NovelToon NovelToon

The Real Beauty

CLARA

Aku Clara, Clara Shinta umurku 16 tahun aku baru masuk SMA, hobiku membaca, menari dan berdandan, ku pikir sebagian gadis menyukai make up meskipun tidak semua.

Alasan aku suka make up karena aku ingin melihat diriku cantik dan fresh, untuk siapa lagi kalau bukan untuk diriku sendiri, aku tahu aku tidak cantik, kulitku tidak putih dan aku tidak langsing, tapi aku bersyukur aku diberi kesempatan Tuhan untuk menikmati indahnya alam semesta yang ia ciptakan.

Selama aku hidup tidak ada satu orangpun yang mau berteman denganku, karena aku jelek, tapi ibuku bilang aku cantik. Sejujurnya aku sangat tidak percaya diri dengan diriku, tetapi aku harus bertahan aku harus bersabar demi mimpiku. Mimpiku menjadi seorang beauty vlogger.

Ah, aku ingat dulu ketika SMP, saat semua murid mengungkapkan apa impiannya dan aku mengatakan bahwa aku ingin menjadi beauty vlogger semua menertawakanku, mereka mengatakan bahwa

“tidak ada beauty vlogger yang jelek dan gendut sepertimu, dasar gendut. Lihat badanmu besar seperti badak. Hahaha”

Aku menangis seharian ketika pulang dari sekolah.

Esoknya aku memutuskan untuk diet tapi aku malah jatuh sakit, ibu berkata padaku bahwa aku tidak perlu berdiet, aku sudah cantik dengan apa adanya diriku, aku agak sedikit tenang, tapi tidak selamanya, malah ku pikir ibuku berbohong padaku, aku ini jelek! Semua orang tidak mau melihatku, aku si buruk rupa.

Aku berusaha keras agar aku percaya diri, aku memulai semuanya saat aku memasuki SMA, tapi semua tidak berjalan baik, tetap saja aku mendapat perundungan dari teman-teman kelasku, bahkan aku tidak punya teman, sudah satu semester ku lalui, dan hidupku selalu seperti ini.

                             

...****************...

Pagi ini aku datang agak telat karena aku kesiangan, tidak seperti biasanya, padahal aku selalu bangun lebih awal dari ibukku, 'haduuhhhh matilah aku pasti akan di hukum', aku bergegas masuk ke kelasku dan langsung duduk di bangkuku, aku duduk sendirian di pojok ruangan.

Ketika aku sampai di kursiku aku melihat banyak sampah berserakan di meja dan kursiku, serta coretan yang bertuliskan ‘dasar babi’ ‘kau ini jelek, berkacalah’ ‘lihat kulitmu,bahkan jika kau berada di kegelapan yang terlihat pada dirimu hanya gigi. Haha’ .

Semua coretan itu menggunakan spidol yang bukan permanen (untungnya) yang tertera di semua meja dan kursiku, aku menghela napas ‘selalu saja seperti ini hampir setiap hari’ pikirku, aku langsung membersihkan sampah dan menghapus coretan-coretan yang menghiasi tempatku menggunakan tisu basah, aku selalu membawanya, karena ini sangat berguna seperti sekarang ini.

Aku dengan cepat membereskan semuanya sebelum guru datang dan kami belajar seperti biasa.

“Hey gendut, rambutmu bagus,” kata seorang gadis di depanku yang menoleh ke arahku, di jam pelajaran ini ia sempat-sempatnya mengajakku ngobrol? Aku terdiam.

“Hey, aku memujimu, bodoh!” lanjutnya dan aku mengatakan “terimakasih” dia tersenyum. ‘aneh’ pikirku, aku merasa curiga tapi ku buang jauh-jauh pikiran itu, mungkin memang dia sebenarnya baik, hanya saja dia takut di jauhi yang lain sepertiku.

                           

...----------------...

