Zareena Adinata seorang mahasiswi cantik yang baru saja selesai melaksanakan sidang skripsi. Senyumnya terlihat sangat manis, dia merasa bahagia karena bisa menyelesaikan kuliahnya dalam kurun waktu 3,5 tahun. Orang tuanya hanyalah seorang petani, namun mampu membuatnya meraih gelar sarjana.
Sore harinya, seperti biasa Zareena yang biasa dipanggil Rere pergi menyusul kedua orang tuanya yang masih berada di sawah dengan menggunakan sepeda tua milik ayahnya. Pikirannya yang berkelana mengingat cerita salah satu novel yang baru ia beli tempo hari membuat Rere menggerutu sepanjang jalan.
“Bener-bener, laki tak tahu diri dan adiknya yang hiiiiiii gemes banget aku… Teganyaaaa mengkhianati istrinya yang sangat cantik nan sempurna itu demi bawang busuk. Bener-bener di luar prediksi…”.
Gerutunya sambil mengayuh sepedanya menuju jalan setapak, tapi karena tidak hati-hati, ban depannya menabrak sebuah batu yang membuat Rere kehilangan keseimbangannya.
“Aaaaaaaaaa !!!”
‘Brukkkkkkk’
“Woyyyyy !! Ada yang jatuh !!” teriak salah seorang yang tak sengaja melihat Zareena.
“Mana ???”
“Ituuuu, terperosok ke semak-semak !” seru pria itu menunjuk ke arah dimana Zareena tergeletak tak berdaya tertimpa sepeda.
“Ayo, tolongin !”. Dua pria tadi langsung turun menolong Zareena.
“Aduhh… kepala aku nyut-nyut…” lirihnya sebelum kesadarannya mulai memudar.
****
Di sisi lain, seorang wanita cantik terbaring lemah di ranjangnya dengan selang infus yang tertancap di punggung tangannya yang putih.
“Bagaimana keadaan nyonya saya, dok ?”
“Beliau baik-baik saja, untungnya kalian cepat menghubungi kami. Jika terlambat, ny4wa majikan kalian sudah tidak tertolong…”
“Tapi semuanya aman kan, dok ? “ Dokter itu mengangguk. Kemudian, dokter itu memberikan secarik kertas yang bertulisan resep kepada bibi yang berbicara dengannya.
“Semuanya aman, bi. Kalau begitu saya permisi karena saya masih ada pasien yang harus diperiksa..”
“Ah, baik dok. Terima kasih,” kata bibi sembari menerima kertas tersebut. “ Mari, saya antar ke depan..”
Sepeninggalan bibi dan dokter, wanita itu mulai menunjukan pergerakan kecil jari jemarinya.
“Uhhhhhh….”
Perlahan mata itu terbuka dengan kening yang berkerut kecil. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk ke retina matanya.
“Aduh kepala aku nyut-nyu, eh ?!..”. Wanita itu kaget saat merasakan tangannya yang terasa nyut-nyutan.
“Eh ?! Kok tangan aku di infus ? Perasaan…” dengan kesadaran penuh, wanita itu meraba kepalanya. Dia ingat bahwa dirinya terperosok masuk ke semak-semak dan kepalanya terbentur batu. Namun, saat di raba wanita itu mengerutkan keningnya.
“ Kok nggak benjol ? Kan kepala aku kena batu ? Harusnya kalau nggak benjol, bocorkan ? Kok ini aman-aman aja sih ???” ucapnya heran.
Ketika melihat tangannya yang terpasang infus, lagi-lagi wanita itu speechless.
“Kinclong bangettttttt… ae laaa… ini aku pakai lotion apa ? Kinclong dan, hmmmmm… wangi…” ucapnya yang masih belum sadar dengan apa yang terjadi di dirinya.
Saking wanginya, wanita itu baru mengingat kalau dirinya di bawah ke rumah sakit kenapa wangi ruangan itu sangat harum bau parfum mahal bukan bau obat. Pandangannya teralihkan, kedua matanya memindai ruangan yang cukup asing baginya.
