NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Shela

Bab 1. Pernikahan

Zevandra Anggara

Lelaki berusia 28 tahun, memiliki paras yang tampan, kulit putih dengan postur tubuh yang tinggi 188cm sudah pasti jadi idaman para wanita di sekelilingnya dan yang terpenting dia seorang CEO dari sebuah perusahaan yang cukup berkembang.

Hari ini adalah hari pernikahannya. Hari pernikahan adalah hari paling bahagia bagi setiap pasangan untuk mengikat janji suci hidup bersama orang yang kita cintai. Tapi tidak dengan sepasang pengantin yang sedang bersanding di pelaminan ini.

Nayshela Ziyyana perempuan berusia 23 tahun, perempuan pilihan ibu nya yang tidak dicintainya. Dengan terpaksa dia harus meninggalkan Viona kekasihnya demi menuruti keinginan sang ibu.

Lalu bagaimana dengan Shela? Perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa jam yang lalu. Apakah dia bahagia bersanding dengan laki laki yang tidak mencintainya? Akankah rumah tangga yang akan ia jalani bisa berjalan normal layaknya sepasang suami istri.

"Selamat ya atas pernikahan nya" ucap tamu undangan yang memberikan ucapan selamat kepala kedua mempelai.

"Iya terimakasih" sahut Zevan saat tersadar dari lamunan nya.

Sementara Shela hanya mengangguk dan tersenyum sambil menerima uluran tangan dari para tamu yang memberikan selamat atas pernikahannya. Tidak banyak tamu yang diundang hanya keluarga dan kerabat terdekat saja yang menghadiri resepsi ini.

Tidak ada obrolan yang terdengar dari  kedua mempelai selama duduk bersanding di pelaminan. Hanya senyum yang terpaksa dari kedua nya.

Tiba-tiba ibu datang menghampiri 

"Zevan, kalau Shela lelah ajak dia istirahat dikamar biar mama yang menerima tamu" ucap Bu Hany mama Zevan sambil menepuk pelan lengan anaknya.

"Gak usah bu! Shela gak apa-apa kok. Shela gak terlalu capek hehehe" jawabnya cepat. 

"Kok Bu sih? Mulai sekarang kamu harus panggil mama, sekarang kamu udah jadi menantu mama jadi harus panggil mama sama kayak Zevan" sahut bu Hany

"Iya Bu ehh ma..." Ucap Shela gugup

Sementara Zevan hanya bergeming mendengar istri dan mamanya tanpa menjawab sepatah kata pun.

Sore hari pesta pun selesai, Zevan dan Shela masuk ke kamar hotel tempat mereka mengadakan resepsi. Sampai dikamar Zevan langsung menyuruh Shela untuk membereskan kopernya karena Zevan akan kembali ke apartemen hari itu juga.

"Beresin koper kamu, kita pulang ke apartemenku malam ini" ucap Zevan santai

"Iya" jawab Shela tanpa melihat kearah Zevan. Dia tidak berharap akan ada indahnya malam pertama selayaknya pengantin baru pada umumnya. Dia sadar laki-laki didepannya ini tidak mencintainya. Dia pun berniat untuk tidak membuka hatinya untuk laki-laki yang berstatus suaminya itu. Bukan dia tidak menerima pernikahan ini, dia ikhlas jika itu sudah garis yang harus dia jalani, dia hanya menjaga hatinya agar tidak terluka bila suatu hari Zevan meninggalkannya dan kembali pada kekasihnya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar diketuk.

"Masuk" ucap Zevan

Mama Hany muncul dari pintu

"Kamu kok udah beres-beres? emang mau pulang sekarang? Tanya mama Hany dengan heran.

"Iya ma, besok aku ada kerjaan penting jadi harus pulang karena ada beberapa berkas yang harus aku siapkan untuk meeting besok. Jawabnya sebagai alasan

" Kamu ini gimana sih??? Pengantin baru udah mikirin kerjaan terus. Kamu kan bisa serahkan sama Dimas asisten kamu" bentak mama Hany

Shela yang mendengar ucapan mama mertuanya hanya terdiam tidak menjawab. Hanya tertunduk sambil membereskan beberapa barang bawaannya ke koper dan memikirkan bagaimana nasib rumah tangganya ke depannya nanti.

