Vino membonceng Aina yang kini telah sah menjadi istrinya kesebuah gang sempit di kota Jakarta, kemudian motor bututnya itu berhenti di depan sebuah rumah kontrakan petakan sederhana yang terdiri dari 4 pintu.
Perlahan Vino menuntun Aina turun dari motornya menuju kontrakannya yang paling ujung, beberapa orang keluar dari dalam kontrakan, daerah padat penduduk itu dengan berbagai macam orang dari latar belakang yang berbeda memandang keduanya dengan pandangan yang takjub.
"Aina...ayo masuk ke istana kontrakan kita, sementara kita tinggal disini ya...aku harap kamu betah dan kita bisa berbaur dengan mereka..." Ucap Vino sambil melirik kearah para tetangganya yang agak berkerumun.
"Wah...mas Vino pulang-pulang udah bawa istri aja nih...." Celetuk seorang ibu dari arah kerumunan warga.
"Iya nih.. kok kita gak diundang sih mas..." Sambung ibu yang lain. Vino hanya tersenyum menanggapinya.
"Hemat biaya Bu...nanti untuk warga sekitar kita makan-makan bakso saja ya..." Sahut Vino. Aina hanya tertunduk malu.
"Iya deh mas...aye juga kagak bisa ngamplopin lho...tapi bulan ini aye kasih diskon sepuluh persen bayar kontrakannya..." Celetuk Mpok Umi sang pemilik kontrakan.
"Aduh...trimakasih lho mpok...sering-sering dong kasih diskon..." Ujar Vino senang.
"Hati-hati mbak...masnya dulu sebelum nikah sering digodain lho sama orang...jagain tuh masnya..." Kata Si Atun pemilik warung depan kontrakan.
Tiba-tiba seseorang menyeruak dari kerumunan, ternyata dia adalah pak Dadang ketua RT disitu.
"Ayo...ayo bubar...orang baru pulang kok di introgasi...mereka kan mau istirahat...maaf ya mas Vino...maklum di sini orang-orang pada kepo..." Ujar Pak Dadang.
"Huuuuuuu.....!!" Warga langsung menyorakinya dan tak lama merekapun bubar. Vino dan Aina menarik napas lega. Lalu merekapun masuk kedalam rumah kontrakan mereka.
**********
"Vin...apa tiap hari disini ramai begini...?" Tanya Aina sore itu, setelah mandi mereka duduk-duduk di ruang depan sambil nonton TV.
"Yah...gitulah namanya juga rumah kontrakan yang berdempetan...jadi kalo berisik harap maklum ya sayang..." Jawab Vino sambil membelai rambut istrinya.
"Hmm...Semoga nanti kita betah ya Vin...dan mudah-mudahan kelak Tuhan kasih kita rumah yang lebih baik..." Ujar Aina.
"Amiin...." Sahut Vino.
"Malam ini kita makan apa Vin...?" Tanya Aina lagi.
"Nanti malam kita makan diluar...kita makan pecel lele yang paling enak di sini...sekarang yuk ke tempat tidur..." Ajak Vino bersemangat.
"Ngapain Vin..."
"Ayolah...tau kan kita sudah suami istri sekarang.... ya kita mau sore pertama lah..."
"Hah...sore pertama??" Aina mendelik.
"Iya...karena malam pertama kita aku mau tidur...capek...dan nanti malam kan kita mau makan pecel lele...jadi yuk sekarang saja..." Aina tersenyum malu dan perlahan Menganggukan kepalanya.
************
Vino Alvaro, pemuda berusia 26 tahun adalah lulusan terbaik di kotanya, dengan berbekal ijazah lulusan ekonomi, ia merantau ke Jakarta mengadu nasib menjadi seorang customer service di sebuah perusahaan ekspedisi.
Beberapa bulan hidup membujang, ia dipertemukan dengan seorang wanita yang berprofesi sebagai guru TK yang ternyata adalah mantan teman sekelasnya dulu ketika duduk di bangku SMA. Pertemuan yang singkat itu berkembang menjadi sebuah hubungan yang serius. Tanpa basa basi dan dengan berani walaupun penghasilan terbilang pas-pasan, Vino melamar gadis itu.
"Mau kah kau menemani hidupku dalam sudah dan senang...?" Tanya Vino dengan penuh percaya diri.
