Negeri Mayapada merupakan daerah yang sangat subur, berada dipesisir barat pulau sumatera. Di negeri yang huni bangsa Punt ini diperintah oleh seorang penguasa yang sangat terkenal bernama Hyang Parikesit.
Wilayah kekuasaan Hyang Parikesit sangat luas, meliputi hampir seluruh daerah di kepulauan Hindia. Rakyat Mayapada dalam kehidupan sehari-hari banyak menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
Selain itu, negeri Mayapada juga memiliki hubungan perdagangan dengan Bangsa Mesir. Bagi masyarakat Mesir, Negeri Mayapada dikenal sebagai penghasil rempah-rempah.
Sudah hampir 8 bulan ini, pengiriman rempah-rempah ke Negeri Mesir agak tersendat. Hal ini dikarenakan ada persoalan internal yang terjadi di Negeri Mayapada.
Datuk Kumbang Hitam yang selama ini dipercaya Hyang Parikesit sebagai Perdana Menteri tewas terbunuh. Misteri kematian Datuk Kumbang Hitam belum juga terungkap pelakunya, hal ini berakibat kegiatan pemerintahan dan perdagangan menjadi terganggu.
Terlambatnya pengiriman rempah-rempah ke Mesir, membuat penguasa setempat yakni Ratu Hatshepsut sampai mengirim utusan ke kepulauan Hindia.
Hyang Parikesit sendiri sudah hampir satu bulan tidak keluar dari kamar tidurnya. Dia hanya berdiam diri sambil mempelajari kasus kematian orang kepercayaannya.
"Apa utusan Ratu Hatshepsut sudah pulang?" tanya Hyang Parikesit ketika dikunjungi Datuk Manggala Sakti.
"Sudah Tuan Raja, sejak kemarin" jawab Datuk Manggala yang merupakan salah satu pejabat menteri di Mayapada.
"Mereka menguncapkan banyak terima kasih, atas hadiah yang diberikan Tuan Raja, dan mereka berharap dalam 1-2 bulan ke depan sudah ada pengiriman rempah-rempah ke negeri Mesir" lanjut Datuk Manggala lagi.
Hyang Parikesit sangat paham atas permintaan dari utusan Ratu Hatshepsut itu. Negeri Mesir memang sangat membutuhkan rempah-rempah dalam waktu dekat ini karena akan segera memasuki musim dingin.
Permintaan Ratu Hatshepsut harus menjadi prioritas, Hyang Parikesit tidak mau membuat gara-gara dengan negeri Mesir. Dia paham pada masa itu, sekitar 1460 sebelum masehi, Kerajaan Mesir merupakan super power peradaban dunia.
Dalam upaya meredam kemarahan Ratu Hatshepsut, sebelum pulang utusan dari negeri Mesir dititipkan satu kapal penuh dengan rempah-rempah sebagai hadiah. Hyang Parikesit berharap hadiah itu bisa mengurangi kegusaran Ratu Hatshepsut.
Selama menyendiri di kamar tidur selama sebulan, untuk mengontrol jalannya pemerintahan, setiap harinya Hyang Parikesit menjadwalkan pertemuan dengan beberapa pejabat tinggi negera.
Selain jabatan Perdana Menteri yang masih kosong sepeninggal Datuk Kumbang Hitam, ada 3 jabatan menteri utama di negeri Mayapada yakni Menteri Keamanan Negara, Menteri Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Perdagangan antar bangsa yang pada saat ini dipegang Datuk Manggala Sakti.
Pejabat tinggi lainnya adalah Wali Negeri Bagian yang terdiri dari Wali Negeri Sumatera, Wali Negeri Jawadwipa dan Wali Negeri Nusantara.
Di luar itu, jabatan lain yang setingkat adalah Kepala Dewan Istana yang diketuai Putra Mahkota, Kepala Dewan Keadilan dan Kepala Dewan Cendikia.
Ke-9 Pejabat Tinggi ini dikoordinasi oleh seorang Perdana Menteri yang sekaligus juga merangkap wakil Raja dalam menjalankan pemerintahan.
