"Baik, disini ibu akan segera mengumumkan siapa saja yang akan mengikuti turnamen olahraga kali ini, yang akan di laksanakan sepuluh hari lagi" Seluruh siswa dan siswi SMA laksmana memerhatikan seorang guru yang sedang berdiri di hadapan mereka semua.
Beliau mulai menyebutkan beberapa nama siswa dan siswi yang akan mengisi beberapa kategori turnamen olahraga tahun ini. "Kita mulai dari kategori turnamen Bulutangkis, Putri tunggal akan di isi oleh, Hauratusshabira"
Haura tidak terlalu terkejut dan senang mendengarnya, karena dia sudah tahu kalau dirinya akan terpilih untuk mengisi kategori turnamen Bulutangkis sebagai putri tunggal.
"Cie, selamat ya. Semoga, kamu bisa dan semangat Haura" Haura hanya menanggapinya dengan datar, ia juga heran pada seseorang yang sangat memaksa ingin berteman dengannya itu.
Padahal, ia sudah beberapakali mengabaikannya, tapi tetap saja. Beberapa nama telah di sebutkan dan beberapa kategori turnamen juga sudah diisi. Semua siswa dan siswi keluar dari tempat itu untuk pulang.
Haura berhasil mendapatkan dua kepercayaan untuk mengisi dua kategori, seperti yang sudah kita ketahui, dia dipilih untuk mewakili bulutangkis putri tunggal dan ada satu lagi, yaitu voli.
Ia berniat akan bekerja keras dan memenangkan semua pertandingannya.
Tit! Tit!
Suara klakson dari motor Erika, berhasil membuatnya terperanjat kaget. "Hau, pulang bareng aku ayo" Haura hanya meliriknya sekilas dan kembali berjalan.
"Hau, ayo naik yo!" Haura pun menghentikan langkahnya dan menatap Erika yang terus mengikutinya menggunakan motor aeroxnya yang berwarna merah.
"Aku jalan kaki aja, kalo mau pulang duluan aja, aku ada ekskul" Kemudian Haura pun meninggalkan Erika sendiri disana.
"Apa yang bisa bikin hati lo luluh Hau? Lo itu bersikap sama, sama semua orang. Gak peduli itu tua ataupun muda, sikap lo tetep aja dingin" Ucapnya sambil memperbaiki punggung Haura yang semakin menjauh.
"Gue jadi penasaran deh, dulu orang tua lo ngidam apaan, sampai anaknya punya sikap dingin kayak gitu" Erika menggeleng lalu pergi meninggalkan halaman parkir.
HARBY KELABU
Pukul empat sore, Haura baru tiba di rumah. Ia langsung menghampiri neneknya yang sedang berada di kedai kecil milik mereka. "Assalamu'alaikum, oma" Haura mencium tangan dan pipi omanya.
"Wa'alaikumsalam, uh cucu oma baru pulang. Gimana sekolahnya nak?"
"Alhamdulillah oma, lancar" Haura mengacungkan jempolnya.
"Dan, asal oma tau. Haura terpilih untuk ikut turnamen bulutangkis sepuluh hari lagi, oma" Aura kebahagiaan terpancar dari wajah oma, yang mana beliau langsung memberikan pelukan pada cucunya itu.
"Alhamdulillah nak, semoga sukses ya"
"Iya oma, makasih. Haura masuk dulu ya, mau mandi" Oma mengangguk dan melanjutkan membersihkan meja.
"Jangan lupa shalat, ya Hau!" Tambahnya dengan sedikit berteriak.
"Udah oma tadi, awal waktu!"
Haura adalah anak yang rajin dan patuh, dia sama sekali tidak pernah melanggar waktu yang sudah ia tetapkan. Jika oma menyuruhnya seperti itu, maka ia akan melakukannya dan tidak akan pernah bisa melawan.
Namun, ada suatu hal yang membuat Haura tidak ingin tersenyum dan bersikap dingin pada orang lain, yaitu... Nanti deh kita akan tahu sendiri.
Setelah selesai makan malam bersama oma, karena kebetulan mereka tinggal berdua di rumah itu. Mereka kedatangan tamu, yaitu keluarga Om Amar. Om Amar adalah anak kedua dari Oma.