                     

Bel istirahat berbunyi, aku memasukan buku-buku pelajaran ke dalam tas dan menunggu semua siswa/i berhamburan pergi meninggalkan aku sendiri, ketika kelas sudah di rasa kosong, aku membuka kotak bekalku dan memakannya, aku selalu membawa bekal selama aku mengenyam pendidikan, aku tidak mau pergi ke kantin, karena pasti akan sangat memalukan, aku sudah menduganya.

Setelah bekalku habis, aku membersihkannya dengan tisu basah dan tisu kering kemudian memasukkannya kembali ke dalam tas, aku mulai membaca buku pelajaran yang nanti akan di bahas di jam pelajaran setelah istirahat, setengah jam berlangsung, perutku sangat sakit, aku ingin ke toilet.

Aku sudah menyelesaikan panggilan alam di toilet sekolah, dan sudah merapikan pakaianku, saat aku ingin keluar, tiba-tiba pintu bilik terkunci, aku tidak bisa membukanya, apakah rusak? Aku terus menggedor dan berteriak berharap ada OB sekolah yang datang dan membantukku, tapi tidak ada satupun, sampai akhirnya

BBYYYUURRRR

“Aaaakkkhhhh” teriakku kaget

Astaga aku disiram? Siapa yang menyiramku? Aku melihat ke atas, dan saat aku melihatnya sebuah ember jatuh di atas kepalaku secara bersamaan pula pintu bilik terbuka keras, hingga aku yang berada tepat di depan pintu bilik tersungkur sampai punggungku mengenai toilet

Duk!

"Akkhh awh" rintihku kesakitan

Sungguh ini sangat sakit karena benturannya lumayan keras, saat aku mencoba untuk membuka ember yang berada di kepalaku dan mengganggu pandanganku, tiba-tiba tanganku di pegang oleh seseorang, aku di seret dan disudutkan ke tembok.

Seseorang melepas ember dari kepalaku, aku membiaskan penglihatan ‘Oh, itu gadis yang memuji rambutku, firasatku tidak enak’ kataku dalam hati

“Hai Clara, rambutmu bagus,” ujarnya tersenyum sambil memainkan rambutku, aku terus memperhatikannya, hingga ia mengeluarkan sebuah gunting, aku melotot,

“Kalian mau apa?!!!” kataku sedikit berteriak melihat ke arah mereka semua, dua orang memegang tanganku masing-masing kanan dan kiri, serta gadis di depanku yang memegang gunting, aku sangat takut sungguh,

“Kami semua mau bermain denganmu, kau kan kutu buku yang pendiam di kelas,” ujarnya.

"Iya, kau ini sombong sekali, sudah tahu kau jelek malah sombong tidak mau berteman” tambah gadis yang ada di samping kananku, dan tiba-tiba saja gadis di depanku memotong rambutku.

Aku memberontak mencoba melepaskan cengkraman mereka di kedua tanganku, serta menghindari gunting yang akan memotong paksa rambutku, tapi semua terlambat, rambutku habis terpotong, aku melihat helaian rambut yang berjatuhan di lantai kemudian menangis tetapi mereka malah terbahak-bahak, lalu meninggalkanku sendirian di toilet.

Aku terduduk dan menangis sambil memegang rambutku, aku tidak pernah memotongnya karena ibuku sangat menyukai rambutku, aku harus bagaimana.

 

                      

...----------------...

           

 

Aku melihat diriku di cermin wastafel toilet dekat bilik, wajah jelekku semakin hancur akibat menangis, baju yang basah, rambut yang terpotong asal, bagian kanan lebih pendek dari bagian kiri, seragamku yang sangat jauh dari kata rapih.

Aku mencuci wajahku, dan membersihkan beberapa helai rambutku yang menempel pada wajah serta seragamku, aku membuang rambutku ke tempat sampah yang berada di toilet dengan perasaan sedih, ini sangat berat. Aku berencana ke salon untuk merapikan potongan rambutku.

Aku keluar dari toilet dan berjalan menuju rooftop sekolah, menunggu disana sampai jam pulang sekolah, tidak ada yang mencariku, karena aku tidak punya teman, lagipula aku tidak bisa mengikuti jam pelajaran dengan keadaanku yang seperti ini, aku menunggu sembari berfikir. 'Mengapa hidupku seperti ini.'

