NovelToon NovelToon

Hubungan Terlarang

Kepergian Nenek Tersayang

Seorang gadis bernama Amadhea Nawangsari yang kerap dipanggil dhea tengah membuka matanya setelah terlelap semalaman. Seperti biasa ia bangun selalu mencari keberadaan neneknya, Subekti Mumpangati. Nenek dhea biasa menjual kue saat subuh hingga sore di pasar. Setiap pagi, dhea membantu neneknya menata dan mengantarkan neneknya ke pasar untuk menjual kue kue itu.

Pagi ini nampak berbeda, biasanya nenek sudah menyiapkan dagangan kuenya itu. Kali ini nenek masih terbaring sayu di ranjang kamarnya. Ia nampak begitu pucatnya tidak seperti biasanya. Batin dhea panik ia takut dugaannya benar. Perlahan ia menyentuh denyut nadi neneknya itu dan tidak ada. Pikiran dhea pun semakin kacau seperti gemuruh tawuran pelajar. Berusaha terus mencari bukti bahwa dugaannya salah. Dhea kembali mengecek tepat di depan hidung neneknya itu. Betapa terkejutnya dhea, setelah ia menunggu beberapa menit, neneknya sama sekali tidak bernapas.

Tidak, tidak mungkin, aku pasti salah, nenek masih hidup. Dia masih hidup. nek..nek...., batin dhea kesakitan sesak.

Dhea terus mengecek dan menunggu beberapa saat namun semuanya sudah membuktikan neneknya telah berpulang ke rahmat Alloh swt. Sesak menyeruak dalam dada dhea. Ia tidak mampu menepis tangisnya.

"Nek...nek...kenapa nenek cepat banget pulangnya nek...", panggil dhea terisak sakit.

Dhea belum bisa menerima kenyataan secepat itu. Ia berlari membangunkan adik lelakinya yang bernama Dirman Hasan sembari menangis.

"Dirman...bangun dek..bangun ...nenek dek", teriak dhea terisak. Tangan dhea menggoyangkan badan adiknya berharap adiknya segera melihat kenyataan yang baru saja terjadi. Dirman pun terbangun walau matanya masih sedikit mengantuk.

"Ada apa kak? Nenek kenapa? Kenapa kakak menangis?", tanya dirman keheranan.

"Nenek dek..nenek..heghhh." Dhea terus menangis terisak kesakitan. Pikirannya begitu kacau dan hatinya pun sama. Tubuhnya lemas dan jatuh ke lantai tangannya meraba ranjang mengharap neneknya kembali.

Sementara dirman berlari meninggalkan kakaknya yang terjatuh lemas di lantai itu. Dirman melihat neneknya untuk memastikan apa yang telah terjadi. Dirman mengecek napas neneknya itu. Beberapa saat dan telah berhenti juga detak jantungnya yang juga berhenti. Dirman sangat terkejut ia sama sekali tidak menyangka hal ini terjadi.

Dari arah belakang Dhea telah menyusul adiknya kembali ke kamar neneknya itu . Ia menepuk pundak adiknya sekali sembari menangis tersedu sedu. Ia masih berharap neneknya hidup kembali. Ia kembali meraba raba jasad neneknya itu memanggil manggil neneknya ia masih berharap penglihatannya salah. Terus meraba dan mengecek dengan isakan tangis yang menderu.

"Nek...bangun...ini dhea nek..nek..nek..nenek cuman tidur kan nek..Nenek gak pergi..Nek..jangan tinggalin dhea nek", tangis dhea terus menderu.

"Nenek sudah pergi kak ...heghh", dirman pun menangis menderu. Dirman menyadarkan kakaknya yang masih kesakitan dalam mengharap.

Dhea dan dirman tidak menduga neneknya akan pergi. Padahal semalam nenek sehat sehat saja. Beliau duduk sembari bercanda bersama dirman dan dhea. Neneknya tengah membuat kue kue itu untuk dijual. Dhea dan dirman pun tidak menduga kesakitan apapun dalam diri neneknya itu. Nenek nampak begitu sehat dan penuh semangat. Tiada ada peluh keringat kelelahan nampak di wajahnya juga gurat kesakitan sama sekali tak tergambar di diri neneknya.

