NovelToon NovelToon

Ayo Bercerai Kaisar!

Awal

Kekaisaran Arteopelia

Desa Sariel

Matahari bersinar cukup terang hari ini cukup berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Tampaknya itu sebagai bentuk jika musim panas akan segera tiba.

Seorang wanita tampak tengah menutup matanya dengan buku yang ada di atas wajahnya. Tampaknya semilir angin yang menerpanya membuat dirinya tertidur.

"ANNE!" panggil seorang wanita paruh baya padanya.

Tidak ada jawaban dari wanita itu hingga suara tersebut terus berulang kali membuatnya terbangun dari tidurnya. Annete membuka buku yang menutupi wajahnya lalu melihat sekeliling dengan cukup malas.

Rambut merah mudanya tertiup oleh angin sejenak ia terlihat bagai peri bunga di musim panas, wanita dengan manik mata biru itu hanya diam sesaat mengumpulkan kesadarannya.

"Hoam..." tampaknya ia masih mengantuk.

"ANNE!" suara itu kembali terdengar.

"Aku di sini Bu!" jawabnya.

Mendengar hal tersebut wanita paruh baya itu dengan cepat melangkah ke arahnya dengan terburu-buru.

"Astaga Anne, asal kamu tahu saat ini ada utusan kekaisaran datang ke tempat kita dan mereka semua sedang mencari mu!" jelasnya dengan begitu cepat.

"Utusan kekaisaran? Kenapa mereka mencari ku Bu?" tanya Anne. Jujur saja ia cukup kaget saat ini.

'Lagipula ini hanya desa kecil dengan pemandangan seadanya,' batin Annete.

"Ibu tentu saja tidak tahu juga Alasan mereka mencari mu, atau mereka mengetahui jika kamu telah melewatkan pesta debut mu?" tebaknya.

Mendengar hal tersebut Annete membulatkan matanya. Ia cukup panik mengenai hal tersebut, karena tidak mengikuti pesta debut adalah suatu kejahatan di kekaisaran ini.

Sebenarnya bukan karena disengaja akan tetapi keluarga Annete tidak memiliki uang untuk mereka bisa datang ke ibu kota. Lagipula harga sewa kereta kuda dan juga penginapan bukanlah suatu yang murah. Saat itu Annete memutuskan untuk tidak ikut dalam pesta debut di hari kedewasaan tepatnya saat ia berusia 18 tahun sedangkan saat ini usianya sudah memasuki 22 tahun. Ia tidak mengikutinya juga karena pesta debut hanya seperti perayaan lantaran kamu sudah dewasa dan bagi bangsawan itu adalah waktu untuk mengenalkan anak gadisnya pada bangsawan lain dan juga keluarga kekaisaran.

"Tapi ibu, jika memang karena itu bukankah kekaisaran ini begitu perhitungan? Bukankah dari pada mempermasalahkan hal kecil ini lebih baik mengatasi masalah lain?" ujarnya.

"Hsst kamu jangan berbicara sembarangan, bagaimana jika ada yang mendengar? Kamu akan langsung di bawa dan di hukum pancung!" peringat nya.

"Ibuuuuu," rengeknya.

"Ya sudah ayo kita pergi menemui utusan itu. Tenang saja apapun yang terjadi ibu dan juga ayahmu akan terus mendukungmu," ucap wanita itu membuat Annete tersenyum lebar.

Akhirnya mereka menuju ruang tamu di mana dua orang pria dengan pakaian kesatria duduk bersama dengan Baron Kartazen.

"Oh ini dia putri saya baru saja tiba," ujar pria tersebut.

"Salam, saya Annete Reverie Kartazen putri dari Baron Kartazen," Annete menundukkan kepalanya sesuai dengan etiket bangsawan.

"Akh, jangan terlalu formal nona. Saya juga senang karena bisa bertemu dengan Anda dan menyampaikan perintah dari yang mulia kaisar," ujar salah seorang pria itu dengan begitu sopan.

