NovelToon NovelToon

Istriku Masih Bocil

Kisah silam

10 tahun silam

Sambil berlari kecil seorang pemuda berusia 22 tahun sedang mencari keberadaan orang terkasihnya. Dia adalah Farid yang sedang memegang bucket bunga di tangannya. Paras tampan dan gagahnya selalu menjadi idaman para mahasiswi di kampus tempatnya mengenyam pendidikan S2. Meski usianya masih 22 tahun, namun ia sudah bergelas Magister. Ia jatuh cinta kepada seorang wanita yang merupakan mahasiswi dari kalangan biasa, namanya Zania. Farid memang tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Zania. Meski begitu, ia selalu memberikan perhatian kepada Zania dan pernah mengatakan bahwa ia akan melamar Zania saat Zania lulus kuliah nanti. Dalam keluarganya, Farid memang dilarang untuk berpacaran.

Hari ini adalah hari kelulusan Zania sebagai sarjana Akuntansi. Farid tidak sabar ingin memberikan kejutan kepada Zania. Ia mencari keberadaan Zania di setiap sudut ruang. Karena saat ini para wisudawan dan wisudawati sudah selesai diwisuda. Mereka berpencar bersama keluarga masing-masing.

"Naina, kamu melihat Zania?"

"Eh, tidak kak." Jawab Naina dengan sangat berhati-hati.

"Oh, ya sudah terima kasih."

Farid pun berlalu pergi. Ia kembali mencari keberadaan Zania. Ia sudah menghubunginya, namun tidak diangkat.

"Ck... kemana dia?"

Farid pun melangkahkan kakinya sampai di ujung kelas. Di sana ia tidak sengaja mendengar suara aneh yang meresahkan telinganya. Namun karena penasaran, Farid pun mendekati suara tersebut.

Jedar

Bagai disambar petir di siang bolong. Hati Farid hancur berkeping-keping tatkala melihat orang yang ia cari sedang bercumbu dengan orang lain. Ternyata bunyi yang Ia dengar adalah kecapan hasrat terlarang dari seseorang yang ia dambakan. Ia masih tidak percaya dengan hal tersebut. Hatinya mencoba untuk menepis, namun inilah kenyataannya. Bunga di tangannya pun sontak jatuh ke lantai dan terinjak oleh kakinya. Beruntung cincin yang ua siapkan masih tersimpan rapi di saku celananya.

"Brengsek!" Pekiknya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah berkata kasar.

Dua sejoli itu pun menghentikan kegiatannya saat mendengar suara Farid.

"Kak Farid!"

Farid membuang muka. zia merasa malu melihat hal yang tidak senonoh di depan matanya sendiri. Terlebih orang itu adalah gadis yang selama ini ia banggakan kepada Umminya. Ia hanya bisa mencengkeram tangannya sendiri, menahan emosi. Ia bahkan menghantamkan tangannya ke dinding kelas, lalu berlalu dari hadapan mereka. Sementara gadis yang bernama Zania mencoba untuk mengejar Farid. Namun sang lelaki menahannya.

"Untuk apa kamu mengejarnya? Bukankah kamu sendiri yang bilang, kamu tidak suka kepadanya." Sarkasnya.

"Tapi.... "

"Sstt... sudahkah. Lagian laki-laki itu sepertinya tidak akan bisa memuaskanmu. Aku dengar ia tidak menyukai wanita. Mungkin dia memanfaatkanmu hanya untuk menutupi kekurangannya. Jangan tertipu tampang alimnya!."

Zania pun termakan omongan Dion. Dion adalah pacar Zania. Mereka baru jadian satu minggu yang lalu. Zania menerima Dion karena hasutan teman-temannya. Dan memang selama ini, Dion yang lebih gencar mengejarnya sehingga ia pun akhirnya luluh. Ini adakah pertama kalinya mereka berciuman. Itu pun Dion yang memaksanya, meskipun akhirnya Zania pun terlena.

Kini Farid sudah berada di dalam mobilnya. Ia marah, kecewa, dan terluka. Nafasnya tersenggal-senggal menahan amarah.

"Ya Allah, kenapa Engkau memberikan rasa ini jika akhirnya hanya kecewa yang kudapat." Lirihnya. Namun beberapa saat kemudian Farid sadar dan mengucapkan istigfar.

"Astagfirullah...."

