NovelToon NovelToon

Ketulusan Hati Pengantin Pengganti

Episode 1. Kata Itu Menusuk.

..."Saya terima nikahnya Alana Adriani putri dengan mas kawin tersebut di bayar tunai,"...

Beberapa jam yang lalu, Raymond Bagaskara dengan lancar mengucapkan ijab kabul di hadapan para saksi dan tamu undangan.

Acara pernikahan yang sederhana dan tertutup hanya disaksikan keluarga besar dari pihak wanita dan pria. Wanita cantik dan anggun yang dia nikahi.

Pria tampan seperti dewa Yunani dengan aura tajam di wajahnya yang berdiri tegap di depan jendela kamar dengan dua tangan yang berada di saku celananya.

Tidak seperti calon pengantin baru seperti biasanya yang jika selesai menikah akan terlihat aura kebahagiaan. Pria itu sejak tadi hanya diam dengan wajah yang tampak begitu dingin.

"Silahkan masuk Nona!" telinganya bergerak ketika mendengar suara itu.

Pintu yang di buka dan terlihat gadis cantik yang memasukinya kamar tersebut dengan pakaian yang sangat sopan menggunakan yang masih menggunakan pakaian syar'i pengantinnya.

Jantung Alana berdebar begitu kencang saat kakinya melangkahkan masuk ke dalam kamar pengantin yang hias sedemikian rupa layaknya kamar pengantin seperti pada umumnya.

"Kenapa dia diam saja dan apa yang harus aku katakan?" Alana bergerutu di dalam hatinya dengan lebaran jantungnya yang semakin kencang seolah jantungnya ingin melompat dari tempatnya.

"Jangan mengharapkan apapun dari pernikahan ini!" terdengar suara dingin itu saat Alana ingin mengeluarkan suara.

"Aku tidak menginginkanmu menjadi pengantinku," lanjut Raymond yang mampu menusuk hati Alana dengan rasa sakit akan kata-kata itu.

Pria bersuara dingin itu akhirnya membalikkan tubuhnya, aura wajah dingin yang dia pancarkan mampu menembus kulit Alana yang membuatnya seketika takut menatap kedua bola mata biru yang menatapnya tajam dan tampak tidak terlihat suka padanya.

"Kau hanya pengganti dengan jumlah uang yang diberikan kepadamu dan kau menggantikan seseorang yang seharusnya menjadi istriku," ucapnya.

"A-aku..."

"Aku tidak mengizinkanmu untuk berbicara apapun!" sahut Raymond memotong kalimat wanita yang sejak tadi tampak takut dengan suara bergetar itu.

"Jangan kau pikir aku melaksanakan pernikahan tadi dengan sempurna dan artinya aku menginginkanmu sebagai istriku. Tidak sama sekali, kau sampai kapanpun bukanlah istriku. Jika kau masih berada di rumah ini dan tinggal di kamar ini yang artinya memiliki kuasa untuk hal itu. Tetapi bukan berarti kau semena-mena,"

"Jadi pada kesimpulannya anggaplah kita berdua tidak menikah dan aku tidak akan pernah menyentuhmu!" tegas Raymond.

Alana kesulitan menelan ludahnya dengan tatapan mata yang sayu, di malam pernikahannya, pria yang di depannya yang telah menikahinya tadi telah memberi penjelasan yang mampu menyakiti hatinya.

Raymond hanya cukup mengatakan beberapa kalimat saja dan setelah itu berlalu dari hadapan Alana yang masih terdiam membeku, aroma parfum pria itu terhirup Alana saat melewatinya dan suara pintu kamar mandi yang terbuka dan tertutup cukup kuat membuat Alana sedikit kaget.

"Ya Allah ada apa ini? Bukankah Om Bimo mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Lalu apa ini?" tanyanya dengan hati kebingungan.

Alana sangat kebingungan berada di dalam kamar yang luas, tempat tidur dengan sprei berwarna biru tua, balkon yang sangat luas, lemari yang panjang, di kamar mandi dan sofa di dalam kamar itu dan juga terdapat televisi. Di dalam kamar itu juga terdapat satu ruang yang bisa dipastikan jika itu adalah ruang kerja Raymond.