Bel pulang sekolah berbunyi 10 menit yang lalu, sengaja memang karena aku tidak mau ada seorang pun yang tersisa di sekolah, aku bergegas turun menuju kelas kemudian mampir ke salon, aku berjalan kaki dari sekolah menuju salon, karena aku tidak membawa uang lebih, kalau ku gunakan untuk menaiki angkutan umum pasti sangat kurang ketika ku gunakan sisanya untuk membayar salon, jadi ku putuskan untuk berjalan sampai salaon.

Aku sudah berada di salon, orang salon menatapku aneh, mungkin ia berpikir kalau aku korban aniaya, memang benar tapi aku langsung berkata,

“Maaf sangat tidak enak di lihat, ini karena aku berusaha memotong rambutku sendiri, aku sedang mengikuti trend artis kesukaanku,” ujarku berbohong,

“Memangnya kau tidak di tertawakan teman-teman kelasmu? Duduklah,” tanya nya sembari menyuruhku duduk,

“Tentu saja, haha.” jawabku tertawa hambar,

“Mau potong seperti apa?” tanyanya yang mulai memasang kain besar di dadaku

“Seperti laki-laki saja, tidak apa,” jawabku berat

"Baiklah” kemudian ia mulai memotong rambutku, aku memejamkan mata, 'aku tidak mau melihat rambutku yang di potong'.

Setelah selesai, ia menyuruhku untuk melihat cermin takut-takut kalau potongannya tidak bagus, aku menggeleng kemudian langsung membayar dan mengatakan padanya bahwa hasil potongannya luar biasa bagus, aku sangat senang, padahal sebenarnya aku menahan tangisku.

Di perjalanan sepulang dari salon aku menangis menunduk, apa yang harus ku katakan pada ibu, untung saja bajuku sudah mengering, aku sungguh lelah. Berjalan dari sekolah ke salon lalu ke rumahku benar-benar ide yang buruk, uang saku ku hanya pas untuk membayar salonnya. Aku tidak punya uang lagi.

 

                        

...----------------...

              

 

Aku sampai di rumah, sangat berat membuka pintu, tetapi aku harus masuk, aku lapar. Aku membuka pintu rumahku dan masuk ke dalam, tidak ada ibuku.

Aku menggeledah seluruh ruangan dengan mataku ‘kemana ibuku?’ ‘mungkin sedang belanja’ pikirku, ini kesempatanku. Aku berlari menuju kamar di lantai 2, membersihkan tubuhku, berganti pakaian dan turun ke dapur untuk makan, saat di dapur aku mengambil makanan dan mulai memakannya di pantry.

Aku sedang asyik memakan makanan ku hingga sebuah lengkingan suara mengagetkanku, aku tertegun.

“ASTAGAAAAA” - seseorang menjerit

Incident

“ASTAGAAAAA” teriak ibuku yang ternyata sudah ada di hadapanku,

"ADA APA DENGAN RAMBUTMU, NAK?” tanyanya.

“Kau di bully lagi oleh temanmu? Aku harus menelfon pamanmu meminta ia menuntut anak-anak nakal itu,” ujar ibuku sambil mengeluarkan handphone di tas tangannya. Aku beranjak dari dudukku untuk mencegah ibu menelfon paman,

“Bu, ini bukan karna mereka, aku hanya mau mencoba gaya rambut yang baru. Aku sedikit bosan dengan rambut panjang, maafkan aku tidak izin pada ibu,” ucapku berbohong pada ibu sambil menggenggam tangannya yang sedang memegang ponselnya,

“Benarkah?” tanyanya menoleh padaku, aku mengangguk ‘untung aku sudah berganti pakaian’ ujarku dalm hati.

"Kau harusnya bilang terlebih dahulu pada ibu, kau ini. Lagi pula mengapa kau memotongnya sangat pendek?” tanya ibu yang mulai melunak.