'Ini tidak tampak seperti aku akan di hukum karena tidak ikut pesta debut,' batin Annete saat melihat sikap ramah dari kesatria tersebut.

"Jika boleh tahu apa perintahnya?" tanya Annete dengan cepat.

"Oh maksud saya, apa perintah dari yang mulia kaisar ada saya?" ia dengan cepat mengubah cara bicaranya saat melihat baroness yang merupakan ibunya sedang menatap tajam ke arahnya.

'Bangsawan harus berbicara dengan lembut pada bangsawan lainnya,' perkataan yang selalu baroness katakan padanya.

"Tentu saja saya akan memberitahukannya, bahwa Anda Annete Reverie Kartazen putri tunggal dari Baron Kartazen akan menjadi permaisuri kekaisaran!"

Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam tanpa mengatakan apapun. Terutama Annete yang membuka mulutnya dengan lebar.

"HAHHAHA," tawa Annete yang begitu tiba-tiba.

"Anda baik-baik saja?" tanya prajurit itu.

"Tuan prajurit humor mu cukup bagus hahhaha," ujar Annete.

"Tapi saya tidak bercanda," jawaban singkat dari pria itu membuat Annete terdiam. Ia mengedipkan matanya beberapa kali mencoba mencerna apa yang terjadi.

"Tapi tuan kesatria, putri saya sama sekali tidak pernah mendaftar menjadi calon permaisuri bagaimana mungkin dia terpilih mungkin ada kesalahan," ujar Baron Kartazen.

Mendengar hal itu Annete dengan cepat menganggukkan kepalanya.

'Pasti ada kesalahan,' batinnya.

Kesatria tersebut tersenyum tipis lalu menyerahkan selembar kertas.

"Silahkan Anda baca," ujarnya.

Baron Kartazen membaca surat itu dan ekspresi wajahnya seketika berubah. Sedangkan disisi lain Annete hanya terus memperhatikan Baron.

"I-ini," Baron menggenggam erat surat tersebut.

"Iya, itu adalah surat pernikahan resmi dari kuil milik nona Annete dan juga Kaisar," ujar pria tersebut dengan begitu santai.

"BRUKH."

"Annete!"

Semua orang tampak panik saat Annette yang tiba-tiba saja tidak sadarkan diri. Tampaknya dia benar-benar syok dengan apa yang baru saja terjadi.

'Akh, betapa sialnya nasibku,' batin Annete di penghujung kesadarannya.

Setuju untuk pergi

Di tengah kota yang sangat sibuk tampak seorang wanita tengah berjalan di sebuah trotoar dengan handphone yang ada di tangannya. Mata wanita itu tampak fokus pada ponselnya bahkan ia tidak terlalu menyadari sekitarnya.

'Tawanan cinta kaisar,' itu adalah judul web novel yang begitu terkenal akhir-akhir ini. Menceritakan tentang pemeran utama wanita yang menjadi tawanan perang dari kaisar tiran.

Cerita bermulai dengan pemeran utama wanita yang merupakan putri negara tetangga harus menjadi tawanan perang. Awalnya kaisar yang merupakan pemeran utama pria sering menyiksanya hingga di tengah cerita pria itu justru jatuh hati pada sang putri. Kisah cinta yang cukup menguras emosi para pembaca.

"Wah, kaisar biadab ini benar-benar harus di musnahkan. Jika aku punya suami sepertinya maka sudah ku ceraikan saja dari awal," gumam gadis itu tanpa menyadari jika saat ini sebuah mobil dengan rem blong tengah menuju ke arahnya.

"AWAS!"

"BUGH," tubuh gadis itu terpental beberapa meter. Darah mulai keluar dari kepalanya dengan begitu deras. Diakhir Mira hanya bisa melihat ke arah ponselnya yang berada tidak jauh darinya.

'Padahal aku belum membaca endingnya,' batin Mira sebelum ia benar-benar menutup matanya.

Disisi lain di dalam kamar yang cukup sederhana seorang gadis masih memejamkan matanya dengan rapat. Hingga beberapa saat kemudian kelopak matanya mulai bergerak lalu terbuka menampilkan manik mata biru.

