NovelToon NovelToon

LUNARA

Reinaldo

Hai ... Hai...

Terimakasih, karena sudah mau meluangkan waktu membaca novel ini.

Cerita ini sudah tamat. Walaupun begitu, tetap jangan lupa yaa ... untuk memberikan KOMENTAR dan tekan LIKE di setiap episode-nya!

Novel ini merupakan lanjutan dari kisah PAMAN YOO. Yang belum membaca, mungkin bisa baca kisah awal Lunara, pada 15 - 20 episode terakhir novel saya sebelumnya (Paman Yoo). Atau kalau mau, bisa baca PAMAN YOO dari episode awal 🙊

Semoga suka ya, dengan kisah Lunara 💝

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Reinaldo (20 tahun) saat ini adalah seorang mahasiswa tingkat tiga di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Reinaldo yang biasa dipanggil dengan nama Rein, merupakan salah satu mahasiswa terbaik di kampusnya.

Selain terkenal akan kepintarannya di bidang akademik, Rein juga sangat piawai dalam melukis. Hal ini sejalan dengan terpilihnya Rein menjadi ketua Klub Melukis di kampusnya, padahal Rein adalah mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis.

Saat ini adalah masa orientasi universitas, setiap klub memperkenalkan diri mereka pada mahasiswa baru yang hadir. Termasuk Klub Melukis. Tentu saja anggota yang mendaftar di Klub Melukis ini banyak diisi oleh mahasiswa dari Fakultas Seni.

"Tahun ini kita harus banyak merekrut mahasiswa dari Fakultas lain. Seperti yang kita tau, setiap tahun, mahasiswa yang mendaftarkan diri menjadi anggota Klub Melukis, mayoritas berasal dari Fakultas Seni.

"Bahkan sejak didirikan, anggota klub di luar Fakultas Seni, hanya ada sepuluh orang," ucap Rein di tengah rapat bersama para anggota klub yang hanya terdiri dari lima belas orang itu.

Untuk itulah Reinaldo giat sekali mempromosikan Klub Melukis di fakultasnya, Fakultas Ekonomi Bisnis.

...*...

Saat penerimaan mahasiswa baru, umumnya setiap Fakultas mengadakan acara inaugurasi, untuk menambah keakraban di antara teman satu angkatan ataupun menjalin keakraban dengan para senior di kampus.

Reinaldo pun mengikuti acara inaugurasi itu. Reinaldo datang terlalu pagi, dan dia memutuskan untuk menaiki bus yang sudah disiapkan oleh panitia inaugurasi. Saat kakinya melangkah menuju bus itu, dia melewati seorang wanita yang tengah duduk dan menunduk tetapi terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Reinaldo terperanjat, manik matanya langsung terpusat pada apa yang sedang dikerjakan oleh mahasiswi baru itu.

"Nama saya Reinaldo, kamu bisa panggil saya Rein," ucap Reinaldo tiba-tiba, hingga membuat mahasiswi baru itu terperanjat.

"Maaf, apa saya mengagetkan kamu? Saya mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis, semester lima," ucap Rein memperkenalkan dirinya, sambil mengulurkan tangannya kepada mahasiswi itu.

"Saya Hana Adelia, Kak. Saya juga Jurusan Manajemen Bisnis," ucap mahasiswi baru itu membalas uluran tangan Reinaldo.

"Gambar buatan kamu bagus, kamu mau bergabung di Klub Melukis?" tanya Reinaldo tanpa ragu.

Hana terdiam sesaat, dirinya mencerna terlebih dahulu pertanyaan yang dilontarkan oleh seniornya itu.

"Saya kan bukan anak Jurusan Seni Rupa, apa boleh ikut bergabung di Klub Melukis?" tanya Hana tanpa berani menatap wajah Reinaldo.

"Seluruh mahasiswa, dari jurusan apapun boleh ikut Klub Melukis. Saya contohnya," ucap Reinaldo sambil mengulurkan kembali tangannya, hingga membuat dahi Hana berkerut, menatap bingung melihat uluran tangan yang sekali lagi dilakukan pria itu.

"Saya Reinaldo, mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis, ketua Klub Melukis," ucap Reinaldo.

"Ka - kak ketua Klub Melukis?" tanya Hana kaget, hingga dia menatap dalam netra Reinaldo.

Cantik, gumam Reinaldo dalam hati, tatkala tatapan mereka terkunci selama beberapa detik.

Hana langsung menurunkan kembali pandangannya.

Oh ... dia pemalu, gumam Reinaldo dalam hati sambil memperhatikan gerak-gerik Hana.

Reinaldo mengeluarkan beberapa lukisan yang sudah diaplikasikan menjadi pembatas buku, hasil karya anggota Klub Melukis, dan memberikannya kepada Hana.

"Cantik," ucap Hana pelan. Netra kecoklatan miliknya terlihat berbinar, saat melihat pembatas buku yang diberikan Reinaldo itu.

Ketika Hana sibuk memperhatikan pembatas buku hasil karya Klub Melukis, para peserta dan panitia inaugurasi satu per satu menaiki bus itu. Hingga seluruh peserta sudah diminta untuk menaiki bus inaugurasi.

"Kabari kalau kamu tertarik menjadi anggota Klub Melukis ya, Hana." Ucapan Reinaldo itu mengakhiri pembicaraan di antara mereka.

...* *...

Ketika masa inaugurasi, Reinaldo pun memperkenalkan Klub Melukis kepada para mahasiswa baru. Namun Reinaldo tidak berhasil mendapatkan satu anggota pun, hingga beberapa saat kemudian, Hana mendaftarkan dirinya menjadi anggota Klub Melukis.

"Terimakasih Hana sudah mau mendaftar menjadi anggota Klub Melukis. Kamu satu-satunya yang mendaftar loh," ucap Reinaldo.

"Menurut Hana, mahasiswa yang lain tidak mau bergabung ke Klub Melukis, karena mereka pikir melukis itu susah Kak," jelas Hana.

Reinaldo pun menatap Hana, melipat kedua tangannya di atas dada, bersiap untuk mendengarkan penjelasan gadis itu lebih jauh lagi.

