"Kiandra bangun! Ini sudah jam berapa? Kau lupa ya, kalau hari ini kita akan pulang ke Jakarta?" Seru Mikaela Wiratmadja, salah satu sahabat terbaik Kiandra masa kecil. Kini kedua nya sedang kuliah di salah satu universitas terbaik di Djogyakarta. Kiandra yang terusik oleh teriakan sang sahabat mau tak mau akhirnya merespon.
"Ayolah Mika ini masih pagi, satu jam lagi deh." Ujar Kiandra enggan sambil mengusap gusar mukanya.
"Ya sudah kau lanjutkan tidur mu, aku pulang duluan ke Jakarta." kata Mika dan berlalu pergi ke arah pintu kamar Kiandra.
Kalau saja dia bukan sahabatku, sudah ku tinggal pergi ke bandara. - Mika.
Mata Kiandra membulat seketika saat mendengar kata 'Jakarta' yang diucapkan oleh Mika. Dirinya langsung terbangun dan berdiri..
"Ah, maafkan aku. Semalam aku streaming One Piece hingga jam tiga pagi." Ucap Kiandra sambil nyengir kuda ke arah Mika.
"Cih, cepat lah mandi karena sebentar lagi kita harus segera pergi ke bandara." ucap Mika dan wanita itu pun melangkah pergi ke kamar nya.
Kiandra adalah wanita pecinta salah satu anime terbaik di Negara Jepang yang masih hits hingga saat ini yaitu One
Piece, walaupun terkadang teman-temannya meledek hobi dirinya yang masih suka dengan anime tersebut, tapi bagi Kiandra ia hanya menganggap ejekan itu seperti angin lalu, karena baginya melakukan hal tersebut adalah cara terbaik untuk melepas penat.
Selesai mandi dan ia pun bersiap untuk pulang ke Jakarta, Kiandra menatap kembali dirinya dicermin untuk memastikan dirinya sudah sempurna. Ia mencepol rambut indahnya, lalu memakai lipstik soft pink untuk menyempurnakan tampilan nya.
(Visual : Kiandra Anastasya Darwin)
"Sempurna!" ucapnya. Ia memonyongkan bibir manisnya sambil bercermin, tanpa sengaja Mika melihat tingkah
Kiandra dari celah pintu kamar Kiandra
"Cihhh! Sejak kapan si Tomboy berubah menjadi si Centil?" Mika berjalan kearah pintu keluar, lalu disusul
Kiandra. Kiandra mengunci pintu rumah yang mereka tinggali.
Dasar wanita perusak suasana. - Ejek Kiandra dalam hati.
"Selamat pagi Mba, benar dengan mba Mikaela? Saya Ujang dari aplikasi online Mojek Mba."Ujar supir Mojek yang dipesan Mika via online.
(Visual : Mikaela Wiratmadja)
"Ya Pak betul, tolong antarkan kami ke bandara Adi Sutjipto ya Pak, sesuai aplikasi." Jawb Mikaela dengan penuh sopan santun. Kedua nya pun segera masuk kedalam mobil dan bergegas pergi menjauh dari perumahan tersebut.
Kiandra yang begitu antusias akan kembali ke Jakarta pun heboh sendiri selama di dalam perjalanan menuju bandara.
"Wah kenapa pulang ke Jakarta kali ini lebih mengharukan ya? Sepertinya aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan kota ini. Djogja memang terbaik!" Ucap Kiandra sambil tersenyum memandang sepanjang jalan kota Djogja.
"Djogja atau Sean yang sudah membuatmu jatuh cinta?" Ledek Mikaela. Ya, Sean Permana adalah senior
Kiandra di kampus yang suka membuat Kiandra melted setiap kali mereka bersama, entah di kampus ataupun diluar kampus.
Sean adalah salah satu senior populer dikalangan Mahasiswa maupun Mahasiswi kampus, dan ia terkenal dengan pria yang suka gonta-ganti wanita, hal tersebut akhirnya membuat image Sean terlihat seperti Playboy, padahal itu hanyalah gosip semata, karena mereka semua hanyalah sebatas rekan organisasi di kampus saja. Namun, nyatanya gosip tersebut menjadi alasan terbesar Kiandra untuk tidak menganggap serius apapun yang Sean ucapkan, apalagi mengiyakan ajakan Sean untuk berpacaran dengan nya.
"Hahaha. Apa kau lupa? Dia itu milik semua mahasiswi di kampus, untuk apa aku jatuh cinta pada pria seperti itu, hari ini dengan siapa besok dengan siapa, sekali Bad boy tetaplah Bad boy." Ujar Kiandra. Sejujurnya ia sedikit mempercayai perasaan Sean terhadap nya, namun ada bayangan pria lain yang selalu muncul setiap kali dirinya ingin mencoba mencintai pria lain.
Dasar pendusta! Mulut nya mengatakan tidak, tapi mata nya mengatakan iya, menyesal nanti baru tau rasa kau, Kia. - Mika.