"Gak bisa ma, ada klien yang harus aku temui langsung" ucap Zevan 

"Kamu ini!!!" Gerutu sang mama. "Jaga Shela dengan baik awas kalau kamu buat dia nangis" omel nya lagi. Zevan hanya mendesah kasar malas menanggapi ocehan mamanya karena akan panjang urusannya. 

Akhirnya malam itu juga mereka kembali kerumah masing-masing. Mama Hany kembali kerumah besar. Sedangkan Zevan dan Shela pulang ke apartemen. Padahal mama Hany ingin mereka tinggal dirumah utama menemaninya agar tak kesepian. Sebab papa Zevan sudah meninggal 4 tahun yang lalu dan Zevan hanya anak tunggal.

Tiba di apartemen

Setelah membuka pintu, Zevan masuk lebih dulu diikuti Shela dibelakang nya sambil menarik kopernya sendiri. Zevan berhenti mendadak sambil menoleh Shela yang tepat dibelakang nya, membuat Shela terkejut dan mendongak menatap Zevan.

"Itu kamar kamu" sambil menunjuk salah satu kamar diruangan itu. "Jangan berharap apa-apa dari pernikahan ini. Kamu tau kan maksudku?" ucap Zevan sinis

"Iya, aku masuk dulu" jawab shela dengan hati berdenyut.

"Oke" balas Zevan singkat, dia pun berlalu memasuki kamar nya sendiri.

Sampai dikamar Shela menangis menumpahkan kesedihannya. Kemudian dia membuka koper mengeluarkan pakaiannya dan menyusun ke lemari. Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, dia naik ketempat tidur menarik selimutnya dan mulai terlelap dengan mata yang sedikit sembab.

Malam pengantin yang didambakan setiap pasangan yang baru menikah pun berlalu tanpa ada sedikit pun menyisakan kehangatan. Hilang diterpa angin malam yang berhembus tanpa arah.

☘️☘️☘️

Hallo readers ini karya pertama aku, mohon maaf kalau masih belepotan ya 😂 iseng-iseng mengalirkan haluan aku di novel ini. Selamat membaca 😘

Bab 2. Kesepakatan

Malam perlahan bergerak digantikan pagi, dan matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya.

Shela sudah bangun dan berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tau walaupun pernikahan nya tidak seperti yang diinginkan, tapi dia tetap harus melakukan tanggung jawabnya sebagai istri pada laki-laki yang sudah menjadi suami nya.

Ceklek.... pintu kamar terbuka, muncul Zevan dari arah kamarnya sudah rapi memakai jas kerjanya, lengkap dengan dasi menyempurnakan ketampanan nya.

"Kamu ngapain pagi-pagi udah di dapur?" Tegur Zevan

"Aku buat sarapan, tapi cuma nasi goreng sama telur dadar. Soalnya cuma ini stok yang ada di dapur. Jawab Shela sambil tertunduk.

"Aku buru-buru dan aku ingatkan gak usah sibuk nyiapin sarapan buat aku. Aku sarapan dikantor aja. Makan aja buat kamu sendiri". Shela masih terdiam enggan menjawab kata-kata yang menusuk hatinya. Kemudian dia mengeluarkan kartu dari dompetnya lalu diserahkan pada Shela. Yang diberi diam tak menjawab ataupun mengambil kartu itu. "Ambil ini jangan sok jual mahal. Tujuan kamu mau nikah denganku kan memang karena uang"

Bagai disambar petir Shela mendengar kata-kata tajam Zevan "Jaga bicaramu, aku gak serendah itu" jawab Shela emosi

Zevan tidak menjawab lagi tapi dia tetap meletakkan kartu itu dimeja, dia pun berlalu meninggalkan Shela menuju pintu untuk berangkat ke kantor.

