NovelToon NovelToon

BERTUKAR NASIB

BAB 1 BERTUKAR JIWA

Valeria bernyanyi sangat merdu sekali serta penuh energik di atas panggung, sejumlah penonton melihat atraksi penampilannya begitu antusias ketika dia membawakan lagu andalannya yang populer.

Lagu yang dinyanyikan oleh Valeria meledak viral hingga terkenal seantero negeri.

Hampir sejuta orang menyanyikan lagu hits milik Valeria bahkan lagunya itu sangat populer di mancanegara.

Sayangnya keberhasilan Valeria sebagai penyanyi terkenal tidak membuat seseorang menyukainya.

Orang itu adalah Gisela, teman seangkatan Valeria di academy musik Soleram Internasional karena keduanya sama-sama belajar sebagai seorang penyanyi.

Gisela tidak memiliki kualitas sebagai seorang penyanyi lantaran kondisi fisiknya yang kurang menarik untuk ukuran seorang penyanyi remaja favorit, dia bertubuh gemuk tak terawat serta suara sumbang yang jauh membuatnya tercipta sebagai seorang penyanyi ternama, berbeda dengan Valeria yang berpenampilan sangat cantik, menarik, berkulit putih bersih serta bening dan wajah khasnya yang favorit bahkan dia memiliki ukuran tubuh proporsional sehingga menjadikan dirinya terkenal dan disukai banyak orang.

Pantas menjadikan sosok Valeria tampil sebagai penyanyi favorit dan populer dibandingkan Gisela, teman seangkatannya.

Selain penampilannya yang cantik mempesona sebagai penyanyi remaja, Valeria memiliki teknik vokal berkualitas tinggi serta merdu sehingga sekali dia tampil di muka umum maka penampilan Valeria langsung menarik perhatian banyak orang kepadanya.

Valeria terus menyanyikan lirik lagu andalannya di atas panggung dengan diiringi suara nyanyian dari para fansnya yang sedang menonton atraksi panggungnya.

Suaranya jernih serta terdengar sangat merdu seperti penampilannya yang bening kala membawakan lagu hitsnya, sesekali senyum manis tergambar di ujung bibirnya yang merekah merah menarik perhatian para penggila lagunya.

Valeria benar-benar tampil bak penyanyi profesional meski usianya terbilang masih remaja saat ini.

Sorakan dari para penggemarnya serta tepuk tangan meriah mengiringi setiap gerakan Valeria di atas panggung, menyanyikan lagu populer miliknya.

Sejuta mata sedang menonton atraksi panggung Valeria diatas panggung, mereka larut dalam membawakan lagu yang disenandungkan oleh perempuan cantik itu.

Gaun bertema lolita warna merah muda membungkus tubuhnya begitu cantiknya sehingga penampilan Valeria semakin mempesona kala menyanyi.

Namun seluruh kesuksesan yang dimiliki oleh Valeria tidak mengantarkan seseorang menjadi bahagia oleh atraksi panggungnya.

Gisela diam-diam mengamati penampilan Valeria di dekat panggung.

Rasa iri dengki dalam hati Gisela membuncah kuat sehingga membuatnya marah atas keberhasilan Valeria sebagai seorang penyanyi populer yang viral hingga mancanegara.

Tiba-tiba lampu panggung padam hingga menghentikan penampilan Valeria.

Seketika itu juga terdengar suara teriakan dari arah panggung lalu seiring suara keras seperti benda jatuh.

Sedetik kemudian lampu kembali menyala terang.

Alangkah mengejutkannya ketika lampu kembali menerangi area panggung.

Tampak Valeria dan Gisela sedang terbaring tak sadarkan diri di atas panggung dengan berlumuran darah.

Sontak saja hal itu menarik perhatian semua orang yang ada di area panggung dan mereka segera bergerak panik naik ke atas panggung secara berduyung-duyung.

"Valeria !!!" teriak sejumlah fans saat dia melihat tubuh idolanya berlumuran darah sedang terkapar tak berdaya di atas panggung.