Alana dengan jari-jarinya yang saling memencet dan jantungnya masih berdegup dengan kencang. Dia benar-benar ketakutan dan apalagi ketika pintu kamar mandi yang terbuka kembali. Laki-laki itu kembali keluar yang sudah memakai kaos putih.

Alana tidak berani mengangkat kepalanya, dia merasa serba salah.

"Walau kau berada di kamar ini. Tetapi bukan berarti segala sesuatu harus kau lakukan dengan sesuka hatimu. Batasi dan jangan menyentuh apapun di kamar ini. Kau punya lemari untuk pakaianmu dan sadar diri jika berada di kamar ini," ucap Raymond memberikan penegasan kepada Alana yang membuat Alana tetap diam.

"Jangan pernah masuk ke dalam ruangan itu," lanjut Raymond yang membuat Alana tetap diam.

Raymond yang tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung memasuki ruang kerjanya.

"Lalu apa aku boleh untuk tidur di sini?" pertanyaan itu hanya bisa diucapkannya di dalam hatinya yang sekarang tidak berani berbicara banyak dengan Raymond

**

Malam berlalu dan tidak ada malam pengantin untuk pasangan pengantin baru yang seharusnya berbahagia. Alana yang baru saja menyelesaikan sholat subuh. Setelah berdoa matanya tertuju pada ruangan yang berada di dalam kamar itu.

Tadi malam dia hanya tidur sendiri di atas tempat tidur yang dihiasi dengan mawar dan aroma kamar yang putih sama romantis dan mungkin saja suaminya tidur di ruang kerjanya yang sampai saat ini Alana tidak tahu seperti apa ruangan itu.

Alana menghela nafas dan berdiri sembari mengambil sajadahnya, saat ingin membuka mukenah nya akhirnya Raymond keluar dari ruangan itu.

Keduanya sempat saling melihat satu sama lain dan akhirnya Alana yang mengalihkan sendiri pandangan itu yang berjalan menuju tempat tidur dengan melipat sajadahnya dan meletakkan pada tempatnya.

Raymond juga tampak tidak peduli yang berjalan menuju lemari dan terlihat mengambil pakaian, setelah Raymond memasuki kamar mandi dan barulah Alana membuka mukenah nya.

Sangat asing dan begitu hening, layaknya orang yang tidak saling kenal dan tidak saling melihat satu sama lain. Alana hanya berusaha untuk bisa beradaptasi di dalam lingkungan itu.

***

Untuk pertama kali Alana sarapan di rumah suaminya. Suaminya yang masih tinggal bersama kedua orang tuanya dan juga ada kakek tua yang tampaknya sangat dihormati.

"Bagaimana Alana berada di rumah kami? Apa kamu nyaman?" tanya Kakek.

"Iya. Kek, saya nyaman," jawabnya dengan tersenyum terpaksa.

"Alhamdulillah! Semoga kamu nyaman tinggal di rumah ini dan kalau ada apa-apa kamu tinggal katakan kepada saya, atau bisa langsung berbicara pada Raymond," ucap Kakek yang membuat Alana menganggukkan kepala.

"Jangan hanya nyaman saja tinggal di rumah ini, kamu juga harus tahu aturan di rumah ini bagaimana dan jika kamu nyaman berada di rumah ini, maka kehadiran kamu juga harus membuat orang yang ada di rumah ini nyaman," kata-kata sedikit sinis itu terdengar dari mulut wanita yang duduk di depannya yang tak lain adalah ibu mertuanya.

"Lastri jangan berbicara terlalu kasar kepada Alana. Dia adalah menantu di rumah ini dan masih perlu banyak belajar," tegur Kakek.

"Maka dari itu aku mengatakan sejak awal. Jangan samakan lingkungan kamu dengan rumah ini," ucap Lastri.