Sepeninggal Zevan, Shela luruh terduduk dilantai sambil menangis. Sampai kapan ia akan sanggup menjalani pernikahan seperti ini. Menikah dengan laki-laki yang tidak menghargai nya. Kalau bukan karena orang yang dia sayangi, dia tidak akan mau menerima perjodohan ini.

"Ayah, ibu, Shela kangen kalian. Ucapnya disela isak tangis sambil mengusap air matanya.

Ayah dan ibu Shela sudah meninggal saat dia duduk di bangku SMP. Ayahnya meninggal karena kecelakaan, dan ibunya meninggal setahun setelah kepergian ayahnya karena sakit kanker rahim yang diderita. Shela mempunyai satu adik laki-laki bernama Reyhan yang selisih usia lima tahun darinya. Setelah kepergian kedua orang tuanya, kakak beradik itu tinggal bersama bibi dari sang ayah. Sebenarnya Shela ingin tinggal dirumahnya sendiri. Tapi bibi tidak tega melihat keponakannya hanya tinggal berdua. Bibi pun mengajak Shela tinggal dirumahnya, Shela pun menuruti keinginan bibinya. Bibi sangat senang karena dia tidak mempunyai anak.

Diperjalanan Zevan mengemudikan mobil sambil berfikir.

"Apa aku keterlaluan ya?" Batinnya. "Tapi memang kenyataan dia menerima uang dari mama sebelum kami menikah" Gumam nya

☘️☘️☘️☘️

Gedung Wira Utama

Zevan sampai di depan kantor perusahaannya.

Bergegas berjalan menuju lift untuk membawanya ke lantai 12 tempat ruang kerjanya berada. Sepanjang jalan menuju lift para karyawan menyapanya dan hanya ditanggapi dengan anggukan kepalanya.

Ting.... Pintu lift terbuka. Zevan keluar dari lift disambut sekretarisnya, yang meja kerjanya tepat disamping pintu ruangan Zevan.

"Selamat pagi pak" Nadya memberi salam sambil menundukkan kepalanya.

"Pagi. Apa agenda hari ini?" Tanya Zevan sambil memegang handle pintu sebelum masuk keruangan nya.

"Hari ini ada jadwal meeting dengan perusahaan Gema Nusantara terkait proyek yang ada di Bandung. Semua berkas sudah saya siapkan. Nanti Pak Dimas yang akan menemani bapak diruang meeting" Nadya menjelaskan

"Baik, antar berkasnya keruangan saya" titah Zevan lalu mendorong handle pintu dan berjalan memasuki ruangannya.

"Baik pak" jawab Nadya

Setelah duduk dikursi kerjanya, pintu diketuk

"Masuk" jawab Zevan

Nadya sekertaris Zevan masuk membawa berkas untuk meeting diikuti Dimas dibelakangnya.

Setelah sekertaris itu meletakkan berkas dia pun pamit keluar ruangan. Dimas duduk di depan meja kerja Zevan.

"Selamat pagi pengantin baru" ledek Dimas

" Apa sih Lu?" Kesal Zevan.

"Kok udah datang ke kantor? Emang gak bulan madu?" Tanya Dimas sambil tertawa.

Zevan hanya berdecak kesal dengan kelakuan asisten sekaligus sahabatnya itu.

Dimas adalah asisten sekaligus sahabat Zevan sejak SMA. Disaat jam kerja mereka layaknya partner kerja professional tapi disaat santai mereka saling ledek, sudah seperti Tom and Jerry.

"Ya ampun, masih pagi begini kenapa muka Lu ditekuk gitu? istri Lu datang bulan ya jadi gak dapat jatah malam pertama hahahaha..." Dimas pun terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Diem gak Lu!!! atau mau gue pecat" bentak Zevan

"Iya.. iya... Maaf yg mulia" ucap Dimas sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dada sambil masih menahan tawanya.

"Jam berapa meeting hari ini dengan perusahaan Gema Nusantara? Tanya Zevan

"Jam 10 tapi pak Andika minta meeting di restoran Budaya sekalian makan siang bareng" jawab Dimas sambil melihat buku agenda nya.