Aina Olivia, gadis sederhana yang ternyata sejak dulu sudah menyukai Vino diam-diam hanya tersenyum dan menunduk malu, tak pernah berpikir bahwa takdir akan membawanya kembali untuk bertemu dengan Vino yang kini dewasa, bahkan mengajaknya untuk merajut bahtera rumah tangga.
"Vino...apa yang membuatmu untuk memilihku...padahal tidak sulit bagimu untuk memilih gadis lain yang lebih cantik dariku..." Kata Aina masih dalam keraguannya.
Aina menyadari walaupun Vino bukan berasal dari keluarga kaya, namun popularitas yang sejak dulu dimilikinya mampu untuk menarik hati siapapun, karena Vino memiliki wajah yang tampan diatas rata-rata pemuda di kotanya, parasnya yang rupawan tidak jarang membuat banyak gadis cantik yang mengejarnya, di tambah sebuah lesung pipi yang menambah manis wajahnya.
Keluarga Vino memiliki tanah perkebunan yang cukup luas dan mereka menggarapnya sendiri, namun hasil perkebunan itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga Vino. Ayah dan ibu Vino masih memiliki dua anak lagi yaitu Dino yang masih SMP dan Vita yang masih kelas 6 SD, yang berarti keluarga itu masih mempunyai tanggungan biaya sekolah.
Pada saat Vino kuliah, ayahnya menjual sebidang tanah miliknya untuk membiayai Vino, itulah sebabnya ketika lulus kuliah Vino merantau ke Jakarta dan mengadu nasib disana.
"Aku memilihmu karena takdir telah membawamu datang padaku...dan aku tidak menolak takdir itu..." Ucap Vino dengan penuh keyakinan. Aina menengadah menatap dalam mata itu.
"Baiklah Vin...aku menerima dirimu menjadi pendamping hidupmu...aku akan berada bersama mu dalam tiap susah dan senang hidupmu..." Jawab Aina dan dengan gerakan cepat Vino memeluk tubuh gadis itu. Gadis yang mungkin dulu tidak pernah diperhatikannya. Namun kini gadis itu telah menjadi takdirnya.
Sejak dulu Aina selalu berpindah-pindah rumah, karena pekerjaan Papanya yang pegawai negri sering membawanya ikut dinas kemanapun Papanya pergi, makanya sejak dulu Aina sering pindah sekolah dan saat SMA dia sekolah di sekolah Vino, namun setelah lulus Aina ikut Papanya pindah ke Jakarta dan sampai saat ini mereka menetap di Jakarta.
Papa Aina sudah pensiun dan kini mereka membuka usaha warung sembako kecil-kecilan, Aina mengambil pendidikan guru TK dan sudah beberapa tahun belakangan dia menjadi seorang guru di sebuah sekolah TK kecil di dekat rumahnya.
Beberapa waktu berselang, Vino dan Aina melangsungkan pernikahan mereka dengan sederhana, Orang tua Vino datang ke Jakarta dengan membawa hasil bumi mereka sebagai seserahan. Merekapun tidak banyak mengundang orang, hanya keluarga dan kerabat dekat saja, dengan alasan penghematan.
Dengan ikhlas keluarga Aina pun menerimanya, dan karena keterbatasan tempat dan biaya, setelah pernikahan berlangsung, pihak keluarga Vino langsung pulang ke kota asal mereka, karena untuk menginap di hotel pasti mahal, rumah keluarga Aina juga kecil, dan Vino hanya mengontrak di sebuah rumah petakan sederhana di belakang kantor tempat dia bekerja.
************
Di pinggir jalan raya malam itu, diantara gemerlapnya lampu jalan kota, di sebuah kedai tenda sederhana yang lumayan ramai, Vino menggandeng Aina untuk menikmati acara dinner perdana mereka setelah menjadi suami istri.
Berhubung kedai tersebut cukup ramai, meja tempat makan pun penuh, Vino harus sabar menunggu antrian.
"Bang, tuh yang dipojok itu kasih ke kita ya...kita mau makan disitu..." Kata Vino sambil menunjuk meja yang letaknya agak tersembunyi.
"Siiaaap...!" Sahut si Abang yang sedang sibuk melayani pelanggan.
"Kenapa sih mesti di pojok segala?" Tanya Aina sambil menyikut pinggang suaminya itu.
"Yah...biar enak makannya, kan kita pengantin baru...anggap aja kita lagi dinner di restoran bintang lima..." Sahut Vino terkekeh.
"Tetap aja rasa kaki lima..." Cetus Aina agak cemberut.