Saat sedang asyik mengobrol, Haura pergi ke dapur untuk buang air kecil. Namun pada saat ia keluar dari dalam kamar mandi, seseorang menyeretnya sampai halaman rumah.
"Lepas" Akhirnya tangan Haura di lepaskan oleh Alvan yang sedari tadi mencengkramnya denga cukup kuat. "Heh, udah cukup ya lo! Gua gak terima kalo orang tua gua terus biayain hidup lo!" Bentak laki-laki itu yang bisa kita sebut dia adalah sepupu Haura.
"Kenapa mesti marah sama aku?" Mata Haura mulai berkaca-kaca, karena ia tidak suka di bentak dan di perlakukan seperti itu. "Kenapa kamu gak bilang langsung sama om dan tante?" Suara Haura mulai terdengar bergetar, karena kini ia menahan tangis.
"Oh, jadi itu yang lo mau gua lakuin? Oke, sini" Alvan kembali menyeret tangan Aina dan membawanya ke tempat dimana orang tuanya berada.
Semua orang yang berada disana terkejut dengan apa yang mereka lihat saat itu. "Alvan, apa yang kamu lakukan?" Tanya Amar pada putranya itu.
"Haura mau Alvan bicara sama papa, kalau papa harus berhenti untuk biayain Hora" Hening, suana hening menyelimuti ruangan tersebut. Hani langsung membawa Haura kedalam pelukannya.
"Sini kamu ikut papa" Amar membawa Alvan keluar dari rumah dan berbicara dengan Alvan. "Apa yang kamu inginkan?"
"Pa, Alvan cuma mau papa berhenti biayain Hora. Alvan itu sakit hati pa, ketika mama sama papa terus aja perhatiin Hora, sedangkan Alvan? Kapan Alvan di perhatiin gitu kayak Hora?" Amar membuang nafasnya dengan kasar.
"Kapan kamu bilang? Ingat Alvan, kamu selalu melupakan kebaikan, perhatian, kasih sayang papa sama mama, disaat kamu berusaha untuk menghentikan pada dan mama untuk membiayai Haura.
Alvan, kamu sudah dewasa. Kamu sudah mau lulus kuliah, kamu sudah punya pekerjaan. Seharusnya, kamu bisa lebih berpikir dewasa. Kamu juga tau sendirikan, adik kamu Haura tidak memiliki siapapun selain kita"
Tidak berselang lama dari situ, Hani pun bergabung bersama dengan suami dan anaknya. "Alvan" Panggilnya dengan sangat penuh kelembutan. "Mama ingatkan sekali lagi, bahwa yang bisa membuat kamu bahagia di masa depan adalah Haura"
HARBY KELABU
Turnamen olahraga akan dilaksanakan pada hari ini, sebelum berangkat ke sekolah tadi, Haura meminta do'a pada sang oma, karena kebetulan, turnamennya di laksanakan di sekolah lain.
Semua siswa yang akan ikut sudah berkumpul, dan salah satunya pasti ada Erika, dia masuk kedalam kategori basket. "Haura, semangat ya" Satu tangan Erika merangkul pundak Haura.
Saat itu Haura tidak tau harus memberikan ekspresi seperti apa, dan pada akhirnya dia hanya memilih untuk diam. Perjalanan dari sekolah Laksmana ke sekolah yang akan di pakai turnamen hanya memakan waktu tiga puluh menit.
Saat dari turun bis sampai masuk kedalam ruangan khusus untuk berkumpul pun, Erika masih tetap saja menempel pada Haura. Haura tidak merasa risih, karena dia sudah terbiasa dengan Erika.
Mereka semua berkumpul untuk mendengarkan arahan dari guru. Setelah itu, semua siswa berpisah untuk pergi menuju tempat diaman mereka akan bertarung.
"Haura, ini buat kamu dari bunda. Semangat ya, semoga kita dapat hasil yang memuaskan, dah" Erika melambaikan tangan pada Haura yang mana tidak dapat balasan darinya.
Haura memandangi isi dari paper bag yang baru saja Erika berikan, yaitu satu buah tempat nasi dan satu botol air mineral.