"Daripada membagikan pembatas buku hasil karya anak Klub Melukis yang mayoritas dari Fakultas Seni, mungkin kita bisa memulai dengan hal yang lebih mudah dan menyenangkan untuk dilakukan oleh semua orang," jelas Hana kembali.

"Terus terang aku belum ada ide Han, pembatas buku ini adalah ideku. Kamu ada ide mengenai kegiatan itu?" tanya Reinaldo, Hana pun mengangguk pelan tanda dia masih ragu dengan idenya itu.

"Tidak apa-apa Han, ungkapkan saja ide kamu. Nanti aku akan lempar ke forum di klub," ucap Reinaldo ketika menangkap keraguan Hana.

"Mungkin kita bisa membuat aktivitas menggambar doodle Kak, menggambar doodle kan lagi hits sekarang. Atau kita membuat kegiatan menggambar sketsa bersama, mungkin bisa dimulai dari menggambar sketsa sederhana. Menggambar sketsa dalam waktu tiga menit. Kalau mereka merasa kegiatan ini menyenangkan, mereka pasti akan merasa antusias ikut bergabung di klub," ucap Hana.

Reinaldo terdiam sejenak, dengan kedua tangan yang masih terlipat di atas dadanya, Reinaldo terus menatap tajam kepada Hana.

Wanita cerdas, pikiran Reinaldo terus dipenuhi oleh dua kata itu. Reinaldo terus menatap Hana.

Hana yang ditatap tajam seperti itu, langsung menundukkan kepalanya. "Ma - maaf Kak, saya gak bermaksud menggurui, kalau kakak gak setuju —"

"Okey, aku akan siapkan bahannya. Bantu aku untuk merealisasikannya besok lusa. Gimana, kamu mau bantu aku, kan?" desak Reinaldo.

Hana langsung mengangkat kepalanya yang tertunduk dari tadi. Matanya mengerjap-ngerjap sambil mencerna setiap kata yang dilontarkan oleh Reinaldo.

Itu artinya Kak Rein setuju dengan ideku, kan? Hana terus saja berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Gimana Han?" tanya Reinaldo, memastikan kembali.

"Saya siap membantu semua kegiatan Klub Melukis, Kak" jawab Hana. Mendengar pernyataan Hana, bibir Reinaldo pun melengkung membentuk sebuah senyuman.

Reinaldo kemudian bertukar nomor ponsel dengan Hana. Dan sejak saat itu, Reinaldo dan Hana sering berdiskusi mengenai kegiatan di Klub Melukis.

Sehari setelah inaugurasi, Reinaldo memperkenalkan Hana dan mendiskusikan saran dari Hana, dengan para anggota Klub Melukis lainnya. Mereka semua pun setuju dan sangat antusias dengan saran dari Hana itu. Dari kedua saran yang diberikan oleh Hana, para anggota Klub Melukis, lebih memilih untuk melakukan kegiatan menggambar sketsa.

...* * *...

Hari yang dinantikan pun tiba, hari ini banyak mahasiswa yang ikut mencoba menggambar sketsa selama tiga menit, sehingga booth Klub Melukis terlihat ramai pengunjung.

Sebagai penutup kegiatan promosi klub hari itu, Hana pun menggambar sketsa dalam waktu tiga menit, dengan salah satu anggota Klub Melukis yang menjadi modelnya. Aksi Hana yang sedang menggambar, menarik perhatian lebih banyak orang.

Dalam waktu tiga menit, Hana pun mampu menggambar sketsa dengan baik. Reinaldo memperlihatkan hasil gambar sketsa Hana, kepada para mahasiswa yang sedang berkerumun di depan Hana. Ketika Reinaldo memperlihatkan gambar sketsa milik Hana, tentu saja gadis pemalu itu terus menunduk di samping Reinaldo.

Berkat saran dari Hana, banyak mahasiswa dan mahasiswi di luar Jurusan Seni yang bergabung di Klub Melukis. Salah satunya adalah Dylan, mahasiswa Jurusan Teknik Industri. Dylan terkesima saat melihat aksi Hana yang bisa menggambar sketsa dengan sangat bagus, dalam waktu tiga menit saja.

...* * * *...

Hari ini adalah, hari pertama, para anggota baru Klub Melukis berkumpul.

"Karena ini adalah hari pertama kita berkumpul di tahun ini, mari kita saling memperkenalkan diri," ucap Reinaldo.

Setelah dimulai dari Reinaldo, selanjutnya setiap anggota memperkenalkan diri masing-masing. Kemudian memulai kegiatan pertama mereka.

"Silahkan kalian menggambar apa saja yang ingin kalian gambar. Santai saja, tidak ada benar dan salah dalam seni lukis. Kalian bebas mau membuat apa saja," ucap Reinaldo memulai aktivitas pertama di klubnya.

Setelah selesai dengan kegiatan pertama di Klub Melukis, Dylan mendekati Hana. Dylan meminta Hana untuk mengajarinya menggambar sketsa. Hana pun menyanggupinya walaupun dia menjawab dengan gugup.

Meskipun Hana termasuk gadis yang cantik, akan tetapi dia mempunyai sifat pemalu. Wajah cantiknya itu selalu disembunyikan lewat tundukan kepalanya. Hana selalu merasa tidak percaya diri dan merasa gugup jika ada seorang pria yang mendekati dirinya. Terlebih lagi pria setampan Dylan.

Reinaldo yang melihat kegugupan Hana, kemudian berusaha membantu Hana untuk mengajari teknik dasar menggambar sketsa kepada Dylan.

"Tidak boleh ada keraguan dalam menggambar sketsa, perhatikan objek, dan tarik garis dengan berani." Reinaldo menjelaskan sambil mempraktekkan menggambar sketsa sebuah mug yang sedang ada di atas meja. Hana pun terkesima melihat teknik dasar yang diajarkan Reinaldo, sangat mudah untuk dimengerti.

"Selanjutnya hanya tinggal banyak berlatih saja. Kalau gitu kalian lanjut saja ya, saya tinggal dulu," ucap Reinaldo, kemudian meninggalkan Hana dan Dylan ruangan Klub Melukis.