Tangan dhea sudah meraba sekujur tubuh neneknya dan sudah ia pastikan neneknya sudah berpulang ke rahmat Alloh swt. Dengan berat ia mengucap kata perpisahan untuk neneknya itu.

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un nek..innalilahi wa inna ilaihi roji'un...innalillahi wa inna ilaihi roji'un nek yang tenang di alam sana ya nek. Nek Ya Alloh cepat sekali nenek pulang ..heghhhh", ucap dhea dengan tangis menderu juga disusul oleh dirman.

Dhea sendiri kepayahan menerima takdir yang tengah berjalan itu. Mental hati dan pikirannya belum sekuat keadaan yang sudah terjadi. Ia masih anak kecil yang belum tahu banyak hal. Ia hanya tahu bermain dan belajar. Entah hari esok akan seperti apa berjalan. Tanpa ada neneknya tanpa ada sandaran dalam hidupnya. Ia masih belum kuat menghadapi dunia ini sendirian.

Dhea baru saja menginjak usia 17 tahun. Dirinya baru akan lulus dari sekolah menegahnya beberapa bulan lagi. Sedang adiknya Dirman Hasan juga masih berstatus pelajar. Dan selama ini penopang kehidupan dhea hanyalah ibu dan neneknya. Namun ibu berada di luar daerah yang membuat dhea dan dirman hanya tinggal bersama neneknya. Bahkan ibu telah lama tiada kabar dan tidak pulang.

Betapa terpukulnya dhea ditinggal mati neneknya itu. Ia hanya hidup seorang diri bersama adik lelakinya. Seorang adik lelaki yang masih berstatus pelajar. Dirinya sendiripun juga masih pelajar. Lalu siapa yang akan menanggung kehidupan keduanya, setelah kepergian neneknya? Sementara selama ini dhea hanya tinggal bersama nenek dan adik lelakinya.

Di .

Berusaha Menerima Takdir

Dhea berangkat menuju sekolahnya, kali ini ia berangkat menggunakan sepeda biasa. Ia hanya bisa menjerit dalam diam saat biasanya ia masih dapat menyapa neneknya. Namun pagi ini terasa lain, ia menyapa dirinya sendiri dan adiknya. Hanya hidup berdua tanpa ada wali yang menopang keberadaan mereka.

Ketabahan hati melingkupi diri Dhea, ia memaksakan dirinya tersenyum seraya menggowes pedal sepedanya menuju sekolah.

Belum sampai di sekolah, air matanya sudah mengalir membasahi pipi dhea. Tatkala nampak di kedua matanya teman sekolahnya berangkat dengan diantar orangtuanya. Ia berusaha mati matian agar tidak iri pada takdir yang terjadi padanya. Disaat teman teman lain hidup berkelimpahan juga berkemudahan segala hal. Ia harus menerima kenyataan ia hidup seorang diri bersama adiknya.

Entah esok akan makan apa dan jalan bagaimana?! Dhea hanya bermodal keyakinan dan iman pada Alloh swt.

Sesampainya di sekolah banyak kawan yang memberikan ungkapan turut belasungkawanya. Turut berduka cita atas kepergian nenek tersayangnya. Air mata tak lagi terbendung jatuh berhamburan di pipinya. Seraya melipur lara , dhea hanya mampu mengusap usapnya dalam duka dan penuh tanda tanya.

Sekalipun dhea tak mampu mengadukan kepada kawannya selain Alloh sebab peristiwa itu menyisakan duka juga tantangan kehidupan. Tantangan kehidupan untuk bagaimana dhea tetap mampu bertahan hidup sebatas makan minum dan tinggal yang nyaman. Entah terhadap siapa dhea mengadukan hal itu. Sedang dirinya saja belum lulus sekolah.

Beberapa tetangganya kasihan dan ikut membantu meski sepeser atau selembar uang untuk sekadar jajan dan membantu makan dhea. Namun sebagai seorang insan yang sudah mulai beranjak dewasa tentu dhea malu. Terbentuk keinginan dalam dirinya untuk mandiri, mampu menghidupi dirinya sendiri juga adiknya.

Sebab kalau bukan dirinya yang berniat mandiri lalu pada siapa lagi ia menyandarkan hidupnya sedang ayahnya telah lama pergi. Dan ibunya yang pamitnya merantau mencari nafkah malah tak ada kabar dan tak pulang. Sungguh nasib memilukan menimpanya.