BERSAMBUNG...
Yap...
Gimana gimana? Kalian udah nemuin keseruan bersama Haura belum? Kalo belum yuk kita lanjut
Next part...
Haura tengah bersiap untuk pertandingannya melawan salah satu siswa perwakilan dari dari SMA Bima Sakti. Sebelum bertanding, Haura di berikan arahan terlebih dahulu oleh sang pelatihnya.
"Rileks ya Hau, jangan tegang, anggap saja ini latihan dengan saya. Jangan tergesa-gesa, oke. Semangat!" Kemudian ia pun berjalan memasuki lapangan.
Pertandingan di mulai, poin pertama berhasil Haura menangkan. Haura ingin semua poin menjadi miliknya, dan dia akan berusaha sebisa mungkin.
Di tempat lain, tim Erika tertinggal lima poin dari SMA Bima Sakti, semua rekannya bekerja sama untuk menyamakan kedudukan. Mereka tidak ingin kalah, dan perjuangannya berakhir sampai disitu saja.
"Er, lo maju. Nanti gue oper bolanya ke orang itu, terus gue maju oper lagi sama lo, dan lo yang masukin" Erika pun menuruti arahan dari sang kapten,ia berlari ke arah depan dengan mata yang tak berpaling dari bola.
Kini kapten akan melempar bola padanya, Erika melompat menangkap bolanya dan dengan mudah ia bisa memasukkan bolanya kedalam rim, dan poin berhasil mereka dapatkan.
HARBY KELABU
Hasil pertandingan hari ini, Erika berhasil lolos ke pertandingan berikutnya dan begitupun dengan Haura. Sore ini mereka beristirahat dan pertandingannya akan di lanjutkan besok.
Para panitia telah menyiapkan beberapa tempat untuk mereka, salah satunya ada beberapa kamar yang bisa mereka gunakan untuk beristirahat dan tidur. Setiap kamar diisi dengan enam orang.
Kebetulan, Haura dan Erika berpisah. Haura satu kamar bersama tim volinya, kebetulan pertandingan voli belum di mulai dan akan di mulai besok pagi.
"Heh, besok yang akan cetak semua angka cuma gue. lo gak usah, ngerti?" Ucap seseorang yang baru saja menghampiri Haura.
Haura hanya menanggapinya dengan datar, dan itu malah membuat dia kesal.
"Lo, dengar gue kan?" Haura yang malas menanggapi pun berniat untuk pergi dari hadapan orang gtersebut. Namun orang itu malah mendorong bahu Haura sehingga dia mundur dan menabrak tembok.
"Kalo berani cetak satu poin aja, lo akan tau akibatnya" Orang tersebut menunjuk-nunjuk wajah Haura dengan jari telunjuknya. Haura memberanikan diri untuk menepis jari telunjuk Irsya dari hadapannya.
"Pertandingan voli, adalah kerja sama satu tim. Dan kamu gak bisa nentuin siapa yang boleh memberikan poin dan tidak" Irsya tersenyum smirk, dia tahu caranya bagaimana menurunkan mental Haura.
Irsya mendekatkan bibirnya ketelinga Haura dan membisikkan sesuatu. "Cuma itu yang mau gue bilang sama lo" Irsya pun meninggalkan Haura yang diam mematung.
Haura menundukkan kepalanya menahan air mata supaya tidak menetes. Ia paham dengan dirinya saat ini, tapi ya itulah dirinya. Ia tidak bisa memarahi orang yang berkata seperti itu pada dirinya, ya karena memang perkataan mereka itu ada benarnya.
HARBY KELABU
Pagi ini, semua peserta yang akan mengikuti perlombaan voli berkumpul dengan tim masing-masing. Dua tim lainnya sudah mengantongi tiket untuk melaju ke semifinal.
Dan kini giliran tim Laksmana untuk bertanding dan merebut poin. Pertandingan di mulai, set pertama semua berjalan lancar, mereka bisa mendapatkan poin dengan sangat mudah dan memenangkan set pertama.