Sejumlah orang langsung mengerumuninya dengan cemas sembari terus memanggil nama sang artis terkenal itu.

"Valeria !!!" panggil orang-orang yang menjadi penggemar Valeria panik.

Di sisi lain, tubuh Gisela tergeletak tak berdaya serta berlumuran darah juga, sma seperti yang terjadi pada Valeria akibat terkena pecahan lampu dari atas panggung yang jatuh keras sehingga menghantam lantai panggung.

Sayangnya tak seorangpun yang memperdulikan kondisi Gisela di atas panggung, semua tampak sibuk mengurusi Valeria sang idola kebanggaan mereka, tanpa mau melihat keadaan Gisela meski dia sama-sama terluka parah.

Petugas medis segera membawa Valeria dan Gisela pada tandu berbeda secara bersama-sama menuju ke mobil ambulan.

Dua mobil ambulan telah tersedia diluar area ruangan panggung, menunggu Gisela beserta Valeria masuk ke mobil.

Terdengar suara bunyi sirene ambulan saat dua mobil itu bergerak bersama-sama, membawa Valeria dan Gisela meninggalkan area pertunjukkan.

Sejam berlalu begitu cepatnya setelah dua mobil ambulan itu pergi dari lokasi Valeria menyanyi.

Rumah Sakit...

Ruangan perawatan Umum.

Tampak berbaring Gisela di atas ranjang rumah sakit telah berbalut perban di kepalanya sedangkan Valeria diletakkan di ruangan VVIP khusus.

Lamat-lamat terdengar suara di telinga Gisela yang agak menganggu kesadarannya.

Gisela membuka kedua matanya secara perlahan-lahan.

Sinar terang langsung menyambut penglihatannya ketika dia mulai tersadar dari pingsannya.

Sesaat Gisela diam tertegun kala melihat ke arah langit-langit di atasnya.

Terangnya nyala sinar lampu tidak membuatnya terganggu saat Gisela terjaga siuman, terlihat selang infus telah terpasang di area lengannya.

Gisela bergumam lirih seraya menoleh ke arah ruangan disekitarnya.

"Dimana aku sekarang ???" tanyanya penasaran.

Seorang perawat rumah sakit masuk sembari membawa senampan alumunium medis mendekat ke arah ranjang tidur.

"Bagaimana kondisimu sekarang, Gisela ?" tanya perawat itu sembari memeriksa infus.

"Apa ? Gisela ???" tanya Gisela terkejut kaget.

Perawat rumah sakit menengok ke arah papan nama yang terpasang pada sisi ranjang tidur dimana Gisela berbaring saat ini.

Mencoba memastikan nama yang tercantum pada papan nama.

"Benar Gisela kan ?" kata perawat itu meyakinkan kembali.

"Tapi aku bukan Gisela...", gumam lirih Gisela dengan pandangan bingung ketika perawat menanyai tentangnya.

"Bukan Gisela ???" kata perawat rumah sakit sembari mengibaskan tangannya cepat.

Perawat tersebut tertawa ringan lalu menggoyangkan telapak tangannya.

"Sulit memang menerima semua tragedi buruk ini apalagi kamu bukan penyanyi favorit sekedar figuran, wajar jika trauma akut menghinggapi pasien di awal dia tersadar dari pingsannya akibat syok berat", kata perawat itu lugas.

Gisela mengerutkan keningnya semakin tidak mengerti dengan penjelasan perawat rumah sakit padanya.

"Tolong berikan aku cermin !" pinta Gisela.

"Apa, cermin, buat apa ?" tanya perawat rumah sakit agak terkejut dengan permintaan Gisela.

"Tolong beri aku sebuah cermin atau apalah yang bisa buat bercermin !" sahut Gisela berusaha bangun.

"Jangan memaksakan dirimu, biarkan kondisimu agak tenang dulu, Gisela !" kata perawat itu mengingatkan pada Gisela.