"Bad boy atau tidak nya seorang Sean itu tidak penting, yang paling penting adalah kau harus bisa jujur dengan dirimu sendiri. Mata adalah jendela hati, dan saat ini mata mu berkata bahwa kau berharap pengakuan cinta Sean adalah benar adanya." Jelas Mikaela yang sontak mampu membuat seorang Kiandra diam seketika.
Entahlah Mika, perasaan untuknya bagiku seperti melihat Oase ditengah padang pasir, indah tapi sayangnya hanya sebuah fatamorgana, dan yang paling membuat ku tak bisa bersama nya adalah luka lama yang masih juga tak kunjung reda. Hatiku masih bertuan dirinya. - Kiandra.
Menit berlalu tanpa terasa mereka sudah sampai di Bandara, mereka langsung berlari dan segera check-in agar tidak tertinggal pesawat.
"Lihat! Karena kamu telat bangun Ki,nyaris banget nih kita ketinggalan pesawat, untung hari ini tidak macet." Keluh Mikaela. Wanita itu terengah-engah dan langsung menyenderkan tubuhnya dikursi sesampai nya di dalam pesawat.
"Sorry...." Ucap Kiandra sambil mengatupkan tangannya.
"Hmmm ...." Mikaela langsung memejamkan mata nya. Berbeda dengan Mika yang memilih untuk memejamkan mata, Kiandra lebih memilih untuk mendengarkan musik dari ponsel miliknya.
***
Jakarta, di Kediaman keluarga Nugroho.
"Mih, Dita berangkat dulu ya, takut macet nih, kasian nanti Kia dan Mika kelamaan nunggu Dita di Airport." Ujar Dita yang langsung mencium pipi kanan dan kiri Lita Nugroho yang tak lain adalah mamih nya.
Dita adalah anak kedua dari pasang Lita Nugroho & Adam Nugroho. Wanita cantik yang tak lain adalah sahabat terbaik Mikaela dan Kiandra ini, kini sedang terburu-buru pergi ke bandara untuk menjemput para sahabat tercinta nya.
(Visual : Anindita Nugroho)
"Kamu diantar supir kan?" Tanya mamih Lita penuh curiga. Lita sangat menjaga ketat kemana pun Dita pergi, dengan siapa Dita bergaul, bahkan tidak memberikan akses berkendara kemana pun sendirian.
"Pak Tio kan lagi cuti Mih, jadi gak mungkin kan aku nunggu sampai besok?" Ujar Dita meyakinkan, dirinya berharap hal ini bisa menjadi alasan kuat Dita bisa berkendara mobil tanpa supir.
"Big No! Mamih tidak akan kasih izin!" Jawab mamih Lita sambil membaca majalah fashion ternama diruang tengah tanpa menoleh ke arah Dita.
"Come on Mih, Dita sudah hampir telat nih!" Dita mulai memelas sambil memeluk mamihnya, naas hal itu tidak merubah keputusan Lita sama sekali.
Tak lama sang kakak pun tak sengaja melewati sang mamih dan adiknya yang tengah berada di ruang tengah. Yah, dia adalah pewaris utama semua bisnis milik keluarga Nugroho yang saat ini sukses bertengger di posisi teratas dunia bisnis property dan fashion retail di Indonesia maupun Jepang. Pria yang memiliki paras tampan dan otak yang jenius itu adalah Aldi Nugroho.
(Visual : Aldi Nugroho)
Sadar bahwa Aldi baru saja melewati nya. Mamih Lita pun memiliki ide untuk memberikan alternative lain.
"Pilih! Kamu ke bandara sekarang diantar oleh kakak mu atau tidak sama sekali!" Ucap mamih Lita. Tatapan mamih Lita membuat Dita terpojok.
Haish! Itu sih bukan pilihan, tapi keharusan! - Dita.
"Baiklah Mamih ku sayang, Dita ke bandara jemput Mika dan Kia diantar Kak Aldi." Dita pasrah entah akan jadi apa hari ini jika sang kakak yang kaku dan dingin itu harus menjadi supir nya.
Yah lebih baik daripada aku tidak jadi menjemput Kia dan Mika hari ini. Ah, aku rindu mereka berdua. Malaikat-malaikat ku, tunggu Dita yg cantik ini menjemput kalian. - Dita.
Dita langsung menghampiri sang kakak yang sedang minum di dapur.
"Kak, Mamih bilang Kakak harus anterin aku ke bandara hari ini. Aku tunggu di mobil ya Kak." Ujar Dita yang entah sadar atau tidak suara nya benar-benar mengagetkan Aldi yang sedang minum.
Astaga! Mengagetkan saja. - Aldi.
"Bandara? Apa imbalan yang akan aku terima dari adik ku jika aku bersedia mengantarkan mu hari ini?" Tanya Aldi sambil menjahili sang adik, karena tanpa imbalan pun Aldi sudah pasti akan menuruti perintah mamih nya.