"Ayo dong Ai....semangat...jangan-jangan kamu masih sakit ya karena sore pertama tadi...maaf ya...maklum aku kan belum pengalaman..." Ujar Vino. Wajah Aina merah padam menahan malu.
"Hush...diam!" Pekik Aina sambil membekap mulut suaminya itu, kemudian melirik kekiri dan kekanan takut ada yang mendengar.
"Mas...mbak...sudah kosong tuh mejanya..." Suara Abang pecel lele mengejutkan keduanya.
"Eh...I..iya bang..." Dengan segera Vino menarik tangan Aina menuju meja yang di pojok itu. Tak lama kemudian mereka sudah duduk dengan santainya.
"Ayo Nyonya Vino mau pesan apa...hari ini spesial boleh makan sepuasnya lho..." Kata Vino sambil menyodorkan kertas menu.
"Hmm....apa ya...Aku sih pengen ayam goreng, nasi uduk, sama tahu tempe, semangkok soto dan minumnya jeruk panas..." Jawab Aina.
"Banyak amat Ai..." Celetuk Vino.
"Lah...tadi katanya boleh pesan sepuasnya...gimana sih Vin...niat gak sih ngajak makan..." Cetus Aina kesal.
"Maaf becanda kok...seneng liat kamu sewot he he he...Aku mau pecel lele aja, makanan favorit...minumnya teh tawar panas..." Ujar Vino sambil menulis di kertas pesanan.
Ditengah-tengah makan, Aina menyodorkan mangkok sotonya ke Vino, tahu dan tempenya juga dia berikan ke Vino. Vino menatapnya heran.
"Ini kita makan sama-sama ya Vin...punyaku juga punya kamu...apa yang aku makan kamu juga makan..." Ucap Aina.
"Aina...maaf ya...tadi aku gak bermaksud...." Vino menghentikan perkataannya.
"Sudahlah Vin...aku ngerti kok...kemarin kita nikah sederhana tapi modal dari tabungan kamu lumayan juga, untuk memberi makan saudara dan kerabat juga pake uang kan...amplop kita gak banyak karena uangnya kita berikan buat keluargamu dan keluargaku, sisanya hanya tinggal sedikit...trimakasih kamu juga sudah berusaha membahagiakan aku..." Ungkap Aina. Perlahan Vino menggenggam tangan istrinya itu.
"Aku sungguh tidak pernah menyesal mengambil mu menjadi istriku...kamu sungguh perempuan yang bijak...." Ucap Vino lirih, matanya menatap dalam ke wajah istrinya itu.
"Sudahlah Vin...yuk makan lagi...ini aku bagi dua ya...minumanku kamu coba deh, biar seger asem-asem gimana gitu.." Sahut Aina sambil menuang soto ke mangkok Vino dan memotong tempe dan tahu menjadi dua.
"Ini lele masih ada setengah...kamu makan ya Ai..." Balas Vino, Aina Menganggukan kepalanya.
"Habis ini kita langsung pulang Vin..?" Tanya Aina.
"Nggak ah.. kita jalan-jalan keliling kota dulu..."
"Aku cuti cuma 3 hari Vin...lusa aku ngajar lagi di sekolah..." Sahut Aina.
"Sama, aku juga cuma 3 hari cuti...tapi sebelum masuk kerja, aku ingin bulan madu..." Ungkap Vino.
"Bulan madu?? Jangan sok deh...bukannya kita harus ngirit...?"
"Kamu kira bulan madu harus mahal? Kita kan bisa bulan madu di rumah..berdua...anggap aja di hotel...kita bisa melakukan sepuasnya selama 3 hari ini..." Jawab Vino. Aina melotot.
"Oalaa....dasar kamu Vin...belum puas-puas dari sore...udah ah...ayo cepat habiskan makanannya...kita udah lama banget disini, tuh lihat masih banyak orang yang ngantri mau makan..." Ujar Aina sambil menunjuk beberapa orang yang masih mengantri.
************
Vino mengendarai motornya dengan kecepatan sedang membelah kota Jakarta. Dulu dia selalu sendirian kemanapun, kini dibelakang sudah ada seorang istri yang memeluknya.
"Aina....aku bahagia....!" Teriak Vino bersamaan dengan suara kendaraan yang melaju.
"Vino...aku sayang kamu....!" Aina juga ikut berteriak di tengah keramaian kota malam itu.
Namun tiba-tiba motor yang mereka tumpangi oleng, ternyata ban motor nya kempes habis, perlahan Vino menepikan motornya.