"Ya udah sana balik keruangan Lu, ngapain masih disini?" usir Zevan pada Dimas

"Ceritain dulu gimana rasanya malam pertama?" Tanya Dimas masih dengan kekepoannya "Atau jangan jangan istri Lu beneran datang bulan ya? Hahaha" kembali menertawakan bos yang sedang tidak baik moodnya.

"Cckk" Devan berdecak kesal. "Lu tau kan gue gak cinta sama dia, jadi gak ada malam pertama. Kita tidur pisah kamar" jawab Zevan

"Apa???" Dimas kaget mendengar penjelasan Zevan

"Gue berencana mau ceraikan dia, tp setelah setahun biar mama gak curiga. Gue mau bilang kalo kita gak ada kecocokan" jelas Zevan

"Lu beneran Van? Kok gue jadi kasian sama bini Lu, kejam banget Lu" Baru ini ada bawahan memarahi atasannya "Lu tau dari mana gak ada kecocokan belum juga Lu jalani, takutnya ntar setelah setahun Lu yang bakal merengek gak mau cerai. Shela kan cantik, kalau Lu ceraikan pasti banyak yang ngantri" ucap Dimas memprovokasi.

Zevan melempar pulpen yang dipegangnya, langsung mendarat dikepala Dimas

"Aww....sakit van!!!

Zevan malah tertawa melihat drama temannya yang kesakitan.

"Makanya jangan sotoy jadi orang. Siapin mobil sebentar lagi kita berangkat ke restoran budaya"

"Siap boss!" jawabnya sambil masih memegangi kepalanya.

☘️☘️☘️

Pukul 22.30

Zevan masuk ke apartemennya, setelah membuka pintu Zevan melihat sekeliling tapi tak melihat keberadaan Shela, mungkin sudah tidur pikirnya. Zevan melangkah memasuki kamarnya. Sampai dikamar ia berfikir harus segera menyampaikan keputusannya pada Shela. Zevan bergegas menuju kamar mandi, setelah mandi dan berpakaian santai, ia keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Shela.

Tok..tok..tok..

"Shela buka pintunya, ada yang mau aku omongin" seru Zevan

Tak lama pintu terbuka, keluar Shela dari kamar dengan mata sedikit sembab akibat dia banyak menangis hari ini.

"Ada apa?" Tanya Shela sambil mengikuti langkah Zevan menuju sofa diruang tamu.

"Aku mau buat kesepakatan" tanpa basa-basi

"Kesepakatan apa?" Tanya Shela bingung

"Kamu tau kan aku gak pernah menginginkan pernikahan ini, aku punya kekasih, aku punya pilihan sendiri untuk hidupku. Aku melakukan semua ini hanya terpaksa karena mama".

Shela masih diam tak menjawab, sambil berfikir kemana arah pembicaraan ini. Kemudian Zevan melanjutkan

"Aku mau kita bercerai setelah setahun, kita katakan pada mama kalau kita gak ada kecocokan" jelas Zevan

Shela terkejut mendengar permintaan Zevan sambil menahan air matanya. Diam beberapa saat.

"Kalau itu kemauan kamu oke... aku terima kesepakatan ini. Tapi aku mohon kamu ijinkan aku untuk bekerja, kamu jangan melarang apapun yang aku lakukan, aku juga gak melarang kamu berhubungan dengan siapapun dengan syarat jangan bawa perempuan kesini" ucap Shela dengan tegas.

"Oke aku ijinkan kamu bekerja, aku kasih kamu kebebasan tapi bukan berarti kamu bisa melewati batasmu. Ingat... setahun kedepan statusmu masih istriku, jadi kamu harus tau setiap hal yang kamu lakukan. Dan jangan sampai mama tau kesepakatan ini" pinta Zevan.

Shela menganggukkan kepalanya

"Oya, kamu mau kerja dimana?" Entah kenapa tiba-tiba Zevan ingin tau.

"Aku sudah membuat lamaran di perusahaan Mandiri Golden, tadi aku baca di sosial media ada lowongan disana. Besok aku mau antar lamaran langsung ke perusahaan" jelas Shela.

