NovelToon NovelToon

Perselingkuhan

Chapter 3

"Papa!"seru kedua anak kecil berusia selisih 2 tahun memeluk papanya yang turun dari mobilnya.Lelaki yang tak lain adalah Derian,balas memeluk anak-anaknya.

Setelah 3 hari tak pulang dengan alasan perjalanan bisnisnya,kegemasan seorang anak yang tak mengerti apa pun dengan keceriaan mencium pipi papanya bergantian.

"Anak-anak papa,"balas Derian dengan senyum lebar.

"Papa,mana oleh-oleh buat kami,papa janji kalau pulang dinas mau kasih oleh-oleh?"seru Angel putri sulung nya.

"Iya pa,mana?" seru adiknya Putri si bungsu meniru kakaknya.

"Memangnya gak kangen sama papa?kok cuma oleh-olehnya yang ditanyakan?" cemberut Derian pura-pura.

"Aku sudah lihat papa baik-baik saja, makanya aku tanya oleh-olehnya?" ringis si sulung memperlihatkan gigi putihnya yang ompong.

"Baiklah,, kalian bisa ambil dalam mobil, masing-masing satu,ok?" jawab Derian tersenyum lebar.

Derian menurunkan kedua putrinya dari gendongannya, serentak keduanya berlari menuju mobil papanya yang diikuti pengasuhnya.Ya,kedua putrinya sejak bayi diasuh oleh pengasuhnya, istrinya yang doyan sekali tentang trend pergaulan kelas atas sosialita tak mau direpotkan mengurus anak-anaknya.

Derian masuk rumah menuju kamarnya disambut kepala pelayan.

"Selamat sore tuan, selamat sampai rumah," sapa kepala pelayan yang bernama pak Danu.

"Sore pak,"balas Derian.Langsung melepaskan semua pakaiannya masuk ke kamar mandi, Derian tak berharap disambut oleh istrinya,jika itu terjadi dia akan kehilangan mood nya setelah bertemu Karina, istrinya yang jarang sekali ada di rumah tak membuatnya kaget,karena istrinya selalu menghabiskan waktunya bersama teman-teman sosialitanya,memamerkan apapun yang lagi trend saat ini.

Hangatnya air mandi bath up dan aroma wewangian aromaterapi membuatnya sedikit rileks dengan kelelahan yang membuatnya lelah,ingatan kebersamaan dengan Karina membuat lelah sekujur tubuhnya lenyap seketika.

Seandainya bisa,ia ingin menghentikan waktu agar waktunya bersama Karina lebih lama, ingin sekali ia mengikat Karina disisinya selamanya,tapi itu tak mungkin terjadi, dirinya yang seorang pengusaha sukses yang terkenal tak mungkin membuat rumor tentang pernikahannya yang tampak bahagia diluar walau di dalam rumah tangganya tak terlihat kebahagiaan itu.

Dirinya selalu berharap Karina bisa berada di sisinya, mendampingi sebagai istri sahnya.Tapi kemelut rumah tangga Karina yang tak boleh dicampurinya, bahkan menolak bantuannya.Derian mudah mendapatkan informasi tentang kehidupan siapapun, dengan kuasanya apapun bisa diketahui dan didapatkan,tapi dihadapan Karina dirinya yang terlalu mencintainya tak bisa berkutik menuruti apapun keinginan kekasihnya.

Derian tak mau terlalu mengekangnya karena tak ingin ditinggalkan.Baginya terlalu berarti Karina dalam hidupnya, setelah kematian ibunya yang sangat disayangi.Kematian ibunya membuat dirinya menutup hatinya rapat pada siapapun dan wanita manapun, pertemuan tanpa sengaja dengan Karina membuat getaran di dadanya kembali.

Perasaan kasihan melihat kesedihan di mata Karina saat pertemuan pertama mereka membuatnya berpikir, kesedihan gadis itu membuatnya ingin memiliki lebih dari melindungi kerapuhan kekasihnya.Dibalik kesedihannya membuatnya sadar ada seseorang yang bahkan lebih menderita tanpa berusaha mengeluh tetap menunjukkan keceriaannya untuk menutupi kesedihannya.

Direbahkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamarnya,saat mengingat Karina, itu mengingatkan dirinya tadi berjanji menghubunginya.Diraih ponselnya di atas nakas mencari nomer seseorang dan menyambungkannya,3 kali diulangi panggilan itu, tapi hanya operator yang menjawab.