"Yaaah...ban kita bocor Ai...!" Seru Vino setelah mereka turun dari motor.
"Terus gimana Vin...masih ada gak bengkel yang buka malam-malam begini?" Tanya Aina kuatir.
"Aku gak tau...ayo bantu aku dorong motornya, siapa tau ada bengkel...kita berdoa semoga ada bengkel yang buka..." Sahut Vino sambil mulai menuntun motornya, Aina membantu mendorong motonya dari belakang.
"Ada ya pengantin baru yang baru menikah mengalami hal ini selain kita...seharusnya menikmati malam pertama, atau bulan madu di hotel, eeh...kita kok malah dorong motor malem-malem..." Ucap Aina dengan napas yang mulai kembang kempis.
"Kamu capek Ai...Kita istirahat dulu lah...terpaksa kita tunda dulu bulan madunya...harap maklum motorku agak tua, ban nya juga sudah tipis, nanti kalo aku gajian aku servis semuanya..." Hibur Vino. Kemudian mereka berhenti disebuah halte dan duduk disana.
"Vin...kamu gak coba melamar ditempat lain, yang gajinya lumayan gitu...kan kamu pintar Vin...katanya lulusan terbaik..." Ucap Aina.
"Lulusan terbaik di universitas yang biasa aja gak ada pengaruhnya Ai, Aku malah mau mencoba untuk membuka usaha..."
"Buka usaha? Aku setuju Vin...usaha itu bisa berkembang, dan siapa tau kita ada jalan untuk merubah perekonomian kita...kapan kita mulai Vin..." Sahut Aina tak sabar.
"Sabar dulu...nanti kita pikirkan pelan-pelan, kita masih punya sedikit modal sisa pernikahan kita....semoga modal itu cukup untuk kita membuka usaha..."
"Iya Vin...eh...itu ada tukang somay, yuk kita tanya dimana bengkel terdekat..." Aina segera berdiri memanggil tukang somay. Kemudian tukang somay itu mendekat ke arah mereka.
"Bang...bengkel motor terdekat masih jauh gak ya...?" Tanya Aina tanpa basa basi.
"Lah...itu di depan, dia buka 24 jam, paling 15 menit jalan ke sana..." Jawab tukang somay itu sambil menunjuk ke arah depan.
"Oh ya ya...trimakasih bang...somaynya masih banyak?" Tanya Aina lagi. Vino masih duduk mendengarkan percakapan itu.
"Masih banyak mbak...hari ini dagangan sepi, mana istri saya lagi hamil besar, sebentar lagi melahirkan...tabungan saya belum cukup nih...padahal saya dagang dari pagi sampai malam...." Cerita tukang somay itu. Vino kemudian segera berdiri.
"Bungkusin dua ya bang...nanti malam baru kami makan..." Seru Vino. Wajah tukang somay itu berubah cerah.
"Wah syukurlah...nih saya kasih bonus mas...trimakasih ya..." Dengan cekatan Penjual somay itu membungkus somay yang Vino pesan tadi. Tak lama kemudian tukang somay itu pergi meninggalkan mereka.
"Vin...kita kan sudah makan kenyang tadi..." Kata Aina
"Gak apa-apa Ai...Kita beli dagangannya itu sudah membantu dia...walau gak banyak, tapi paling tidak dia masih punya pengharapan...semoga keluarganya baik-baik saja...istrinya lancar melahirkan..." Ucap Vino. Aina memandang suaminya itu dengan perasaan kagum.
"Ternyata hatimu baik banget Vin...aku makin nyaman bersamamu..." Aina memeluk Vino dengan erat.
"Ayo kita jalan lagi ke bengkel...lumayan 15 menit kita harus dorong motor..." Ujar Vino. Kemudian mereka kembali mendorong motor bersama.
Pagi itu Vino membonceng istrinya menuju sekolah tempat Aina mengajar, setelah sampai di sekolah, Aina pun turun dan masuk ke dalam. Vino melajukan kembali kendaraannya menuju ke kantornya, hari ini mereka mulai bekerja setelah beberapa hari mereka cuti menikah.
Sesampainya di kantor, Vino segera memarkirkan motornya di depan gedung tersebut, lalu ia bergegas turun dan berjalan menuju Lobby kantor yang mulai agak ramai, beberapa orang berjalan mendekatinya.