Raymond sejak tadi tidak mengatakan apapun yang hanya tetap sarapan dengan roti dan begitu juga dengan pria di samping Lastri yang merupakan ayah dari Raymond yang juga tampak cuek.

"Raymond kamu harus perlakukan Alana dengan baik. Dia adalah istri kamu dan kamu memiliki tanggung jawab yang banyak padanya. Jangan sakiti istri kamu," ucap Kakek memberikan saran pada cucunya itu.

Raymond menghentikan sarapan dan melihat ke arah Kakek

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan dan Kakek tidak perlu memberikan nasehat. Lebih baik menasehati anak sendiri dulu baru cucu," ucap Raymond yang terdengar begitu dingin.

Anthony sang ayah tiba-tiba menghentikan sarapan dan menatap ke arah Raymond yang juga Raymond menatapnya seperti ada pertentangan di antara ayah dan anak itu.

"Aku kekantor dulu!" Raymond yang tidak mengatakan apapun langsung berdiri dari tempat duduknya.

Bersambung .....

Episode 2 Cukup Kaget.

"Nona Alana tidak perlu melakukannya. Biar Bibi saja!" Bibi mencegah Alana saat ingin membantu mencuci piring.

"Tidak apa-apa. Bi, saya bisa melakukannya. Lagi pula Bibi juga masih ada pekerjaan," ucap Alana yang tetap bersih keras.

"Tetapi Nona tidak boleh mengerjakan ini!" Bibi terus saja mencegah Alana sehingga mereka berdua saling rebut satu sama lain.

"Seharusnya kamu mendidik anak dengan benar, semakin dewasa dan kata-katanya semakin tidak punya sopan santun! Tidak menghargai orang tua sama sekali!" Fokus Alana terhenti ketika mendengar suara tersebut yang ternyata itu mertuanya dan ayah mertuanya yang tampak berdebat.

"Dia tidak akan mengatakan seperti itu jika bukan dari cerminan dari ayahnya," jawab Lastri.

"Jadi apa yang dikatakan anak kurang belajar itu adalah kesalahanku?" Antony tampak marah dengan wajahnya memerah.

Bibi terlihat pura-pura sibuk bekerja dan sementara Alana malah melihat kedua mertuanya itu yang berdebat, mungkin Alana kaget dengan situasi itu.

"Dia hanya mencontohkan apa yang dia lihat," jawab Lastri.

Antony dengan amarah yang semakin menggebu-gebu mengangkat tangan ingin menampar istrinya dan hal itu tidak jadi ketika matanya melihat ke arah Alana. Sementara Lastri sudah memejamkan mata yang pasrah akan mendapatkan tamparan itu.

Anthony merapatkan giginya dengan tangan terpental yang akhirnya menurunkan tangannya sendiri dengan kasar.

"Sekarang bukan hanya anak itu yang harus Kau ajari berbicara sopan santun dan sekarang ajari menantu untuk tidak ikut campur apapun!" tegas Antony berlalu dari hadapan Lastri.

Lastri menoleh ke belakang dan melihat Alana. Alana menelan saliva, salah tingkah yang tidak tahu harus melakukan apa dan akhirnya dia membalikkan tubuh yang kembali menghadap wastafel.

Lastri menghela nafas dan menghampiri Alana. Bibi menyadari kehadiran Lastri dengan kode mata membuat Bibi langsung pergi dengan menundukkan kepala.

Alana semakin deg-degan yang mencuci piring dengan tangan bergetar.

"Biasakan jangan pernah menguping pembicaraan orang lain!" tegur Lastri

"Maaf, Ma!" ucap Alana dengan terbata.

"Bukankah saya sudah mengatakan, jika kamu nyaman berada di rumah ini dan maka buat orang lain yang ada di rumah ini juga nyaman dengan kehadiran kamu dan bukan risih!" tegas Lastri yang membuat Alana hanya diam saja dengan gugup.

"Kau menikah dengan anakku bukan untuk menjadi pembantu dan seharusnya apa yang saya katakan tadi pagi kamu langsung menyerap. Jangan pernah membawa lingkungan sebelumnya ke dalam rumah ini!" tegas Lastri.