Seharusnya setelah wafatnya Datuk Kumbang Hitam, posisi Perdana Menteri diserahkan kepada salah satu dari ke-9 pejabat tinggi tersebut. Namun Hyang Parikesit belum melakukannya, karena dia curiga diantara para pejabat tinggi ini ada yang terlibat pembunuhan Datuk Kumbang Hitam.
Hyang Parikesit berupaya memecahkan misteri tewasnya Sang Perdana Menteri, sebelum semuanya jelas dia tidak akan mengangkat Perdana Menteri baru.
"Apa kasus Perdana Menteri, sudah ada perkembangan baru?" tanya Hyang Parikesit kepada Datuk Manggala Sakti.
"Tuan Raja, dari laporan penyidik Bhayangkara telah ada 18 saksi diperiksa, namun tanda-tanda terungkapnya kasus masih belum terlihat" jawab Datuk Manggala.
"Datuk Manggala, menurut kamu apa yang menjadi sebab, sulitnya kasus ini terungkap?" tanya Hyang Parikesit lagi.
"Maaf Tuan Raja, kami juga kurang mengerti, namun menurut team penyidik kasus ini belum ada saksi kunci yang langsung melihat peristiwa pembunuhan." demikian jawab Datuk Manggala lagi.
Pembunuhan Datuk Kumbang Hitam yang juga merupakan Perdana Menteri Kerajaan Mayapada memang tergolong rumit. Sang Perdana Menteri, menjelang fajar 8 bulan yang lalu ditemukan tewas bersimbah darah di kamar tidurnya.
Pada saat peristiwa itu terjadi, Perdana Menteri sedang melakukan tugas kunjungan ke wilayah Jawadwipa. Namun anehnya senjata yang digunakan untuk membunuh berbentuk tombak pendek yang hanya ditemukan di wilayah Sumatera.
Peristiwa pembunuhan ini, setidaknya telah membuat masyarakat di kedua wilayah saling curiga. Masyarakat Mayapada di Sumatera menganggap pelaku pembunuhan berasal dari wilayah Jawadwipa. Sementara rakyat wilayah Jawadwipa beranggapan sebaliknya.
Berkembangnya issu yang saling curiga ini tentu sangat berbahaya jika dibiarkan. Dampak dalam skala besar, bisa membuat Kerajaan Mayapada terpecah belah.
Hyang Parikesit sudah bertindak tegas dengan memecat semua pengawal Perdana Menteri yang bertugas saat peristiwa itu terjadi.
Bahkan kepala pasukan pengamanan, dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah untuk mempertanggung jawabkan kesalahan yang telah dilakukannya.
Pihak keluarga Perdana Menteri Datuk Kumbang Hitam juga telah diperiksa. Dari ketiga istri Datuk Kumbang Hitam bersaksi mereka tetap tinggal di Sumatera dan berada di jauh dari tempat kejadian.
Anak-anak Datuk Kumbang Hitam juga ikut diperiksa. Dari ke-12 anaknya, hanya satu orang yang berada di Jawadwipa, yaitu putra sulungnya.
Namun Sang Putra menyatakan tidak tahu menahu, karena yang bersangkutan sedang belajar di sebuah padepokan di tanah Jawa. Dan lokasi padopakan sangat jauh dari tempat kejadian perkara.
"Datuk Manggala, apa kamu pernah mendengar Datuk Kumbang Hitam memiliki musuh?" tanya Hyang Parikesit.
"Tuan Raja, setahu hamba Datuk Kumbang Hitam adalah seorang yang sangat ramah. Hamba selama ini tidak melihat ada orang yang membenci beliau" jawab Datuk Manggala.
Di negeri Mayapada, Datuk Kumbang Hitam memang dikenal sebagai pejabat tinggi yang supel dan dekat dengan rakyat. Dan kematian Datuk Kumbang Hitam yang menggenaskan, telah membuat rakyat Mayapada berduka.