"Baiklah, adik mu yang cantik ini akan menuruti semua kemauan Kaka seharian penuh, tanpa terkecuali." Dita ragu jawaban nya bisa membuat luluh sang kakak. Sebenarnya yang paling ia ragu adalah apa dirinya sanggup memenuhi janji itu jika sang kakak menyetujui nya.
"Setuju! Tanpa terkecuali, ingat itu Dita adik ku tersayang." Aldi pun tersenyum licik. Pria itu berlalu sambil mengacak sedkit rambut sang adik. Dita syok mendengar jawaban tersebut, dia harusnya sudah paham seperti apa kakak nya ini.
Sial! Oh ayolah Dewi Fortuna berpihak lah padaku hari ini, ku mohon! - Dita.
Mereka berdua akhirnya berangkat ke bandara menggunakan mobil Aldi tentunya, mobil Porsche Macan 2.0. "Kenapa kita pakai mobil ini? Kenapa tidak pakai mobil ku saja?" Ujar Dita sambil merapihkan rambutnya.
"Masuk dan ikuti saja. Sepertinya kau lupa akan janjimu pada Kakak hari ini, adik ku sayang?" jawab Aldi dengan senyum liciknya, Dita pun hanya bisa menampilkan senyum indah nya yang penuh rasa terpaksa.
Cih, pasti Mika akan memaki ku karena memakai mobil mewah ini. - Rutuk Dita dalam hati.
Sebenarnya mau jemput siapa sih hari libur ke bandara? Mengganggu hari libur ku saja. - Keluh Aldi.
"Jangan tidur selama di perjalanan, jika kau tidur aku akan putar balik pulang kerumah!" kata Aldi dengan nada mengintimidasi sang adik.
"Siap Bos!" Balas Dita singkat sambil tangan nya hormat dan tersenyum ceria kearah Aldi. Tidak ada percakapan selama diperjalanan, karena Dita sibuk mendengarkan musik dari earphone miliknya, sedangkan Aldi sibuk mendengarkan berita dari radio.
***
Jakarta, Bandara Soekarno-Hatta.
Mika dan Kia kini sudah tiba di bandara. Cuaca yang begitu terik membuat kedua nya memilih untuk menunggu Dita di salah satu kedai kopi ternama dekat pintu keluar bandara, supaya Dita lebih mudah mencari keberadaan kedua nya.
Mika dan Kia masih belum tahu jika Dita akan menjemput nya bersama Aldi alih-alih supir pribadi nya yaitu pak Tio. Kopi yang di pesan pun sudah tersuguhkan. Tak lama Aldi dan Dita sudah sampai di parkiran kafe tersebut. Terik matahari hari itu sungguh membuat Aldi malas untuk turun dari mobil.
"Apa Kakak akan ikut masuk atau …." Belum sempat Dita menyelesaikan ucapannya, Aldi sudah menjawabnya
dengan ketus.
"Menurutmu? Aku tunggu di mobil saja, diluar panas." Jawab Aldi singkat. Dita pun memonyongkan bibirnya karena kesal Aldi memotong ucapannya.
"Silahkan menunggu dengan tenang Kakak ku yang paling tampan." Ujar Dita sambil menyunggingkan senyum dustanya. Dita pun segera keluar untuk menghampiri para sahabat nya.
Dita pun masuk kedalam restoran tersebut, ia langsung menemukan Kia dan Mika diantara banyaknya
manusia di tempat itu. Kiandra yang lebih dulu menyadari sosok Dita pun melambaikan tangannya ke arah Dita.
Dita yang menyadari hal itu pun langsung berlari kecil menghampiri meja Kiandra dan Mika.
"Oh malaikat-malaikat ku sayang. Apa kalian rindu padaku?" Tanya Dita sambil antusias memeluk Mika dan Kiandra bersamaan. Mika yang tengah meminum kopi pun nyaris tersedak karena pelukan Dita.
"Ya ampun Dita!" Teriak Mika sedikit kesal. Bagaimana tidak, kopi yang ia minum nyaris tumpah ke baju karena Dita mengagetkan nya.
"Hehehe, maafkan aku." Ujar Dita sambil nyegir kuda. Mika yang yang tidak benar-benar marah itu pun akhirnya mengelus pundak Dita dengan penuh sayang. Sadar bahwa sang kakak masih menunggu nya di dalam mobil, Dita pun langsung bergegas mengajak dua sahabat nya itu untuk pergi dari kedai kopi tersebut.
"Langsung pulang yuk! Soalnya mobil mau dipakai lagi." Ucap Dita berbohong sambil memasang muka penuh keyakinan, ia terpaksa berbohong karena kalau Mika dan Kiandra tahu yang sebenarnya, mereka pasti lebih memilih untuk naik taxi. Tanpa curiga keduanya bergegas pergi dari kedai kopi tersebut.
***
Bersambung ....