Lastri yang tidak mengatakan apapun lagi dan langsung berlalu dari hadapan Alana.

"Ya. Allah sebenarnya ada apa ini kenapa aku merasa keluarga ini memiliki banyak sekali kejutan," batin Alana kebingungan.

****

Alana berada di dalam salah satu ruang perawatan di rumah sakit terbesar di Jakarta. Alana yang tampak menyuapi wanita dengan selang infus yang berada di punggung tangannya dan juga terlihat begitu lemah.

"Kamu pasti berat sekali menjalani semua ini. Maafkan Mama Alana. Kamu harus menggantikan anak dari Om Bimo di hari pernikahannya," ucap wanita itu dengan suara yang begitu pelan sekali.

"Sudahlah Mah yang terpenting Mama masih tetap mendapatkan pengobatan yang terbaik dari Om Bimo. Lagi pula selama bertahun-tahun keluarga kita sudah bergantung pada Om Bimo dan banyak yang beliau lakukan. Alana hanya bisa membayar perbuatan baik mereka dengan cara seperti itu dan semua ini juga demi Mama," ucap Alana.

"Tapi bagaimana dengan pria yang lkamu nikahi dan juga keluarganya? Apa Mereka menerima kamu dan mengingat yang seharusnya menjadi menantu mereka adalah Clara dan bukan kamu yang sangat jauh dari kriteria orang-orang seperti mereka?" tanya Lia yang tampak begitu sangat khawatir.

"Mereka yang menginginkan Alana sebagai pengganti di hari pernikahan itu dan artinya mereka sudah menerima Alana sebelum memutuskan semua itu," jawabnya dengan santai.

Lia memegang tangan putrinya itu dengan menggenggam erat.

"Ini pasti buruk sekali Alana untuk kamu. Mama tahu ini adalah hal yang tersulit untuk kamu. Maafkan Mama Alana jika kamu harus mengalami semua ini," ucap Lia.

"Jangan bersalah karena apapun. Mungkin ini sudah takdir," ucap Alana dengan tersenyum yang berusaha untuk menutupi lukanya.

Setelah menemui ibunya yang dirawat di rumah sakit yang akhirnya Alana kembali pulang kerumah. Langkahnya terhenti di ruang tamu ketika melihat ibu mertuanya yang sudah menatapnya tajam dengan paha di silang.

"Baru satu hari di rumah ini dan kamu sudah membuat peraturan sendiri! pergi begitu saja dan baru pulang saat ini juga," ucap Lastri yang langsung marah.

"Maaf Ma. Tadi saya sudah minta izin kepada Kakek," jawab Alana dengan menunduk yang tampak takut takut pada ibu mertuanya itu.

"Apapun alasannya kamu tidak diizinkan pergi dari rumah ini tanpa seizin saya!" tegas Lastri.

Alana terdiam yang mungkin merasa bersalah karena memang tidak berpamitan dulu kepada Ibu mertuanya dan bukan dia sengaja melakukan semua itu, melainkan Ibu mertuanya memang tadi pergi.

"Kamu berpenampilan seolah menjadi wanita yang paling benar, sangat mengerti agama dan ternyata akhlak kamu sama sekali tidak sama dengan penampilan kamu. Pergi di rumah suaminya begitu saja tanpa berpamitan," ucap Lastri.

"Saya berjanji tidak akan melakukan itu lagi," ucap Alana.

Lastri menghela nafas yang meminum secangkir teh yang sudah disiapkan Bibi menemaninya saat membaca buku.

"Duduk!" titah Lastri yang membuat Alana menganggukkan kepala.

Alana dengan sangat gugup dan kepala tertunduk yang duduk di depan Ibu mertuanya itu.

"Apa Raymond menyentuh kamu?" tanya Lastri membuat Alana mengangkat kepala.

Dia tidak percaya jika Ibu mertuanya akan mempertanyakan masalah ranjang mereka dan hal itu jelas sangat membuat Alana gugup yang tidak tahu harus memberikan jawaban apapun.