Ia menyandarkan kepalanya ke setir mobil. Sebelum akhirnya ia meninggalkan parkiran dan keluar dati lingkungan kampus dengan kecepatan tinggi.

Sementara Zania dan Dion kini tengah berfikir bersama merayakan kelulusan mereka.

brak....

Mobil Farid menabrak pohon mangga di ujung jalan menuju rumahnya. Seseorang yang menemukannya segera menghubungi kontak yang ada di handphone Farid. Farid pun tidak sadarkan diri dan segera dibawa ke rumah sakit.

Ummi dan Abinya segera berangkat je rumah sakit setelah menerima telpon dari seseorang. Ummi Nisa menangis mendengar putra sulungnya mengalami kecelakaan.

"Sabar, mi. Insyaallah tidak terjadi apa-apa dengannya." Abi Fatan berusaha menenangkan istrinya.

Akhirnya mereka pun sampai di rumah sakit tempat Farid dirawat. Mereka bertemu dengan orang yang membawa Farid ke rumah sakit. Mereka mengucapkan terima kasih dan juga memberi imbalan kepada orang tersebut.Ternyata Farid mengalami gegar otak ringan. Beruntung kaki dan tangan serta organ tubuh lainnya tidak apa-apa. Hanya saja sedikit luka di siku tangannya.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pak. Hanya gegar otak ringan. Tidak ada luka yang serius.Bapak dan Ibu boleh masuk untuk melihatnya."

"Baik, terima kasih dok."

"Sama-sama, Pak."

Ummi dan Abi pun masuk ke dalam ruang rawat inap.

"Farid...."

Farid sudah membuka mata. Ia melihat mata umminya yang sembab.

"Ummi... ummi habis nangis?"

"Dasar anak nakal! Bagaimana ummi tidak menangis mendengar kabar buruk tentang kamu."

"Lagian kenapa kok sampai bida nabrak pohon." Sahut Abi. Ummi melirik suaminya.

"Menghindari kucing bi. Farid tidak fokus sehingga tidak tahu kalau ada kucing. Jadi mendadak banting setir ke kiri."

"Ya sudah, yang penting kamu tidak apa-apa. Istirahat saja."

Kedua orang tua Farid tidak tahu jika punyanya saat ini sedang patah hati. Dan sebab itulah ia mengalami kecelakaan.

Firda, saudara kembar Farid datang bersama suaminya. Firda sudah menikah satu bulan yang lalu dan tinggal bersama suaminya. Mendengar saudara kembarnya kecelakaan, Firda langsung mengajak suaminya ke rumah sakit.

"Kamu ngelamun apa gimana sih bang? kok bisa nggak lihat kalau ada kucing?" Ujar Firda sambil mengupas apel untuk abangnya.

"Kucingnya tiba-tiba muncul, dek." Farid beralasan.

"Huh... alasan!"

Firda paling mengerti watak saudara kembarnya itu.

"Jangan ngomel terus dek. Niat nggak sih mengupas apelnya?"

"Iya iya, ayo sekalian aku suapi."

"Adik ipar, kamu jangan cemburu!"

Yoga suami Firda hanya bisa mengulum senyum.

Ummi kepikiran dengan kotak cincin berisi cincin yang ditemukan oleh orang yang membawa Farid je rumah sakit. Kotak cincin tersebut ditemukan di lokasi kejadian.

"Apa ia ini milik Farid? Apa Farid sedang berencana melamar seseorang?" Batinnya.

"Mi, kok ngelamun. Ada apa?" Tegur Abi.

"Eh tidak. Tidak apa-apa kok." Sangkal ummi.

Namun sebenarnya ia masih penasaran dengan kotak cincin tersebut. Sepertinya ia harus menanyakannya langsung kepada Farid. Mungkin bukan saat ini.

Beberapa saat kemudian, saudara Faris yang lain pun datang ke rumah sakit diantar sopir.

Tidak ketinggalan, Romi sahabat Farid pun datang menjenguknya. Romi adalah sahabat sejati Farid. Mereka bersahabat sejak duduk di sekolah SMA. Banyak rumor yang mengatakan bahwa Farid dan Romi memiliki hubungan spesial alias menyimpang. Namun kenyataannya tidak demikian. Keduanya memang murni bersahabat. Jika mereka belum memiliki pasangan, itu karena Farid tidak ingin berpacaran, sedangkan Romi masih ingin mengejar mimpinya. Jadi tidak ada waktu baginya untuk memikirkan perempuan. Romi sadar terlahir dari keluarga yang pas-pasan. Jadi ia harus bekerja keras untuk mengangkat derajat keluarganya.