“Ini dimana ? Mewah banget ruangannya, “.
Wanita itu mencoba untuk duduk. Dia kembali mencoba turun dari tempat tidur. Dengan tangan yang masih diinfus, wanita itu mendorong tiang infus untuk melihat-lihat sekitarnya hingga kedua matanya tertuju pada bingkai foto pernikahan.
“I–itu kan…”
Ceklek ! Pintu terbuka dari luar membuat wanita itu terkejut.
“Yaaaaakkk ?!!!!”.
“ Nyo–nyonya sudah sadar !” seru wanita paruh baya itu berjalan mendekati majikannya.
“Siapa ???” tanyanya khawatir.
“Nya, saya bibi Ija..” kata Bibi Ija bingung. “ Kalau saya ?” tanya wanita itu membuat Bibi Ija kebingungan.
“Nama nyonya kan nyonya Zareena,” jawabnya polos.
“Zareena ?” wanita itu mengangguk. Namun sedetik kemudian dia berteriak memastikan nama yang di sebut. “ ZA– ZAREEENA ?!!!”.
“A–ada apa nyah ?” tanya bibi Ija panik.
Zareena menggelengkan kepalanya, tiba-tiba kepalanya berdenyut membuat Bibi Ija membantunya untuk kembali ke kasur.
“Nyonya jangan banyak bergerak. Bibi panggilkan dokter lagi, ya !”.
Zareena menatap Bibi Ija dengan tatapan tak percaya, “ Bibi, ini beneran nama saya Zareena ?”.
“Benar nyonya..”
“Itu artinya saya istrinya Andra sih tukang selingkuh itukan ???” pekik Zareena membuat Bibi Ija bingung.
“Tuan Andra selingkuh ? Selingkuh sama siapa, Nyah ?” tanya Bibi Ija kepo sekaligus penasaran.
Menyadari ucapannya, Zareena menggelengkan kepalanya. Dia teringat putra pemilik tubuh ini. Menatap Bibi Ija yang masih setia menunggu jawabannya.
“Bibi, dimana putraku ?” tanya Zareena gugup.
“Tuan El, masih berada di sekolah nyonya. Sebenarnya Tuan El menolak untuk pergi ke sekolah karena tidak mau meninggalkan nyonya yang masih belum sadarkan diri…”
“Jam berapa El pulang, bi ?” tanya Zareena pelan.
“Sebentar lagi, nyonya. Pak Tio, sudah menjemput Tuan El..” Zareena menganggukkan kepalanya.
Dia terdiam sejenak memikirkan kenapa dirinya bisa berada disini dan menjadi Zareena yang ada di novel buku yang dia baca di rumah.
‘Kenapa sekarang jadi Zareena sungguhan sih. Kira-kira wajah Andra dan adiknya Zareena seperti apa ya ? Jadi penasaran,’.
Tak berselang lama, suara ketukan pintu terdengar. Bibi Ija yang masih di sana bergegas membukakan pintu kamar.
Mendapati Pak Tio yang menggendong tuan muda, segeralah Bibi Ija menyingkir. “Nyonya sudah sadar,” ucapnya.
Mendengar sang mommy telah sadar, Elvano mendongakkan kepalanya.
“Mommyyyyy….” pekik Elvano girang dan meminta Pak Tio untuk segera menurunkannya. Bocah gembul itu berlari mendekati Zareena yang mengerjapkan kedua matanya.
“Aaaaaawwwwww gembulnyaaaaaa… benar-benar menggemaskan, tapi sayangnya dia punya bapak tukang selingkuh !” gumam Zareena yang mendadak kesal mengingat peran pria yang berselingkuh dengan adik angkat istrinya.
“Bapak nya ciapa yang celingkuh, mommy ?” tanya Elvano bingung bahkan dirinya sudah berdiri di dekat Zareena namun wanita itu tidak menggendongnya untuk naik ke atas kasur.
“Eh ?! Ng–nggak ada..” kata Zareena melambai pelan.
“Mommy, nggak mau peluk El ? Dali tadi El beldili loh di cebelah mommy…” protesnya membuat Zareena tersentak kecil.