Hai good readers, thank you sudah mau mampir ke Novel ini, jangan lupa support gratis nya untuk cerita ini dengan cara like, klik love, dan berikan rate bintang 5 agar aku semakin semangat untuk menulis.
See you on next chapter...
"Kenapa lama banget sih si Dita, mana sudah masuk jam makan siang pula." Keluh Aldi kesal menunggu sang adik tak kunjung terlihat.
Tiba-tiba dari kejauhan samar terlihat sosok perempuan yang tak lain adalah wanita yang selama ini amat sangat ingin ia temui namun tak pernah bisa ia jamah, wanita itu adalah Kiandra, wanita yang pernahia sakiti empat tahun lalu.
Ya Tuhan, apa benar yang aku lihat saat ini adalah Kiandra? - Aldi
"Pantas saja Dita rela melakukan apapun demi jemput mereka berdua. Ah sial! Aku kecolongan!" Rutuk Aldi sambil menempelkan kening nya di setir mobil.
Pucuk di cinta ula pun tiba, ketiga wanita itu akhirnya sudah di dekat mobil Aldi. Sadar bahwa pintu mobil terkunci, Dita mengetuk kaca mobil depan untuk memberitahu sang kakak untuk di bukakan pintu.
Huft! Ayolah Al kau harus bisa bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Kau pasti bisa! - Aldi.
Aldi pun akhirnya membuka pintu mobil, dan seperti yang di prediksi Dita, Kia & Mika langsung tercengang melihat siapa sosok dibalik pria yang akan mengantar mereka pulang.
"Aldi?" Ucap Mika pelan. Sungguh di luar dugaan bahwa sosok Aldi kini muncul di hadapan nya dan Kia setelah sekian lama. Mika menelan ludah nya kasar, ia sudah yakin Kia akan teringat kembai luka lama yang ia kubur dalam-dalam.
Dita yang sudah menyadari hal ini pun mencoba untuk bujuk sahabat nya tetap pulang dengan nya.
"Ah, sepertinya aku lupa bilang kalau Pak Tio sedang cuti jadi Kak Aldi yang antar jemput kita sekarang. Kalian tetap mau pulang sama aku kan?" Tanya Dita dengan tampang sedih nya. Dita memang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi empat tahun silam, namun Dita hanya tahu bahwa Mika melarang keras Aldi untuk bertemu Kiandra.
Aldi yang terus menatap sosok Kiandra akhirnya sadar saat mendengar ucapan sang adik, lalu seketika membuang tatapan nya ke depan, seolah-olah dirinya enggan untuk bercengkrama atau sekedar basa-basi dan tegur sapa.
"Masuk lah! Diluar panas, dan aku harus kembali segera ke rumah untuk meeting." Ketus Aldi terbata-bata. Aldi sudah tak tahu harus mulai dari mana, dan bagaimana. Karena jujur pertemuan nya dengan Kiandra kali ini sungguh diluar ekspetasi dirinya.
"Cih, kalau bukan karena Dita aku tak sudi pulang dengan pria menyebalkan seperti dirinya!" Umpat Mika kesal.
Ku harap kau bisa kontrol perasaan mu, Kia. - Mika
Mika dan Kia pun akhirnya mengiyakan permintaan Dita untuk tetap pulang bersamanya, walau sebenarnya amat sangat enggan. Dita seketika terlintas ide untuk memberikan kesempatan Kiandra dan sang kakak memperbaiki atmosfer di antara mereka.
"Hei hei kenapa kau dibelakang, Dit?" tanya Kiandra.
"Ayolah Kia, aku ingin berada di tengah-tengah kalian, tidak bisakah mengalah padaku kali ini saja?" balas Dita dengan muka sedih nya yang lagi-lagi selalu ampuh untuk kedua sahabat nya ini.
"Kau bisa setiap saat bersama Mika, sedangkan aku?" Dita pun menunduk sedih.
Oh ayolah, mau sampai kapan kalian akan seperti ini terus, aku yang melihat nya saja jengah, apalagi kalian yang menjalani? - Dita.
"Pakai sabuknya kalau kau tidak ingin terpental keluar jika aku rem mendadak nanti" Ujar Aldi datar ke Kiandra yang kini sudah duduk di kursi depan bersamanya.
Aldi pun menyalakan mobilnya tanpa menoleh ke arah Kiandra. Tak ada balasan sepatah kata pun dari mulut Kiandra untuk membalas ucapan Aldi padanya.
Semoga cara ku berhasil walau peluang nya sedikit. - Dita.
Dita dan Mika asik tertawa dibelakang tapi tidak dengan Kia, suasana hatinya berubah kelam dan tidak mau menghiraukan candaan mereka berdua, sampai Mika membuka obrolan tentang kisah Kia dan Sean ke Dita.
"Jadi Mika, Apa kau sudah punya kekasih? Kalau belum aku akan pukul sekretaris Kaku itu, siapa lagi kalau bukan Mike." Ledek Dita, Mika yang mendengar nama Mike pun mencoba mengontrol mimik muka nya dihadapan Aldi dan Dita.