Kegelisahan karena tak ada jawaban dari nomer yang dihubungi,apa dia sudah tidur?apa ponselnya mati? batinnya, otaknya tidak berpikir jernih,baru kali ini telponnya tak dijawab bahkan sampai mematikan ponselnya, biasanya walau tak mengangkatnya, ponselnya selalu aktif,dan itu membuktikan bahwa dirinya sudah tertidur. Tapi kali ini tak ada tanda ponselnya menyala karena operator langsung bicara.

Pikiran buruk menghantui, gelisah resah di ranjangnya memikirkan kemungkinan terburuk dari kekasihnya

apa dia pulang dengan selamat?tadi saat turun bahkan dia tak menyapaku, memberikan kecupan singkat? batinnya terus bertanya-tanya, mungkin terlalu capek, batinnya menenangkan dirinya.

Aku akan menemuinya besok pagi sebelum berangkat, batinnya lagi,mulai menutup mata, rasa kantuk yang menderanya tak bisa ditolerir lagi,hingga dirinya menjatuhkan ponsel yang digenggamnya tak sadar terbang dalam mimpi indahnya.

**

Pagi hari, setelah bersiap-siap tanpa sarapan Derian bergegas menuju mobilnya.

"Selamat pagi tuan," sapa kepala pelayan tanpa dibalas, pikirannya tidak bisa tenang sebelum mendapatkan kabar dari kekasihnya yang tidak bisa dihubungi semalam.

"Selamat pagi tuan," sapa sekretaris Noah sambil membukakan pintu mobil.

"Kita mampir dulu di tempat biasa?"seru Derian tanpa membalas sapaan asisten, sekretaris sekaligus merangkap sopir pribadinya.

"Ya tuan,"tanpa dijelaskan,Noah mengangguk sudah mengerti maksud perkataan tuannya.

Di dalam mobil, Derian masih berusaha untuk menghubungi Karina, panggilan masuk, belum diangkat, panggilan ke 3 masih juga belum diangkat, diulangi sekali lagi.

"Halo.."sapa Karina lemah mengangkat ponselnya setelah melihat siapa yang menghubunginya.

"Sayang...dimana kamu? Kenapa ponselmu kemarin mati?Aku menghubungimu berkali - kali, tapi kau tak mengangkatnya dan sekarang? Kau tau,kau membuatku cemas?" tanya Derian bertubi-tubi, yang di seberang hanya tersenyum.

"Kau bisa bertanya satu persatu,"jawab Karina lembut masih terdengar lemah.

"Kau masih bisa tersenyum, suaramu terdengar lemah,apa kau sakit?"cemas Derian, firasatnya mengatakan sesuatu telah terjadi dan selama ini firasatnya tak pernah salah, kadang kekasihnya itu tak mengakui apa yang sedang dialami.

"Aku tak apa,aku baru bangun tidur mendengar ponselku berbunyi,maaf kemarin ponselku mati, aku cas,aku lupa menyalakan dan tertidur,aku sangat capek pulang langsung tertidur setelah mandi,"jelasnya agar tak membuat Derian khawatir.

"Kau yakin?Aku perlu datang menemuimu?" cemas Derian.

"Tidak usah, suamiku ada di rumah,aku tak mau ada masalah,kau pun harus bekerja kan?Nanti siang aku akan menghubungimu,"jelas Karina menahan rasa sakit di kepalanya yang berdenyut.

"Suamimu ada di rumah? kalian tidur bersama?"tanya Derian overprotektif.

"Tentu saja kami tidur bersama,kami suami istri,"jawab Karina dengan batinnya sakit dan menangis serta menahan sakit kepalanya yang semakin berdenyut.

Sampai kapan kau akan terus berbohong Karina?batin Derian merasa hatinya sakit dibohongi.Derian tau,dia sudah mencari tau tentang kekasihnya itu yang terpaksa dimadu karena tak bisa memberi keturunan pada suaminya.

"Istirahatlah,saat makan siang aku akan menghubungimu lagi nanti,"kata Derian setelah sedikit meredakan emosinya.

"Baiklah..."balas Karina lirih sudah tak tahan dengan rasa sakit kepalanya.

"Aku merindukanmu,"kata Derian akhirnya.

"Aku juga,"balas Karina lirih sambil menutup ponselnya.

"Kita langsung ke kantor ,"perintah Derian.