...* * * * *...

Karena Reinaldo dan Hana satu jurusan, mereka jadi lebih sering membicarakan banyak hal, seperti kegiatan klub, seputar perkuliahan dan membicarakan hal remeh lainnya, seperti saat ini.

"Sepertinya Dylan juga menyukai kamu," ucap Reinaldo saat dia dan Hana tengah makan siang bersama di kantin fakultas.

"Kakak ngeledek Hana, ya? Mana mungkin cowok populer seperti Dylan menyukai aku," ucap Hana malu.

"Memangnya kamu kenapa, kamu cerdas dan juga ... cantik." Ucapan Reinaldo itu membuat Hana menghentikan aktivitasnya dan menatap Reinaldo yang sedang duduk di sampingnya.

"Kak Rein ... jangan mengerjai Hana terus! Hana sadar diri Kak. Anak cupu seperti Hana mana cocok dengan Dylan," ucap Hana kembali menunduk.

"Aku itu pria Han, aku tau mana wanita yang cantik, mana yang tidak. Kamu itu cantik, hanya kurang percaya diri saja," ucap Reinaldo sambil merubah arah duduknya.

Reinaldo kini duduk menghadap Hana, kemudian memegang dagunya, hingga gadis itu kini menatap dirinya. Netra mereka saling bertaut beberapa detik, hingga Hana ingin kembali tertunduk. Namun terhalang karena jari-jari Reinaldo masih memegang dagunya.

"Karena kamu menunduk terus, jadi tidak ada orang yang tau kalau kamu itu cantik. Sama satu lagi, nih," ucap Reinaldo kini menyibak poni Hana yang selalu menutupi mata gadis itu.

"Rambutnya coba dirapikan, sehingga wajah kamu itu terlihat jelas," ucap Reinaldo kembali. Hana mengangguk kecil, Reinaldo pun melepaskan jarinya pada dagu Hana.

"Dylan bergabung di Klub Melukis, itu karena dia terpesona saat kamu sedang demonstrasi menggambar sketsa," ucap Reinaldo.

"Iya Kak, Dylan juga pernah bilang begitu ke Hana," ucap Hana tersipu.

Hana mengikuti saran dari Reinaldo. Sehabis berkumpul di Klub Melukis, gadis itu pun pergi ke salon dan merubah tatanan rambutnya.

Seiring berjalannya waktu, Dylan dan Hana menjadi sangat dekat. Hal ini membuat Reinaldo menjadi cemas. Setiap melihat interaksi yang dilakukan Hana dan Dylan, Reinaldo sering merasakan nafasnya tiba-tiba terasa sesak.

Hingga akhirnya Reinaldo menyadari kalau Hana telah mengisi ruang kosong di hatinya. Ruang kosong yang belum pernah disinggahi oleh siapapun.

Namun Reinaldo sadar diri, siapa dirinya? dia bukan siapa-siapa dan juga belum mempunyai apa-apa untuk dibanggakannya. Rein hanya bisa menata hati setiap melihat kedekatan Hana dan Dylan.

...* * * * * *...

Setahun berlalu ....

Dylan sudah resmi menjadi kekasih Hana. Mereka mengumumkan hubungan baru itu, sesaat setelah kegiatan klub selesai.

"Selamat ya buat kalian berdua, semoga langgeng," ucap Reinaldo sambil mengulurkan tangan kepada Hana dan Dylan bergantian.

"Aku juga mau mengucapkan terimakasih, karena berkat bantuan Kakak, kita berdua jadi menyadari perasaan kita masing-masing. Terimakasih ya Kak Rein," ucap Hana dengan senyum khasnya.

Dua orang yang sedang memadu kasih ini, sebenarnya adalah sepasang manusia pemalu. Sehingga butuh waktu hampir satu tahun untuk mereka melakukan pendekatan.

Bahkan Reinaldo sering merasa jengkel dengan tingkah tarik ulur mereka. Rasanya Reinaldo ingin sekali mengutarakan perasaannya terhadap Hana. Tetapi, saat melihat Hana terlihat lebih bahagia ketika bersama Dylan, Reinaldo mengurungkan niatnya itu.

...* * * * * * *...

Kini Reinaldo sudah memasuki semester tujuh, dan sedang bersiap untuk berangkat ke auditorium kampus untuk menghadiri ceremony kelulusannya. Di mana Reinaldo lulus dengan predikat Summa Cum Laude.

Reinaldo menempuh pendidikan strata-1nya hanya selama 3,5 tahun dengan Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK 3,85. Hal ini membuat dia juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan strata-2 nya, di Universitas yang sama.

Reinaldo pun tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia mengambil beasiswa strata-2 itu dengan mengikuti kelas khusus dengan waktu kuliah mulai jam 16:00 - 20:00 WIB. Karena Reinaldo sudah diterima magang bekerja di salah satu perusahaan dibawah naungan Yohan Corp.

 

...Jangan lupa untuk selalu tekan LIKE, tuliskan KOMENTAR kamu dan beri VOTE yaaa ......

...Jangan lupa juga untuk memberikan RATE...

...⭐⭐⭐⭐⭐ di sampul halaman depan....

Bertemu Lunara

PT. Yohan Corporation (YOHAN CORP) merupakan salah satu perusahaan multinasional yang cukup diperhitungkan di Indonesia. Yohan Corp adalah kelompok usaha milik Yohan Erlangga.

Ada tiga perusahaan yang bernaung dalam Yohan Corp.

PT. Erl Family, bergerak di bidang Perhotelan, Food & Beverage, dan berdomisili di Bali, dengan CEO Prisilla Erlangga.

PT. Sobat Erl, bergerak di bidang Lifestyle dan retail berdomisili di Jakarta Selatan, dengan CEO Chicko Faresta.

Perusahaan selanjutnya, adalah perusahaan di mana Reinaldo kini bekerja, yang merupakan induk dari Yohan Corp.

PT. Putra Erl, bergerak di bidang yang sama dengan PT. Sobat Erl, Lifestyle dan retail, berdomisili di Jakarta Pusat dengan CEO Yohan Erlangga.