“Umm.. karena gerah, jadi aku memotong sependek mungkin. Ibu tahu? Bahkan aku berniat menggundulkan kepalaku,” ucapku di sertai dengan cengiran,

“Ishh kau ini!” ibu mencubit hidungku, “Ah ibu, sekarangkan ada wig,” ujarku tersenyum pada ibu, “Yasudah besok ke sekolah pake wig saja,” ujar ibu ku berjalan menuju kulkas mengambil air dan menuangkannya ke dalam gelas.

Aku kembali duduk di bangku pantry dan melahap makananku lagi “Tidak ibu, seperti ini saja,” ucapku sambil menyendok makanan ke mulutku,

“Kau yakin?” tanya ibu yang memberikan gelas berisi air padaku, aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih untuk airnya, ibu pamit untuk membersihkan dirinya, aku mengiyakan, aku fokus dengan makanku.

Setelah selesai aku membersihkannya, di rumah kami tidak ada asisten rumah tangga, jadi pekerjaan rumah ku bagi dengan ibu, lumayan menghemat. Kadang jika ibu pulang larut dari kerjaannya aku yang akan membuatkan ibu makanan, dan kalau pagi aku selalu bangun lebih awal untuk membuat sarapan untuk ibu dan membangunkan ibu, ayah dan ibu sudah cerai jadi di rumah ini hanya ada kami berdua, tapi tak apa, aku masih punya ibu yang selalu menyemangatiku dan mendukung apapun yang aku lakukan.

Aku merebahkan diriku di sofa ruang TV sambil menonton kabar berita hari ini dan memakan camilan di tanganku yang sudah ku ambil di lemari camilan, sejujurnya aku bosan, aku tidak tahu harus melakukan apa, aku melihat ibu mendatangiku dan duduk di sofa dekat kakiku dan meraih camilan yang ada di tanganku.

“Kau tidak membuat video make up lagi?” tanya ibuku aku menggeleng, “Tidak ada ide,” jawabku “lagi pula, aku bosan dan malas,” tambahku lagi,

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita menonton film? Sudah lama kita tidak menonton film.” usul ibuku, dan aku mengiya kan.

Kami menonton film hingga larut, beberapa remahan popcorn dan kripik kentang serta beberapa kaleng softdrink yang kami konsumsi berserakan di lantai sofa ruang TV, aku melihat ibuku tertidur di sofa, aku membangunkannya dan menyuruh ibu untuk tidur di kamar, karena disini dingin, aku takut ibu akan jatuh sakit, lalu ibu akhirnya mendengarku dan beranjak dari sofa ke kamarnya, hanya aku sendiri disini dan aku mulai membersihkan lantai dan merapikan ruang TV kemudian pergi tidur.

 

...****************...

 

Hari ini adalah hari minggu, hari dimana aku sangat amat damai, hari yang aku tunggu, tidak ada yang menghinaku, membully ku, aku tidak mendengar nada-nada kebencian dari banyak orang, aku damai di hari minggu, aku bersyukur aku bisa merasakan ketenangan meskipun hanya satu hari, tapi setidaknya itu bisa memulihkan jiwaku dan juga hatiku.

Sebenarnya hari ini ibu mengajakku pergi seharian bersama teman-temannya, tetapi aku menolak, aku takut ibu malah di rendahkan karena aku jelek tidak seperti anak dari teman-teman ibu yang lain, jadi aku memutuskan untuk tidak ikut, lebih baik aku di rumah membersihkan rumah juga melakukan apapun yang aku suka.

Aku berniat membuat video tentang make up dan berfikir ingin meng upload nya, mungkin akan ku setting pengaturannya biar hanya aku saja yang melihatnya.

Aku beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi, ini masih jam 9 pagi, aku akan mempersiapkan diriku untuk membuat video make up, karena memang impianku ingin menjadi beauty vlogger jadi aku harus melatih diriku dari sekarang, meskipun aku tidak tahu aku akan menggapai mimpiku tersebut atau tidak, tetapi aku akan tetap berusaha sebaik yang aku bisa.

Aku sudah membuat video nya sejam yang lalu juga sudah ku edit dan ku upload di sosial media, peraturannya sudah ku ubah dalam bentuk (privacy). Ibu ku belum pulang, aku lapar tapi aku malas untuk membuatkan makanan meskipun hanya untuk aku.