Namun di set kedua, Irsya mulai berulah dan mulai mengacaukan pormasi permainan. Kali ini merreka tertinggal empat poin dari lawannya. "Udah gue bilang, oper bolanya sama gue, kalo enggak kita akan kalah"
Mereka mendandang Irsya dengan tatapan tidak suka. "Lo yakin? Mau oper terus bolanya sama dia?" Tanya satu rekan pada rekan lainnya.
"Gue lebih percaya sama Haura, karena biasanya orang yang egois dalam satu tim, malah bisa menghancurkan bukan memenangkan" Kebetulan posisi Irsya dan Haura sama, yaitu sebagai setter jadi selalu ada persaingan diantara mereka berdua.
"Heh, ingat, oper sama gue!" Mereka hanya bisa menuruti perkataan Irsya, mereka ingin melihat sejauh mana Irsya bisa memberikan poin untuk mereka.
Amara mencoba mengumpan bola pada Irsya namun gagal untuk Irsya eksekusi dan untungnya ada Haura yang sigap untuk menerima bola yang berhasil di kembalikan oleh lawan.
Haura memantulkan bolanya ke udara, Amara bersiap untuk memberikan umpan pada Haura yang mana komunikasi mereka telah terhubung.
Haura pun berhasil memberikan satu poin yang sempurna untuk laksmana. Irsya menatap Amara dengan tidak suka, kemudian dia menghampirinya. "Ngapain lo oper sama dia?"
"Karena percuma kalo gak bisa eksekusi bolanya dengan baik. Untung ada Haura, kalo gak ada kita udah ketinggalan lima poin. Kalo lo mau gue oper, main yang bener"
Amarah Irsya semakin naik, ia mengepalkan tangannya dan akan membuktikan omongannya pada Amara. Irsya akan mencoba kembali dan ingin mendapatkan kepercayaan dari Amara.
Namun apa yang terjadi tidak sesuai harapan, Irsya kembali melakukan kesalahan dan berhasil memberikan poin untuk lawan dengan cuma-cuma dan pada akhirnya skor menjadi satu sama.
Mereka sedang menunggu set ketiga dimulai, yang mana ini akan menjadi set terakhir dan mereka harus memenangkannya. Disaat semuanya sedang berkumpul, Irsya menghampiri Haura dan berbicara padanya.
"Gue akan buktiin, kalo gue lebih baik dari lo! Gue gak akan biarin lo yang jadi mvp di turnamen ini!" Dan lagi-lagi, Irsya membisikkan perkataan yang sama seperti tadi pada Haura.
Semua orang sudah memasuki lapangan kembali, terlihat Haura yang masih kepikiran tentang perkataan Irsya, sedangkan pertandingan sudah di mulai.
"Gue lebih unggul dari lo, dan lo harus ingat, peran lo disini cuma jadi anak yatim piatu, lo gak pantes ada disini, ini bukan tempat lo! Ingat lo, YATIM! PIATU!"
Priiiit!
Haura tersadar saat Amara menghampirinya dan berkata. "Hau, lo kenapa malah bengong? Fokus dong, pertandingannya udah di mulai, kalo enggak kita gak akan menang"
"Oh, iya maaf"
Fokus Haura, fokus jangan dipikirin oke! Come on
Haura memang sering di kata katai seperti itu, dia sudah beberapakali bertanya tentang orang tuanya pada sang oma, namun tetap saja dia mendapatkan jawaban yang sama. Yaitu Orang tua kamu ada sayang, mereka lagi kerja buat biayain kamu.
Dan Haura selalu percaya kepadanya, karena oma tidak mungkin berbohong, pikirnya. Sampai akhirnya dia tumbuh menjadi anak yang berbakat dalam bidang olahraga.
Dari kecil Haura sudah memiliki hobi, seperti main bola, voli dan bulu tangkis. Dalam pelajaran pun dia sangat cerdas, dia pasti selalu mendapat rangking satu atau dua.
Saat kecil Haura, Haura adalah anak yang ceria. Dia selalu tersenyum pada semua orang. Namun suatu hari dirinya di bully di sekolah, sehingga dia berpikir kalau semua orang yang ada di dunia ini jahat dan tidak pantas ia berikan senyuman. Terkecuali oma, Om Amar dan tante Hani.