Ini adalah hari pertama Reinaldo bekerja, sebagai salah satu dari tim inti Divisi Strategi Pemasaran.

Setelah bekerja selama enam bulan, Reinaldo sering mendapatkan pujian dari atasan. Nama Reinaldo bahkan terdengar hingga ke telinga Yohan Erlangga, Owner Yohan Corp sekaligus CEO PT. Putra Erl.

Yohan merasa penasaran terhadap sosok Reinaldo. Melalui Nico, asisten pribadinya, Yohan memanggil dan mewawancarai Reinaldo secara langsung.

"Baiklah Rein, saya tantang kamu menjadi asisten Nico, untuk mendapatkan proyek dari pengusaha Brunei itu. Saya akan memberikan bonus dua kali lipat di akhir tahun jika kamu berhasil mendapatkannya," tantang Yohan.

Reinaldo pun menerima tantangan dari owner Yohan Corp itu. Terlebih lagi karena Reinaldo sudah mengagumi sosok Yohan Erlangga, sejak dia duduk di bangku sekolah menengah pertama. Mendapatkan mandat langsung dari idolanya, membuat Reinaldo sangat bersemangat.

Dalam waktu satu bulan, Reinaldo pun telah menyiapkan proposal untuk dikirimkan kepada pengusaha asal Brunei itu. Hingga dalam waktu enam bulan, setelah meeting beberapa kali, akhirnya Reinaldo berhasil membantu Nico dan mendapatkan proyek tersebut.

Setelah proyek dengan salah seorang pengusaha di Brunei Darussalam berjalan dengan sangat baik, Yohan pun membuat tim strategi pemasaran bayangan. Nico sebagai manajer, dan Reinaldo sebagai asistennya, dengan dua orang anggota tim bayangan yang dipilih acak oleh Nico.

Hal ini sengaja dibuat Yohan untuk menaikkan kinerja masing-masing tim strategi pemasaran. Yohan sudah menyiapkan kedudukan manajer buat Reinaldo, hanya saja Yohan merasa kalau Reinaldo harus ditempa terlebih dahulu.

...*...

Hari sangat cepat berlalu, tanpa terasa Reinaldo sudah bekerja selama satu tahun di Yohan Corp. Tim satu Divisi Strategi Pemasaran, di mana Reinaldo tergabung di dalamnya, sudah beberapa kali memenangkan tender besar.

Yohan Erlangga pun semakin yakin, untuk memberikan kenaikan jabatan kepada Reinaldo. Terlebih lagi menurut penuturan Nico, Reinaldo merupakan sosok pria pekerja keras, berdedikasi tinggi dan juga sederhana.

Jika rekan-rekannya memilih makan siang di kafe sekitar kantor, ataupun di mall dekat kantor, berbeda dengan Reinaldo. Reinaldo lebih suka untuk membeli sekaligus makan di warung makan kaki lima.

Siang ini Reinaldo memutuskan untuk makan siang dengan menu gado-gado. Reinaldo pun berjalan menyusuri pedagang kaki lima yang berdagang tertib di sebuah lapangan yang sudah disiapkan oleh pemerintah daerah setempat.

Saat baru menikmati sajian itu, Reinaldo dikagetkan oleh suara seorang murid sekolah menengah atas.

"Ibuuu ... Luna kangen gado-gadonya ...!" teriak Lunara.

Reinaldo langsung melihat ke asal suara. Dilihatnya seorang gadis sekolah menengah atas, yang masih berjarak tiga meter dari warung tenda gado-gado itu.

Nih anak gak punya adab apa? gumam Reinaldo sambil menatap kesal kearah Lunara.

Tidak seperti Reinaldo, ibu penjual gado-gado itu tampak sumringah menyambut gadis SMA itu.

"Pesanan Luna udah selesai, Bu? Dua belas bungkus kan?" ucapnya ketika sampai di depan ibu penjual gado-gado yang juga merupakan langganan Reinaldo itu. Bahkan Lunara juga mencium punggung tangan ibu itu.

"Aduh Neng Luna, tangan ibu kotor," ucap bu Sri, si penjual gado-gado.

"Gak apa-apa, tangannya ibu baunya enak, bikin tambah laper, hehe ...," ucap Lunara tersenyum, hingga menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Neng Luna dadakan sih tadi bilangnya, coba kalau hubungi saya dari pagi, jadi begitu sampai di sini tinggal ambil aja," ucap Bu Sri.

"Sengaja kok biar bisa ngobrol dulu. Udah lama banget 'kan Luna gak ke sini," ucap Luna sumringah.

"Kok sendirian Neng, biasanya sama abang. Mana abangnya?" tanya Bu Sri.

"Abang lagi sibuk, Bu. Dia lagi persiapan untuk masuk kuliah di Oxford University, di Inggris. Kemarin sudah lulus tes. Hebat kan abangnya Luna!" ucap Lunara riang.

Reinaldo pun melirik ke arah Luna sambil bergumam dalam hati. Hebat juga abangnya, bisa lulus di Oxford.

"Waduh jauh amat, tahun depan Neng Luna nyusul ke sana dong ya?" tanya Bu Sri.

"Gak ah, Bu. Luna gak mau kuliah di sana. Luna mau kuliah di tempat daddy kuliah dulu. Di Sydney," jawab Lunara.

Lu gak mau, atau memang gak mampu. Ejek Reinaldo dalam hati.

"Pak Yohan dan bu Mika kesepian dong nanti di rumah, anaknya pada pergi keluar negeri," ucap Bu Sri.

"Luna juga belum tau nih, diizinkan atau gak kuliah di Sydney sendirian. Ini lagi mau merayu daddy pakai gado-gado Bu Sri, hehe ...," ucap Lunara.

Oh, anaknya Pak Yohan. Manja begini, pantas aja orangtuanya gak percaya. Gumam Reinaldo sambil melirik gadis imut yang duduk didepannya kini.

Reinaldo pun mengabaikan pembicaraan selanjutnya antara Lunara dan ibu penjual gado-gado itu. Reinaldo terfokus untuk menghabiskan gado-gado yang ada di depan matanya.