"Daripada kau bahas aku, lebih baik kau tanya saja Kiandra. Dia baru saja di ajak berpacaran dengan senior paling populer di kampus. Bukan begitu Ki?" Sindir Mika sambil melirik ke arah kaca spion depan mobil.
Mika sedikit tersenyum kecut saat melihat ekspresi Aldi. Mika sengaja memancing keadaan karena kesal dirinya harus satu mobil dengan seseorang yang amat sangat ia hindari.
"Benarkah Kia?" Tanya Dita memastikan. Kiandra pun enggan merespon dan menjawab, ia lebih memilih untuk diam seribu bahasa sambil memejamkan mata nya.
"Tapi tidak aneh jika itu benar adanya. Kiandra kan cantik, pintar, berprestasi, aku yakin dimanapun dia, pasti ada saja yang menggilai nya. Beruntung sekali pria yang mendapatkan dan menikahi nya." Ujar Dita sambil mengelus pundak Kiandra pelan.
Namun Dita sudah hatam dengan tingkah sahabatnya itu.
"Dengar-dengar pria itu akan datang ke Jakarta untuk meminta izin bunda dan ayah Kiandra untuk ajak Kiandra ke Bromo." Jelas Mika, sontak perkataan Mika berhasil membuat Aldi rem mendadak karena menahan kesal.
Ciiiiiiitttt ....
"Aw!" Keluh Kiandra saat kepala nya sedikit terbentur dashboard mobil.
"Kau sudah gila? Kau nyaris buat kita semua celaka!" Teriak Mika sambil melototi Aldi dari kaca spion depan. Aldi yang di tatap Mika hanya diam seribu bahasa dengan ekspresi menahan amarah. Aldi sangat mudah tersulut emosi terhadap sesuatu yang menyangkut Kiandra.
Mobil itu pun akhirnya kembali memecah keramaian kota Jakarta siang itu. Kiandra hanya melirik enggan ke arah Aldi yang sedang dimarahi oleh Mika.
"Haish! Untung saja jantung ku masih pada tempat nya." tambah Mika dengan emosi nya.
"Lanjut Mika! Seperti apa kisah cinta Sean dan Kiandra di Djogja? Nanti kau wajib menceritakan itu semua padaku ya." Ujar Davina.
Dita semakin penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
"Hmm, aku kasih contoh ke kamu Dit, waktu itu ada acara organisasinya di kampus. Tentunya Sean satu organisasi dengan Kiandra, dia senior terfavorit loh. Ceritanya, Kia sedang malas buat keluar rumah, tapi Sean tiba-tiba sudah di depan rumah memarkirkan mobilnya untuk menjemput Kia, Kia marah saat tahu bahwa yang datang adalah Sean. Padahal dia marah, tapi saat Sean meminta maaf dan tersenyum padanya, seketika Kia berubah menjadi lemah lembut, kau pasti tak akan percaya itu, begitupun aku Dit" jelas Mika dengan penuh antusias.
Pikiran Mika kembali ke masa itu, masa dimana Sean datang.
[Flashback On]
'Ting-Tong' bel pintu rumah berbunyi, "Mika tolong liatin siapa yang datang ya, aku malas buat turun dari kasur." Kia masih berbaring di kasurnya sambil main game.
"Kurangi sedikit rasa malasmu itu, supaya tidak jomblo terus." kata Mika.
Nyanyi aja terus sampai mulutmu dower. Ingin sekali ku kuncir bibirnya supaya tidak terus bicara tentang kejombloanku ini, dasar Mak Lambe.
"Kia, Ada Sean tuh. Cepat turun! Sampai kapan mau dikamar terus?" teriak Mika dari pintu kamar Kiandra.
"Apa? Ngapain dia kesini sih. Kenapa kamu suruh dia masuk? Padahal aku sudah bilang tidak akan pergi masih saja menjemputku, dasar pemaksa." cibir Kiandra, mulutnya mengumpat tapi tangannya tetap merapikan tampilannya.
Pemaksa tapi cinta. Halah, Mulutmu memang pendusta ulung kalau tentang Sean.
Kia pun turun tanpa mengganti pakaian rumahnya, hot pants dan kaos oversize warna hitam kesukaannya, hanya mencepol rambutnya supaya terlihat lebih fresh.
Dia sungguh wanita idaman ku.
"Hai Ndra, maaf aku menjemputmu tanpa memberi tahumu terlebih dahulu." Sean tersenyum manis ke Kiandra.
Yah Andra adalah panggilan Sean untuknya, dan secara tidak sengaja hanya dia juga yang memanggilnya seperti itu.
Haish, senyuman nya sungguh meluluh lantahkan amarah ku.
"Oh, iya Kak tidak apa-apa, untungnya aku sedang dirumah, jadi Kakak tidak sia-sia menjemputku."
Mika syok, dia tidak sengaja mendengarkan mereka saat ingin kembali ke kamarnya.