Ia hanya mampu terus bersabar hingga ada pertolongan Alloh.

Alloh aku harus bagaimana ya Alloh aku dilema. aku masih sekolah tinggal beberapa bulan saja aku lulus, tapi aku juga harus bekerja. Bantulah Alloh ungkap.dhea dalam hatinya.

"Dhea kamu gak jajan ?", tanya safitri temannya.

Dhea hanya menggeleng ia tidak tahu mau jajan gimana sedang uang yang ditangannya rencananya buat ia makan esok. Meski hidup sangat sederhana, neneknya masih meninggalkan beberapa uang untuk dhea makan. Dan alhamdulillah masih cukup sampai beberapa minggu kepergian neneknya.

"Ayo jajan saja dhea biar aku yang traktir. Kamu gak usah sungkan ya", ungkap safitri baik hati.

"Makasih tri", balas dhea tersenyum.

"Iya tenang saja kamu gak usah sungkan ya"

"Iya makasih"

Dhea pun pergi mengikuti safitri ke kantin sekolahnya. Ia begitu lega memiliki sahabat sebaik safitri. Safitri sama sekali tak membiarkan dirinya kelaparan dan sedih seorang diri.

Selama ini safitri telah menjadi sahabat yang begitu baiknya. Ia begitu sederhana meski berasal dari keluarga yang mampu dan baik secara ekonomi. Tak jarang dhea diberinya bermacam macam barang yang dhea butuhkan juga . Safitri pun sering membelikan jajan dhea. Safitri tak ingin dhea berlarut dalam kesedihannya. Ia menerangi cahaya iman dalam diri dhea yang selama ini mati matian ia jaga nyala apinya agar tidak redup seperginya kedua orangtuanya dan kini disusul neneknya.

Bahagia selalu dhea dan safitri saling melengkapi takdir dan membantu tanpa pamrih.

hey sahabat noveltoon jangan lupa tinggalkan like comment juga vote ya hehehe..;) ikuti terus yuk kisahnya ini kisah nyata loh

Mencari Lowoker

Setelah beberapa bulan berlalu, akhirnya dhea lulus juga dari sekolah menengah. Ia tidak kepikiran untuk melanjutkan studinya atau mengikuti program latihan kerja apapun. Sebab keadaan ekonominya sudah terdesak hingga memaksanya untuk segera bekerja guna menopang kehidupannya sehari hari.

Dhea tidak merasa sungkan minder atau malu dengan keadaannya lagi. Kali ini ia mantapkan hatinya untuk mencari kerja dengan modal ijazah sekolah menengah.

Tiada cara lain selain bekerja, sudah beberapa kali ia dihidupi oleh sanak keluarga lain juga tetangga yang belas kasihan terhadapnya. Kalau tidak kerja tidak mungkin ia terus menerus menyandarkan kebutuhan dirinya pada sanak keluarga juga tetangganya.

Dhea mencari informasi ke sana ke mari baik di media maupun dari info burung (dari teman ke teman). Dhea begitu semangatnya mencari dan yakin pasti ada jalan keluar baginya.

"Dhea kamu ga kuliah apa?", tanya safitri.

"Enggak, kamu sendiri apa kamu kuliah tri?", tanya dhea.

"Aku kayaknya ikut kuliah dhea di UI kamu mau kerja di area jakarta juga kan?", tanya fitri.

"Iya tapi gak tahu dimana ya"

"Aku harap kamu juga di sini dhea jadi kita bisa sering sering ketemu"

Tiba tiba paman dhea menghampiri dhea dan menawarinya kerja di perusahaan tempatnya bekerja. Kebetulan sejak sepeninggal neneknya paman dhea yang bernama Ditho Abimanyu sering datang ke rumah dhea menjenguk dhea memastikan keadaan dhea.

"Ehm..nak dhea..", panggil paman Ditho.

"Kenapa pakde"

"Kamu kalau kerja di pt tempat pakde kerja apa kamu mau?", tanyanya seraya memperlihatkan brosur loker di ponselnya.

