Lindsey yang tidak bersahabat kepada adiknya sendiri.

Tapi Lucas tidak terlalu mempedulikan hal itu karena selanjutnya ia juga melangkah dan meninggalkan Liliana.

Raut wajah kesal dari adik iparnya itu tidak luput dari pandangannya. Lucas menatap Liliana dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Adik ipar?

Sebenarnya tadi, Lucas ingin keluar karena sadar dan terkejut telah memeluk Lindsey. Ia memeluk gadis itu dengan tidak sadar. tapi begitu sadar, ia langsung melangkah keluar untuk menetralkan perasaanya yang sepertinya sedang tidak beres. Ini baru tiga hari ia bertemu dengan Lindsey. Jadi mungkin perasaan Lucas masih belum terbiasa.

Lucas hampir sampai di pintu utama ketika ayah mertuanya, Erick mengatakan kalau Lindsey belum makan malam. Jadi ia memutuskan untuk tidak pergi keluar dan memilih untuk makan malam bersama istrinya. Tapi kenapa sekarang ia seperti menurut? Bukankah ini terlalu cepat untuk terpengaruh hanya karena status suami istri?

Lucas menatap Lindsey yang sudah duduk di meja makan sambil menatapnya dengan tersenyum. Ah, senyum sialan itu lagi. Kenapa sih istrinya ini harus tersenyum seperti itu padanya? Membuat perasaannya kembali tidak beres.

“Kau ingin makan apa biar aku buatkan?” tanya Lindsey dengan senyum cerianya.

“Sebenarnya aku tidak lapar.”

Lindsey menatap Lucas, bingung. Bukannya lelaki ini lapar? Kalau tidak lapar, kenapa mengajaknya makan malam?

“Kau tidak lapar?” tanya Lindsey dan Lucas menggeleng.

“Lalu kenapa mengajakku makan?”

Lucas menatap Lindsey datar,

“Karena kau belum makan malam.”

Deg. Lindsey menahan napas.

“Tapi aku memang sedang tidak ingin makan Lucas,” ucap Lindsey dengan senyumnya yang biasa.

“Kalau begitu ayo kita makan.”

“Barusan kau bilang kau tidak lapar?” Lindsey semakin bingung dengan tingkah Lucas yang menurutnya memang membingungkan.

Lucas hanya menatapnya datar, “bisa kau buatkan aku susu hangat dan omlete?”

“Kau makan omlete malam-malam?”

“Buatkan untukku dan untukmu.”

“Tapi aku tidak makan omlete malam-malam seperti ini,”

“Kalau begitu buatkan makanan mu, yang penting aku tidak ingin makan sendiri.”

Sebenarnya ada apa dengan suaminya ini? Tadi katanya tidak ingin makan, sekarang minta dibuatkan makan. Lindsey menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berjalan menuju dapur, memasak makanan permintaan dari Lucas dan tak lupa segelas susu hangat. Setelah itu membuat jus buah naga untuknya.

Setelah selesai membuatkan makanan permintaan Lucas, Lindsey membawa makanan itu ke ruang makan dan mendapati suaminya itu sedang berbicara dengan Liliana. Tapi yang membuatnya penasaran adalah raut wajah Liliana yang terlihat kesal sekali pada suaminya.

Dan raut wajah adiknya itu semakin terlihat tidak suka begitu ia memasuki ruang makan serta membawa makanan dan minuman untuk Lucas.

Liliana berdiri dan menghampiri Lindsey dengan kesal. “Ku harap kau segera menyesal telah menikah dengannya!” dengus Liliana lalu meninggalkan mereka berdua di ruang makan. Lindsey hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa.

Namun Lindsey kembali berjalan mendekati Lucas dan meletakkan makanan itu di hadapan Lucas dan juga dihadapannya. Omlete dan susu hangat di hadapan Lucas serta segelas jus di hadapannya.

“Kau tidak makan?” tanya Lucas datar.

“Tidak, aku tidak lapar aku sedang menjaga berat badanku.”

Lucas mencebik tidak suka, membuat Lindsey terkejut. Untuk pertama kalinya Lucas menunjukkan ekspresi tidak sukanya, padanya.

“Kau tidak akan bekerja lagi mulai sekarang!” ucapnya tajam membuat Lindsey meringis mendengarnya.

“Sekarang buatkan makanan untukmu!” lanjutnya.

“Aku sedang tidak ingin makan Lucas, tapi aku akan menemanimu sampai kau selesai makan.” Lindsey tersenyum mencoba menghilangkan sedikit rasa takutnya. Raut wajah Lucas yang kurang bersahabat sedikit membuatnya takut.

Lucas tidak lagi bersuara dan mulai memakan makanannya dengan tenang. Karena merasa bosan, Lindsey memainkan gelasnya.

“Lindsey.” panggil Lucas. Lindsey mendongak menatap Lucas lurus.

"Apa?"

“Apa kau punya masalah dengan keluarga mu?” tanya Lucas datar, menatap lurus ke mata Lindsey yang saat ini menatapnya dengan terkejut.

Dan Lindsey merasakan aura intimidasi yang kuat keluar dari tubuh Lucas seakan membelenggunya dengan kuat. Apa ia harus jujur pada Lucas?

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!