"Baiklah terserah kamu, aku masuk dulu" Zevan pergi meninggalkan Shela dan masuk ke kamarnya.

Shela tak menjawab hanya menganggukkan kepalanya.

"Semoga ini keputusan yang terbaik" gumam Shela kemudian dia pun beranjak dari duduknya dan masuk ke kamarnya. Sampai dikamar dia menangis menenggelamkan kepalanya di bantal untuk mencurahkan segala beban dihatinya, agar suara tangis nya tak sampai mengganggu penghuni kamar sebelah.

Di kamar Zevan

Ponselnya berdering. Meraih ponsel di atas nakas, dan menggeser layar.

"Hallo Vio! Ada apa?" Jawab Zevan panik sebab suara diseberang sana terdengar menangis.

"Aku kangen kamu Van, aku gak bisa pisah dari kamu" Ya dia Viona kekasih Zevan yang terpaksa dia putuskan karena dipaksa menikah dengan Shela.

"Aku juga kangen sama kamu, besok jam makam siang kita ketemuan di cafe biasa"

"Beneran? Tp aku takut istri kamu marah" Jawab viona masih dengan nada sedih.

"Udah kamu tenang aja biar aku yang atur, kamu gak usah pikirin yang macem-macem"

"Oke"

"Ya udah buruan tidur udah malam"

"Iya, sampai ketemu besok. Byeee..."

"Byeee"

Sambungan telpon terputus. Zevan meletakkan ponsel nya, dan duduk ditepian tempat tidur. Dia yakin dengan keputusannya ingin kembali menjalin hubungan dengan Viona.

☘️☘️☘️

Pagi hari

Shela sudah bersiap dengan pakaian semi formal untuk melamar kerja di perusahaan yang ia lihat di sosial media. Saat dia keluar kamar bersamaan dengan Zevan yang juga keluar dari kamarnya untuk berangkat ke kantor. Pandangan mereka sempat bertemu dan saling tatap, namun dengan cepat Shela mengalihkan pandangannya. Tak ada percakapan diantara kedua nya.

Shela berjalan ke dapur untuk membuat teh dan mengambil sepotong roti tawar, kemudian mengoleskan selai coklat diatasnya lalu menuju ke meja makan. Zevan hanya memperhatikan yang Shela lakukan. Dia duduk di sofa sambil memakai sepatunya.

"Mau berangkat bareng?" Tanya Zevan, dia sedikit melunak setelah Shela menerima kesepakatannya tadi malam. Dia berfikir tidak ada salahnya berteman.

"Gak usah aku naik ojek online aja, udah aku pesan sebentar lagi nyampe aku udah suruh nunggu di depan" jelas Shela

"Oke" Zevan keluar apartemennya meninggalkan Shela yang baru selesai sarapan.

Shela pun bergegas keluar karena ojek yang dipesan sudah menunggu didepan. Dengan semangat dia keluar dari apartemen sambil membawa map berisi berkas-berkas lamarannya.

Pagi yang cerah, matahari mulai terasa hangat di kulit. Shela tetap semangat dengan tekadnya. Sampai didepan perusahaan yang dituju. Kemudian dia turun dari motor, dan memberikan selembar uang kepada tukang ojek online.

"Makasih ya mas"

"Sama-sama mbak"

Shela pun berjalan memasuki gerbang perusahaan, dan bertanya pada satpam bahwa ia ingin mengantar lamaran kerja.

"Pak permisi, saya mau antar lamaran kerja. Saya dapat info dari sosial media katanya perusahaan ini lagi butuh karyawan.

"Oh iya mbak, silahkan tanya ke bagian resepsionis" jelas pak satpam sambil menunjuk ke bagian resepsionis.

"Makasih ya pak" Shela pun bergegas menuju bagian resepsionis.

"Selamat pagi mbak, ada yang bisa dibantu?" Sambut resepsionis itu ramah.