Datuk Kumbang Hitam sendiri bukan berasal dari keluarga sembarangan. Keluarganya telah mengabdi di Kerajaan Mayapada sudah bertahun-tahun selama 3 generasi.
Dimulai dari kakeknya yang menjabat sebagai Hulubalang Perang Kerajaan. Kakeknya terlibat dalam mengatasi pemberontakan yang terjadi di beberapa wilayah. Sebagai bentuk penghormatan, kakek dari Datuk Kumbang Hitam dijadikan menantu oleh Raja Mayapada ketika itu.
Pernikahan kakeknya dengan putri raja melahirkan ayah Datuk Kumbang Hitam yang bernama Datuk Linggar. Dikarenakan kecerdasannya Datuk Linggar ini diangkat sebagai Kepala Dewan Cendikia Kerajaan.
Datuk Linggar beristri Putri Delima yang merupakan bibi dari Hyang Parikesit. Sehingga secara garis keturunan antara Hyang Parikesit dengan Datuk Kumbang Hitam adalah saudara sepupu.
Selain Datuk Kumbang Hitam, anak-anak Datuk Linggar yang menjadi pejabat di negeri Mayapada adalah Datuk Kumbang Hijau yang merupakan Menteri Kesejahteraan Rakyat, serta seorang lagi bernama Datuk Kumbang Biru yang dipercaya sebagai Kepala Dewan Cendikia menggntikan ayahnya.
Datuk Kumbang Hitam sendiri sebelum menjabat Perdana Menteri memiliki jabatan sebagai Menteri Perdagangan antar bangsa, yang pada saat ini dipegang oleh Datuk Manggala Sakti.
Sudah sekitar 8 bulan, pihak penyidik Kerajaan Mayapada menyelusuri kasus tewasnya Perdana Menteri Datuk Kumbang Hitam. Namun tanda-tanda terungkapnya kasus ini belum juga menunjukkan keberhasilan.
Hyang Parikesit mulai hilang kesabarannya, bagaimana tidak dalam tempo.yang terbilang sudah cukup lama, misteri terbununhnya Sang Perdana Menteri masih menyisakan tanda tanya dan misteri.
Dan tepat 250 hari setelah kejadian, Hyang Parikesit mengumumkan sebuah sayembara yang mengagetkan semua rakyat negeri Mayapada.
Hyang Parikesit selaku Raja Kerajaan Mayapada, berjanji akan memberikan hadiah jabatan Perdana Menteri bagi siapa saja yang mampu memecahkan misteri kematian Datuk Kumbang Hitam.
Sayembara Hyang Parikesit ini tentu saja menimbulkan kasak kusuk dari kalangan istana hingga rakyat kebanyakan.
Ada pihak yang mendukung keputusan Sang Raja, sebab menurut mereka siapa saja yang mampu memecahkan misteri ini pastilah orang yang sangat cerdas.
Di sisi lain, banyak yang merasa keberatan terutama yang berasal dari para pejabat istana. Sebab menurut mereka, jabatan Perdana Menteri itu sangat penting, sehingga untuk menggapainya harus melalui proses berjenjang.
Namun meski banyak yang tidak setuju dengan keputusan Raja, mereka tidak berani memprotes langsung di hadapan Raja. Mereka hanya membicarakan persoalan tersebut secara diam-diam.
Baru 3 hari sayembara diumumkan baginda Raja, diperoleh khabar pimpinan Bhayangkara Istana berhasil menangkap seorang pemabuk yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Perdana Menteri.
Berdasarkan cerita yang beredar, seorang pemabuk yang dikenali bernama Ki Gembong mengoceh tidak karuan di sebuah kedai. Ki Gembong dengan lantang mengakui dirinya sebagai pembunuh Sang Perdana Menteri.
Pemilik kedai segera mengirim utusan ke Istana untuk menginformasikan kepada Pasukan Bhayangkara istana. Mendegar informasi ini, Pasukan Bhayangkara bergerak cepat langsung menuju lokasi, untuk menangkap Ki Gembong pada saat itu juga.