“O–oh ?! Ta–”
“Biar saya yang bantu tuan muda, nyonya..”
“Baiklah, bi..”. Bibi Ija mengangkat tubuh gembul Elvano. Setelah itu, Bibi Ija pamit untuk kembali bekerja, begitu juga Pak Tio. Setelah kepergian kedua paruh baya itu, Zareena mengalihkan pandangannya ke arah Elvano yang sibuk membuka sepatunya.
“El,” panggil Zareena.
“Iya mommy ?” tanya Elvano. Tangan gembulnya menjatuhkan sepatunya ke lantai setelah itu melepaskan tasnya dan dijatuhkannya seperti dia menjatuhkan kedua sepatu mahalnya itu.
Zareena meringis. Dia pastikan bahwa barang-barang itu sangatlah mahal. “ Meringis uang kuliahku…” lirih Zareena.
“Mommy… kenapa daddy jalang pulang ke lumah ? Kalau pulang pasti selalu di malam hali, kalau di tanya kata nya kelja. Tapi kelja daddy nda bikin El melasa ada daddy di lumah…”
Zareena menatap Elvano dengan kening yang berkerut bingung. “ Jarang pulang ?”. Elvano mengangguk.
“Mommy nda ingat, mommy pingsan kan gala-gala belantem sama daddy..”
“Be–berantam ? Gara-gara apa ?” tanya Zareena bingung.
Elvano yang tadinya anteng merebahkan dirinya di sebelah Zareena tiba-tiba menyampingkan tubuh gembulnya dengan susah payah. Menggunakan tangan kanannya sebagai bantal sehingga pipi kanannya yang lumer terhimpit.
“Mommy lupa ? “ Zareena tak menjawab. Dia hanya nyengir malu. Mana mungkin dia mengatakan bahwa dirinya bukan ibu dari bocah gembul itu. Jika dirinya jujur, bisa dipastikan bocah gembul itu justru menertawakan dirinya.
“ Pelasaan nda ada yang luka. Kenapa mommy jadi amecia ya ? Sepeltinya yang sakit hati mommy bukan kepalanya…” cicit Elvano.
“Kalau hati nya yang sakit, halusnya nda pingsankan mommy ? Kalau pingcan halusnya kepalanya yang sakit… tau ah, El pucing mikilnya…”
Zareena meringis saat dokter mencabut jarum infus dari tangannya. Wanita itu meminta Bibi Ija untuk menghubungi dokter karena dia sangat tidak nyaman dengan infus yang menusuk tangan putihnya.
Elvano yang melihat mommy nya meringis sontak bergidik ngeri, “ Sebelapa dalam na jalum cuntik itu, doktel ?” tanya pria kecil itu ingin tahu.
“Tidak dalam, hanya mengenai urat-uratnya…”
“Belalti nda kena lemak na, ya ?” tanyanya lagi. Dokter itu tersenyum tipis. Elvano duduk anteng menatap mommy nya. Tangan gembulnya mengelus tangan Zareena yang lain.
“Sudah selesai, nyonya. Banyak-banyaklah beristirahat, jangan terlalu banyak berpikir. Apalagi melakukan hal-hal berat,” jelas sang dokter sembari merapikan alat medisnya.
“Emang nya kenapa, dok ?” tanya Zareena heran. Bukannya hanya masalah infus saja ? Kenapa jadi melebar yang membuatnya pusing.
“Kondisi kehamilan anda sangat rentan, nyonya. Maka dari itu, anda harus banyak istirahat dan makan-makanan yang bernutrisi tinggi. Agar buah hati kalian, tetap sehat..”
“Ha–hamil ?!!!” pekik Zareena syok. Sontak membuat semua yang ada di sana terkejut.
“Ada apa, nyonya ?” tanya dokter bingung.
“Dok, ini serius saya hamil ?” Dokter itu mengangguk. “ Bukannya tuan Andra sudah membawa nyonya untuk periksa kehamilan ? Kenapa nyonya terkejut mendengar diri nyonya tengah hamil muda ?”.