Bersambung...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kunjungan Zania

Tiga hari berlalu

Keadaan Farid sudah semakin membaik. Beberapa teman kuliahnya sudah datang menjenguknya ke rumah sakit.

Saat ini hanya ada ummi yang menjaga Farid di kamarnya. Ummi sudah tidak bisa menahan lagi pertanyaan yang mengganjal di hatinya.

"Farid."

"Iya, ummi."

Ummi mengeluarkan kotak cincin dari saku gamisnya.

"Em... apa ini benar milikmu? Ini ditemukan oleh orang yang menolongmu di tempat kejadian."

Melihat kotak cincin tersebut Farid menjadi ingat akan kejadian tiga hari yang lalu. Hatinya sangat kesal dan rasanya ia sangat menyesal pernah menaruh hati kepada Zania.

"Kok bengong. Benar ini punyamu?"

"Eh, iya mi."

"Oh... syukurlah. Ummi takut ini punya orang lain."

"Assalamu'alaikum." Ujar Romi yang baru saja datang.

"Wa'alaikum salam."

Tiba-tiba terbesit dalam pikiran Farid untuk menepis kecurigaan umminya.

"Hem iya ini sebenarnya milik Romi yang dititipkan ke Farid mi. Iya kan Rom?" Farid bermain mata kek ada Romi untuk memberi kode. Namun Romi masih belum mengerti maksud sahabatnya itu.

"Benar Romi, ini punya kamu?" Tanya Ummi sambil menunjukkan kotak cincin tersebut.

"Ah iya, iya betul ummi. Itu milik Romi. "

Akhirnya Romi mengerti maksud Farid.

"Wah sepertinya ini untuk seseorang ya?"

"Ah ummi bisa saja. Ini buat hadiah ibuku kok, mi."

"Kamu so sweet sekali sih, Rom. Beda dengan boneka saljunya ummi ini." Ujar Ummi sambil melirik Farid.

"Hahaha... ummi bisa saja."

Romi merasa puas saat mendengar panggilan aneh ummi terhadap Farid.

Beberapa saat kemudian, Ummi keluar untuk membeli makanan. Ia menitipkan Farid kepada Romi. Setelah kepergian Ummi Nisa, Romi pun menegur Farid.

"Kenapa kamu harus berbohong kepada ummimu, rid?"

"Sudahlah, aku tidak mau membahasnya. Berikan cincin itu kepada ibumu!"

"Yang benar saja. Bukankah ini untuk Zania?"

"Stop membahas perempuan itu, Rom!"

"Eh eh... baiklah! "

Farid memang belum cerita masalah Zania kepada Romi. Namun dari sikap Farid yang kesal, Domi dapat menyimpulkan sesuatu. Romi pun akhirnya mengalah untuk tidak membahasnya lagi.

"By the way makasih ya cincinnya. Ibu pasti sangat senang ini. Ya, meskipun modelnya terlalu anak muda. Tapi nggak pa-pa lumayan untuk kado hari Ibu."

"Hem." Jawab Farid singkat.

Sementara Zania baru mendapatkan kabar dari Naina jika Farid mengalami kecelakaan setelah pulang dari kampus tiga hari yang lalu. Zania yang sebenarnya ada sedikit perasaan kepada Farid merasa bersalah. Ia menangkap jika penyebab kecelakaan Farid adalah karena dirinya.

Naina mengajak Zania untuk menjenguk Farid ke rumah sakit. Karena bagaimana pun kebaikan Farid selama ini kepada Zania terlalu banyak. Diam-diam Farid yang membantu melunasi biaya wisuda Zania. Zania baru mengetahuinya setelah ia selesai wisuda tiga hari yang lalu. Ia pikir yang melunasinya adalah Dion. Masih banyak kebaikan Farid yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Zania pun mengiyakan ajakan Naina untuk menjenguk Farid besok pagi.

Keesokan harinya.

Farid baru saja, selesai sarapan dan minum obat. Ia ditemani oleh saudara kembarnya karena ummi Nisa baru saja pulang untuk membereskan rumah. Nanti sore Farid sudah bisa pulang. Jadi Ummi Nisa ingin mengurus sendiri kamar Farid.