Dalam pemeriksanaan Ki Gembong mengaku alasannya membunuh Perdana Menteri karena keputusan sang pejabat yang melarang beredarnya minuman tuak. Sebagai seorang yang gemar mabuk-mabukan, keputusan Datuk Kumbang Hitam ini tentu sangat mengganggu dirinya.
Meski kisah yang diungkap Ki Gembong masuk akal, tapi banyak yang tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang pemabuk seperti Ki Gembong bisa dengan mudah menyelinap san tidak terdeteksi para prajurit penjaga.
Mereka percaya cerita Ki Gembong ini, hanya akal-akalan pimpinan pasukan Bhayangkara agar bisa menduduki kursi jabatan Perdana Menteri.
Dan benar saja, 2 hari setelah penangkapan Ki Gembong, Hyang Parikesit mengumumkan pimpinan pasukan Bhayangkara yang bernama Ki Petruk diangkat menjadi Perdana Menteri.
Keputusan Hyang Parikesit ini kemudian menimbulkan pro kontra di masyarakat. Mereka yang kontra beralasan seharusnya yang diberi kepercayaan sebagai Perdana Menteri adalah Menteri Keamanan Negara yang merupakan atasan dari Ki Petruk.
Namun tidak sedikit yang membela keputusan Raja, menurut mereka Pasukan Bhayangkara adalah pasukan khusus yang berada langsung dibawah komando Raja, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan Menteri Keamanan Negara.
Di kalangan masyarakat, Ki Petruk dikenal sebagai loyalis Hyang Parikesit. Ki Petruk sudah menjadi pengawal Hyang Parikesit sejak baginda masih menjadi pangeran muda.
Ketika Hyang Parikesit diangkat menjadi Wali Negeri bagian Jawadwipa, Ki Petruk diangkat menjadi pengawal pribadi sang pangeran. Hal ini terus berlanjut saat Hyang Parikesit dipilih sebagai Putra Mahkota dan menjabat Kepala Dewan Istana.
Dan ketika Hyang Parikesit dinobatkan sebagai Raja menggantikan ayahandanya yang telah wafat, Ki Petruk mendapat jabatan pimpinan Pasukan Khusus Bhayangkara.
Di kerajaan Mayapada, Pasukan Bhayangkara dikenal sebagai pasukan komando dan berada langsung dibawah koordinasi Raja. Mereka yang tergabung dalam Pasukan Bhayangkara adalah prajurit pilihan, yang berhasil lulus dari seleksi ketat.
Dalam situasi yang serba membingungkan ini, secara diam-diam 4 pejabat tinggi istana melakukan pertemuan rahasia.
Ke 4 pejabat itu adalah Datuk Kuala Raja yang merupakan Menteri Keamanan Negara, kemudian Ki Sabdo Alam yang merupakan Wali Negeri bagian Jawadwipa, serta Datuk Mambang yang merupakan Wali Negeri bagian Sumatera, lalu Datuk Buana Sakti yang menjabat Kepala Dewan Keadilan.
"Ki Petruk itu bisa apa?" kata Datuk Kuala Raja dengan sinis.
"Paling bisa ilmu kanuragan, itupun tidak seberapa tinggi" lanjut Datuk Kuala lagi.
"Saya kenal baik dengan Ki Petruk ini, saat masih sama-sama di Padepokan Ki Petruk ini bukanlah siswa yang cerdas, hanya siswa biasa-biasa saja" Ki Sabdo Alam ikut menimpali pembicaraan.
"Dengan kapasitas seperti itu, apa mampu Ki Petruk menangani masalah ekonomi, menjalin kerjasama dengan berbagai bangsa di dunia dan beragam persoalan di dalam negeri" tutur Datuk Buana Sakti gusar.
Datuk Mambang hanya tersenyum-senyum mendengar keluhan ketiga orang rekannya tersebut. Secara pribadi ia sependapat, keputusan Raja kali ini sangat keliru. Mau dibawa kemana Negeri Mayapada, jika dipimpin oleh orang sekelas Ki Petruk.