Bagi Haura, di dunia hanya ada satu rumah tempatnya berteduh, yaitu rumah oma, meski terkadang Alvan merusak atapnya dan Haura harus bisa memperbaikinya kembali.
HARBY KELABU
Hasil akhir dari pertandingan voli di menangkan oleh SMA Laksmana, dan yang banyak memberikan poin adalah Haura. Semua teman satu timnya yakin kalau Haura pasti akan menjadi MVP di turnamen tahun ini.
Mendengar kabar bahwa tim Haura berhasil memenangkan pertandingannya, Erika pun menemui Haura ke kamarnya. "Hau, selamat ya, kamu udah berhasil bawa tim voli masuk semifinal" Saat sedang bericara, tatapan Erika teralihkan pada paper bag yang ada di atas meja.
"Udah kamu makan, kan?" Haura berdiri dan mengambil paper bag tersebut. "Sebelumnya, aku ucapin terimakasih sama bunda kamu. Tapi, maaf. Aku gak suka pedas, jadi aku gak bisa makan ini"
Sebenarnya Erika sedikit kecewa dengan pernyataan Haura, tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa memaksa jika Haura tidak menyukainya.
Bersambung...
Selanjutnya akan ada pertandingan Haura, yaitu bulutangkis putri tunggal...
Apakah Haura akan memenangkannya?
Markijut...
Jangan lupa like sama komennya ya...
Malam ini, udaranya cukup dingin. Sehingga beberapa orang mengenakan jaket untuk menghangatkan tubuh mereka. Tampak Haura dan Erika sedang duduk di salah satu bangku yang ada disana.
Sudah hampir dua tahun, Erika berjuang untuk mendapatkan restu dari Haura agar mereka bisa berteman. Tapi entah kenapa Haura selalu menolaknya, ia bahakn pernah bertanya pada Haura, tentang apa yang membuatnya tidak mau berteman.
"Hau, aku gak akan nyerah buat bisa temenan sama kamu. Apapun akan aku lakukan demi bisa menjadi teman kamu. Sebenarnya, apa sih yang bikin kamu gak mau temenan sama aku Hau?
Padahal niat aku baik, kok. Cuma mau temenan udah itu aja, gak lebih"
Sebenarnya, Haura mau saja berteman dengan Erika, hanya saja ia memiliki trauma berat dengan kata teman. Ingat, Haura bilang semua manusia itu sama.
Maaf Er, tapi aku udah gak percaya sama manusia lagi. Aku takut, hanya itu saja. Kita bisa saja berteman, tapi itu butuh waktu dan ini masih belum waktunya. Maaf, ya..
Bisik Haura di dalam hati kecilnya. Haura juga ingin memiliki perasaan seperti manusia pada umumnya, ingin berteman dengan semua orang bahkan bisa bercanda, tertawa ria dengan mereka.
Tapi inilah Haura, yang mana dirinya di pengaruhi oleh rasa trauma. Apa yang membuatnya trauma sampai bisa seperti ini? Nanti ya, kita hanya butuh waktu untuk menceritakannya.
"Aku gak akan pernah merasa bosan, meski kamu terus mengabaikan aku Hau"
"Kenapa, kamu begitu kukuh? Orang lain masih banyak yang mau temenan sama kamu, tapi kenapa kamu terus ingin berteman sama aku?"
Erika tersenyum lebar pada Haura, inilah pertanyaan yang dia tunggu selama ini. Karena sebelumnya, Haura tidak pernah bertanya, kenapa dirinya begitu ingin berteman dengannya? Kenapa tidak orang lain saja? Kenapa harus dirinya?
"Karena kamu itu spesial, Hau. Kamu itu menantang dan aku suka tantangan. Kenapa kamu spesial? Karena, kamu itu udah bikin aku tersadar, kalau sendirian itu gak enak, dan timbullah perasaan bahwa aku harus menemani kamu biar kamu gak sendirian lagi"
"Hanya itu? Asal kamu tau, orang yang sendirian itu bukan berarti dia butuh teman" Ucapan Haura terdengar sangat dingin, lalu setelah itu ia pergi meninggalkan Erika sendiri disana.
"Bukan gitu, Hau. Aduh, salah ngomong kan gue..."