Zareena tak menjawab. Pikirannya melayang di udara, dimana dia membaca sebuah novel jika pemilik tubuh ini hanya menyiapkan acara anniversary pernikahan mereka bukan berita kehamilan. Apa dia tidak membaca dengan teliti ? Pikirnya.
Malam harinya, Zareena dan Elvano sedang makan malam bersama Bibi Ija dan Pak Tio. Awalnya kedua orang tua itu menolak, namun Zareena memaksa mereka untuk ikut serta makan malam bersama dia dan putranya menggunakan nama janinnya.
“Bibi, paman jangan malu-malu. Kalau masih lapar, tambah lagi. Makanan di atas meja makan ini harus habis jangan sampai tersisa !” seru Zareena yang lagi-lagi membuat Bibi Ija terheran.
“Ba–baik nyonya..”
“Mommy …”
“Ya ?” sahut Zareena menghentikan suapannya. “ Ada apa, sayang?” tanya Zareena bingung.
“Mommy sejak kapan bisa pisahkan tulang dali ikannya ? Bukannya mommy nda suka ikan gala-gala nda bica picahin tulang sama isinya ?”.
“ Eh ?! “
“Biaca na daddy yang misahin dagingnya dali tulang . Kok sekalang mommy bisa, sih ?” tanya Elvano heran.
Zareena sontak mengump4t dalam hati. Benar, bukankah Zareena tidak bisa memisahkan tulang ikan.
“I– itu…ka..”
“Mommy kamu pastinya belajar dari daddy, makanya mommy sekarang bisa misahin ikannya sendiri. Ya, kan nya ?”.
Zareena tersenyum kaku. Dirinya tak tahu jika Zareena asli tidak bisa memisahkan tulang ikan. ‘ Ribet banget sih, jadi Zareena. Apa-apa nggak bisa. Cantik doang nggak bisa apa-apa, aissss malu sekali…’
Mereka kembali melanjutkan makan malamnya dengan hening, Bibi Ija menatap majikannya dengan tatapan aneh. Semenjak majikannya kedapatan pingsan di kamar mandi dan siuman perilaku majikannya berubah drastis.
‘Perasaanku saja, nyonya nggak mungkin amnesia..’
Setelah makan malam, Zareena membawa putranya untuk masuk ke kamar. Entah mengapa, Zareena masih penasaran dengan kehidupan Zareena asli.
“Hidup bergelimang harta, punya anak gembul menggemaskan, mencintai suami dengan setulus hati. Di selingkuh dan dikhianati suami dan keluarganya sendiri demi anak angkat itu luar biasa sakitnya. Tapi, ngomong-ngomong adik angkatnya Zareena dimana ya ? Harusnya dia ada di rumah inikan ?” gumam Zareena heran.
Elvano yang tak sengaja mendengar gumaman terakhir Zareena pun memberitahu kepadanya.
“Bibi Belinda ikut daddy, mom”
“Ikut daddy ? Ngapain ?” tanya Zareena kaget. Elvano menggelengkan kepalanya. Sebelum keduanya naik ke atas kasur, Zareena yang ingat sedikit kebiasaan ibu dan anak segera membawa Elvano ke kamar mandi untuk sikat gigi.
Sementara itu, Andra dan Belinda baru saja pulang dari pertemuan klien di kota B. Andra lebih dulu mengantar Belinda pulang ke rumah mertuanya baru setelah itu dia bergegas pulang ke rumah.
Namun, sepertinya ibu mertuanya meminta dirinya membawa Belinda menginap di rumahnya.
“Maaf, nak. Biar Belinda ikut dengan kalian. Besok mama dan papa akan berkunjung ke rumah kalian untuk melihat keadaan cucu kami,” ucap Zahra kepada menantunya.
“Benar apa yang mama mertuamu katakan, biarlah Belinda pulang denganmu..” timpal Zion, ayah mertuanya.
Andra yang sudah biasa pun tidak menolak, Belinda tersenyum kecil. Kedua orang itu berpamitan dan kembali masuk ke mobil menuju mansion mewah milik Andra.