"Bang... "

"Apa?"

"Aku hamil."

"Kurang ajar si Yoga. Bisa-bisanya dia menghamili kamu. "

"Astaghfirullah, bang. Mas Yoga kan suamiku."

"Ah iya, aku lupa." Ujar Farid sambil menepuk jidatnya yang masih memakai perban.

"Ya Allah, kayaknya otak abang harus diperiksa lebih lanjut deh Jangan-jangan bukan gegar otak ringan. "

"Ck... kamu ini."

Tok tok tok

"Ada tamu kayaknya, sebentar aku buka pintu dulu bang."

Firda beranjak dari kursi dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.

Ceklek

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Maaf apa benar ini kamarnya Kak Farid?" Tanya Naina.

"Oh iya benar. Mari silahkan masuk."

"Siapa?" Tanya Farid.

"Ini bang, ada tamu. Ayo silahkan duduk."

Farid sedikit terkejut saat melihat orang yang datang. Namun ia tidak mungkin mengusirnya secara langsung karena Firda akan curiga.

"Bagaimana keadaannya kak?" Tanya Naina.

"Alhamdulillah sudah membaik."

Naina meletakkan parsel buah yang mereka bawa di meja samping brangkar. Zania tidak berani melihat Farid. Naina menyenggol lengan Zania agar ia angkat bicara.

Firda hanya bisa memperhatikan mereka dari sofa.

"Kak, maaf jika aku punya salah. Terima kasih atas bantuan kakak selama ini." Ujar Zania dengan sangat hati-hati.

"Hem."

Hanya itu jawaban Farid.

Ia merasakan muak melihat Zania kali ini. Sampai saat ini ia tidak percaya jika Zania yang ia pikir perempuan polos ternyata salah besar.

"Naina, seharusnya kalian tidak perlu repot-repot menjenguk ku. Kalian pasti masih ada kesibukan. Lagi pula nanti sore aku sudah boleh pulang. "

Farid mengusir mereka secara halus.

"Oh iya, kalau begitu kami pamit pulang dulu kak. Kami memang akan interview hari ini. Semoga Kakak segera pulih kembali ya."

"Iya, terima kasih."

Mereka pun pamit kepada Firda. Mereka berdua sudah mengira jika Firda adalah saudaranya Farid karena wajah mereka sangat mirip.

"Ya ampun bang, kamu banget jadi orang. Itu tadi ada dua gadis yang jenguk kok kata-katanya kayak ngusir gitu. Apa jangan-jangan ada sesuatu?"

"Sudahlah jangan kepo!"

Firda pun dapat menyimpulkan sesuatu mengenai saudara kembarnya dan gadis yang baru saja menjenguknya. Namun Firda tidak ingin ikut campur dalam masalah pribadi abangnya itu. Ia hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuknya.

Sementara di rumah, Ummi Nisa sedang membereskan kamar Farid. Setelah selesai membereskannya, Ummi membuatkan makanan untuknya.

"Masak apa mi?"

"Ini soto ayam buat Farid."

"Buat abi mana?"

"Itu ada, tenang saja. Ayo bi, kita je rumah sakit. Firda pasti sudah mau pulang. Jadikan, dia kan lagi hamil muda."

"Iya, abi siap-siap dulu. Dan mau menghubungi ustadz kalau hati ini abi nggak bisa ke TPQ."

"Iya bi."

Di rumah sakit.

Yoga baru saja datang untuk menjemput istrinya. Namun mereka tidak langsung pulang karena masih menunggu Ummi dan Abi datang. Mereka tidak mungkin meninggalkan Farid sendirian. Meskipun sebenarnya tidak apa-apa.

Yoga mengusap perut istrinya yang masih rata. Hal tersebut dilihat oleh Farid.

"Huh... kenapa mereka harus pamer kemesraan di depanku." Gerutunya.

Hal tersebut masih bisa didengar oleh mereka berdua.

"Makanya bang, cepetan cari pasangan biar gak iri sama kita." Sahut Firda.

"Itu lagi yang dibahas, sudahlah!"

Pintu kamar Farid terbuka. Ternyata Ummi dan Abi yang datang. Tudak lama kemudian, Firda dan Yoga pun pamit pulang.

Ummi menyiapkan makan siang untuk Farid.

"Biar Farid makan sendiri, mi."

"Ya sudah, nih."