"Kita wajib protes, pemilihan Ki Petruk di masa depan bisa membuat kerugian bagi Kerajaan" kata Ki Sabdo lagi.
"Saya usul bagaimana kalau kita menghubungi Mpu Tantra, seorang sesepuh yang sangat dihormati istana" ungkap Datuk Buana Sakti.
Mpu Tantra adalah mantan Perdana Menteri sebelum Datuk Kumbang Hitam. Selain mantan pejabat, Mpu Tantra adalah paman dari Hyang Parikesit. Mpu Tantra adalah adik daripada ibunda penguasa Negeri Mayapada tersebut.
"Rasanya sulit untuk menarik Mpu Tantra dalam persoalan ini, selain beliau sudah memilih sebagai pertapa, keberadaan Mpu Tantra juga sering berpindah-pindah jadi sulit untuk ditemui" kata Datuk Kuala.
"Saat ini, kita hanya bisa menahan diri, sambil mencari celah kesalahan Ki Petruk selama bertugas menjadi Perdana Menteri" lanjut Datuk Kuala.
"Dan saat Ki Petruk melakukan kesalahan yang fatal, saat itulah kita gebrak rame-rame sampai dia lengser dari jabatannya" kata Datuk Kuala dengan menggebu-gebu.
Pertemuan rahasia akhirnya mereka tutup dengan keputusan menahan diri, sambil mencari celah kesalahan Ki Petruk selama menjadi Perdana Menteri.
Para pejabat tinggi yang berkumpul ini yakin, dengan minimnya pengalaman yang dimiliki Ki Petruk hanya dalam waktu dekat dirinya akan dengan mudah untuk dilengserkan dari jabatannya.
Mereka juga sepakat, jika nanti Ki Petruk lengser dari kedudukan sebagai Perdana Menteri. Mereka akan sama-sama usulkan kepada Raja agar jabatan itu diserahkan kepada Datuk Kuala Raja.
Datuk Kuala Raja yang mereka gadang-gadang sebagai pengganti Ki Petruk bukan orang sembarangan. Datuk Kuala sudah banyak makan asam garam dalam menjalankan roda pemerintahan.
Datuk Kuala Raja sebelum menjadi Menteri Keamanan Negara pernah menjabat Wali Negeri bagian Sumatera, setelah itu pernah beberapa saat menjabat Wali Negeri bagian Jawadwipa dan dipercaya membuka hubungan perdagangan dengan bangsa Han di daratan Tiongkok.
Selain itu, Datuk Kuala Raja terhitung masih kerabat istana. Istrinya adalah adik dari Hyang Parikesit, atau dengan kata lain Datuk Kuala Raja adalah adik ipar Sang Raja.
Meski sudah diupayakan merahasiakan pertemuan ke 4 pejabat tinggi Kerajaaan Mayapada tersebut, namun akhirnya bocor juga.
Salah seorang juru masak yang ikut menyaksikan pertemuan itu, menceritakan kejadian yang ia lihat kepada saudaranya yang bertugas sebagai anggota Pasukan Bhayangkara.
Ketika cerita tentang pertemuan rahasia itu sampai kepada Ki Petruk, segera dia laporkan kepada Hyang Parikesit.
Tidak memakan waktu yang lama, Hyang Parikesit segera mengambil tindakan. Kementrian Keamanan Negara dibekukan oleh Sang Raja. Sementara Datuk Kuala Raja mendapat tugas baru menjadi duta besar di Kerajaan Babylonia.
Sedangkan garis komando semua pasukan baik di darat maupun laut langsung dibawah Raja, sementara Perdana Menteri Ki Petruk diangkat sebagai koordinator lapangan.
Sementara dua wali negara bagian yang hadir dalam pertemuan itu dibebas tugaskan. Wali Negeri Sumatera untuk sementara dipimpin oleh Putra Mahkota, Pangeran Hyang Jayanaga. Sedangkan Wali Negeri Jawadwipa dipegang oleh kakak seperguruan Ki Petruk yang bernama Ki Gareng.