"Tapi aku mau bercermin sekarang !" pinta Gisela ngotot.

"Baiklah, baiklah, aku akan mengambilkanmu cermin atau benda yang bisa buat bercermin, tunggu sebentar dan jangan beranjak kemana-mana dari atas ranjang tidurmu", kata perawat rumah sakit.

"Ya, baiklah, aku akan menunggunya", kata Gisela sembari duduk bersandar.

"Tunggu, mungkin aku membawa cermin riasku dalam saku seragamku", sambung perawat rumah sakit seraya merogoh saku rok seragamnya cepat-cepat.

Wajah perawat rumah sakit berubah berseri-seri ketika dia menemukan benda yang dicarinya.

"Sepertinya aku membawa cermin riasku, ini pakailah !" kata perawat tersebut sembari menyerahkan sebuah cermin rias kepada Gisela.

Gisela segera mengambil kaca rias dari tangan perawat rumah sakit untuk bercermin.

"Yeaaaaw... !!! Ini bukan aku !!!" jerit histeris Gisela setelah dia bercermin.

Mendadak saja, ekspresi wajah Gisela berubah pucat pasi dengan tangan gemetaran.

"Siapa ini ??? Kenapa aku berada di tubuh ini ???" jeritnya panik.

Gisela benar-benar panik serta kebingungan ketika melihat dirinya pada tampilan cermin rias milik perawat rumah sakit.

"Kenapa aku bertukar jiwa dalam tubuh Gisela ???" ucapnya meracau.

Kembali Gisela menjerit keras seraya memegangi kepalanya yang pening.

"Yeaaaaaawwww... !!! Ini bukan aku... !!!''

Sontak saja jeritan Gisela mengagetkan perawat rumah sakit yang berdiri didekatnya.

"Dimana Valeria dirawat ???'' tanya Gisela segera menarik kuat-kuat tangan perawat rumah sakit dengan kedua mata melotot lebar.

"Valeria ? Valeria siapa ?" tanya perawat itu ikut panik.

"Valeria penyanyi terkenal itu, bukannya dia juga dirawat bersamaku ???" tanya Gisela.

"Oh, Valeria penyanyi terkenal itu, ya", sahut perawat rumah sakit langsung mengerti.

"Ya, Valeria penyanyi favorit itu, dimana sekarang dia dirawat ? Apa dirumah sakit ini juga, sama denganku atau tidak ?" tanya Gisela.

"Mungkin dia sedang dirawat di ruangan VVIP khusus, ada dilantai empat, kalau kesana harus naik lift jika ingin cepat sampai ke kamar itu", sahut perawat rumah sakit agak bingung.

"Aku akan kesana...", ucap Gisela seraya melompat turun dari atas ranjang tidurnya lalu berlari tergesa-gesa keluar kamar sedangkan selang infus masih terpasang ditangannya.

BAB 2 MENDAPAT MATA BATIN

Gisela terhuyung-huyung saat dia berjalan menuju lantai empat rumah sakit ke arah lift yang tersedia disana.

Sosok Valeria dalam diri Gisela memberontak kuat, ingin lepas dari raga Gisela.

Valeria yang kini bersemayam jiwanya dalam tubuh Gisela seperti tak terima karena jiwanya tertukar pada raga yang salah karena seharusnya jiwa Valeria kembali ke dalam tubuhnya yang dulu.

Namun kenyataannya jiwa Valeria justru berada terkungkung didalam raga Gisela, teman seangkatannya di akademi musik Soleram Internasional saat mereka menimba ilmu.

Bagaimana ini bisa terjadi pada Valeria dan Gisela padahal mereka tidak bersama-sama saat kejadian bertukarnya jiwa mereka.

Valeria dalam diri Gisela berjalan frustasi dengan tangan masih terpasang selang infus.

Ekspresi wajahnya terlihat murung ketika dia menyadari bahwa jiwanya tertukar dalam raga Gisela.

Penampilannya acak-acakan sedangkan sorot matanya sayu seakan-akan merasa letih.