Ummi menyerahkan mangkok yang berisi lontong soto kepada Farid.

"Nggak usah pikirkan pekerjaan dulu, rid. Pulihkan kesehatanmu."

"Iya, bi."

Farid pun menikmati soto buatan Umminya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Masa kini

Sampai di rumah, Farid disambut oleh adik-adiknya.

"Farid ummi sudah masak buat kamu. Jangan lupa makan."

"Iya mi."

"Bang, kamu masih ingat sama aku kan bang? " Ujar Furqon, menggoda Farid.

"Kamu kira aku amnesia?"

Furqon terkekeh.

Meski begitu, adik-adik Farid sangat menyayangi abangnya. Bahkan mereka rela bergantian memijat kaki abangnya.

......................

10 tahun berlalu

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Luka di masa lalu benar-benar membuat Farid trauma dan enggan untuk jatuh cinta kepada seorang wanita. Ia takut salah menaruh hati. Selama 10 tahun ini ia menghabiskan waktunya dengan kesibukannya dalam mengembangkan bisnisnya dan bisnis keluarganya. Ia tidak pernah memikirkan tentang asmara. Yang ada di benaknya adalah bisnis dan keluarga. Bukan hanya bisnis di bidang kuliner, namun Farid juga menjalankan bisnis perhotelan yang diberikan oleh Opanya. Secara finansial Farid sudah sangat cukup mampu untuk membina rumah tangga. Apa lagi usianya saat ini sudah 32 tahun. Secara fisik ia tampan dan berwibawa serta. Perempuan mana yang tidak tertarik kepadanya. Hanya saja ia tidak pernah melirik mereka. Bahkan adik-adiknya sudah mendahuluinya dalam berumah tangga dan sudah memiliki anak. Hanya tinggal satu orang yang paling bontot yang masih belum berkelurga. Namanya Faiza. Dia baru saja lulus SMA. Farid sangat menyayangi adik bontotnya ini. Faiza sendiri memang tidak sekolah di pesantren seperti saudaranya yang lain. Namun Abi dan Umminya tetap menyekolahkannya di SMA Islam.

Hari ini Farid bersama kedua orang tuanya dan adik-adiknya akan datang ke rumah saudara mereka. Lebih tepatnya rumah sepupu Farid. Karena di sana ada acara aqiqah sekaligus ulang tahun anak sepupunya. Farid harus siap-siap menerima pertanyaan yang sama dari Opa atau pun keluarganya yang lain di sana nanti.

Satu jam kemudian, mereka telah sampai di rumah Rifka. Rifka adalah anak dari Tante Fatin, adiknya Abi Fatan. Nampak di sana sudah banyak tamu yang berdatangan, terutama anak- anak.

Baru saja masik, Farid sudah bertemu dengan sepupunya yang rese

"Farid, bagaimana kabarmu? Apa hilal jodohmu belum terlihat?" Sapa Rayyan.

"Hem, selalu itu yang dipertanyakan. Bosan bang. "

"Ck... kamu ini. Umurmu sudah 32. Tapi kamu masih betah sendiri."

"Coba kamu carikan, Yan." Sahut Abi Fatan.

"Abi.... Farid bisa mencarinya sendiri."

"Selalu begitu ngomongnya. Mana buktinya?" Sahut Ummi Nisa.

Farid tak ingin membahasnya lebih panjang. Ia hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tuh kan, benar. Pasti ini yng mereka pertanyakan. Jadi males." Batinnya.

Belum lagi Opa Oma, Om dan tantenya juga mempertanyakan hal tersebut. Memang jodoh dan rezeki ada bagiannya masing-masing. Namun wajar jika orang tua merasa khawatir. Mereka ingin melihat keturunannya hidup bahagia dengan pasangan hidupnya.

Pulang dari acara tersebut, Farid langsung pergi ke hotel untuk memeriksa keuangan. Ia pamit kepada kedua orang tuanya.

"Mi, bi, Farid langsung ke hotel."

"Iya, hati-hati."

Farid mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

Satu tahun setelah kejadian kecelakaan itu, kedua orang tua Farid mengetahui fakta yang sebenarnya. Namun mereka tidak tahu detail kejadiannya. Saat ini mereka mengira jika putranya belum bisa move on dari masa lalu.

"Bi, coba kenalkan Farid dengan anak kenalan Abi. Siapa tahu cocok."