"Nih Neng, udah selesai," ucap Bu Sri sambil meletakkan dua belas bungkus gado-gado di atas meja.

Tidak lama setelah itu, pak Narto, supir pribadi keluarga Erlangga, datang menghampiri Lunara.

"Nih Pak, satu bungkus buat makan siang Bapak, tiga bungkus buat security, lima bungkus buat di ruangan cleaning service. Tolong ya Pak," ucap Luna tersenyum.

"Siaap!" ucap Pak Narto, kemudian berjalan mengantarkan semua makanan itu sesuai permintaan gadis itu.

Setelah pak Narto berjalan meninggalkan warung gado-gado itu, Lunara pun menyelipkan bayarannya pada saku celemek yang digunakan bu Sri.

"Terimakasih banyak Neng, salam buat bu Mika dan pak Yohan ya," ucap Bu Sri. Lunara pun mengangguk cepat dan tersenyum.

"Dah Ibu ... sehat-sehat yaa ...," ucap Lunara sambil membawa tiga kantong gado-gado yang tersisa. Gadis itu pun kemudian meninggalkan warung tenda itu dan melambaikan tangan kepada ibu Sri.

...* *...

Selesai makan, Reinaldo pun menghampiri Bu Sri yang tengah mengulek bumbu gado-gado.

"Anaknya pemilik Yohan Corp itu Mas," ucap Bu Sri kepada Reinaldo.

"Berisik dia ya, Bu" ucap Reinaldo sembari mengeluarkan uang dua puluh ribu rupiah dan membayar pesanannya tadi.

"Tapi baik banget, persis ayah-ibunya. Bu Mika itu, kalau ke perusahaan, mesti mampir dan makan di sini bersama pak Yohan," jelas bu Sri menerima uang yang diberikan oleh Reinaldo.

"Tuh lihat, padahal harga pesanannya tidak sampai dua ratus ribu rupiah, tapi Neng Luna memberi uang segini," ucap bu Sri sambil menunjukkan lima lembar uang seratus ribu yang telah digulung. Reinaldo pun menatap takjub ketika melihatnya.

"Setiap ke kantor ayahnya, neng Luna selalu membelikan makanan buat security dan cleaning service," ucap bu Sri sumringah sembari memberikan uang kembalian untuk Reinaldo.

Reinaldo pun menerima uang kembalian itu, "walaupun manja dan berisik, ternyata baik juga itu bocah ya, Bu," ucap Reinaldo tersenyum. Bu Sri si penjual gado-gado itu pun mengangguk sambil tersenyum.

Reinaldo pun meninggalkan warung itu dan mempercepat langkahnya kembali ke kantor, hingga dia kini bertemu kembali dengan Lunara yang sedang menunggu di depan elevator.

Ketika pintu elevator sudah terbuka, Lunara bergegas masuk. Namun Lunara yang terburu-buru itu tersandung oleh kakinya sendiri dan hampir saja terjatuh. Beruntung Reinaldo langsung menangkapnya.

"Terimakasih ya Kak, udah menolong Luna," ucap Lunara ketika mereka sudah berada di dalam elevator.

"Lain kali hati-hati," ucap Reinaldo datar sambil melirik Lunara. Lunara pun mengangguk cepat dan tersenyum.

"Mau ke lantai tiga kan?" tanya Reinaldo ketika akan menekan tombol lantai tujuan Luna.

"Gak, sama seperti Kakak kok, lantai dua," ucap Lunara, sesaat setelah dia melihat kalau Reinaldo menekan tombol angka dua.

Setelah tiba di lantai dua, Lunara pun keluar terlebih dulu dan berjalan pelan sambil mengedarkan pandangannya, mencari seseorang.

"Mencari siapa?" tanya Reinaldo datar.

"Om Nic, asisten daddy aku. Kakak tau?" jawab Lunara lembut.

"Siapa daddy kamu?" tanya Reinaldo berpura-pura tidak mengetahuinya.

"Oh iya, Kakak karyawan baru ya? pantas aja gak kenal Luna. Aku anaknya pak Yohan, hehe ...," jawab Lunara tertawa, berharap mencairkan suasana yang membeku sejak di elevator tadi.

"Di depan sana, belok kiri," ucap Reinaldo.

"Kenapa Kak?" tanya Lunara bingung.

"Kamu kan tadi bertanya ruangan pak Nico, itu ruangannya, belok kiri," ucap Reinaldo, kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dan meninggalkan Lunara.

"Kakak itu aneh banget," ucap Lunara, berbicara pada dirinya sendiri sambil menatap punggung Reinaldo yang perlahan menjauh.

Lunara pun berjalan menuju ruangan yang diberitahukan oleh Reinaldo tadi.

"Om!" sapa Lunara.

"Hei Luna, udah lama kamu gak ke sini, sejak jadi anak SMA gak pernah ke sini lagi bawain om gado-gado," ucap Nico kemudian mengambil sebungkus gado-gado yang diberikan Luna.

"Triknya dong Om, membujuk daddy," ucap Lunara.

"Itu mah seharusnya kamu tanya sama bu boss, jangan tanya sama om Nic," balas Nico sambil tertawa kecil.

"Kalau kata mommy, tinggal kedip-kedip mata aja. Sebel Luna!" ucap Lunara sambil mengerucutkan bibirnya. Nico pun jadi semakin tergelak mendengar pernyataan gadis sekolah menengah atas itu.

Tidak lama kemudian, Reinaldo pun ingin masuk ke dalam ruangannya, namun tertahan oleh suara atasannya.

"Hei Rein, kenalkan nih anaknya big boss," panggil Nico.

"Lunara," ucap Lunara yang terlebih dulu mengulurkan tangannya. Reinaldo pun membalas uluran tangan Lunara, "Reinaldo," ucapnya datar.

"Reina?" canda Lunara sambil menahan tawanya.

"Rei-nal-do" ucap Reinaldo dengan menekan setiap suku kata namanya.

"Oh, Reinaldo. Seperti nama pelawak ya," ucap Lunara hingga membuat dahi Reinaldo berkerut.