"Dia tidak melakukan hal itu?" tebak Lastri membuat Alana menganggukkan pelan.

Lastri menghela nafas dengan kasar dengan memijat kepalanya.

"Pergilah!" titah Lastri yang membuat Alana kembali mengangguk.

Hanya ditanyakan dan tidak memberikan respon dari jawaban Alana yang membuat Alana bingung tetapi tetap saja belum merasa lega yang tidak ditanya lebih dalam lagi.

Baru saja Alana meninggalkan ruang tamu dan Raymond baru pulang kerja yang melewati ibunya begitu saja

"Duduk sebentar!" titah Lastri.

Raymon dengan terpaksa yang akhirnya duduk dengan melonggarkan dasinya.

"Kau tidak menyentuhnya?"Raymond langsung mendapatkan pertanyaan menohok sama seperti istrinya tadi yang membuat mata Raymond melihat ke arah Lastri.

"Apa kita harus membahas hal ini?" tanya Raymond.

"Memiliki keturunan akan membuat Mama jauh lebih tenang untuk masa depan kamu," jawab Lastri.

"Mah, mau sampai kapan mengatur hidupku, menjodohkan ku dengan Clara dan dia kabur di hari pernikahan dan kemudian dengan cepat mengambil keputusan menikahkan ku dengan wanita yang aku tidak tahu siapa dia hanya anak angkat Om Bimo. Lalu sekarang mengatur permasalahan ranjangku," ucap Raymond.

"Apapun yang Mama lakukan kembali lagi semua hanya demi kebaikan kamu dan seharusnya kamu mengerti itu dan bukan protes!" tegas Lastri.

Raymond yang tidak mengatakan apa-apa lagi tanpa kesal yang berdiri dari tempat duduknya.

"Mama setiap hari akan mempertanyakan ini kepada kamu dan juga kepada Alana, sampai kamu menyentuhnya seperti suami yang sesungguhnya," ucap Lastri.

Raymond menghela nafas dan tidak mengatakan apa-apa yang melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga. Dia juga sepertinya sangat jenuh dengan peraturan yang diberikan ibunya yang terlalu banyak memerintahnya.

Bersambung......

...Jangan Lupa berikan dukungan kalian pada karya-karya saya, semoga kalian menyukainya jangan lupa untuk terus membaca setiap hari dan jangan menabung Bab. Like, koment, subscribe dan vote yang banyak akan membuat saya lebih semangat lagi untuk berkarya terima kasih para viewers....

Episode 3 Tidak Bisa Menolak

"Mama kenapa juga harus mempertanyakan masalah ranjang antara aku dan dia? Apa itu pantas," ucap Alana yang berada di dalam kamar yang penuh dengan kebingungan.

Suara pintu kamar yang di buka membuat Alana kaget. Raymond yang sudah kembali yang terlihat penuh dengan amarah. Alana mengerutkan dahi dengan sikap suaminya itu yang selalu saja memperlihatkan wajah marah.

"Jika Mama pertanyakan masalah urusan kita berdua dan maka kamu hanya tinggal mengatakan jika aku melakukan apa yang harus kamu lakukan seperti pasangan suami!" tegas Raymond.

Alana mengerutkan dahi dengan kebingungan.

"Aku sangat tidak menginginkan pernikahan ini dan jangan pernah berharap. Jika aku akan menyentuhmu!" tegas Raymond yang sebelumnya sudah pernah mengatakan pernyataan itu.

"Jadi jangan mengatakan apapun pada Mama. Apa kau mengerti?" tanya Raymond.

"Jawab bukan hanya diam menatapku seperti itu!" tegas Raymond yang tampak begitu kesal.

"Bukankah kamu melarang ku untuk berbicara," ucap Alana.

"Hah," Raymond mendengus mendengar pernyataan itu.

"Kau mengatakan apa?" tanyanya dengan menekan suaranya.