"Bagaimana kami bisa tertukar jiwanya ?" ucap Valeria dalam tubuh Gisela yang kebingungan.

Valeria dalam raga Gisela melirik cepat ke arah selang infus yang terpasang di lengan kirinya kemudian dia melepaskannya asal serta membuangnya ke lantai sebab langkah kakinya terhalang oleh selang infus.

Lift berada tepat di depannya, ditekannya dengan cepat tombol naik ke lantai empat di rumah sakit ini, pintu lift terbuka otomatis setelah Valeria dalam raga Gisela menekan tombol warna hijau.

Gisela langsung masuk ke dalam lift yang akan bergerak naik ke lantai empat.

Terasa gerakan kuat dalam lift yang tertutup itu menuju lantai empat rumah sakit ini.

Kling... !

Sedetik saja, lift telah sampai ke lantai empat rumah sakit, Gisela keluar dari dalam lift menuju meja petugas disana.

"Boleh tanya dimana kamar pasien Valeria yang penyanyi populer itu ?" tanya Gisela.

Langsung saja perhatian petugas jaga di lantai empat rumah sakit melirik tajam sembari mengamati baju pasien yang dikenakan oleh Gisela saat ini.

Seorang petugas jaga menurunkan letak kacamatanya seraya mengawasi Gisela mulai dari ujung rambut sampai ujung kakinya.

"Bukannya kau juga pasien di rumah sakit ini, kenapa kamu berkeluyuran disini, mana kamarmu, nona ?" kata petugas jaga di lantai empat dengan nada seriusnya.

"Emmm... ?!" gumam Gisela bingung.

Gisela tidak berani menatap ke arah petugas jaga yang ada di meja itu.

"Jika sudah selesai tujuanmu, segeralah kembali ke kamarmu lagi karena perawat akan mencarimu untuk tugas lanjutan", kata petugas jaga pada Gisela.

"Ya, baik...", sahut Gisela.

"Kau pasien disini dan apakah kalian berteman baik ?" tanya petugas jaga sembari menekan angka telepon.

"Ya, benar, aku juga pasien disini dan sedang dirawat di kamar yang ada di lantai dua, aku adalah sahabat dari Valeria, dimana kamarnya", sahut Gisela agak takut-takut.

"Sebentar aku tanyakan pada perawat yang ada disana...", kata petugas jaga di lantai empat itu seraya mengangkat telepon paralel yang menghubungkan ke kamar-kamar lainnya.

"Terimakasih...", sahut Gisela.

Terdengar suara petugas jaga sedang berbicara melalui panggilan telepon paralel, menanyakan letak kamar Valeria dirawat saat ini.

Klek... !

Telepon diletakkan kembali pada tempatnya, petugas jaga di lantai empat berbicara pada Gisela.

"Dia dirawat dikamar 409 ruangan mawar", sahut petugas jaga.

"Dimana kamar 409 ?" tanya Gisela.

"Lurus saja dari sini, setelah melewati tiga kamar sebelah kanan, ada nomornya yang tercantum disisi dinding", sahut petugas jaga.

"Terimakasih", kata Gisela tergesa-gesa pergi.

Gisela melanjutkan tujuannya, mencari kamar 409 yang dimaksudkan oleh petugas jaga yang ada di lantai empat, kamar dimana Valeria dirawat di rumah sakit ini.

Tampak langkah kakinya tertatih-tatih lantaran dia masih belum pulih benar dari cidera yang dia alami sewaktu dirinya sebagai Valeria, seorang penyanyi terkenal itu tampil diatas panggung.

"Dimana kamar 409 itu ?" gumam Gisela bertanya-tanya sembari mencari letak kamar Valeria.

Gisela mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat di area dia berada sekarang ini.

"Tiga kamar dari sini, sebelah kiri", ucapnya.

NOMER 409...

Gisela langsung memekik senang saat dirinya menemukan kamar yang dimaksudkan itu, kamar dimana Valeria sedang dirawat.