Apa aku tidak salah dengar. Hahaha akhirnya ada juga yang bisa menjinakkan singa betina ku.
[Flashback off]
Dita pun tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Mika, "Ah aku jadi ingin lihat ekspresinya saat itu, saat singa betinaku sudah menemukan tambatan hatinya. Ah pasti manis sekali." Dita dan Mika tertawa lalu melanjutkan obrolan mereka dengan topik yang lain.
Sial! Jika saja kau tidak pergi ke Djogja tidak akan pernah ada Sean atau pria lain yang mampu mendekati mu.
****
Mamih Lita sedang menikmati hari liburnya, mengganti bunga-bunga dirumahnya dengan yang baru, yah begitulah kegiatannya setiap akhir pekan dirumah.
Mendekor kembali tatanan bunga, pergi berbelanja, mengunjungi panti asuhan bersama para sahabat tercintanya sejak sekolah, yakni ibu dari Kiandra dan Mikaela, ya tiga keluarga ini benar-benar menjaga hubungan kekeluargaan diantara mereka dengan sangat baik.
"Kemana ya, anak dua ini. Sampai jam segini belum juga sampai dirumah? Padahal sebentar lagi sudah jam makan siang." Lita menoleh sejenak ke arah jam dinding.
"Ah, aku jadi merindukan masa-masa kecil mereka yang selalu menuruti setiap perkataanku, tidak seperti sekarang, yang harus menggunakan sedikit penegasan, baru deh nurut." Adam pun menoleh ke istrinya yang sedang mengeluh padanya.
"Biarkan saja Mih, mereka sudah bukan lagi anak kecil, mereka sudah dewasa, dimana waktu mereka tidak lagi terfokuskan dengan keluarga saja, tapi sudah terbagi untuk kawannya, atau kekasih mereka mungkin." Adam kembali melihat berita bisnis di TV.
"Iya juga sih Pih, eh by the way nih Pih, kita jadi kan melanjutkan sesi perjodohan antara Aldi dengan anak bungsunya Darwin? Mamih suka deh Pih sama anak itu, udah cantik, pintar banget, simple, tidak neko-neko, sopan lagi Pih sama orang tua, yah walaupun sedikit tomboy, tapi Mamih yakin Aldi bisa menanganinya Pih." jelas Lita, yah Kiandra adalah anak bungsu dari pasangan Richard Albert Darwin dan Aurora Winata Darwin.
"Nanti kita bicarakan lagi dengan Richard, jika dia sudah kembali dari New York" jawab Adam, tak lama ada suara gaduh di teras depan rumah, siapa lagi kalau bukan anak-anaknya yang sudah sampai dirumah.
"Dita, aku langsung pulang saja ya, badanku rasanya pegal-pegal, aku pesan Mojek saja buat pulang." ucap Kiandra, sambil sesekali memegang tengkuk leher nya yang tidak pegal itu.
"Terus maksudnya kamu mau tinggalin aku disini sendirian, Ki?" ketus Mika sambil melototi Kiandra.
"Sudahlah istirahat saja sebentar disini toh kita juga baru ketemu Dita, memangnya kamu mau ngapain dirumah sendirian di siang bolong, kamu pikir aku tidak tahu kalau Bunda dan Ayahmu itu dinas ke NY." sambung Mika.
Duar....
Bak tertembak tepat di kepalanya, ucapan Mika sungguh membuat dirinya tak bisa berkata-kata.
"Baiklah Mika, aku akan masuk dan istirahat sejenak disini sesuai keinginanmu, puas?" Sindir Kiandra, dengan berat hati ia mengabulkan permintaan Mika.
Tak lama Lita pun muncul diantara mereka.
"Sudah, sudah, lebih baik kalian masuk dulu dan lanjutkan obrolan kalian didalam yah, tadi Bibi Sum sudah membuatkan makan siang, ayo!" ajak mamih Lita kepada gadis-gadis itu.
"Pih, lihat nih siapa yang datang." panggil mamih Lita ke suaminya.
"Owalah, ada Kiandra dan Mikaela. Senang lihat kalian baik-baik saja, silahkan duduk dan makan siang dengan Om dan Tante" Adam pun mulai memakan makanannya.
"Aldi duluan ke kamar Pih, Aldi masih kenyang, nanti kalau sudah lapar Aldi turun untuk makan, Aldi mau melanjutkan pekerjaan Aldi yang tertunda dari pagi." sindir Aldi dan sengaja melirik ke arah Dita. Namun Dita berpura-pura tak menggubris sindiran Aldi.
"Ya sudah lanjutkan tapi jangan sampai lupa sama sekali untuk makan siang."
"Baik Pih" Aldi langsung berjalan kearah lift menuju lantai dua, kamar Aldi dan ruang kerjanya bersebelahan dengan kamar Dita sang adik.
Aldi langsung merebahkan badannya di sofa kamarnya.