“Maaf ya bang, lagi-lagi Linda menginap di rumah abang dan Kak Zaree..”
Andra mengangguk. Dia merasa tubuhnya sangat lelah sehingga melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar tiba di rumah tidak terlalu larut.
Setibanya di mansion mewah, Andra langsung turun begitu juga dengan Belinda yang terlihat lelah. Bahkan tanpa sengaja menabrak tubuhnya kepada Andra yang melintas di dekatnya.
“Aww… ma–maaf bang. Linda lelah sekali,” katanya dengan suara lemah. Andra membantu Belinda walaupun dia sendiri juga lelah.
Tanpa keduanya sadari, Zareena menatap keduanya dari jendela kamar di lantai dua.
“Ck, berani terang-terangan sekarang..” setelah mengatakan itu, Zareena menghampiri putranya yang sudah tertidur dua jam yang lalu. Sementara dirinya terbangun karena ingin menuntaskan panggilan alam.
“Kamu istirahatlah, abang mau ke kamar !”.
“ Abang nggak masuk dulu ?” tanya Belinda meremas ujung kemeja ketatnya.
Andra menggelengkan kepalanya. Dia ingin langsung ke kamar dan melihat keadaan istrinya. “ Abang ke kamar dulu !”.
Setelah mengatakan itu, Andra langsung bergegas naik ke lantai dua dimana kamarnya berada. Belinda yang melihat itu terasa kesal karena Andra tidak mau menemaninya lebih dulu.
“Kenapa selalu kak Zaree yang diutamakan !! Aku juga mau diutamakan !! Akhhhh !!”. Belinda masuk ke kamar tamu dengan wajah kesal.
Ceklek ! Andra masuk ke kamarnya. Dia melihat istri dan putranya yang sudah tertidur pulas. Sebelum bergabung, Andra lebih dulu membersihkan dirinya. Karena sudah lelah, Andra segera menyelesaikan mandinya dengan singkat, berganti pakaian dan menyusul anak dan istrinya tidur.
“Aku sayang kalian …” ucapnya lirih dan mengecup kening Zareena dan Elvano.
“Aku harap perkataanmu benar bukan hanya belaka, mas…” ucap Zareena dalam hati.
*
*
*
*
Pagi harinya, Zareena bangun lebih lagi. Sudah kebiasaan Zareena yang bangun awal untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan pagi. Jika diingat Zareena sangat merindukan kedua orang tuanya. Kehidupan sederhana di kampung lebih menyenangkan daripada masuk ke dalam tubuh seseorang karena dend4m.
“Ayah, Ibu.. Rere kangen hiks.. Bagaimana keadaan kalian di dunia nyata ?”.
Zareena menyeka air matanya. Lalu bangun dan keluar kamar, namun saat pintu terbuka Zareena dikejutkan oleh keberadaan seorang wanita muda yang mengenakan pakaian tidur. Dapat Zareena pastikan wanita muda itu tidak mengenakan dalaman karena tampak jelas dua biji menyembul di balik pakaian tidurnya yang tipis.
“Kak Zaree…”
“Ngapain kamu berdiri di depan kamar kami ?” tanya Zareena curiga.
“O–oh ini kak. Aku mau bangunin bang Andra..” jawab Belinda gugup.
“Sepagi ini ? Jangan repot-repot ! Aku istrinya, yang berhak bangunkan suamiku adalah aku bukan kamu !” sentak Zareena membuat Belinda terkejut.
“Kak…”
“Apalagi ??? Sana pergi ! Jangan rusuh dengan suami orang !” gertak Zareena membuat Belinda kesal dan pergi meninggalkan Zareena dengan perasaan kesal.
Melihat kepergian Belinda, Zareena memijat keningnya. “ Apa itu adik angkatnya, Zareena ?”.
“Apa dia nggak malu, dua biji kacangnya tercetak jelas seperti itu ? Mau menggoda suami orang, langkahi dulu pawangnya !!” seru Zareena bangga.