"Aku hanya istri yang tidak diinginkan dan harus terpaksa menikah karena sebuah keharusan yang aku tidak mau. Kau juga melarangku untuk berbicara," jawabnya.

"Lalu kau ingin bisu sampai seterusnya. Aku melarangmu berbicara jika itu tidak penting dan bicaralah jika aku bertanya!" tegas Raymond.

"Jadi aku peringatkan untuk yang terakhir dan pertama kalinya. Kau jangan pernah mengatakan apapun kepada Mama tentang urusan kamar ini. Jika Mama bertanya dan maka jawablah jika aku sudah menyentuhmu!" tegas Raymond.

"Jangan mengajariku berbohong,"protes Alana yang sepertinya keberatan menuruti permintaan Raymond.

"Apa katamu. Jadi kau akan mengatakan hal yang sebenarnya? Atau kau ingin aku menyentuhmu?" tanyanya sinis.

"Tidak! Aku juga tidak mengharapkan kamu menyentuhku atau tidak. Karena aku juga memiliki hak atas tubuhku dan lagi pula kamu sudah mengatakan itu tadi malam dan barusan saja jika kamu tidak akan sudi menyentuhku. Jadi untuk apa aku melakukan hal itu," ucapnya.

"Tapi aku juga tidak akan berbohong!" tegas Alana

"Kalau begitu lakukan saja apa yang kau mau!" tegas Raymond yang kesal dengan pemberontak istrinya itu.

Alana mengerutkan dahi melihat kepergian Raymond.

"Kenapa sekarang berubah pikiran, kemarin menyuruhku diam dan sekarang di suruh bicara lagi," ucapnya dengan kesal.

*****

Malam ini Alana bersama keluarga Raymond makan malam. Tidak ada Antony di sana hanya ada Kakek dan juga Lastri dan Raymond sendiri.

Alana mengambilkan nasi terlebih dahulu kepada Raymond. Alana melakukan hal itu bukan karena inisiatif, tetapi sebelumnya di perintahkan Olen Kakek. Alana juga merasa tidak ada yang salah, karena sebagai seorang istri memang sewajarnya melakukan hal itu.

"Mau lauk apa?" tanyanya.

Raymond diam dengan wajah tegang.

"Raymond kamu tidak mendengar istri kamu?" tanya Kakek.

Bukannya menjawab Raymond mengambil lauk itu sendiri. Alana menghela nafas yang kemudian mengambil nasinya.

Kakek hanya geleng-geleng kepala melihat cucunya itu.

"Apa Antony tidak pulang?" tanya Kakek.

"Ada perjalanan bisnis di luar kota," jawab Lastri.

"Anak itu tidak pernah selesai bekerja," ucap Kakek geleng-geleng kepala.

"Raymond setelah selesai makan. Kamu bawa Alana," ucap Kakek.

Raymond melihat ke arah kakek tanpa bertanya dan Alana sendiri juga bingung yang ingin dibawa ke mana.

"Kamu menolak bulan madu ke Jepang dengan alasan pekerjaan yang banyak. Jadi Kakek menyiapkan hotel mewah untuk kalian berdua bersantai-santai dan jangan bekerja besok," ucap Kakek yang membuat Raymond menghela nafas.

Lastri tampaknya setuju dengan apa yang diinginkan Ayah mertuanya itu yang membuatnya tersenyum tipis.

"Untuk apa menginap di hotel. Jika kita memiliki kamar sendiri jadi lebih baik menggunakan kamar yang sudah ada," ucap Raymond.

"Kamu hanya tinggal melakukan saja apa yang Kakek perintah dan lagi pula itu demi kebaikan kamu!" tegas Kakek.

Raymond tampak begitu kesal yang pasti tidak menginginkan hal itu terjadi.

"Sudahlah lakukan saja. Hanya tinggal menginap apa susahnya," ucap Lastri.

Alana yang sejak tadi tidak mengatakan apapun. Dia mungkin mengerti maksud Kakek memerintahkan seperti itu yang pasti untuk hubungan Raymond dan Alana agar terlihat romantis.