"Ini dia kamarnya, aku akan melihatnya, mungkin saja aku bisa kembali pada ragaku yang dulu", kata Gisela seraya mendekati pintu kamar yang terdapat kaca sebagai celahnya sehingga dia dapat melihat ke dalam ruangan kamar jika dari luar.

Gisela menghampiri pintu kamar dimana Valeria dirawat, diintipnya diam-diam ke dalam kaca kecil pada pintu.

Tampak sebuah ruangan kamar dengan ukuran yang sangat luas tapi sepi karena Gisela tidak melihat siapa-siapa didalam sana.

"Apa dia ada didalam ?" tanya Gisela penasaran seraya menarik ganggang pintu kamar untuk masuk.

Udara dingin dari mesin pendingin yang ada di dalam ruangan kamar pasien langsung berhembus cepat ke arah Gisela ketika dia berjalan masuk ke kamar di lantai empat rumah sakit.

Terasa udara dingin menusuk tulang saat raga Gisela berjalan ke dalam kamar pasien yang sunyi itu.

Terdapat sebuah ranjang berukuran besar terletak ditengah-tengah kamar, tepat menempel pada dinding dan Gisela melihat Valeria masih nyenyak tertidur.

"Itu tubuhku...", bisik Valeria dalam raga Gisela ketika dia menghampiri ranjang pasien.

Kedua sorot matanya berubah sayu dengan wajah murung.

Valeria dalam diri Gisela mengulurkan tangannya ke arah raga miliknya yang kini sedang berbaring itu, sama persis dengannya, sebuah selang infus terpasang pada salah satu lengan kiri raga Valeria karena biasanya jarum suntik tidak mudah terpasang pada lengan kanannya.

Sesaat Gisela terdiam, berdiri mematung seraya menatap sendu ke arah Valeria yang merupakan dirinya.

"Apakah jiwa Gisela ada dalam ragaku sekarang ini atau tidak ?" tanyanya seraya menyentuh tangan Valeria.

Mendadak saja tubuh Gisela terpental jatuh saat dia menyentuh tangan Valeria.

Bruk...

Gisela tersentak kaget ketika dirinya terjatuh duduk di atas lantai kamar rumah sakit.

"Apa yang terjadi ???" tanyanya kebingungan seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan kamar bernomer 409 ini.

Muncul seseorang berbaju putih dengan tirai mutiara berdiri tepat di hadapannya sambil berkata pada Valeria dalam diri Gisela.

"Terimalah takdir kalian mulai dari sekarang !"

Sosok perempuan berbaju putih itu menatap teduh ke arah Gisela yang terdiam kaku.

"Sekarang kau bukan lagi Valeria melainkan Gisela yang baru, bukan lagi seorang penyanyi terkenal seperti dulu lagi, tapi Gisela !" ucapnya bersuara lembut.

Gisela masih terdiam termenung dengan sorot mata nanar, mencoba menangkap maksud ucapan dari sosok asing di hadapannya saat ini.

Namun sulit baginya untuk memahami kata-kata dari perempuan asing itu.

"Ubahlah Gisela yang dulu menjadi lebih baik daripada kehidupannya yang sebelumnya, dan kuyakin kau bisa melakukannya", kata perempuan berbaju putih.

"Siapa... Aku... ?" sahut Gisela tak mengerti.

"Ingatlah pesanku ini, kau bukan lagi Valeria yang dulu melainkan Gisela, cobalah menerima takdir ini dan ubahlah takdirmu sebagai Gisela !'' pesan perempuan asing seraya tersenyum lembut.

"Mengapa saya jadi begini ?" tanya Valeria dalam raga Gisela.

"Jangan lagi bertanya tapi jalanilah hidupmu sebagai Gisela sekarang dan bukan lagi Valeria !" sahut perempuan asing seraya mengulurkan tangannya ke arah Gisela.

"Tapi aku tetap harus hidup dengan baik bukan", kata Gisela.