Setelah itu, Zareena turun ke bawah menuju dapur. Kali ini, dia akan memasak untuk suami dan putranya. Sekilas ingatan Zareena, dimana dia selalu masak pagi untuk sarapan keluarganya termasuk Belinda yang numpang hidup bersama mereka. Kali ini Zareena akan memberikan peringatan kepada Belinda untuk sadar diri di mansion ini.
“Lihat saja kak ! Aku pasti akan merebut semua apa yang kamu miliki, termasuk suamimu itu !” seru Belinda menatap Zareena yang sibuk memasak dengan tatapan penuh kebenci4n.
Masakan Zareena sudah siap, dia meminta salah satu maid untuk menyiapkannya di atas meja makan. Tak lupa meminta maid itu menyiapkan tiga piring untuk mereka. Awalnya maid itu hendak bertanya namun niatnya diurungkan.
Dia segera mengerjakan perintah majikannya dengan rasa penasaran. Setahu dirinya, sang majikan selalu menyediakan empat piring karena ada adiknya yang ikut serta tinggal di mansion mewah ini. Tapi hari ini, dia terlihat heran dengan perubahan sikap majikannya.
Zareena tiba di kamarnya, namun suara seseorang membuat Zareena mengurungkan niatnya untuk membuka pintu.
“Abang, kenapa abang tidak mau menemaniku ?”
“Linda, keluarlah dari kamarku ! Aku tidak mau Zaree berpikir macam-macam tentang kita !”
“Kenapa bang ? Sebelum abang menikah dengan kak Zaree, kita lebih dulu kenal bang !” sentak Belinda kesal.
Belinda yang saat itu masih mengenakan piyama tipis sengaja memperlihatkan salah satu bijinya. Sebelum masuk kamar abang iparnya dia sudah membuka dua kancing piyamanya untuk mengundang h4srat abang iparnya yang merupakan cinta pertamanya.
Sengaja membuat piyamanya turun sebelah untuk menggoda abang iparnya. Andra yang melihat itu tentu saja terpancing. Namun sebagai pria yang beristri dia harus menjaga dirinya dari godaan.
Belinda yang melihat tatapan Andra, semakin liar. Dia sengaja merapikan piyamanya namun kali ini dua balon kembungnya terpampang sedikit.
“Abang mau ? “.
Zareena yang mendengar itu sontak membuka pintu dan membantingnya dengan kasar membuat posisi keduanya seperti tengah melakukan m4ksi4t. Apalagi, posisi Belinda di atas Andra dan Zareena pastikan suaminya itu sudah melihat dua balon kembung milik Belinda.
“ Za–Zaree…” Andra langsung mendorong Belinda dengan kuat. Belinda yang tidak siap akhirnya terjungkal ke belakang. Zareena yang melihat penampakan adik angkatnya dibikin naik pit4m. Tanpa kata, Zareena berjalan cepat mendekati Belinda dan menarik k4sar rambut panjang Belinda membawa Belinda keluar dengan piyama atas yang terbuka.
Belinda panik, tangan kirinya berusaha menutupi dua balon kembungnya agar tidak dilihat oleh pekerja di mansion itu. Satu tangannya menahan tarikan Zareena yang sangat kuat.
“Aaaaa kakak !! Sakit kak !! Sakit !!” teriak Belinda panik dan kesakitan.
Zareena tak peduli bahkan panggilan Andra tak dirinya gubrik. Elvano yang berada dikamar bersama Bibi Ija berlari keluar. Dia melihat mommy nya menjamb4k bibinya dengan sekuat tenaga.
Bukannya menolong, Elvano memekik girang memberikan dukungan kepada Zareena.
“TALIK TELUS MOMMY !! TALIKKKKK !! JANAN DIKACIH KENDOLLLLL !!! BILA PELLUUUU H4JALLLL MOMMYYYY !! EL DUKUNG CEMILIALLLL PELSEN !!!” teriak Elvano heboh.
Zareena yang mendengar ucapan putranya tentu saja menerima request putranya hingga kini mereka berada di lantai bawah. Para pekerja berdatangan untuk melihat.
“Zaree !! Jangan seperti itu, kasihan Linda !” seru Andra tampak dia terkejut melihat aksi istrinya.