Beberapa saat ia hanya menatap atap kamarnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Sial, jadi selama ini aku hidup di dalam novel itu ternyata," gumam Annete saat mengingat kehidupan yang sebelumnya.

'Di novel itu kaisar memang telah memilki permaisuri yang tidak terlalu di sorot. Wanita itu tidak mempermasalahkan hubungan kaisar dengan sang putri karena sudah wajar bagi suatu kekaisaran untuk memiliki banyak selir,' batinnya saat mengingat cerita tersebut.

"Akh, aku harus bercerai apapun yang terjadi. Menjadi permaisuri dan suami yang mencintai orang lain bukanlah hal yang ku suka. Jadi ayo bercerai bagaimanapun caranya!" tampaknya tekat Annete begitu kuat kali ini.

Hingga beberapa saat pintu terbuka menampilkan sosok baron dan juga istrinya.

"Kamu sudah sadar sayang, oh astaga ibu benar-benar khawatir padamu," ujar Baroness yang langsung memeluk erat Annete.

"Ayah juga khawatir padamu nak," tambah Baron Kartazen.

"Aku tidak apa-apa tenang saja, aku tadi sangat terkejut hingga jatuh pingsan hehehe," jelasnya pada dua orang tersebut.

"Huh syukurlah," kali ini Baroness Kartazen bisa bernafas lega.

Annete menatap dua orang yang begitu ia sayangi di dunia ini.

'Jika aku bercerai maka bagaimana dengan mereka berdua?' batinnya. Ia tahu betul bagaimana kondisi keluarga Baron Kartazen yang begitu miskin jauh dari kata bangsawan. Dengan putri tunggal mereka menjadi permaisuri maka akan membuat keluarga ini menjadi jauh lebih baik. Bahkan bisa menjadi bangsawan yang sangat terhormat di kekaisaran.

"Ini semua pasti karena pernikahan itu bukan? Annete ayah sama sekali tidak masalah jika kamu memang tidak menginginkan pernikahan ini. Walaupun kita hanya bangsawan tingkat rendah, tapi kita juga masih seorang bangsawan," jelas Baron Kartazen dengan mengelus rambut Annette.

"Tapi ayah, ji-jika Annete bercerai maka keluarga kita...."

"Apa yang kamu pikirkan, apa kamu berpikir bahwa aku akan mengorbankan putri ku yang tersayang hanya demi sebuah jabatan? Tentu saja tidak, kamu jauh lebih berharga dari itu semua," potong Baron Kartazen yang di tambah dengan anggukan kepala dari Baroness.

"Kita sudah sangat bahagia dengan hidup begini jadi kita bisa tetap hidup seperti ini saja," tambah Baroness.

"Hiks, hiks, hiks, huaaaaa hiks, hiks, hiks," tangisnya membuat pasangan suami istri itu menjadi begitu panik.

"Apa ada yang sakira Anne? Kepala mu sakit? Atau kaki? Pundak? Bagaimana ini, ce-cepat panggilkan tabib!" Baroness benar-benar tidak tahu harus berkata apa sedangkan Baron sudah akan meninggalkan ruangan untuk memanggil tabib.

"Ber-berhenti hiks, aku tidak apa-apa," ujar Annete yang menghentikan aksi dua orang tersebut.

"Huh syukurlah," gumam Baron Kartazen.

"Jadi kenapa kamu menangis?" tanya Baroness.

"Hmm tidak apa-apa, hanya terharu karena telah memiliki kalian di dunia ini," gumam Alana dengan menghapus air mata di sudut matanya.

Baron dan juga Baroness terdiam sejenak sebelum akhirnya tersebut bahagia.

"Kami juga beruntung karena memiliki putri sepertimu Annete," jawab Baroness lalu memeluk Annete dengan erat.

"Kenapa hanya kalian berdua saja yang berpelukkan? Aku juga ingin ikut," ujar Baron Kartazen yang berhasil membuat dua wanita itu memandangnya lalu tertawa.