"Memangnya ada pelawak yang namanya Reinaldo?" tanya Nico yang jadi penasaran karena ucapan Lunara.

"Itu loh Om, pelawak yang juga presenter acara talkshow kalau malam hari, yang suka bawa laptop. Rei ... Rei ... Reinaldo," jawab Lunara sambil tersenyum lebar hingga membuat matanya menyipit.

Nico pun tergelak mendengar jawaban Lunara. Sedangkan Reinaldo hanya menatap malas kepada gadis remaja itu. Kemudian tanpa berpamitan, Reinaldo langsung masuk ke dalam ruangannya. Ruangan yang sama dengan Nico.

"Sombong banget kakak itu, karyawan baru ya, Om?" ucap Lunara kesal.

"Asisten om. Memang begitu dia kalau sama gadis cantik," ucap Nico sambil mengajak kecil rambut Lunara.

"Salah Luna dong kalau gitu, karena Luna terlahir cantik," ucap Lunara dengan suara yang lebih kencang. Lagi-lagi Nico tergelak mendengar celotehan Lunara.

Reinaldo yang mendengar celotehan Lunara, tidak bisa menahan senyum tipisnya, "dasar bocah," ucapnya sambil menggelengkan kepala.

Setelah berbicara sebentar dengan Nico, Lunara pun pergi ke lantai tiga, untuk menemui ayahnya yang sudah sedari tadi menunggunya.

Ketika sudah berada di ruangan CEO, Lunara pun makan bersama dengan ayah kesayangannya itu. Setelah itu Lunara merayu ayahnya agar dia diperbolehkan untuk kuliah sendiri di Sydney. Namun Yohan masih dengan pendiriannya, tidak memberikan izin kepada anak gadisnya itu, untuk berkuliah di Sydney.

Hingga akhirnya Yohan memanggil Reinaldo ke ruangannya.

"Kenalkan Rein, ini anak pertama saya," ucap Yohan ketika Reinaldo sudah duduk di sofa, di samping Lunara.

"Sudah kenal tadi Pak. Dikenalkan oleh Pak Nico," jawab Reinaldo.

"Oh gitu ... Lunara cantik gak Rein?" tanya Yohan.

"Iya Pak," jawab Reinaldo sambil mengangguk kecil dan melirik Lunara.

"Kamu tau gak Rein, dulu saya menikahi mommy-nya Luna, saat usianya tujuh belas tahun, beberapa bulan setelah mommy-nya Luna lulus SMA," ungkap Yohan Erlangga.

"Iya Pak, saya pernah mendengar ceritanya," jawab Reinaldo.

"Nah ... tahun depan Lunara sudah lulus SMA. Jadi saya lagi mencari jodoh buat anak saya —"

"Daddy apa sih!" ucap Lunara memotong perkataan ayahnya.

"Kamu mau Rein, jadi calon suami Luna?" lanjut Yohan. Tidak ada keraguan dari suara dan mimik wajah ayahnya Lunara Erlangga itu saat mengatakannya.

 

...Terimakasih sudah membaca 💕...

...Jangan lupa untuk selalu tekan LIKE, tuliskan KOMENTAR kamu dan beri VOTE yaaa ......

...Jangan lupa juga untuk memberikan RATE...

...⭐⭐⭐⭐⭐ di sampul halaman depan...

Latihan Kemandirian

"Nah ... tahun depan Lunara sudah lulus SMA. Jadi saya lagi mencari jodoh buat anak saya —"

"Daddy apa sih!" ucap Lunara memotong perkataan ayahnya.

"Kamu mau Rein, jadi calon suami Luna?" lanjut Yohan. Tidak ada keraguan dari suara dan mimik wajah ayahnya Lunara Erlangga itu saat mengatakannya.

Reinaldo menatap Yohan dengan tidak percaya, mulutnya sedikit menganga akibat shock mendengar pertanyaan pria paruh baya itu. Dirinya tidak menyangka, kalau pemilik perusahaan di mana dia bekerja sekarang, melamar dirinya untuk menjadi suami anaknya.

"Saya ... saya mohon maaf, Pak. Saya belum ada niat untuk menikah dalam waktu dekat. Saya ingin meniti karir terlebih dulu," jawab Reinaldo sedikit gugup.

"Kalau kamu menikahi putri saya, kamu tidak perlu bersusah payah meniti karir. Kamu akan langsung saya angkat menjadi CEO Putra Erl. Dapat istri cantik, muda, penurut, sekaligus dapat jabatan. Penawaran menarik 'kan?" ucap Yohan sambil melirik ke arah putri sulung kesayangannya.

"Daddy ini menawarkan Luna kepada orang asing, seperti Luna gak laku aja!" ucap Lunara kesal.

"Ah, kamu gak pinter pilih pasangan, kalau gak di khianati, ya dimanfaatkan," ucap Yohan sambil duduk bersandar dan kembali menatap tajam ke arah Reinaldo yang sedari tadi terlihat gelisah.

"Daddy, Luna itu kesini kan mau —"

"Gimana Rein?" tanya Yohan, yang memutus ucapan anaknya itu.

Lunara hanya bisa mendengus kesal dan menghempaskan punggungnya pada sofa yang sedari tadi di dudukinya.

Ternyata tingkah Lunara itu mendapat perhatian dari Reinaldo. Pria itu kini sedang menatap Lunara yang sedang duduk bersandar sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, dengan bibir yang sedang mengerucut.

"Saya rasa putri Bapak juga belum siap menikah," ucap Reinaldo kemudian.

"Dia memang kekanakan dan sangat manja, maka dari itu saya lebih baik menikahkan dia dengan kamu setelah dia lulus SMA, ketimbang harus melepaskannya untuk kuliah di luar negeri sendirian," ucap Yohan bersungguh-sungguh.

"Maaf Pak, saya tidak bisa menikahi wanita yang tidak saya cintai," ucap Reinaldo tegas.

"Good. Jawaban bagus Kak," ucap Lunara seraya mengacungkan sebuah jempol kepada Reinaldo.

"Dia ini terlalu bergantung dengan abangnya," ucap Yohan kemudian.