HARBY KELABU
Hari ini adalah hari dimana Haura akan melaksanakan pertandingan krusial melawan sang juara bertahan dari SMA Galaxi. Bagi Haura, kali ini adalah pertandingan yang berat, tapi dia tetap harus percaya diri untuk bisa memenangkan pertandingannya.
Begitu pun dengan Erika, dia juga masuk grand final. Sebenarnya, Erika ingin menonton pertandingan Haura, tetapi jadwal pertandingannya sama, jadi tidak bisa.
Di awal-awal, Haura terlihat begitu kesulitan menerima smash dari lawan. Bahkan ia juga sempat tertinggal tujuh poin beruntun dari sang lawan.
Susah banget, gimana cara untuk bisa menahannya dan mengembalikan keadaan?
"Haura, anggap saja kamu sedang latihan. Anggap saja kamu sedang melawan saya" Sang guru ekskulnya berusaha menyemangati Haura yang mulai terpojokkan. Haura pun menarik nafas dan mengangguk.
Ayo Haura, kamu harus bisa. Kamu adalah harapan mereka semua
Haura mulai kembali pada jalurnya, ia berhasil menahan smash lawan dan mengembalikan bolanya, dan lima poin beruntun berhasil ia dapatkan.
Apa apaan ni orang? Tadi aja mainnya gak konsisten, tapi sekarang lima poin beruntun dia dapatkan. Ini sangat seru, gue gak akan kalah!
Rupanya sang lawan mulai menyukai permainan, dua duanya tidak mau kalah dan ini akan menjadi pertandingan yang sangat seru.
Haura memiliki refleks yang sangat cepat untuk menerima bola dari lawan yang sangat cepat. Dan ia juga mampu mengembalikan bola dengan kecepatan yang sama.
Sampai kedua pelatihnya pun kagum melihat pertandingan yang sangat seru ini. Bahkan di dalam voli pun, Haura terbilang memiliki spike yang sangat keras yang tidak bisa di halau oleh blok lawan.
Semua penonton sangat menikmati pertandingan di pagi hari ini. Karena pertandingannya sangat seru. Disaat Haura menyemash, mereka berteriak dan begitupun sebaliknya.
Ini adalah set akhir dan tim lawan hanya membutuhkan satu poin lagi untuk memenangkan pertandingan, sedangkan Haura membutuhkan dua poin lagi untuk menyamakan kedudukan.
Namun untungnya, pemain lawan melakukan kesalahan, bolanya menyangkut di net dan berhasil memberikan satu poin berharga untuk Haura, skor sementara 19-20.
Apapun yang terjadi, kamu harus menang Haura, harus menang! Kamu pantas mendapatkannya! Kamu pantas berada disini!
Dengan smash yang sangat keras, Haura akhirnya berhasil menyamakan kedudukan, skor sementara menjadi 20-20, dia masih membutuhkan dua poin lagi untuk memenangkan pertandingannya.
Jangan memberinya poin, jika kamu ingin menang
Dari situ, semangat Haura meningkat sehingga dialah yang menjadi pemenang bulutangkis putri tunggal. Saat bersalaman dengan lawan yang sudah ia kalahkan, lawannya pun mengakui kehebatan Haura.
"Lo terlalu hebat buat jadi lawan gue. Maaf, kayaknya, gue salah nantangin orang. Good luck" Orang itu memberi acungan jempol pada Haura, yang mana saat itu Haura tidak berekspresi sama sekali, karena baginya kemenangan ini saja sudah cukup.
Disaat dirinya sedang meminum air, tiba-tiba seseorang menghampirinya dan memberi tahukan sesuatu padanya. Yang mana Pak Hadi juga membawa seseorang yang bermain di putra tunggal.
"Haura, ada satu macth lagi yang harus kamu selesaikan. Yaitu ganda campuran, baru saja ada pemberitahuan kalau ini wajib diisi. Karena dari sekolah kita tidak ada, jadi kamu akan bermain bersama Syathir"
Syathir dan Haura sama-sama terkejut. Karena tidak mungkin mereka melakukannya dengan mendadak seperti ini, apa lagi sebelumnya mereka belum pernah berlatih bersama.