"Baik tuan,"jawab Noah tanpa bantahan.

TBC

Jangan lupa like dan vote nya,, makasih

Chapter 4

Di kantor, Derian tak menghiraukan sapaan para karyawannya saat dia memasuki kantor menuju ruangannya, wajahnya yang memerah menahan amarah membuatnya terlihat menakutkan.

Noah tak berani bicara apapun, mood tuannya setelah bicara dengan kekasihnya Karina yang biasanya terpancar kebahagiaan kini tak ada, hanya aura kemarahan yang ingin segera dituntaskan.

"Aaaargh..."teriak Derian setibanya di ruangannya dengan membuang apapun yang ada di mejanya, emosinya memucak hingga ke ubun-ubun, Noah dan asisten sekretaris yang ada di luar ruangan hanya bergidik ngeri mendengar teriakkan kemarahan sang big boss,tak berani berbuat apapun.

Hanya diam mengheningkan cipta, Noah masih berpikir apa yang membuat tuannya begitu marah, padahal hanya Karinalah orang yang bisa meluluhkan hati tuannya selama ini, sekarang karena Karina tuannya marah sampai mengamuk seperti itu.

Masih dengan wajah diselimuti amarah yang sudah tak seperti tadi, Derian mengambil sebatang rokok dan menyulutnya, menghembus asapnya kasar, selama ini Derian tak pernah merokok lagi setelah mengenal wanita itu, demi wanita itu dia rela berhenti merokok untuk menghilangkan rasa kesedihan dan kegelisahannya selama ini.

Hari ini pertama kalinya dia mengulang kembali kebiasaan kecanduan merokoknya, dulu sebelum mengenal Karina, Derian melampiaskan segala kekesalannya dengan merokok bahkan bisa menghabiskan berbungkus-bungkus rokok dalam setiap kemarahannya.

Kali ini kemarahannya sudah tak terbendung lagi, ucapan Karina walau terdengar gurauan mampu membuatnya sakit,sedih,kecewa dan marah sekaligus patah hati.Dia tau seharusnya tak seegois itu, bagaimanapun dia tak mau membagi miliknya.

Karina adalah miliknya tak ada seorang pun yang boleh menyentuhnya, katakanlah egois dirinya, dari awal mengenal Karina, Derian sudah mengenal Karina seorang yang bersuami tentu saja dirinya tak peduli, perasaannya yang membuncah seperti remaja saat pertama kali jatuh cinta membuatnya buta akan semua itu.

Hayalan keinginan untuk memilikinya menyeruak mendekati Karina dengan cara apapun,bagai bak gayung bersambut, ternyata Karina juga mengatakan menyukainya, perasaan bahagia yang tak bisa dilukiskan kata-kata membuat seorang Derian yang telah lama menutup hatinya berbunga-bunga.

Hanya mengatakan menyukainya,tak pernah sekalipun Karina bilang mencintainya, tapi itu tak menyurutkan Derian untuk menuntut lebih, apalagi Karina tak menolak sentuhan darinya, baginya Karina selalu ada di setiap waktu saat dibutuhkan itu sudah cukup baginya,bahkan setiap percintaan mereka, Karina terlihat menikmati dan terpancar kebahagiaan di matanya.

Dihempaskan nafasnya perlahan,mereda emosi, Derian tak ingin menunjukkan kemarahannya pada siapapun hanya mungkin wajah dingin dan datar pada orang lain saat emosinya memuncak.

Tok tok tok

Ketukan Noah di pintu ruangannya karena dirasa tuannya sudah tak ada suara lagi.

"Tuan...aku Noah?"seru Noah masih di balik pintu.

"Masuk!" perintah Derian setelah mendengar suara sekretarisnya.Noah membuka pintu perlahan masih dengan waspada berharap tuannya sudah tidak marah lagi.Dia masuk mendekati tuannya.

"Breafing dengan karyawan sudah akan dimulai tuan? Tinggal menunggu anda,"ucap Noah datar seolah-olah tak terjadi apapun.

Derian masih tak bergeming menghadap jendela kaca di dalam ruangannya tanpa menjawab ucapan Noah.Noah memandang sekeliling, semua barang di meja tuannya sudah berserakan tak pada tempatnya lagi.

Dia tak bertanya apapun karena sudah tau akan seperti ini,di setiap tuannya marah semua barang yang ada di ruangannya pasti hancur, Noah tak bisa mencegahnya, mungkin itu lebih baik tuannya meluapkan amarahnya daripada harus berteriak tak jelas pada setiap karyawannya.