"Selamat pagi, saya mau mengantar lamaran kerja" Shela

"Tunggu ya mbak, saya telpon bagian HRD sebentar"

"Halo Pak Aldo, ada yang mengantar lamaran kerja. Apa bisa saya antar langsung keruangan bapak?" Setelah terdengar sahutan dari seberang telepon. "Baik Pak biar saya antar langsung keruangan bapak"

"Mari mbak saya antar ke ruangan HRD"

Bersambung

Jangan dibully ya gaess... Ini novel remahan mengisi kegabutan 😂😂😂

Bab 3. Kenangan masa lalu

Didepan pintu ruang HRD

Tok..tok..tok...

"Masuk" terdengar suara dari dalam, kemudian resepsionis itu masuk diikuti Shela dibelakangnya.

"Permisi Pak, ini pelamar kerja yang mau di interview" ucap resepsionis itu.

"Iya, kamu boleh kembali" resepsionis itu pun keluar dari ruangan HRD.

Kepala HRD masih tertunduk menyelesaikan pekerjaan nya. Kemudian dia mendongak melihat orang yang diantar keruangan nya.

Deg... "Nay!"

Tak kalah terkejutnya Shela menatap orang yang duduk di meja kerja didepannya.

"Aldo" gumamnya dalam hati. Keheningan tercipta beberapa saat. Sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.

Aldo memecah keheningan.

"Nay? Kamu apa kabar? Kamu mau melamar kerja disini? Kok bisa kamu ada disini? Sejak kapan kamu tinggal dikota ini Nay?" Rentetan pertanyaan memenuhi kepalanya, tapi bukan pertanyaan seperti interview pada calon karyawan baru.

"Iya Pak, saya tinggal dikota ini sekarang" Pertanyaan terakhir yang di jawab Shela. Masih shock, melihat orang dari masa lalunya tiba-tiba ada didepan matanya.

"Silahkan duduk" Aldo memecah kecanggungan.

"Iya terimakasih Pak, ini berkas lamaran saya" Shela menyodorkan map ke meja Aldo

"Kebetulan perusahaan ini memang lagi membutuhkan karyawan staff administrasi. Makanya tadi kamu bisa langsung diantar kemari untuk interview" Jelas Aldo

Setelah memeriksa berkas-berkas ditangannya, yang sebenarnya tidak terlalu ia baca.

"Mulai hari ini kamu bisa bekerja disini" lanjutnya lagi

"Tapi pak, saya belum di interview, sudah langsung lolos bekerja disini? Tanya Shela heran

"Perusahaan lagi butuh karyawan, aku rasa kamu sudah memenuhi kriteria dibagian yang dibutuhkan. Jadi kamu diterima bekerja disini. Mari aku antar ke meja kerjamu" sambil berdiri melangkah keluar ruangan.

"Baik pak" Shela berjalan dibelakang Aldo keluar ruangan.

"Nay, ini meja kerjamu" ucapnya pada Shela. "Dinda, tolong kamu bantu karyawan baru ya" perintahnya pada karyawan disebelah meja Shela.

"Baik pak" jawab Dinda

"Beritahu pekerjaan nya, kalau ada yang gak dipahami tolong kamu ajari". Lanjut Aldo. Dinda pun mengangguk mengerti.

"Ya udah saya tinggal dulu, selamat bekerja Nay" kemudian dia berlalu pergi kembali keruangan nya, tidak menunggu jawaban dari Shela.

"Hai, kenalin aku Dinda, selamat bergabung bekerja disini, semoga betah ya" Dinda menyapa dengan ramah.

"Hai juga, Aku Shela, mohon bantuannya ya" ucap Dinda.

"Bukannya tadi aku dengar Pak Aldo panggil kamu Nay?" tanya Dinda dengan kening mengkerut.

"Namaku Nayshela, tapi aku biasa dipanggil Shela" begitu gadis itu menjelaskan. Dinda hanya ber oohh sambil manggut-manggut.

Dia langsung teringat Aldo, karena hanya laki-laki itu yang memanggilnya dengan panggilan Nay dimasa lalunya.