Lagian Haura dan Syathir tidak saling mengenal satu sama lain, jadi akan sulit bagi mereka untuk saling terhubung dalam komunikasi pertandingan.
"Loh, pak. Gak bisa gitu dong, kita belum pernah latihan bersama. Apa lagi mendadak seperti ini, gak bisa pak"
"Syathir, Haura dengar. Bapak tau itu, dan bapak percayakan pada kalian berdua. Ayo bersiap, pertandingannya akan segera dimulai"
Gila tu bapak-bapak, gua sama dia? Mana bisa terhubung. Lagian gua belum pernah mainin ganda campuran atau semacamnya, gua lebih nyaman dengan tunggal, apa boleh buat
"Heh, lo harus ikuti arahan gue, ngerti!"
"Gak, tapi kamu yang harus ikuti arahan aku" Syathir mengerutkan alisnya dan mendekat.
"Gak, pokoknya lo yang harus ikuti arahan gue, gak bisa bantah" Haura sangat malas jika menghadapi orang yang banyak bicara, tapi mereka tidak bisa membuktikan kehebatannya.
Yang pertama memberikan bola adalah tim Haura, dan pada saat tim lawan mengembalikan bola, Haura dan Syathir malah berebut dan sampai akhirnya, poin pertama di menangkan oleh tim lawan.
"Lo bisa main gak si? Bola yang ke arah sini itu, bola gue. Ngapain lo malah ikut ikutan juga, jadi kalah kan kita" Ucapnya merasa sipaling terkalahkan.
"Maaf, bukannya ini bola aku ya? Seharusnya kamu jaga di sebelah kiri aja, gak usah kesebelah kanan, ini wilayahku"
Bener bener ngeselin ni cewek. Awas aja, kalo kita kalah berarti itu salah dia
Dan kesalahan kedua kembali mereka lakukan, lagi lagi Syathir ingin mendapatkan bola milik Haura, dan ya poin kali ini juga berhasil di dapatkan oleh tim lawan.
"Lo gimana, si? Ini bola gue..." Seketika Syathir terdiam saat melihat tatapan Haura, yang seakan menyuruhnya untuk tidak bicara.
"Kayaknya, kita bakalan menangin pertandingan ini dengan mudah deh. Lihat aja, permainan mereka sangat buruk" Cesa, memandang remeh pada Haura dan Syathir yang terlihat sedang adu mulut.
"Iya, lo bener. Ayo kita sikat mereka"
Sepuluh poin beruntun berhasil di dapatkan oleh tim Cesa dan Aby, sedangkan tim Haura dan Syathir tertinggal dengan skor 0-10. Dari segi kerjasama, belum ada perubahan dari Haura dan Syathir.
Mereka masih tampil dengan sangat buruk. Pelatihnya pun sampai tepuk jidak melihatnya. "Lo, lo gimana si aduh. Kalo gini terus, kita bisa di kalahkan dengan sangat mudah sama mereka, ayolah"
"Dengar, kamu jaga wilayah kamu dan aku akan jaga wilayahku. Dengan begitu kita akan menang, dan percaya sama aku, aku akan bisa menjaga wilayahku dan ingat jaga juga wilayahmu"
Meski malas mendengar arahan dari Haura, tapi Syathir mencoba untuk menurutinya. Dan mereka pun saling menjaga wilayah satu sama lain dan saling percaya dengan satu sama lain.
Haura berhasil mencetak angka pertama untuk timnya. Saat sudah terbukti berhasil, Syathir memberikan senyuman pada Haura dan begitupun sebaliknya. Padahal sebelumnya, Haura tidak pernah tersenyum pada orang-orang, apa lagi Syathir adalah orang yang baru saja ia kenal.
Komunikasi mereka berdua mulai terhubung, permainan mereka mulai konsisten dan berhasil mencetak beberapa angka menuju kemenangan.
Bersambung...
Selanjutnya, Haura akan pulang dengan beberapa tropi yang ia bawa...
Markijut...
Hehe maaf ya kalo ceritanya masih acak-acakan...
Jangan lupa like sama komen...
Votenya jangan ketinggalan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!