Dulu sebelum mengenal Karina, tuannya bahkan mampu membunuh seseorang hanya untuk meluapkan amarahnya,tapi setelah mengenal Karina tuannya tak pernah marah ataupun menunjukkan emosi amarahnya.

Baru kali ini kemarahannya seperti tak bisa ditolerir lagi membuatnya untuk tidak mengamuk,ini masih belum apa-apa,ini masih bisa dikategorikan masalah ringan, biasanya tuannya terlalu marah tapi tak dirinyalah yang membuat kesalahan itu, sehingga tidak bisa diluapkan secara langsung kepada seseorang.

Apakah kesalahan anda terlalu vatal tuan, hingga anda meluapkan kemarahan anda pada diri anda sendiri,batin Noah melihat tangan kanan tuannya berdarah.

"Biar saya obati lukanya tuan?"ucap Noah mengambil kotak P3K yang dimintanya tadi pada asistennya sebelum masuk ke ruangan tuannya.

Derian melirik tangan kanannya yang berdarah yang tidak didasari sejak tadi,rasa sakit hatinya lebih sakit daripada rasa sakit berdarah di tangannya.Dihempaskan tubuhnya duduk di sofa dekat mejanya yang selamat dari amukannya.

"Noah, suruh seseorang mengawasi rumah Karina dan laporkan siapapun yang keluar masuk dari rumahnya! siapapun!"perintah Derian lebih tenang tanpa emosi masih dengan wajah dingin dan datar.

Ucapan Karina yang mengatakan tidur dengan suaminya membuat emosinya memuncak, dia cemburu,dia marah saat Karina mengatakan suaminya di rumah dan tidur dengannya, membayangkan percintaan panas Karina dengan suaminya membuatnya emosinya kembali memuncak dan berusaha meredamnya.

Dia tak mau berbagi miliknya dengan siapapun walaupun dengan suami Karina yang adalah pasangan sahnya.Tapi setelah menyelidiki rumah tangga Karina yang dimadu suaminya membuatnya berpikir untuk memilikinya untuk dirinya sendiri.Biarlah dirinya egois, kehilangan kasih sayang dan perhatian dari ibunya membuatnya sangat posesif apa yang menjadi miliknya.

"Baik tuan,"jawab Noah sambil masih mengobati luka di tangan tuannya.

Diraihnya jas mahalnya yang diletakkan di sandaran kursi mejanya,Derian keluar ruangan menuju tempat breafing yang sudah ditunggu karyawannya.

Karina mencoba bangun dari tidurnya sambil masih memegangi kepalanya yang berdenyut, mengurungkan niatnya untuk bangun karena merasakan sakit kepala yang tak bisa ditahan lagi, selalu seperti ini setelah pulang berlibur dengan kekasihnya.

Karina pasti akan merasakan sakit kepala yang tak bisa ditahan.Disentuh dahinya agak hangat, diletakkan kembali kepalanya berbaring kembali. Niatnya mau bangun membuatnya kehilangan kesadaran dan menutup matanya, sudah tak mengingat apapun lagi.

**

Pukul 11 malam, dibuka matanya perlahan, sakit kepalanya sudah berangsur membaik, tapi panas tubuhnya masih dirasa hangat, dirinya beranjak bangun keluar kamar,menuju dapur mengambil air minum, menghabiskan satu botol sedang,rasa hausnya dari pagi terasa lega membasahi kerongkongannya.

Bunyi perutnya membuatnya mencari di dalam kulkas apapun yang bisa dimakan. Sandwich telur sosis yang tertata rapi di kulkas membuatnya mengerutkan kening, diingatnya dirinya tak pernah punya itu, diraihnya di bawa ke meja makan, terdapat memo 'maaf,aku hanya bisa membuat ini, makanlah selagi sempat,sebesar apapun emosi tetap membutuhkan tenaga, ditambah gambar emoticon senyum'.

Karina tersenyum mengejek,mengejek kebodohan dirinya sendiri yang masih harus bertahan dalam kehidupan rumah tangganya yang begitu rumit.Tubuhnya luruh,isakan tangis terdengar di ruangan itu meratapi nasibnya tanpa ada yang bisa meredakannya...