"Hahaha baiklah, sekarang kamu juga kesini," pinta Baroness.

"Baiklah hehehe."

Baron lantas ikut bergabung dalam pelukan hangat tersebut. Sedangkan Annete benar-benar merasa bersyukur bisa memiliki keluarga yang sangat menyayanginya.

Hingga akhirnya disinilah mereka bertiga yaitu di depan dua orang kesatria yang membawa perintah dari kekaisaran.

"Ehem, maaf mungkin tadi ada sedikit masalah hingga kita harus menghentikan pembicaraan kita," ujar Baron Kartazen.

"Tidak masalah tuan baron, baiklah saya akan membawa nona Annete Reverie Kartazen ke kekaisaran untuk mela..."

"Tidak aku tidak mau," tolak Annete memotong ucapan sang kesatria.

'Dengan menikah dengannya maka itu sama saja dengan neraka,' batinnya.

"Maaf maksud Anda?" tanya kesatria tersebut memastikan.

"Saya, saya tidak ingin menjadi permaisuri, saya masih terlalu bodoh dan juga tidak menguasai banyak hal di tambah saya di sangat pemalas menjadikan orang seperti saya menjadi permaisuri mungkin akan membuat kekaisaran ini menjadi buruk di masa depan. Jadi, lebih baik mencari nona muda dari keluarga lain yang jauh lebih terhormat dan juga lebih unggul di bandingkan saya," jelas Alana.

Mendengar hal tersebut Baron dan juga Baroness tersenyum lembut. Siapa sangka Annete yang begitu jarang berpikir kali ini justru berpikir dan menggunakan alasan yang cukup masuk akal.

Kesatria tersebut tampak menghela nafas sejenak.

"Maaf nona, ini adalah pilihan kaisar secara langsung. Kami sebagai kesatrianya sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk itu."

Mendengar hal tersebut wajah Annete menegang.

'Apa benar-benar tidak bisa?' batinnya.

"Tapi saya sarankan Anda ikut ke istana terlebih dahulu lalu Anda bisa menyampaikannya langsung kepada beliau, karena saat ini Anda sudah resmi menikah dengan yang mulia," jelas pria tersebut.

'Dunia apa ini, dengan mudahnya menikah tanpa kehadiran dua belah pihak bahkan juga tanpa persetujuan sama sekali,' gerutu Annete yang hanya bisa ia telah dalam hati.

Annete terdiam sejenak lalu menatap ayah dan ibunya. Kedua orang tersebut hanya tersenyum dengan menganggukkan kepala pelan. Seakan-akan mengatakan 'lakukan apapun yang membuatku bahagia maka kami akan selalu mendukung mu.'

Alana memejamkan matanya sejenak lalu menarik nafas dalam.

"Baiklah saya akan pergi," jawabnya.

'Ternyata bercerai dan menjadi janda sungguh sulit di lakukan,' batinnya.

Pemilihan

Pagi hari telah tiba begitu cepat, Annete sebenarnya masih tidak menyangka jika kemarin ia baru saja berbaring dengan santai menikmati hari dan keesokan harinya ia justru telah menikah dan harus bercerai.

'Sungguh konyol,' batinnya.

Sedangkan disisi lain Baron dan juga Baroness sedang menatap haru pada Annete. Ini adalah pertama kali bagi mereka untuk berjauhan dari Annete.

"Ibu, ayah tenang saja aku akan kembali beberapa hari lagi. Lagipula aku hanya perlu meminta cerai dan semua masalah akan selesai," jelas Annete meyakinkan.

"Huh, andai saja kita memiliki uang yang lebih maka ayah akan dan ibu akan ikut bersamamu ke ibu kota," ujar Baron Kartazen dengan penuh kekecewaan. Annete tahu benar bagaimana kedua orang tuanya selalu menyalahkan diri mereka sendiri atas apa yang terjadi.