Aku memutuskan untuk membeli makanan di sekitar rumahku, rasanya makan mie ayam mungkin ide yang bagus, aku bergegas mengambil sweater yang menggantung di gantungan dekat pintu lalu turun kebawah untuk membeli mie ayam.

Aku sudah mendapatkan mie ayam, lalu aku pulang ke rumah. Di perjalanan menuju rumah aku melihat seorang pengemis, ia sudah tua renta, ia menghampiriku dan berkata bahwa ia belum makan, aku merasa iba lalu aku memberikan ia mie ayam yang ku beli dan memberikan beberapa lembar uang ‘untung aku bawa uang lebih’ pikirku,

pengemis itu berterimakasih padaku dan aku tersenyum kepadanya, lalu aku mencari warung untuk membeli mie instant, uangnya hanya cukup untuk membeli mie instant, tapi tak apa yang penting aku kenyang.

Sesampainya di rumah aku mulai memasak mie instant dan memakannya sambil menonton TV, ibuku masih belum pulang, mungkin sore ibu ku sudah pulang, setelah makananku habis, seperti biasa aku membersihkanya kemudian masuk ke kamarku dan bersantai, membaca novel sambil mendengarkan lagu, aktivitas yang ku lakukan membuatku mengantuk dan akhirnya akau tertidur.

 

...----------------...

 

Tanpa Clara sadari, video yang ia upload seharusnya berbentuk privacy, karena kecerobohannya ia malah mengunggah video tersebut ke publik, akhirnya banyak komentar-komentar yang terdapat di video Clara, serta share yang membludak, Clara tidak tahu jika video nya tersebut mendorong ia ke lubang yang berisi jarum.

(POV Mia Ibu Clara On)

Aku Mia, ibu dari Clara Shinta, saat ini aku sedang berada di restaurant bersama teman-teman kantorku, hari ini kami memang sudah berencana akan berkumpul untuk bersenang-senang, semua teman-temanku membawa anak-anak mereka, Clara tidak pernah mau ku ajak entahlah, semua temanku tidak tahu Clara karena Clara selalu tidak ikut ketika ada acara seperti ini, bahkan ketika mereka semua bertamu ke rumahku, Clara akan seharian mengurung diri di kamarnya sampai teman-temanku pulang.

Aku memanggil pelayan dan memesankan makanan untuk anakku, sebentar lagi kami akan pulang karena ini sudah sangat sore, aku tidak bisa meninggalkan Clara sendiri di rumah, meskipun aku tahu ia akan baik-baik saja aku tinggal tapi tetap aku selalu mengkhawatirkannya.

Setelah selesai memesankan makanan untuk ku bungkus, teman-temanku saling bersahut-sahutan tawa, aku bertanya ada apa? Temanku – Dinda – menjawab,

“*S*ini deh, liat. Hahaha lucu sekali, dia terlalu percaya diri, padahal wajahnya tidak cantik, kulitnya hitam dan badannya gendut. Ya ampun, ia tidak malu? Hahaha...” Dinda menyerahkan smartphonenya padaku, aku mengambilnya dan ku lihat video di layar smartphone temanku, seorang gadis yang sedang berdandan, aku terdiam.

Aku tertarik membaca komentarnya karena sangat amat banyak dan betapa sakitnya hatiku, melihat anakku di perlakukan seperti ini, aku marah sangat marah.

Lama aku menatap layar smartphone temanku, kemudian aku mulai mendengar temanku yang lain berbicara,

“Jika aku adalah ibunya, aku akan membuangnya di panti asuhan. Sungguh, penampilannya membuatku malu,” demi apapun, aku sangat marah. Ku kembalikan smartphone milik Dinda, temanku. dan langsung beranjak ke kasir untuk membayar pesananku, seseorang memanggil – itu Dinda –

“Mia, kau mau kemana?” tanyanya, “Aku buru-buru pulang, anakku menunggu” jawabku melangkah kaki ku pergi dari tempat itu, apa-apaan mereka menghina anakku, sungguh keterlaluan.