"Kau benar, kamu memang harus tetap hidup dengan baik tapi bukan menjadi Valeria melainkan Gisela yang baru", kata perempuan berbaju putih lalu mengarahkan jari telunjuknya ke kening Gisela.

"Sulit bagiku hidup sebagai orang lain karena aku bukan Gisela", kata Gisela murung.

"Tidak sulit bagimu karena aku akan membantumu dengan membuka mata batinmu, Gisela", ucap perempuan asing bertiara mutiara seraya menyentuhkan jari telunjuknya yang berubah menjadi emas kepada kening Gisela.

Seketika cahaya terang berwarna putih memancar dari arah kening Gisela.

Gisela tersentak kaget ketika cahaya keluar dari dalam dahinya.

Tampak Valeria telah duduk tersadar di atas ranjang pasien seraya tertawa senang.

"Akhirnya aku bisa bertukar jiwa dengan Valeria dan tubuh cantik ini menjadi milikku sekarang...", ucap Gisela dalam raga Valeria yang tersenyum puas.

Valeria mengagumi bentuk tubuhnya sendiri lalu berkata lagi.

"Siapa yang bisa terlihat lebih baik dariku sekarang ?"

Valeria tertawa keras dengan ekspresi wajah penuh kemenangan.

BAB 3 KEAJAIBAN TERJADI PADA GISELA DAN VALERIA

Gisela memandang kaget ke arah Valeria yang tertawa senang seperti dia puas akan kejadian ini.

Tampak Valeria duduk bersandar pada ranjang tidur pasien dengan ekspresi wajah lega sembari memperhatikan tubuh cantik miliknya.

Rambut panjang pirang dengan ditunjang oleh tubuh langsing serta tinggi semampai dan kulit putih bersinar cantik merupakan penampilan dari Valeria yang mengagumkan mata. Dan semua orang menjadi iri hati jika melihat penampilannya sewaktu Valeria menyanyi di atas panggung.

Alasan dari semua orang untuk menjadi cantik seperti Valeria yang menyebabkan rasa iri hati timbul dari diri orang-orang yang ingin seperti dirinya dan cemburu pada kecantikannya yang sempurna.

Valeria turun dari atas tempat tidur sembari menari-nari ceria.

Gisela semakin tertegun diam ketika dia melihat pemandangan di depannya, dimana Valeria terlihat bahagia sembari menari-nari riang.

Yah, Gisela yang kini bersemayam dalam diri Valeria bukan jiwa Valeria asli yang ada ditubuh cantik itu lagi melainkan jiwa Gisela yang tinggal di tubuh itu.

Gisela menangis sedih ketika dia melihat kebahagiaan Valeria.

Air matanya jatuh bercucuran membasahi kedua pipinya yang gemuk sembari memegangi dadanya yang terasa sakit, Gisela terus menangisi nasib buruknya ini.

Mengapa dia harus mengalami nasib seperti ini, bertukar nasib.

Valeria dalam diri Gisela masih tak terima dengan semua kejadian pahit ini namun takdir dirinya tidak dapat diubah lagi karena dia harus menerima nasib buruk ini untuk selama-lamanya.

Menjadi Gisela ?

Tentu saja jiwa Valeria menolak takdir pahit ini, berat sekali baginya berpisah dari raga asli miliknya karena dia telah terbiasa hidup sebagai seorang Valeria sebagaimana semestinya.

Air mata Gisela turun deras dari kedua matanya yang bersinar indah.

Terdengar suara dari arah Valeria yang berdiri di tengah-tengah kamar dengan sorot mata dingin.

"Sudah lama sekali aku merencanakan niatku ini untuk merebut kesuksesan Valeria darinya sebab gadis itu tidak layak menjadi terkenal lantaran dia sangat cantik", ucap jiwa Gisela dalam tubuh Valeria.

Kata-kata yang terucap dari bibir cantik milik Valeria langsung menyadarkan diri Gisela.