"Ini sudah cukup jadi tenang saja, lagipula jika kalian ikut pergi bagaimana dengan tanaman sayur ibu dan ternak ayah? Siapa yang akan menjaganya?" tanya Annete mencoba untuk memberi pengertian.

"Tapi..."

Baroness telah siap untuk mengatakan sesuatu akan tetapi telah lebih dahulu di tahan oleh Annete.

"Tidak ada tapi-tapian bu, aku akan kembali jadi jangan sedih begitu. Lagipula putrimu ini sangat mandiri jadi aku akan baik-baik saja. Oh ya nanti aku pasti mengirimkan surat di setiap harinya," jelas Annete.

Walaupun masih terasa berat bagi baron dan juga baroness untuk membiarkan putri mereka seorang diri tapi keadaan telah memaksa. Yang saat ini mereka lakukan hanya terus mendukung Annete apapun yang terjadi.

“Jaga dirimu ya, makan yang banyak dan tidur yang cukup. Jika ada masalah maka kabari kami segera,” pesan baroness pada Annete di akhir.

“Iya ibu aku akan mengingat hal itu.”

Setelah mengatakannya Annete lantas memeluk kedua orang tersebut dengan erat sebelum kesatria kekaisaran yang bahkan tidak Annete ketahui namanya membuatnya harus segera pergi.

“Nona, segalanya telah siap, kita bisa pergi sekarang.”

“Hmm baiklah,” jawab Annete dengan berat hati melangkah menjauh dari dua orang juga begitu sedih dengan kepergiannya.

‘Aku akan pulang secepat mungkin,’ batin Annete dengan begitu yakin.

Kereta mulai berjalan, baron dan juga baroness melambaikan tangannya yang di balas dengan Annete.

“JANGAN LUPA JAGA DIRI KALIAN, AKU AKAN PULANG SEGERA!” pekiknya dengan mengeluarkan kepalanya dari dalam kereta.

“Hiks, hiks, hiks…hiks,” tangisnya di dalam kereta tersebut.

Kesatria yang ada di depannya itu hanya bisa mengernyitkan dahinya saat melihat Annete menangis tersedu-sedu.

“Nona apa Anda baik-baik saja?” tanyanya.

“Hiks, hiks, huaa,” bukan berhenti justru Annete semakin kuat menangis.

“I-ini ambillah nona,” ujar pria tersebut yang dengan cepat memberikan sapu tangan kepada Annete.

“Te-terima kasih hiks, hiks, hiks,” jawab Alana dengan mengambil sapu tangan tersebut.

“Hnggs!” Annete dengan sepenuh tenaga mengeluarkan semua ingus yang berada di hidungnya pada benda itu.

Kesatria itu lagi-lagi di buat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Annete.

Hingga beberapa saat tampaknya Annete telah selesai dengan tangisannya, ia kemudian menatap pria tersebut dengan mengedipkan matanya beberapa kali.

“Hmm jika boleh tahu nama Anda siapa? Saya akan mengembalikan sapu tangan ini setelah mencucinya nanti,” ujar Annete.

“Nama saya Gabriel, lagipula Anda tidak perlu mengembalikan benda itu, saya akan memberikannya pada Anda,” ujarnya dengan begitu ramah.

“Jika begitu maka terima kasih banyak,” jawab Annete. Ia tidak mempunyai tenaga untuk menolak pemberian dari seseorang.

“Oh ya Tuan Gabriel, bagaimana kaisar itu? Dan bagaimana saya bisa terpilih menjadi permaisuri?” tanyanya.

“Kaisar adalah orang yang baik nona, sangat ramah, dan juga penyayang” ujarnya tanpa berkedip sekalipun bahkan Annete bisa melihat muka pria itu yang begitu tegang.

‘Maaf nona sebenarnya itu semua adalah sifat kebalikan yang mulia,’ batinnya.

Sebenarnya Gabriel adalah seorang bangsawan berpangkat marques yang menjadi asisten dari Kaisar. Nama lengkapnya adalah Gabriel Wilson, putra tunggal di keluarga Wilson.