Sementara diruang HRD, Aldo duduk menghempaskan punggung nya di sandaran kursi kerjanya. Pikiran nya larut teringat pada kenangan masa lalunya dengan Shela. Memijit keningnya frustasi. Bagaimana bisa orang dari masa lalunya tiba-tiba datang dihadapannya, bekerja ditempat yang sama dengannya. Hancur sudah usahanya selama ini untuk melupakan Shela.

Bahkan seharian ini dia tidak bisa fokus bekerja, karena memikirkan Shela.

Shela cepat beradaptasi dengan teman barunya, dia juga cepat faham dengan pekerjaan yang diberikan atasan. Hanya sesekali dia bertanya pada Dinda.

"Din, nanti pulang kantor ngopi yuk? Ajak Tiara berdiri di depan meja Dinda.

"Boleh... Shela ikut juga ya? Anggapanaj ini perayaan perkenalan kita. Sambil menoleh pada Shela dan Tiara bergantian.

"Iya makin rame makin seru. Gimana shel?" ucap Tiara senang.

"Boleh deh, aku ikut aja" Jawab Shela. Dia bersyukur teman-teman barunya sangat baik walaupun mereka sudah senior tapi tidak sombong.

☘️☘️☘️

Di Cafe Sundae

Seorang gadis sedang duduk disudut dekat jendela, sedang menunggu seseorang sambil memainkan ponselnya. Tiba-tiba suara langkah kaki mendekat, dia mendongak melihat, senyum terkembang dibibirnya lalu berdiri menghambur memeluk seseorang yang dari tadi dia tunggu.

"Zevan... Akhirnya kamu datang juga" seru Viona

Zevan membalas pelukan Viona. "Maaf aku terlambat, hari ini pekerjaanku banyak banget" jawab Zevan melepas pelukan Viona dan menuntun gadis itu untuk duduk.

"Blm pesan makanan?" tanya Zevan

"Belum, aku nunggu kamu" jawab viona

Tak berapa lama pelayan datang dan mencatat pesanan mereka. Sambil menunggu pesanan datang Zevan memulai obrolan.

"Vio, maafin aku udah ninggalin kamu, sekarang aku mau kita kembali sama kamu seperti sebelum aku menikah" Zevan melihat wajah Viona lekat, meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya.

"Tapi gimana sama istri kamu Van?" tanya Viona ragu dengan keputusan Zevan.

"Aku udah buat kesepakatan sama Shela, kami akan bercerai setelah setahun. Aku gak bisa menjalani pernikahan dengan orang yang gak aku cintai". Jelas Zevan

"Apa dia setuju sama kesepakatan itu?" tanya Viona lagi

"Dia setuju, kami juga sepakat untuk tidak saling mengganggu, aku beri dia kebebasan bekerja seperti keinginannya, dia juga berjanji tidak akan mencampuri kehidupan pribadiku. Jadi mau kan kamu kembali padaku?"

Viona diam sejenak dengan pertanyaan Zevan

"Jujur aku juga gak mau pisah lagi dari kamu Van, tapi..." Viona tidak melanjutkan ucapannya.

"Bersabarlah sebentar, setelah setahun aku akan menceraikannya" Seolah tau keraguan dihati Viona. Viona mengangguk saat Zevan membelai lembut rambut gadis itu.

Tak lama pelayan datang membawa pesanan mereka.

Jam pulang kantor

"Shela, kamu bawa kendaraan gak?" tanya Tiara

"Gak, tadi pagi aku berangkat naik Ojol"

"Ya udah kita bareng aja pake mobilku ya" Tiara

"Aku juga ikut sama kamu Ra, aku gak bawa kendaraan juga hehehe" Dinda

"Ya udah yuk keburu makin sore" Ajak Tiara

Meraka bertiga pun keluar dari gedung perusahaan menuju parkiran. Sambil berbincang dan tertawa membahas ini itu dan sebagainya.

Dari kejauhan sepasang mata sedang memperhatikan Shela yang asik ngobrol menuju mobil. Setelah mereka bertiga masuk kedalam mobil, mobil pun melaju meninggalkan parkiran. Dia pun bergegas masuk ke dalam mobilnya mengikuti mobil Tiara.