Pernyataan Yohan ini membuat dahi Reinaldo berkerut hingga menaikkan satu alisnya.

"Bukannya tadi Bapak bilang kalau Lunara anak pertama Bapak?" tanya Reinaldo.

Reinaldo pun teringat perbincangan Lunara dengan ibu Sri si penjual gado-gado tadi. *Oh iya, dia kan punya abang yang akan kuliah di Oxford. Tapi tadi pak Yohan jelas-jelas bilang, kalau Lunara anak pertamanya*.

"Anaknya CEO Sobat Erl, Junior Faresta, sudah dianggap seperti abang sendiri oleh Luna. Dia akan melanjutkan pendidikannya, di Oxford University," jelas Yohan.

Reinaldo pun hanya menganggukkan kepalanya sembari menjawab 'O' tanpa bersuara.

"Jadi saya memberikan pilihan, jika Luna ingin melanjutkan pendidikannya, dia harus mengikuti abangnya ke Oxford, atau melanjutkan pendidikannya di sekitar Jakarta saja. Biar ada yang menjaga. Sedangkan dia maunya melanjutkan pendidikannya di Sydney, di almamater saya dulu," jelas Yohan.

"Kenapa Bapak tidak memperbolehkan saja Lunara untuk berkuliah di Sydney, sesuai keinginannya?" tanya Reinaldo yang mulai sedikit enggan dengan pembicaraan di ruang CEO ini.

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Reinaldo, Yohan malah balik bertanya kepada Reinaldo.

"Kenapa kamu anggap putri saya belum siap menikah?" tanya Yohan.

Reinaldo pun terdiam, dan melirik sekilas kearah Luna. Terlalu manja, gumam Reinaldo dalam hati.

"Kamu sudah tau kan alasan saya, Rein?" tanya Yohan, Reinaldo pun mengangguk sambil berkata, "iya Pak."

"Iya apa? Kakak tau apa? Kita aja baru kenal beberapa menit yang lalu," cecar Lunara sambil menatap tajam kepada Reinaldo.

Tatapan matanya kemudian beralih kepada Yohan, "lagian Daddy dan mommy aneh. Luna ini kan hasil didikan daddy dan mommy. Berarti sebenarnya Daddy dan mommy tidak percaya dengan didikan yang kalian berikan sejak Luna kecil kan?" cecar Lunara.

"Daddy akui, itu kesalahan kami yang terlalu memanjakan kamu," ucap Yohan sambil memandang anaknya dengan tatapan lembut.

"Yaudah ... Luna kuliah di Jakarta aja," ucap Lunara pelan. Lunara pun hanya bisa menghela nafas dan menunduk pasrah.

Entah kenapa, suara helaan nafas Lunara terdengar begitu menyedihkan. Hingga Reinaldo menaruh rasa iba kepada gadis kecil yang sedang menunduk sedih di sebelahnya.

"Di Indonesia juga banyak universitas bagus, yang tidak kalah dengan di luar negeri kok," ucap Reinaldo.

"Bukan itu ... cita-cita Luna hanya berkuliah di tempat yang sama dengan daddy, dan menjalankan perusahaan dengan baik seperti daddy," ucap Lunara yang masih menunduk, sembari menatap jari jemarinya sendiri.

"Kalau gitu kamu buktikan kalau kamu bisa mandiri. Masih ada waktu satu tahun lagi 'kan," ucap Reinaldo memberi semangat. Senyum Yohan langsung terulas mendengar perkataan Reinaldo kepada putrinya.

"Gimana caranya Kak!" ucap Lunara antusias, hingga membuat Reinaldo sedikit terlonjak.

Reinaldo pun memberikan usul, kalau mulai besok, Yohan harus membatasi fasilitas untuk Lunara. Lunara harus naik kendaraan umum untuk pergi dan pulang sekolah, atau kemana pun dia akan pergi.

Lunara juga harus membeli sendiri kebutuhan pribadi dirinya. Dan Lunara harus diberikan uang bulanan secukupnya, untuk kebutuhan di luar makan dan tempat tinggal, karena masih tinggal di rumah kedua orangtuanya.

"Gimana? Mau belajar mandiri?" tanya Yohan sambil mengangkat ujung bibirnya.

"Okey, Luna setuju Dad. Luna akan buktikan, kalau Luna bisa jadi anak mandiri," ucap Lunara tegas.

"Okey, kalau begitu. Daddy akan menilai sendiri kesungguhan kamu untuk hidup mandiri," ucap Yohan.

"Kalau dalam enam bulan tidak ada perubahan, kamu harus melanjutkan pendidikan kamu di Jakarta," lanjut Yohan. Lunara pun menyetujui tantangan dari ayahnya itu.

Setelah mengucapkan terimakasih kepada Reinaldo, Yohan pun mempersilahkan pria itu untuk kembali ke ruangannya.

"Bagaimana Reinaldo menurut kamu?" tanya Yohan sambil menaik turunkan alisnya, menggoda putri kesayangannya itu.

"Jangan aneh-aneh deh, Daddy! Nanti Luna laporin mommy, loh!" ancam Lunara sambil bertolak pinggang di hadapan ayahnya.

"Reinaldo itu karyawan kesayangan daddy. Tampan, cerdas, loyal, sederhana, gak genit. Cocok deh jadi pasangannya putri kesayangan daddy," canda Yohan.

"Males ngobrol sama Daddy! mending Luna minta dianterin muter-muter sama pak Narto, menikmati fasilitas di detik-detik terakhir," ucap Lunara, yang kemudian meninggalkan ruangan ayahnya dengan mulut mengerucut.

Yohan pun tergelak melihat tingkah dan ocehan putri kesayangannya. "Persis Mikayla" ucap Yohan, membandingkan kebawelan dua wanita kesayangannya itu, Lunara anaknya dan Mikayla istrinya.

...*...

Ketika Lunara berjalan menuju elevator, sudah ada Reinaldo berdiri di sana. Lunara pun menyapa Reinaldo dengan ramah.

"Hai Kak," ucap Luna sembari melambaikan tangan dengan ceria kepada Reinaldo. Namun hanya ditanggapi dengan lirikan oleh Reinaldo.