"Ah, gila! Bagaimana bisa setelah empat tahun lamanya aku harus bertemu dengan Kiandra seperti ini? Kalau tahu begini aku lebih rapih saat menjemputnya." Aldi mengeluh sambil memijat pelipisnya.
Waktu terus berjalan, tak terasa sudah dua jam Aldi tertidur di sofa kamarnya, ia bergegas turun ke dapur untuk minum, dan tidak sengaja melihat Kiandra sedang ambil minuman di dapur.
"Lihat! siapa ya yang sedang minum disini. Bisakah geser sedikit karena aku juga ingin ambil minum." bisik Aldi ditelinga Kiandra.
Kiandra reflek menoleh kebelakang, reflek bibir mereka bertemu, karena Aldi sedikit membungkukkan badannya saat berbisik ke Kiandra.
'Cup...'
Seketika mereka terdiam saling memandang tanpa kata.
Deg ... Deg ... Deg
Aldi?
Bersambung..
"Ap, apa yang kau lakukan disini, Al?" tanya Kiandra dengan terbata-bata sambil menggigit bibir bawahnya, kejadian tersebut membuat pipinya merah merona.
Bagaimana bisa dia menggigit bibirnya sembarangan didepan seorang pria. Apa dia sedang meggodaku untuk mengulanginya?
"Menurutmu apa yang akan aku lakukan dirumah ku sendiri?" Aldi menatap lekat Kiandra.
Aldi berdiri tegak, ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana, memiringkan sedikit kepalanya yang masih menatap lekat Kiandra tanpa berkedip.
Astaga lihat mukanya itu, dengan santainya dia berekspresi seperti itu tanpa meminta maaf telah mengambil ciuman pertamaku. Arghhh, kenapa aku bisa mencintai orang menyebalkan seperti dirinya.
"Dasar Kanebo Kering menyebalkan!" Kiandra pun menginjak kaki kanan Aldi karena kesal sudah mengagetkannya tadi.
"Lain kali akan ku colok matamu jika mengagetkanku lagi seperti tadi, apalagi mengambil kesempatan dalam kesempitan." Kiandra mencibirkan bibirnya, dan berlalu pergi. Aldi meringis kesakitan karena kelakuan Kiandra padanya.
"Astaga tenaganya kuat sekali." Aldi menahan sakit di kakinya.
Dasar Bocah Bar-bar, kaki dan mulutnya sama kasarnya, padahal aku hanya iseng padanya.
Kiandra sudah berada jauh dari jarak pandang Aldi. Aldi meminum air yang sudah ia tuang, sambil tersenyum. ia memutar rega adegan ciuman singkatnya dengan Kiandra dan memegang bibirnya.
Manis..
Kiandra menghampiri Dita ke kamarnya dengan memasang muka kesalnya, "Kenapa mukamu begitu Ki?" selidik Dita dengan penuh tanda tanya.
"Hah kakakmu itu memang manusia Kanebo menyebalkan. Bagaimana mukanya bisa sesantai itu setelah membuatku kaget setengah mati karena ulahnya? Bagus aku cuma menginjakkan kakinya tidak memukul mukanya." Kia pun duduk di sofa kamar Dita, ia menahan kekesalan atas sikap Aldi yang mencuri ciuman pertamanya.
Hiks, hiks, ciuman pertamaku. Kenapa harus si manusia Kanebo Kering itu yang mengambilnya? Orang yang begitu amat sangat ingin aku lupakan.
"Astaga! Kalian ribut lagi?" Dita melanjutkan ucapannya.
"Tidak bisakah sehari saja akur dengan kak Aldi, Ki?" Dita tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah sahabat nya itu.
"Jangan terlalu membencinya, Kia. Terkadang kebencian bisa menghadirkan cinta. Kau mau bukti?" Dita berdiri dari sofa kamarnya, Kiandra pun langsung menoleh kearah Dita dengan tatapan bingung.
Apa Dita sudah tahu sesuatu yang terjadi antara aku dan Aldi?
"Berhenti menatap ku seperti itu Kia!" Kiandra pun tersadar dari pikirannya.
Haish, apa sih yang aku fikirkan! - Kiandra.
"Tatapan mu sungguh membuat ku penasaran, ada hal apa yang membuat kalian bisa saling membenci seperti ini, jika kau tidak mau cerita, aku akan cari tahu sendiri jawaban nya!" bisik Dita ke kuping Kiandra, seolah Dita bisa membaca apa yang Kiandra pikirkan.
"Ah, aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, tidak ada hal menarik antara aku dan kakak mu." ujar Kiandra yang sedikit terbata-bata.
Dita hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh kearah Kiandra, dan berlalu meninggalkan sahabatnya untuk menyusul Mika ke pulau mimpi.
Kita lihat saja nanti Ki, aku pasti akan membuat kalian berdua bersama. Aku hanya ingin kau yang menjadi kakak ipar ku, bukan wanita lain.