TBC

Mohon dukung karya perdana saya,like dan vote nya,, makasih

Chapter 5

Dering ponselnya di kamar berbunyi berulang-ulang,Karina yang sedang berendam di dalam bath up terpaksa menghentikannya. Dibilas tubuhnya di bawah shower, memakai kimono mandi berjalan menuju dering ponselnya yang berbunyi berulang kali.

"Halo,,"sapanya tanpa melihat siapa yang telepon.

"Aku di depan rumahmu," balas yang di seberang.Karina mengerutkan alisnya, melihat kembali nama penelpon, ditutupnya mulutnya yang terkejut, tertulis nama Derian di ponselnya. Untuk apa dia kesini? ditutupnya kembali ponselnya, berlarian ke depan pintu membukanya.

Pintu terbuka menampilkan sosok Derian dengan wajah dingin dan datarnya, melihat Karina masih berbalut handuk kimono membuat hasratnya muncul,Derian mendorong masuk memegang kedua pipi Karina mengecup, ******* dan melahap bibir dengan kasar,ingatan tentang kemarahan tadi pagi menyeruak membuatnya kehilangan kendali, menerobos masuk lidahnya mengabsen setiap gigi Karina, pintu ditutup dengan kakinya.

Setelah 1 jam, pergulatan panas berakhir,Karina memakai kimono mandinya lagi.Derian membenahi kembali pakaiannya, duduk bersisian di sofa.

"Kenapa datang? Sudah kukatakan jangan datang ke rumah,aku tak mau suamiku tau tentang kita,kau sudah janji,"ucap Karina setelah keduanya diam tanpa ada yang mulai bicara lebih dulu.

"Bagaimana kalau kita menikah siri?"kata Derian tanpa menjawab ucapan Karina, menoleh menghadapnya.Karina balik menatap mata Derian mencari keseriusan lewat sorot matanya.Tak bisa dipungkiri sorot matanya menunjukkan keseriusannya.

"Aku mau ganti baju dulu,"ucap Karina sambil berdiri ke kamarnya, yang tangannya langsung ditarik Derian yang ikut berdiri,tubuh Karina membentur dada bidang Derian.

"Setidaknya tinggallah di apartemenku agar aku tenang,kau tau sejak kemarin aku mencemaskanmu karena ponselmu tak bisa dihubungi,dan pagi tadi kau juga tak mengangkatnya berulang kali," bisik Derian lirih di dekat telinga Karina, terus membenamkan kepala Karina ke dadanya,memeluk erat seolah tak mau dilepaskannya.

"Maaf...aku tak mungkin meninggalkan rumah, walau begitu toh kita masih bisa bertemu untuk janjian ketemu di luar,dan kumohon jangan pernah datang kesini lagi?Aku takut jika saat kau kesini, suamiku ada di rumah," jawab Karina lirih tapi masih bisa didengar Derian.

Aku tau sejak semalam suamimu tak pulang karena aku mengawasi rumahmu lewat orangku,sampai kapan kau akan terus berbohong.Maka dari itu aku nekat datang kemari karena sampai sekarang pun dia tak kembali,batin Derian.

"Kau sangat keras kepala, kenapa kau tak mau menurut untuk permintaanku yang satu ini," ucap Derian akhirnya seraya melepas pelukannya,menangkup kedua pipi Karina mengecup bibirnya sekilas.Karina tersenyum.

"Aku sudah berkali-kali mengatakan aku bisa menuruti semua keinginanmu,tapi jangan pernah memintaku untuk pergi dari rumahku,"ucap Karina tersenyum.

"Baiklah... aku akan kembali ke kantor, jangan sampai ponselmu mati lagi..."ucap Derian sambil membelai rambut Karina lembut, penuh kasih sayang. Dikecupnya lagi bibir Karina sekilas sebelum dirinya benar-benar pergi.

Karina merasa bahagia atas perhatian Derian, semakin besar rasa cintanya kepada lelaki ini, melebihi cintanya pada suaminya dulu sebelum dikhianati.

**

Hari Selasa, setelah kemarin izin sakit dari tempatnya bekerja,Karina tak mungkin izin lagi, setelah cutinya hari jumat kemarin. Karina bekerja di sekolah TK tak jauh dari rumahnya.

Bertahun-tahun pernikahannya dengan suaminya yang tak kunjung mempunyai anak membuatnya mengabdikan diri untuk bekerja di sekolah TK yang merangkap penitipan anak, sekolah yang setelah usai pelajaran bisa menitipkan anak mereka jika orang tuanya tidak bisa menjemput atau kedua orang tuanya bekerja.Di tempat itu tutup setiap sore jam 5 sampai semua anak sudah dijemput orang tua mereka masing-masing.