Jabatan Kepala Dewan Keadilan juga mengalami rotasi, pejabat lama yakni Datuk Buana Sakti dipensiunkan diganti pejabat yang lebih muda bernama Datuk Kemuning.
Perombakan pemerintahan yang berlangsung mendadak ini, tentu saja mengagetkan para petinggi istana. Mereka sadar Ki Petruk tidak bisa dianggap sebelah mata, kedekatannya dengan Hyang Parikesit bisa menjadi senjata untuk menghantam lawan-lawannya.
Tugas awal yang dijalankan Ki Petruk sebagai Perdana Menteri adalah memenuhi permintaan Kerajaan Mesir agar dapat segera mengirim rempah-rempah ke negaranya.
Dengan berkoordinasi dengan Menteri Perdagangan antar bangsa, tugas berat ini dapat diselesaikan Ki Petruk. Ada sekitar 15 Kapal yang penuh bermuatan rempah-rempah berhasil di kirim ke Negeri Mesir.
Tidak hanya itu, Negeri Mayapada juga mengirim sebanyak 8 Kapal bermuatan rempah-rempah ke Babylonia melalui teluk Persia. Dan sebanyak 7 Kapal lagi ke wilayah benua Hindia melalui wilayah pelabuhan Sind.
Ki Petruk juga mencoba masuk pasar Asia Timur, sekitar 10 Kapal bermuatan rempah-rempah dikirim ke kepulauan Formosa, dan selanjutnya akan diedarkan ke daerah Shin (Tiongkok), Korea dan Jomon (Jepang).
Keberhasilan Ki Petruk kembali memulihkan perdagangan rempah-rempah mendapat banyak pujian dari rakyat Mayapada, terutama di kalangan saudagar. Mereka berharap, Ki Petruk dapat membangkitkan kembali perekonomian Mayapada yang sempat terpuruk.
Keberhasilan Ki Petruk di bidang ekonomi, ternyata tidak di-iringi keberhasilan di bidang keamanan negara.
Sekelompok orang menyatakan diri menolak kepemimpinan Ki Petruk. Mereka berhasil membakar gudang rempah-rempah di pulau seram (maluku) dan membunuh wali negara bagian Nusantara yang bertempat di daerah itu.
Kaum pemberontak ini mengaku sebagai pengikut setia Datuk Kuala Raja, mereka memprotes kebijakan pemerintah pusat yang menyingkirkan Datuk Kuala Raja secara zholim.
Selain di Pulau Seram, di wilayah Jawadwipa sebelah timur juga muncul pemberontakan. Mereka berhasil merebut benteng pertahanan yang berada di daerah itu, dan mengangkat pemimpin mereka sebagai Raja Jawadwipa.
Di Sumatera juga terjadi pergolakan, kali ini dipimpin oleh putra sulung Datuk Kuala Raja yang bernama Datuk Kuala Perak. Mereka berhasil merebut pelabuhan Barus dan mengusir Syahbandar beserta keluarganya dari daerah itu.
Sementara di sekitar Kalimantan dan Sulawesi muncul gerombolan perompak (bajak laut). Mereka menyerang dan menjarah rumah-rumah penduduk yang berdiam di daerah pesisir.
Menghadapi berbagai ancaman keamanan negara yang muncul dari beberapa tempat ini, Ki Petruk mengadakan pertemuan khusus dengan para stafnya.
Hadir dalam pertemuan itu diantaranya Kepala Dewan Istana Pangeran Hyang Jayanaga yang merangkap wali negeri Sumatera, kemudian Ki Gareng pejabat wali negeri Jawadwipa, lalu dihadirkan juga Guru Ki Petruk yang merupakan pemimpin Padepokan Punakawan bernama Hyang Ismaya atau dikenal sebagai Ki Semar.
"Gusti Pangeran, apa pendapat tuan terkait gangguan keamanan yang muncul akhir-akhir ini" kata Ki Petruk memulai pembicaraan.