Tiba di coffe shop ketiga gadis itu turun dan masuk ke dalam cafe. Mencari tempat duduk yang paling nyaman dekat jendela sambil melihat pemandangan diluar cafe. Sambil menunggu pesanan datang, masih asik ngobrol dan sesekali diiringi tawa dari ketiganya.

"Nayshela!" Tiba-tiba suara laki-laki mengagetkan ketiga gadis itu dan serempak menoleh ke sumber suara.

"Pak Aldo" Dinda dan Tiara bersamaan. Sedangkan Shela masih terdiam karena gugup.

"Maaf mengganggu. Nay, bisa kita bicara sebentar?" ucap Aldo sambil melihat Shela yang hanya terdiam.

"Pak Aldo udah kenal lama ya sama Shela?" Dinda nyeplos karena penasaran, kenapa tiba-tiba atasan mereka ingin bicara dengan karyawan baru. Karena selama ini yang mereka lihat Aldo tidak pernah dekat dengan perempuan manapun selama dikantor.

"Iya, Nay teman saya waktu kuliah, udah lama banget gak ketemu" jawab Aldo singkat

"Shela, kok malah diam aja sih. Pak Aldo mau ngomong sama kamu" Tiara menyenggol lengan Shela

"Eh..eh.. Iya kita duduk disebelah sana aja Pak" Shela berdiri menuju kursi yang agak jauh dari kedua temannya.

"Jangan panggil aku Pak, kita lagi gak dikantor" Aldo

"Kamu mau ngomongin apa Al?" Shela merubah panggilannya

"Banyak, banyak sekali pertanyaan di kepalaku yang ingin aku tanyakan sama kamu". Terutama kenapa waktu itu kamu tiba-tiba pergi dan menghilang ninggalin aku? Apa salahku Nay?" Aldo mengingat kenangan masa lalu saat mereka menjalin hubungan namun tanpa pamit ataupun kata putus Shela pergi meninggalkan Aldo dan tak pernah mau ditemui lagi.

"Kamu gak salah apa-apa Al, aku yang salah udah pergi tanpa memberi penjelasan apa-apa" jelas Shela sambil tertunduk meremas tangan di pangkuannya.

"Tapi apa alasannya Nay? Kalau aku ada salah atau udah nyakitin kamu aku minta maaf, tapi bukan begitu caranya" Dengan nada sedikit emosi.

"Maaf" satu kata yang terdengar dari bibir Shela.

"Kenapa minta maaf?" Apa kamu udah menyadari kesalahan kamu?" Aldo masih lekat menatap Shela, sedangkan Shela tak berani menatap manik mata Aldo.

"Nay, aku masih mencintaimu, perasaanku gak pernah berubah selama kamu pergi" Aldo

"Maaf kak, aku sudah menikah" Jawab Shela menundukkan kepalanya.

Duaaarrrrrr....

Bagai disambar petir hati Aldo mendengar pernyataan Shela.

"Aku sudah menikah, dan sekarang aku tinggal dikota ini bersama suamiku" bergetar bibir Shela saat mengucapkan kata 'suamiku'. Suami yang tak pernah menganggap ada kehadirannya.

Sementara Dinda dan Tiara masih menebak apa sebenarnya yang mereka bicarakan.

"Ra, kayaknya pak Aldo mantannya Shela deh" ucap Dinda pada Tiara

"Jangan sembarangan, kan tadi pak Aldo bilang mereka temen kuliah, mungkin mau reuni soalnya udah lama gak ketemu" Tiara dengan pikiran positifnya.

"Kamu apa gak liat, tatapan pak Aldo ke Shela itu beda Ra, kayak ada pancaran cintanya gitu". Dinda memperhatikan Aldo dan Shela.

"Ngomong apa sih, geli dengernya" jawab Tiara sambil terkekeh geli mendengar kata-kata teman disebelahnya.

Dan kedua nya pun tertawa bersamaan, sambil menatap teman dan atasan yang masih serius dengan obrolannya yang tak bisa didengar kedua gadis ini.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!