‘Dia pembohong handal,’ batin Annete.

“Oh begitu, jadi bagaimana bisa saya menjadi permaisuri sedangkan saya sama sekali tidak pernah mendaftar untuk menjadi permaisuri?” tanyanya.

Gabriel tampak terdiam sejenak memikirkan perkataan yang bagus untuk ia mengungkapkan kejadian yang sebenarnya.

“Akh, itu Anda terpilih dari suatu pemilihan yang telah di rancang oleh yang mulia dengan begitu ketat,” jawabnya.

‘Bagaimana mungkin aku mengatakan jika dia terpilih dari pemilihan asal yang di lakukan oleh yang mulia,’ pikirnya dengan penuh rasa bersalah saat mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

FLASHBACK ON

Istana Kekaisaran Arteopelia.

Tampak seorang pria tengah sibuk dengan berkas yang ada di tangannya tapi sang tuan justru tidak terlalu memperdulikannya dengan segala kesulitannya.

“Lapor yang mulia, ini semua adalah tuntutan dari para bangsawan yang meminta Anda untuk segera memilih permaisuri. Mereka mengatakan jika kekaisaran kita sudah lama tidak memiliki permaisuri semenjak Anda menjadi kaisar,” jelas Gabriel.

Pria dengan rambut perak dan manik mata berwarna merah itu hanya diam tanpa mengatakan apapun. Wajahnya benar-benar begitu tampan akan tetapi semua itu berbanding terbalik dengan sifatnya yang benar-benar tidak masuk akal menurut Gabriel.

“Kau kumpulkan semua nama-nama putri bangsawan di kekaisaran ini yang sudah dewasa lalu berikan padaku!” perintahnya yang membuat Gabriel begitu bersemangat. Tampaknya kali ini drama mengenai permaisuri akan segera berakhir.

“Baik yang mulia,” jawabnya dengan menjalankan apa yang di perintahkan.

‘Akhirnya setelah sekian lama, beban ini akan hilang,’ batin Gabriel dengan begitu bahagia.

Hingga beberapa jam ia sudah datang kembali dengan sebuah buku tebal yang berisi biodata dari semua gadis yang ada di kekaisaran.

“Ini yang mulia, di dalamnya telah ada foto dan juga kelebihan dari kelurga mereka masing-masing,” ujar Gabriel dengan memberikan buku tersebut. Bukankah untuk menjadi permaisuri di butuhkan banyak keahlian dan juga kelebihan di tambah dengan dukungan kelurga yang kuat.

“Hmm.”

“Saya akan memberikan Anda waktu untuk bisa fokus memilihnya yang mulia,” ujar Gabriel.

“Itu tidak perlu, ini hanya sebentar.”

Perkataan pria itu tentu saja membuat Gabriel cukup bingung.

‘Apa jangan-jangan yang mulia telah jatuh cinta pada seseorang? Walaupun itu hampir mustahil tapi bukan berarti tidak mungkin. Lagipula yang mulia tetaplah seorang manusia sehingga ia juga memiliki rasa ketertarikan pada lawan jenis dan…’

Di tengah pikiran Gabriel, justru pria yang menyandang gelar kaisar itu membuka buku itu dengan asal.

“Annete Reverie Kartazen,” ujar pria itu dengan membaca nama wanita pada buku tersebut.

“Ha? Apa yang mulia?” tanya Gabriel yang masih dengan kebingungannya.

“Wanita di dalam halaman 105, dia yang akan menjadi permaisuri, kirim nama ku dan namanya ke kuil lalu buat surat nikah dan jemput dia untuk penobatan,” perintah pria itu lalu menutup buku itu kembali dan melemparnya dengan asal di atas meja.

Gabriel masih mematung di tempat mencoba mencerna semua kegilaan ini.

“Apa Anda mengenal nona itu?” tanya Gabriel memastikan.

“Tidak,” jawab pria itu singkat.

‘Aku tarik pemikiranku tadi yang mengatakan jika pria ini adalah manusia,’ pikir Gabriel.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!