Idih ... kok bisa model begini jadi karyawan kesayangan daddy. Kalau didepan daddy pasti berpura-pura jadi karyawan baik deh, padahal mah aslinya zonk, gumam Lunara dalam hati.

"Hei bocah, naik gak!" teriak Reinaldo dari dalam elevator, ketika dilihatnya kalau Lunara tengah melamun.

Lunara pun terkejut, ternyata pintu elevator sudah terbuka dan lelaki zonk di dalam pikirannya tadi, sudah berada di dalamnya. Sialnya lagi, mereka hanya berdua di dalam elevator itu.

Lunara pun bergegas naik ke dalam elevator itu dan berdiri di sisi yang bersebrangan dengan Reinaldo.

"Denger ya bocah, gue gak tertarik dengan wanita manja dan gak bisa apa-apa. Jadi jangan berharap lebih," ucap Reinaldo datar, tanpa intonasi, dan tanpa memandang Lunara sebagai lawan bicaranya.

Mendengar pernyataan Reinaldo, Lunara hanya diam dan menatap pria menyebalkan itu. Tidak mendapat tanggapan dari lawan bicaranya, Reinaldo pun menoleh, menatap Lunara.

Dia melihat Lunara sedang berdiri menyandar pada badan elevator, dengan kedua tangan bersidekap di atas perut, dan menatap tajam ke arah dirinya.

"Kak, daddy-nya Luna juga cuma bercanda. Dia hanya ingin menakuti Luna, biar Luna mau melanjutkan pendidikan di sini. Jadi kakak jangan Ge-Er," ucap Lunara dengan suara lembut tapi terdapat ketegasan di dalamnya.

"Baguslah kalau begitu," ucap Reinaldo datar.

Ketika elevator tiba di lantai dua, Reinaldo pun keluar dan terus berjalan tanpa membalikkan badan atau pun mengucapkan selamat jalan kepada Lunara.

"Dasar orang aneh," ucap Lunara pada pintu elevator yang sudah tertutup.

...* *...

Keesokan harinya, Lunara berangkat ke sekolah dengan menggunakan jasa ojek online. Pada awalnya Keitaro, adiknya Lunara, menentang usul ayahnya yang mencabut beberapa fasilitas untuk kakaknya itu.

Sehingga dia meminta pak Narto untuk mengikuti Lunara yang tengah menjadi penumpang ojek online. Namun karena kondisi lalu lintas yang padat, pengemudi ojek online itu memutuskan, untuk melewati jalan pintas yang tidak bisa dilalui oleh mobil.

Melihat hal itu, mata Keitaro melebar. Anak lelaki itu terus menghubungi Lunara, karena khawatir akan kondisi kakaknya itu.

"Kenapa sih Luna, dihubungi dari tadi gak diangkat!" ucap Keitaro jengkel.

"Lagi di motor gak boleh bermain ponsel, Nak," ucap pak Narto.

"Tadi pesan ojeknya pakai aplikasi Nak Kei, kan? Coba aja dilihat, sudah sampai mana nak Luna-nya," ucap pak Narto.

"Oh iya Bapak bener, terimakasih ya Pak," jawab Keitaro.

Keitaro pun membuka aplikasi ojek online tadi, dan terus memantau lokasi terkini ojek online yang ditumpangi oleh Lunara. Ketika Lunara sudah terlihat sampai di lokasi tujuan, Keitaro langsung menghubunginya.

Saat Lunara hendak mengangkat panggilan telpon dari Keitaro, Junior yang sedang mengendarai sepeda motor pun berhenti tepat di depan Lunara.

"Naik ojek Dek?" tanya Junior heran. Karena seumur hidupnya, Lunara tidak pernah naik kendaraan umum, karena selalu diantar oleh supir keluarganya.

"Iya Bang! mulai sekarang Luna naik ojek. Hebat kan!" ucap Lunara bangga.

Setelah menjawab pertanyaan dari Junior, Lunara langsung menerima panggilan telepon yang sudah berdering sedari tadi.

"Iya Adikku sayang ... udah sampai sekolah kok, udah ya, gue masuk kelas dulu," ucap Lunara kemudian memutuskan panggilan telepon dari adiknya.

"Luna masuk dulu ya Bang. Daah Kak Cecil," ucap Lunara berpamitan kepada Junior dan pacarnya, Cecilia.

Lunara pun bergegas masuk ke sekolah dan berjalan menuju kelasnya.

Sedangkan Junior yang merasa khawatir karena Lunara naik ojek, langsung menghubungi Keitaro.

"Kok Luna naik ojek sih, Kei? Lu naik ojek juga? Kalau gak ada pak Narto biasanya juga bareng daddy," cecar Junior setelah Keitaro menerima panggilan telepon darinya.

"Gue diantar pak Narto kok, gue takut telat kalau pak Narto harus mengantarkan Luna lebih dulu," jawab Keitaro asal.

"Kenapa bukan lu aja yang naik ojek sih!" ucap Junior kesal, setelah mendengar jawaban dari Keitaro.

"Kalau lu khawatir, lu aja yang antar-jemput Luna setiap hari, Bang!" ucap Keitaro kesal dan langsung memutuskan panggilan teleponnya secara sepihak.

"Kenapa sih kamu Honey, heboh banget Lunara naik ojek doang! Nyebelin!" ucap Cecilia cemburu.

"Luna itu gak pernah naik kendaraan umum, aku hanya khawatir aja kalau ada apa-apa," jawab Junior, yang sudah melajukan sepeda motornya menuju tempat parkir di sekolahnya.

"Dia bukan murid taman kanak-kanak, Luna usianya udah tujuh belas tahun. Udah dewasa, udah punya KTP," cecar Cecilia. Junior pun hanya diam dan tidak menanggapi ocehan kekasihnya itu.

 

...Terimakasih sudah membaca 💕...

...Jangan lupa untuk selalu tekan LIKE, tuliskan KOMENTAR kamu dan beri VOTE yaaa ......

...Jangan lupa juga untuk memberikan RATE...

...⭐⭐⭐⭐⭐ di sampul halaman depan...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!