"Ummi kan sudah tahu bagaimana putra kita. Sudah beberapa kali Abi lakukan tapi selalu gagal."

"Huh.. . apa jangan-jangan putra kita ada kelainan bi?"

"Hus... na'udzubillah. Jangan berpikiran yang tidak-tidak, mi. Putra kita normal. Hanya saja mungkin dia masih belum menemukan orang yang hampir sama dengan masa lalunya."

"Hem... Romi saja sudah menikah."

"Ummi tetap do'a kan saja. Tidak ada kata terlambat untuk seorang laki-laki."

"Iya bi. Tapi abi tahu sendiri. sepupunya Farid yang seusia dia anaknya sudah ABG lho bi. Ibu mana yang tidak khawatir."

"Tetap minta sama, Allah mi. Sebagai orang tua hanya itu yang bisa kita usahakan."

Ummi hanya mengangguk.

Di Hotel

Farid baru saja sampai. Ia langsung menuju ruangannya. Beberapa waktu lalu Farid lebih memperketat aturan hotel. Ia tidak ingin hotelnya dijadikan tempat mesum atau tempat berzinah karena itu akan mempengaruhi reputasi dan rezekinya. Setiap tamu yang datang dengan pasangannya wajib membawa buku nikah. Tidak ada kompensasi bagi yang lupa membawanya. Ia tidak ingin mengambil resiko karena banyaknya manipulasi saat ini. Bahkan Farid mewajibkan pegawai perempuan yang muslim untuk memakai jilbab. Aturan Farid ini tentu mendapat dukungan dari Opanya sebagai pendiri hotel dan juga orang tuanya. Tidak hanya itu, Farid bahkan memberikan bonus bagi karyawan yang sudah bekerja lama dengan memberangkatkan mereka umroh bagi yang beragama muslim. Dan bagi yang non muslim, Farid memberi mereka tiket jalan-jalan ke luar negeri. Sebagai pemimpin, Farid banyak diidolakan oleh karyawan perempuan di hotelnya. Bukan hanya satu hotel yang ia kelola, tapi ada tiga hotel.

Tok tok tok

"Masuk!"

"Selamat sore Pak. Ini laporan yang Anda minta." Ujar Hadi asisten Farid.

"Baik, terima kasih. Oh iya, Hadi. Dua hati lagi ulang tahun hotel. Kamu sudah memberitahu kepada semua karyawan?"

"Sudah Pak. Berikut dengan aturan dan pakaian yang harus dipakai."

"Alhamdulillah, ya sudah silahkan lanjutkan."

"Iya Pak, saya permisi."

"Hem."

Farid pun memeriksa buku keuangan hotel. Setelah diteliti rupanya pencapaian bulan ini lebih meningkat meski ia memperketat aturan.

Adzan maghrib berkumandang. Farid menghentikan pekerjaannya. Ia pergi ke kamar mandi untuk wudhu' kemudian shalat Maghrib di Musholla hotel.

Dalam do'anya ia meminta agar dibukakan pintu hatinya kepada orang yang tepat. Dan dipertemukan dengan orang yang tepat. Karena sesungguhnya Farid sudah siap berumah tangga, hanya saja ia belum menemukan perempuan yang cocok menurut hatinya.

Setelah selesai shalat, Farid kembali ke ruangannya. Namun saat melewati koridor yang menuju ruangannya itu, ia tidak sengaja menabrak tubuh seseorang. Karena orang tersebut mundur dan tidak melihat orang di belakangnya. Sedangkan Farid tidak melihat ke depan karena ia berjalan sambil membalas pesan di handphonenya.

"Aduh!"

Farid terkejut.

Orang tersebut berbalik badan.

"Maaf Pak, bisa tidak jalannya lihat-lihat!"

Farid mengerutkan keningnya. Ia melihat sosok perempuan yang menegurnya. Perempuan tersebut baru saja keluar dari salah satu kamar dan membawa troli. Sepertinya ua baru saja mengganti seprei di kamar itu.

Farid mengantongi handphonenya, lalu memperhatikan wanita tersebut.

"Imut, mungil, cantik." Batinnya.

"Diajak ngomong malah bengong." Lirih perempuan tersebut.

Sepertinya dia karyawan baru dan tidak mengenal bosnya itu. Apa lagi Farid saat ini memang berpakaian santai. Farid sempat membaca tanda pengenalnya.

"Siena"

Bersambung....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!