“Apalah, daddy nih. Selalu membela bibi dulhaka !” seru Elvano yang kesal dengan daddy nya itu.
“Kakak, ampun kak !” teriak Belinda kesakitan.
Dia takut keadaan piyamanya terbuka dilihat oleh banyak orang. Apalagi saat ini Zareena memanggil seluruh pekerja di mansion itu untuk berkumpul. Belinda berusaha meminta perlindungan dari Andra. Namun, laki-laki itu tidak tahu mesti berbuat apa.
“ Kalian lihat wanita ini !” seru Zareena tegas.
“Lihat nyonya,”.
“ Untuk kalian para lelaki yang masih bujangan, ada yang bisa memberikan kehangatan untuk adik ANGKAT saya ??” ucap Zareena menekankan kalimat adik angkat.
Belinda kaget, langsung menggelengkan kepalanya. “Kakak, ampun kak. Jangan seperti ini kak, maafkan aku..”.
Zareena menulikan pendengarannya. Dia melepaskan cengkramannya dan mendorong tubuh Belinda kelantai. Belinda yang tersungkur merasakan dadanya dingin karena dinginnya keramik. Andra yang hendak menolong mengurungkan niatnya saat kedua kakinya dipeluk erat oleh putra kandungnya.
“No… no .. No… daddy nda ucah ikut campul. Diam di tempat, takutna nanti gililan daddy yang di 4muk mommy…” ucap Elvano menakuti Andra.
Bibi Ija hampir menyemburkan tawanya mendengar perkataan tuan mudanya. Awalnya Bibi Ija terkejut melihat aksi Zareena tapi dia bersyukur Zareena mulai berani memberikan pelajaran berharga kepada Belinda.
Belinda menangis. Dia menutupi piyamanya yang terbuka. Setelah puas melihat Belinda menjadi tontonan pekerjanya. Zareena mengibaskan tangannya untuk memberi perintah agar mereka kembali bekerja. Sunyi ? Zareena menatap Belinda dengan wajah datarnya.
“Masih untung, tak ku biarkan para lelaki menghangatkan dirimu, Linda. Jika kamu masih berusaha menaiki ranjang. Aku pastikan kamu berakhir sebagai pemu4s n4fsu !” 4ncam Zareena.
Setelah mengatakan hal itu, Zareena berbalik dan menatap suaminya dengan datar. “ Ayo, El kita sarapan. Mommy sudah memasakan makanan untukmu !” ajak Zareena tanpa memperdulikan ekspresi suaminya.
“Abang…” panggil Belinda. Andra tak menyahutinya, dia bergegas menyusul istri dan putranya menuju ruang makan.
Sementara Belinda merasa sangat marah dan kesal. Dia bersump4h akan memberikan pelajaran kepada kakak angkatnya itu.
“Si4l !! Ada apa dengan Kak Zaree.. Bukannya dia sosok yang lembut dan polos, kenapa sekarang sangat g4n4s !!”
*
*
*
*
Setelah putra dan suaminya berangkat, Zareena memilih untuk menikmati suasana di taman belakang yang berhadapan dengan kolam ikan dan kandang kelinci milik putranya.
Zareena baru tahu jika putranya menyukai peliharaan kelinci. Terlihat empat ekor kelinci putih, coklat dan dua abu-abu yang gemuk melompat kesana kemari. Zareena tersenyum melihatnya. Bahkan dia melihat bayi-bayi kelinci yang berada di sarangnya terlihat menggemaskan.
“Ternyata kelinci itu sangat imut ya, walau bayinya seperti anak tikus hiii geli“ ucapnya melihat bayi kelinci yang masih merah dan ada yang sudah ada bulunya.
“Permisi nyonya, diluar ada orang tua anda sedang menunggu…”
“Orang tuaku ?” tanya Zareena bingung. Dia melupakan kedua orang tua asli Zareena.
“Benar nyonya dan sepertinya…”
“Sepertinya apa, bi ?” tanya Zareena bingung. Bibi Ija memilin kedua tangannya merasa tak enak. Melihat keraguan dimata Bibi Ija, dapat Zareena pastikan bila ada hal yang akan terjadi kepada dirinya.