***

Mau tidak mau Raymond yang menuruti keinginan Kakek. Untuk pertama kali Raymond dan Alana satu mobil. Alana di dalam mobil yang biasa saja dan Raymond tampak cuek yang tidak sekalipun berbicara.

Sampai akhirnya mobil itu berhenti di depan hotel berbintang. Alana menelan melihat keluar, dia melihat gedung pencakar langit itu dan belum lagi begitu sangat mewah. Terlalu mengagumi yang tiba-tiba Alana kaget dengan suara pintu di tutup dan tanpa dia sadari Raymond sudah keluar.

"Tidak bilang-bilang!" ucapnya buru-buru membuka sabuk pengamannya dan langsung keluar mobil menyusul Raymond.

"Tunggu!" panggil Alana membuat langkah Raymond terhenti.

"Kita benar akan menginap di hotel?" tanyanya balik.

"Jangan banyak tanya," jawab Raymond yang kembali melanjutkan langkahnya.

"Hanya bertanya saja apa susahnya!" ucap Raymond yang terlihat begitu kesal.

Alana merocos sambil menyusul suaminya

"Brukkk!" Alana yang tiba-tiba saja tertabrak yang membuatnya kaget sendiri.

"Auh!" keluhnya mengusap-usap dahinya

"Kenapa tidak mengatakan jika berhenti," ucapnya dengan kesal.

Raymond tampak diam membeku yang membuat Alana melihat arah pandangan Raymond.

Alana mengerutkan dahinya saat melihat orang yang menjadi Raymond yang ternyata itu adalah Anthony.

Anthony yang tampak merangkul wanita muda dengan tangannya berada di pinggang wanita itu yang memasuki lobby hotel.

"Bukankah itu Papa!" pikirnya dengan sangat yakin jika yang dia lihat memang benar-benar adalah mertuanya.

Raymond yang tidak mengatakan apa-apa, dia kembali melanjutkan langkahnya.

"Tunggu!" panggil Alana mengejar kembali suaminya itu.

Di dalam lift pasangan suami istri itu tampak diam dan bahkan terasa begitu sangat dingin sekali. Alana sebentar-bentar menoleh ke arah sang suami yang memastikan bagaimana suaminya itu yang sejak tadi memperlihatkan ekspresi datar.

"Mama mengatakan papa sedang melakukan perjalanan bisnis. Lalu tadi bukankah Papa dan siapa wanita itu," batin Alana kebingungan.

Ting.

Pintu lift yang terbuka dan Raymond tampak diam yang sangat murung dan melamun. Alana serba salah yang hanya memperhatikan suaminya dan mungkin ingin menegur tetapi takut salah.

Sampai akhirnya pintu lift itu kembali ingin tertutup dan dengan cepat Alana kembali menekan tombol lift dan barulah Raymond tersadar dari lamunannya dan sempat melihat ke arah Alana.

Raymond yang tidak mengatakan apa-apa dan melanjutkan langkahnya yang kembali diikuti Alana dan sampai mereka berdua sudah berada di depan kamar hotel yang sesuai dengan permintaan Kakek.

Raymond beberapa kali menghela nafas yang akhirnya membuka pintu hotel tersebut dan akhirnya memasuki kamar itu. Alana yang mengikuti belakangnya, melihat kedalam. Lagi-lagi mereka disuguhkan dengan kamar hotel yang penuh dengan bunga-bunga yang banyak.

Kamar pengantin baru pada umumnya dengan handuk yang dibentuk menjadi angsa yang saling berhadapan dan kelopak mawar yang dibentuk dengan aroma kamar yang sangat harum.

Memang sangat effort Kakek menyiapkan semua itu. Tetapi sejak tadi tidak ada yang di katakan Raymond yang hanya diam saja seribu bahasa.

Dia juga sudah dapat di pastikan tidak tertarik dengan kamar itu dan apapun yang ada di dalamnya dengan perasaannya yang kacau yang pasti tidak mudah untuk dia pikirkan. Alana juga tidak bertanya apapun.

Bersambung........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!