"Halo pak Vino...selamat ya atas pernikahannya..." Ucap pak Hendra yang merupakan atasan Vino langsung, kemudian dia mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan, beberapa orang menyusul berjabat tangan.
"Iya nih pak Vino...kok nikah gak undang-undang sih..." Kata Wawan teman sekantor Vino.
"Maaf... nikahnya gak besar-besaran...sesuai modal dikantong aja...jadi cuma keluarga aja dan kerabat dekat..." Sahut Vino dengan perasaan malu.
"Ya gak apa-apa sih pak...cuma traktirannya aja nih jangan lupa..." Sambung Susi, karyawan bagian administrasi.
"Oh...iya betul...traktirannya yang penting...masa nikah gak traktir-traktir..." Timpal Wawan kembali.
"Iya...iya...Minggu depan ya pas gajian...tenang aja..." Ucap Vino sambil mengacungkan jempolnya, disusul dengan tawa dan canda rekan-rekan yang lain. Tak berapa lama mereka bubar dan mulai mengerjakan aktifitas masing-masing.
***********
Sore harinya, pada pukul 5 sore, Vino memarkir motornya di depan kontrakan, Aina membuka pintu menyambutnya dengan senyum yang cerah merekah.
"Udah pulang Vin...." Sapa Aina sambil membawakan tas suaminya itu.
"He em..." Sahut Vino singkat, kemudian dia segera masuk kedalam kontrakannya.
"Ayo mandi dulu sana...habis itu kita makan bareng, tadi di jalan aku udah beliin nasi goreng seafood lho..." Kata Aina sambil menyusul langkah Vino. Kemudian Vino duduk di bangku sambil membuka sepatunya.
"Ai...mulai besok bisa gak kita masak aja, jadi lebih hemat...kalo kita beli makanan diluar terus lumayan Ai pengeluaran kita..." Ucap Vino.
"Oh..kalo soal itu bisa diatur kok...gini-gini aku juga bisa masak...ada apa sih Vin...kelihatannya kok kamu seperti sedang ber beban berat? Lihat tuh mukanya kusut kayak baju belom di gosok..." Ujar Aina yang kemudian duduk disamping Vino.
"Kayaknya Minggu depan pas gajian aku gak bisa ngasih kamu Ai... tadi teman-teman di kantor pada minta traktir, gara-gara waktu nikah kita gak undang mereka..." Ungkap Vino.
"Hah...sama dong...tadi juga teman-teman dan kepsek pada minta traktir, dikiranya kita banyak uang setelah nikah...aku bilang sih nanti pas gajian..." Sambung Aina. Sesaat mereka saling terdiam.
"Kemungkinan terburuk, gaji kita bisa langsung habis dalam sehari Ai...karena teman-teman kantorku lumayan banyak dan mereka juga makannya pada banyak...apalagi di traktir..." Kata Vino lirih.
"Jadi gimana dong Vin...teman-teman satu sekolah di tambah kepsek kalo dihitung juga banyak...solusinya bagaimana ya...kita kan gak mungkin menolak tuntutan mereka..." Ujar Aina dengan nada sedih. Vino merangkum wajah istrinya dengan kedua tangannya.
"Jangan kuatir Ai...anggap saja kita berbagi rejeki...nanti Tuhan akan gantikan rejeki kita...sekarang kita pikirkan strategi apa yang kita buat supaya kita tetap bisa traktir mereka tanpa menghabiskan uang kita..."
"Kamu ada rencana apa?" Tanya Aina.
"Kita undang temanku dan temanmu ke tempat yang sama..."
"Lalu?"
"Kita cari dari sekarang restoran yang paling murah, yah coba cari di internet..." Jelas Vino. Tiba-tiba Aina tersenyum cerah.
"Aku ada ide..."
"Apa?"
"Kita ajak mereka makan di warung pecel lele yang waktu itu...dijamin enak dan harganya gak terlalu mahal kan..." Kata Aina.
"Hmm...bisa juga sih...tapi kan gak muat orangnya banyak...dan lagi mereka pada minta direstoran...nanti kita diketawain gimana..." Sahut Vino.
"Ya udah deh nanti kita pikirin lagi...sekarang ayo mandi dulu...tuh udah mau magrib...aku siapin makan dulu ya..." Kemudian Aina segera bergegas meninggalkan Vino yang masih duduk di bangku.
"Cepetan Vin...aku dah laper tau nungguin kamu dari tadi...!" Teriak Aina dari arah dapur. Vino segera bergegas mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!