"Apa ?" ucap Gisela terkejut kaget.

Gisela segera mengalihkan pandangannya ke arah Valeria yang ada di depannya.

"Jika bukan bantuan dari dukun tua itu, mungkin saja aku tidak akan pernah bisa bertukar jiwa dengan Valeria dan menjadi dia sekarang ini", kata Valeria.

Gisela semakin tertegun diam, mendengarkan kata-kata Valeria.

"Berkat ramuan bertukar nasib dari dukun tua itu, aku bisa memiliki raga cantik milik Valeria ini dan seperti sekarang, menjadi dia", lanjut Valeria.

Valeria memutar tubuhnya sembari merentangkan baju pasien rumah sakit yang dia kenakan lalu tersenyum bahagia.

"Aku Gisela yang dulu sudah berganti nasib menjadi Valeria, bukan lagi Gisela bernasib buruk melainkan Valeria seorang penyanyi populer diseantero negeri ini", ucapnya.

Senyuman culas tergambar di sudut bibir Valeria.

"Tidak ada yang tahu dengan perbuatanku ini bahkan dukun tua itu berkata bahwa ramuan bertukar nasib berefek permanen", kata Valeria.

Valeria teringat pada botol ramuan berwarna ungu yang diminumnya sewaktu dia masih menjadi Gisela dan dia tinggalkan di atas panggung.

"Mungkin botol ramuan bertukar nasib telah dibuang oleh petugas kebersihan gedung pertunjukkan, toh, botol itu juga kosong, sudah tidak ada isinya lagi", ucapnya.

Valeria tidak menyadari jika Gisela sedang mengawasi dirinya di ruangan kamar nomer 409 ini.

"Setelah aku keluar dari rumah sakit ini, aku akan menemui dukun tua itu", kata Valeria.

Gisela yang sedari tadi hanya mendengarkan kata-kata Valeria mulai bereaksi, dia terlihat marah sembari melotot tajam.

"Jahat sekali kau !!!" teriak Gisela bergerak maju, mendekati Valeria dengan kedua tangan terulur ke depan.

Namun tangan Gisela tidak dapat menyentuh tubuh Valeria, tembus pandang ketika kedua tangannya terulur ke depan.

"Ke-kenapa aku tidak bisa menyentuhnya ?" tanya Gisela kebingungan sembari memperhatikan kedua telapak tangannya.

Gisela menoleh kepada Valeria yang berjalan ke arah ranjang tidur rumah sakit.

"Ini kesempatanku untuk membalas atas apa yang telah dia lakukan padaku", kata Gisela.

Gisela kembali bergerak menghampiri Valeria, bermaksud menyentuhnya lagi.

"Duk !"

Tiba-tiba tubuh Valeria terdorong keras ke arah ranjang pasien sehingga dia jatuh terjerembab ke atas tempat tidur.

"Auwh ?!" pekik Valeria ketika wajahnya menghantam permukaan ranjang.

Valeria tersentak kaget seraya menoleh ke belakang, tapi dia tidak melihat siapa-siapa dikamar ini.

"Sepertinya ada yang mendorongku, tapi, siapa ?" ucapnya keheranan.

Sedangkan Gisela terpaku diam ke arah Valeria yang terdorong ke atas ranjang pasien rumah sakit.

"Aku berhasil mendorongnya ?!" ucap Gisela tertegun tak percaya.

Gisela mengalihkan pandangannya kembali pada kedua tangannya.

"Aku bisa menyentuhnya...", katanya lagi.

Muncul wanita berbaju putih dengan tiara mutiara di atas rambutnya bergerak melayang, mendekati Gisela.

"Ini adalah kekuatan mata batin yang kuberikan padamu sebagai pelindung, Gisela", kata wanita asing yang tak dikenal namanya itu.

Gisela masih terpaku diam tanpa menoleh.

"Dengan kekuatan mata batin ini maka kamu bisa menggunakannya sesuai keinginanmu, Gisela'', kata wanita berbaju putih penuh cahaya itu.