Sekolah itu cukup elit, terlihat orang tua dari anak-anak itu banyak yang diantar jemput oleh mobil mewah, terkadang hanya seorang sopir keluarga anak itu yang menjemput.

Karena sudah terpercaya untuk menitipkan anak-anak mereka,bahkan mereka bersedia merogoh kocek lebih dalam agar anak mereka bisa terurus di sana.

"Selamat pagi Bu Karin," sapa anak-anak melihat guru kesayangan mereka tiba, banyak dari mereka menyayangi Karina,sebab Karina adalah guru yang baik,sabar dan penyayang, bahkan banyak anak yang menyayangkan saat Karina izin sakit sehari kemarin seperti berhari-hari tidak masuk.

"Bu Karin," sapa Ajeng teman Karina yang menjadi guru dual sekolah itu juga.Karina menoleh ke sumber suara.

"Tolong ada anak baru menangis,kemarin mereka baru pindah kemari, adiknya tak mau ditinggal kakaknya ke kelas?Kami sudah kuwalahan membujuk dengan berbagai cara apapun, sampai-sampai kemarin kakaknya terpaksa tak masuk kelas karena adiknya tak mau ditinggalkan," jelas Ajeng memelas terlihat lelah.

"Dimana anak itu sekarang?" jawab Karina. Ajeng berjalan menuju kelas sebelah kantor tempat anak-anak yang dibawah umur balita yang dititipkan orang tua mereka.

"Itu anaknya Bu, yang menunduk menangis memegang baju kakaknya,"menunjuk seorang gadis kecil yang memegang baju seorang gadis kecil juga yang selisih mungkin 2 tahunan seolah tak mau ditinggal.Karina mendekati gadis kecil itu, menekuk lututnya menyamakan tinggi badan gadis kecil itu.

"Hai adik cantik,,siapa namamu?"sapa Karina.Gadis kecil itu masih terdiam masih enggan menjawab.

"Mau ikut ibu, gimana kalau kita bermain ayunan diluar? Biarkan kakakmu belajar, Ok?" seru Karina tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya. Masih tetap diam tak menjawab.

"Baiklah...kalau begitu biarkan kakakmu saja yang bermain dengan ibu?" bujuknya lagi.

"Oh ya nama ibu Karina,panggil Bu Karin,,oh ya siapa nama kakakmu?" kata Karina berganti memandang kakak gadis kecil itu.

"Angel bu," jawab kakak gadis itu yang bernama Angel.

"Kalau adik kecil ini siapa?" tanya Karina lagi ganti menatap gadis kecil itu.

"Putli..."jawab gadis kecil itu lirih hampir tak terdengar dengan cadelnya.

"Oh putri...putri ternyata cantik ya...seperti tuan putri,"ucap Karina berharap dapat membujuk Putri dengan tersenyum lebar.

"Putri mau bermain dengan ibu,ibu akan menemani Putri bermain dan biarkan kakakmu belajar, Ok..." kata Karina mengedipkan mata terus tersenyum,guru yang lain menatap interaksi antara gadis kecil yang bernama Putri itu, yang dari kemarin sulit untuk dibujuk.

Semuanya bernafas lega saat tangan Putri meraih tangan Karina yang terulur untuk mengajak Putri bermain.Kakaknya Angel tersenyum dan bergegas menuju kelas setelah perjuangan panjang membujuk adiknya untuk melepaskannya.

Karina menggandeng gadis kecil itu ke halaman mencoba bermain ayunan,prosotan dan juga mencoba bermacam mainan lainnya. Putri tertawa-tawa kecil kadang terbahak-bahak saat Karina menceritakan cerita lucu saat sudah mencoba bermacam mainan, mereka duduk di bangku dekat mainan, mengobrol berbagai yang bisa membuat Putri berhenti merasa sendirian.

Karina yang begitu menginginkan seorang anak tentu juga sangat bahagia bisa merasakan langsung menjadi seorang ibu, itulah sebabnya dirinya memilih untuk bekerja menjadi guru TK sekaligus merangkap tempat penitipan anak,siapa tau dirinya akan juga bisa memiliki anak, seandainya suaminya tidak menikah lagi.

TBC

Mohon like dan vote nya,, makasih 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!