"Ini coba lihat dhea, kamu masukan lamarannya ke email ini ya. Nanti kalau diterima lamarannya pasti diundang interview. "

"Iya pakde nanti dhea kirim lamaran ke email ini makasih ya pakde"

"Ya sudah pakde pulang dulu ya, takutnya nanti hujan"

"Iya"

Pakde ditho pun pergi meninggalkan dhea dan adiknya. Sementara safitri masih setia menemani dhea membicarakan rencana ke depannya.

"Alhamdulillah jadi kita bakal sering ketemu kan dhea?", tanya safitri.

"Iya makasih ya tri. Kamu sahabatku terbaik. Oh ya kamu gak pulang sekarang takutnya nanti hujan"

"Iya dhea, aku pulang dulu ya bye"

"Bye"

Dhea pun segera menuliskan lamaran kerjanya dengan begitu semangatnya. Lamaran itu ditujukan ke hrdnya di pt ekspor impor alat alat laboratorium. Begitu senangnya dhea ia berharap ia keterima dan segera bekerja sehingga dapat bermanfaat bagi keluarganya. Terutama bagi adik laki lakinya juga dirinya sendiri.

Dirman yang tengah lewat di depan kamarnya dhea yang tidak ia tutup pintunya melihat kakaknya senyum senyum menulis sesuatu di hadap notebooknya pun merasa keheranan. Sedikit pikiran buruk terlintas di pikirannya, apa jangan jangan kakak lagi chat sama cowok ya? gak bisa dibiarin ini takut kakak dimanfaatin nanti. Adiknya pun segera menghampiri dan langsung ikut nimbrung membaca apa yang ada di notebook kakaknya itu.

"Kepada yang terhormat ibu laura basuki... apa ini kak?", tanya dirman penasaran.

"Surat lamaran kerja , besok kakak mau kerja. Tadi pakde datang nawari kerja kakak jadi senang banget bentar lagi kak bisa kasih kamu uang saku biar kita gak irit terus iya kan? ", sungging senyum dhea.

"Alhamdulillah amin kak , Semoga kakak keterima ya"

"Amin"

Kedua kakak beradik itupun sangat senangnya mendapat info pekerjaan itu. Keduanya berharap dapat makan tanpa mengharap belas kasihan orang lagi. Sungguh malang nasib dhea dan dirman tapi semangat keduanya tak pernah pudar. Ia terus yakin akan hal indah yang bakal terjadi dalam hidupnya.

"Ya sudah kak, kirain kakak tadi chat sama cowok. Gausah kenal sama cowok dulu ya kak, dirman masih kecil nanti belum cukup kuat buat melindungi kakak dari cowok cowok yang jahat, dirman mau ke rumah pakde kakak ikut gak? Tadi kata budhe di suruh ke sana kak", ajak dirman.

"Tunggu dirman, tunggu kakak, kakak takut sendirian di rumah. Kamu tunggu kakak selesaiin surat surat ini ya biar kakak tinggal kirim baru setelah itu kita mandi dan langsung ke sana. Oke?"

"Iya kak, dirman ngertI. Ya sudah gih kakak buruan menyelesaikan dirman mandi sama sholat dulu ya"

"Iya jangan lupa doain kakak ya dir", sahut dhea mengingatkan.

"Siap kak."

"Bagus dir. makasih"

Setidaknya aku dan adikku akur dan damai. Ini adalah nikmat Alloh swt yang harus kusyukuri di saat mungkin di luaran sana banyak yang tidak akur dengan saudaranya sendiri. aku dan dirman selalu saling mendukung bahkan saling melindungi. Masya Alloh allohumma tsabbit hamdaki. alhamdulillahirobbil ngalamin Alloh, batin dhea tenang.

Tak lama kemudian surat nya sudah selesai dibuat dan dikirim dhea via emai. Dhea merasa tenang ia hanya tinggal menunggu apakah diterima apa tidak. Jika diterima ia akan ikut interview.

"Dirman", panggil dhea.

Ternyata dirman sedang khusyuk sholat. Tanpa mengganggu dhea pun segera mandi dan menyusul sholat. Lalu keduanya berencana pergi bersama ke rumah pakdenya.

 

wah dhea keterima tidak ya? yuk ikuti kisah selanjutnya. semangat buat dhea di kehidupan nyata. ikuti kisah dhea yuk ;)

jangan lupa like dan vote ya :)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!