***
Kiandra berjalan menuju balkon kamar Dita, tak lama hpnya berbunyi dan memunculkan nama "Oase" disana, ya siapa lagi Oasenya Kiandra kalau bukan Sean Permana, Kiandra memulai obrolannya.
"Hai Kak." Sapa Kiandra.
"Hai Ndra, sudah sampai di Jakarta?"
"Owh sudah Ka, tadi jam sebelas siang."
"Syukurlah kalau begitu." Sean merasa lega mendengarnya.
"Kakak sedang apa?"
"Sedang memikirkan Andraku tersayang." Kiandra mulai tersipu malu karena jokes receh Sean.
"Apa Kakak tidak ingin bertanya balik kepadaku, aku sedang apa disini?"
"Untuk apa aku menanyakannya, aku tahu siapa yang sedang terlintas dipikiranmu saat ini Ndra."
"Cih, kepedean!" Sanggah Kiandra.
"Hahaha, faktanya memang seperti itu kan Ndra. Aku tahu hatimu mengakuinya." Kiandra tersenyum manis sambil memejamkan matanya, ia tersipu malu karena ucapan manis Sean padanya.
"Ndra, akan ada touring minggu depan, apa kau akan ikut kali ini?"
"Entahlah Ka, aku belum bisa memastikannya. Kau tahu sendiri jika aku sudah dirumah, aku tidak bisa sebebas di Djogja, bisa pergi kemanapun, dan kapanpun aku mau, karena aku harus ikut kemanapun Bunda dan Ayah saat aku pulang ke Jakarta, maaf." Kiandra sangat tidak enak hati menolak nya, namun apalah daya memang itulah kenyataan nya.
"Tak bisakah coba bicarakan terlebih dahulu ke ayah bunda mu masalah touring ini? Karena destinasi kali ini akan ke tempat destinasi favorit mu, Gunung Bromo."
"Apa aku jemput kau ke Jakrta saja dan meminta izin ke orang tuamu langsung?" sambung Sean. Sean amat sangat berharap Kiandra bisa ikut touring kali ini, karena ia berencana untuk melamar Kiandra di Bromo.
"Ah, tidak perlu Ka, biar aku saja yang akan bicara ke Ayah dan Bunda, akan aku beritahu jika sudah bertemu mereka, karena mereka masih di NY."
"Baiklah, kabari aku jika sudah bicara dengan Ayah dan Bundamu."
"Baiklah, Kak."
Kiandra dan Sean melanjutkan obrolan mereka, hingga tak lama setelah itu mereka menyudahi obrolan mereka karena Sean meminta Kiandra untuk beristirahat setelah perjalanan jauh.
Huft, dilema ini sungguh mengganggu pikiranku, Bromo oh Bromo. Kesana dengan kak Sean pasti menyenangkan. Ah, membayangkannya saja sudah membuat jantungku rasanya ingin copot apalagi nanti.
Tanpa Kiandra sadari, ada seorang pria yang memperhatikannya dari balkon lainnya, ya siapa lagi kalau bukan Aldi. Aldi sedang menghirup udara luar dari balkon kamarnya, guna menyegarkan pikirannya, dan merenggangkan ototnya, tapi Kiandra tidak menyadari kehadiran Aldi ditempat lain.
Aldi mendengarkan pembicaraan Kiandra dari awal hingga akhir, bahkan ia melihat pemandangan indah ketika Kiandra tersipu malu saat berbicara dengan lawan bicaranya tadi.
Senyum itu, seharusnya senyum itu hanya untuk ku. Itu pasti si cecunguk Sean sialan. Kau hanya milik ku, dan akan selalu begitu.
Tanpa sengaja saat Kiandra ingin masuk kedalam kamar, pandangan mereka bertemu. Kiandra menjulurkan lidahnya meledek Aldi dari balkon kamar Dita.
Wanita itu langsung masuk kedalam kamar menyusul dua sahabatnya yang sudah tertidur di kasur, Aldi yang disuguhi tingkah konyol Kiandra, membuatnya semakin geram.
Tunggu aku! Aku akan membawa mu kembali padaku.
Aldi tidak sadar bahwa kecupan singkat yang terjadi di dapur, ternyata mampu meluluh lantahkan hatinya, bahkan menghidupkan kembali harapan yang pernah pupus.
Tuttt...
"Mike cari tahu siapa Sean permana. Aku mau info tentang nya segera." ucap Aldi ke Mike via telepon, dan langsung menyudahi nya tanpa menunggu respon Mike.
Aku akan lakukan apapun untuk bisa memenangkan hatimu kembali Kiandra. Aku sungguh merindukan mu.
Aldi pun segera masuk ke kamar nya, dan merebahkan sejenak badan dan fikiran nya. Baru sejenak memejamkan mata, lagi-lagi adegan ciuman di dapur bersama Kiandra masih mendominasi fikiran nya. Aldi mencoba untuk merubah posisi ke kanan dan ke kiri tiada henti, hingga akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk bergegas mandi.
***
Bersambung..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!