"Tapi, bagaimana itu bisa terjadi ?" tanya Gisela kemudian bereaksi.

"Setelah kamu mendapatkan musibah buruk yang terjadi di saat kamu bernyanyi secara tidak langsung para leluhurmu melindungi dirimu dan memberikanmu kekuatan mata batin ini", sahut wanita asing itu.

"Leluhurku ?" tanya Gisela semakin tertegun.

"Ya, leluhurmu berupa harimau putih yang menjagamu dan menganugerahi kekuatan mata batin ini padamu", sahut wanita bertiara mutiara.

"Sebagai Valeria atau Gisela...", tanya Gisela.

"Leluhurmu Valeria...", sahut wanita bercahya putih itu.

"Tapi aku bukan lagi Valeria melainkan Gisela", ucap Gisela murung.

"Karena jiwa kamu telah berpindah ke tubuh Gisela maka kamu juga sudah bertukar kehidupan sebagai Gisela, bukan lagi menjadi Valeria seperti dulu", kata wanita disamping Gisela yang memandang teduh.

"Terimakasih telah menganugerahiku kekuatan mata batin ini", kata Gisela dengan mimik wajah murung.

Gisela berjalan ke arah pintu kamar untuk keluar dari sana.

"Tunggu, Gisela !" cegah wanita bercahaya putih itu.

"Apa lagi ?" tanya Gisela lalu menghentikan laju langkah kakinya seraya menoleh kepada wanita berbaju putih di dekatnya.

"Aku punya sesuatu untukmu", sahut wanita asing itu seraya mengulurkan telapak tangannya yang bersinar terang.

Muncul sesosok harimau putih berukuran kecil dari telapak tangan wanita bertiara mutiara.

"Hups !"

Harimau putih kecil itu melompat riang ke arah Gisela yang tersentak kaget.

"Ups... Apa ini... ???" tanya Gisela.

"Dia adalah leluhurmu dan kalian bisa bersama-sama, harimau putih kecil itu akan menjaga dirimu dari hal-hal buruk, jangan cemas, hanya kamu saja yang bisa melihatnya", sahut wanita asing seraya tersenyum lembut.

"Apa dia ada gunanya untukku selain sebagai leluhur pelindungku ?" tanya Gisela sambil mendekap erat-erat tubuh harimau putih itu.

"Seperti apa contohnya, mungkin kamu bisa memberiku perumpamaan lainnya", sahut wanita bercahaya putih.

"Misalnya saja, dia dapat membantuku mendapatkan uang atau apalah, mungkin membantuku memberiku makanan lezat", kata Gisela.

"Tidak lagi makanan lezat karena tugasmu sekarang adalah mengubah takdir Gisela menjadi lebih baik !" kata wanita bertiara mutiara tegas.

"Tapi, bagaimana caranya ?" tanya Gisela.

"Harimau putih itu akan membimbingmu dalam tugas mengubah takdir Gisela dan ingatlah bahwa kamu bukan lagi sebagai Valeria melainkan Gisela dengan jiwa baru", sahut wanita asing itu.

"Mmm..., baiklah..., aku akan mengerti...", kata Gisela.

Gisela melirik pelan ke arah harimau putih kecil yang ada dalam dekapan lengannya, seperti dia sedang berpikir serius tentang tugas yang harus dia selesaikan.

"Baiklah, Gisela..., aku harus pergi sekarang, sampai jumpa lagi dilain kesempatan, semoga hari yang kamu jalani penuh kegembiraan...", kata wanita bercahaya putih terang itu lalu menghilang pergi.

Gisela menatap ke arah kilauan cahaya terang berwarna putih di hadapannya yang terbang pergi darinya.

Sejenak suasana berubah penuh cahaya terang di area kamar rumah sakit.

Gisela memandang sendu kepada kilauan cahaya terang berkilauan di depannya dengan perasaan damai.

"Siapa nama wanita bercahaya putih itu ?" gumamnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!