"Terima kasih Perdana Menteri" ucap Pangeran Hyang Jayanaga.
"Setelah saya pelajari, ada 2 kelompok pemberontak yang merupakan pengikut paman Datuk Kuala Raja, yakni pemberontak di Pulau Seram dan di pelabuhan Barus."
"Untuk pemberontak di pulau seram, karena telah banyak memakan korban wajib kita kejar pelakunya, sedangkan yang di pelabuhan Barus masih kita bisa ajak bermusyawarah."
"Pemimpin pemberontak di pelabuhan Barus masih terhitung keluarga, jadi melalui pertemuan ini saya minta agar diijinkan berkomunikasi dengan mereka atas nama negara" lanjut Pangeran Hyang Jayanaga.
Meski terhitung masih muda yakni sekitar 25 tahun, Pangeran Hyang Jayanaga telah menunjukkan memiliki pemikiran yang logis dan matang. Hal ini dipengaruhi gembelangan pendidikan yang sangat ketat yang dilakukan oleh ayahnya Hyang Parikesit.
Setelah mendapatkan pendidikan khusus istana dari ayahnya dan beberapa sesepuh kerajaan, di usia 12 tahun Pangeran Hyang Jayanaga dikirim ayahnya ke Babylonia untuk menjalani pendidikan disana.
Pada usia sekitar 19 tahun, pangeran muda ini meneruskan pendidikannya di negeri Mesir dan baru pulang kembali ke Mayapada ketika usianya mencapai 23 tahun. Sesampai di tanah air, Pangeran Hyang Jayanaga mengemban tugas sebagai putra mahkota sekaligus Kepala Dewan Istana.
Ki Petruk sangat mengenal sifat dan kelakuan Sang Pangeran, karena Ki Petruk terhitung sebagai pengasuh Sang Pangeran ketika masih belia.
Bagi Ki Petruk, Sang Pangeran sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri, bahkan dalam suasana non formal anak-anak Ki Petruk memanggil Sang Pangeran dengan sebutan "Kakanda Pangeran" bukan "Gusti Pangeran" sebagaimana panggilan masyarakat Mayapada umumnya.
"Saya pribadi, sangat setuju dengan pendapat Gusti Pangeran, bagaimana Tuan Guru Hyang Ismaya apa ada nasehat terkait persoalan ini?" ucap Ki Petruk.
"Terima kasih Perdana Menteri, saya sama dengan Tuan Perdana Menteri, Pendapat Gusti Pangeran menurut kami sangat luar biasa dan patut didukung" ujar Hyang Ismaya.
"Namun meskipun demikian, kewaspadaan harus tetap dijaga, carilah tempat pertemuan yang aman. Memang benar antara Gusti Pangeran dengan pemimpin pemberontak adalah keluarga, akan tetapi harus di ingat mereka adalah kelompok pemberontak yang berbahaya" kata Hyang Ismaya lagi.
Hyang Ismaya sebenarnya masih terhitung kakek dari Pangeran Hyang Jayanaga. Hal ini dikarenakan kakek kandung Sang Pangeran yang bernama Hyang Abimayu adalah adik dari Hyang Ismaya. Namun karena ibu Hyang Ismaya adalah seorang selir, maka tahta kerajaan diberikan kepada adiknya yang berasal dari rahim pemaisuri.
Hyang Ismaya juga sempat diangkat menjadi Menteri Keamanan Negara di masa Hyang Abimayu berkuasa. Selepas berhenti menjadi pejabat negara, Hyang Ismaya membuka padepokan yang di beri nama Padepokan Punakawan.
"Terima kasih atas sarannya kakek guru" ungkap Pangeran Hyang Jayanaga setelah diberi kode Ki Petruk untuk berbicara.
"Saya percaya, apa yang dilakukan sepupu saya Datuk Kuala Perak hanyalah amarah sesaat saja."
"Saya sangat mengenal sifat Datuk Kuala Perak, karena pernah sama-sama mengikuti tugas belajar di Babylonia" kata Pangeran Hyang Jayanaga dengan yakin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!