“Itu nyonya, sepertinya kedatangan orang tua nyonya ada kaitannya dengan perlakuan nyonya kepada nona Linda..”
Zareena mengerti. Belinda pasti sudah mengadu perlakuannya kepada orang tua mereka. Bibi Ija ketakutan namun berbeda dengan Zareena yang terlihat biasa saja.
“Tenanglah, bi. Aku pasti bisa menghadapinya..”
“Tapi, nyonya…”
Zareena berjalan masuk ke dalam rumah. Sementara di ruang tamu, Belinda masih menangis. Dia merasa harga dirinya diinjak oleh Zareena. Untungnya kedua orang tuanya lebih membela dirinya sehingga dengan mudahnya Belinda mengatakan hal yang melenceng.
“Ohhh, anak angkat kalian mengadu ya !” seru Zareena tiba-tiba membuat ketiganya terkejut.
“Apa maksud kamu, Zaree ! Linda itu adikmu ! Kenapa kamu memperlakukannya seperti itu ! Dimana ot4kmu, kepada kamu tega menyakiti adikmu, Zaree !!” marah Zion.
Zareena tertawa kecil. Dia terlihat seperti dirinya lah yang anak angkat bukan Belinda. Zahra tidak senang saat melihat Zareena tertawa.
“Tidak sopan, kamu ya !! Memang benar, harusnya Belinda yang jadi anak kandung kami bukan kamu, Zaree !”
“Ya, sudah. Tinggal gantii KK saja, nggak sulit bukan ? Lagian siapa sih yang mau jadi anak kalian. Orang tua kandung rasa orang tua angkat upsss…”
Zion dan Zahra benar-benar marah. Keduanya saling lirik. “ Mulai saat ini, Belinda akan tinggal bersama kalian ! Mau tidak mau, suka tidak suka !!”.
“Mau melamar jadi apa ? ART ? Tukang kebun atau pencet4k anak ?” tanya Zareena santai.
Perkataan Zareena membuat Zahra tidak terima. Dia berdiri dan menatap Zareena dengan tajam. “Dasar anak tidak tahu malu ! Kami tidak peduli, Linda akan tinggal bersama kalian ! Kamu tidak punya hak mengatur di rumah ini !!” seru Zahra tegas.
“Loh, kalian juga tidak punya aturan di sini. Kalian itu tamu bukan pemilik mansion ini !” kata Zareena tak kalah tegas.
Ketiga orang itu terkejut mendengar jawaban Zareena yang terdengar seperti mereka menemukan sosok lain dari Zareena. Mereka mengenal Zareena sosok yang penurut, tapi sekarang kata ‘penurut’ tidak berlaku pada sosok Zareena yang sekarang.
“Papa tidak peduli, Linda harus tinggal disini bersama kalian !” seru Zion tak terbantahkan.
“Tidak peduli seberapa kerasnya, anda meminta agar Linda tinggal disini ! Tapi saya sebagai tuan rumah mengh4r4mkan putrimu tinggal bersama kami !!” seruan lantang dari suara Zareena membuat Zahra dan Zion membeku.
Suara dingin itu terdengar arogan. Sisi lain Zareena membuat kedua paru baya itu diam. Belinda yang melihat kedua orang tua angkatnya diam, mulai memberanikan membuka suara. Namun, sebelum itu Zareena kembali bersuara.
“Ingatlah, Linda ! Kalau bukan karena diriku yang memungutmu dari penampungan wanita malam, kamu tidak akan merasakan hidup bergelimang kemewahan !! Jika kamu berani menjadi duri di rumah tanggaku, maka jangan salahkan aku jika aku membawamu kembali ke penampungan wanita malam !!”.
Perkataan Zareena mampu membuat Belinda diam tak berkutik. Zareena yang lelah meminta maid untuk membawa mereka keluar dari mansion itu.
“Zaree anj*** sia**** !!! Aku akan membuat perhitungan !!! “
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!