(POV Mia ibu Clara Off)

Disisi lain, teman-teman Mia (ibu Clara) sedang membicarakan Mia, “Kau tahu anaknnya Mia?” tanya Dinda memulai percakapan selepas Mia meninggalkan restaurant.

“Aku tidak tahu, lagi pula anaknya selalu tidak hadir, bahkan ketika kita berkunjung anaknya terus menerus di dalam kamar, sungguh tidak sopan,” sahut yang lain – siska – Obrolan-obrolan lainnya yang membicarakan tentang Mia, tetapi Mia tidak mengetahuinya.

Mia sedang memesan taksi online untuk cepat samapai ke rumahnya, ia terus memikirkan Clara di sepanjang perjalanan menuju rumah.

...----------------...

Sesampainya di rumah, ia langsung menuju kamar Clara, tanpa mengetuk pintu, Mia langsung membuka kamar Clara.

Cklek

“ASTAGA CLARA”

Bad Day

(POV Clara On)

Aku menggeliat dan membuka mata, membiaskan cahaya masuk ke mataku ‘aku ketiduran,’ pikirku, aku tidak langsung duduk melainkan mencari ponselku, aku meraba-raba sekitar guna mencari ponsel dan .... dapat!

Aku membukanya dan betapa terkejutnya aku, ketika melihat notifikasi handphoneku banyak sekali. Refleks aku terduduk diam menatap layar ponsel ku ‘ya Tuhan’ kataku dalam hati.

Ternyata video yang ku kirim belum ku ubah pengaturannya, seingatku sudah ku ubah, bagaimana ini bisa terjadi, notifikasi aplikasiku benar-benar membludak, dan aku melihat komentar yang ada di videoku, komentarnya seperti,

‘ada **** berdandan, hahaha’

‘ya Tuhan, apa dia berdandan tidak menggunakan cermin?’

‘tingkatkan terus. Berat badanmu maksudnya. Hahaha’

‘aku ingin menghujat, tetapi kalian sudah mewakili hujatanku’

‘apa ini? Sangat jelek’

‘orang bodoh dari mana ya ampun, benar-benar jelek’

‘kau tidak punya cermin ya di rumah? Wajahmu itu jelek dan badanmu sangat tidak bagus’.

Dan masih banyak komentar hinaan yang ada di video ku. Cukup lama aku terdiam mencerna kejadian yang menimpaku, 'apa aku sedang bermimpi?' pikirku, aku yakin aku sedang bermimpi, aku menepuk pipiku berkali-kali dan mencubit lenganku berharap ini mimpi, tapi ini nyata, dan aku menangis.

Ku lempar ponselku ke sembarang arah, mengacak-acak apapun yang berada di sekitarku. 'sudah cukup! Aku lelah!

‘aku ingin hidup tanpa hinaan’

‘wajah jelekku tidak menular kepada kalian?’

‘sampai kapan kalian terus menghinaku?’

(POV Clara Off)

“ASTAGA CLARA” Jerit Mia histeris melihat Clara menangis lemas di lantai dengan penampilan yang sangat berantakan, Mia menghampiri Clara dan memeluknya.

“Tak apa sayang, ibu disini. Masih ada ibu yang menyayangimu” hibur Mia kepada Clara yang masih terus menangis.

“Bu, apa aku jahat? Apa aku tak boleh melakukan apa yang orang lain lakukan? Mengapa semua orang terus menerus menghinaku? Aku lelah bu” ujar Clara setengah menjerit. “Kamu tidak jahat, yang jahat mulut dan tangan mereka” balas Mia, Clara masih terus menangis ia sangat sakit.

 

...----------------...

 

Keesokkan harinya Mia bangun terlebih dahulu lalu mulai menyibukan diri seperti biasa sebelum berangkat bekerja, ketika dirasa ia sudah selesai dengan dirinya ia pun turun ke dapur untuk sarapan,

‘mungkinkah putriku sudah bangun?’ pikirnya, terbesit rasa khawatir pada batinnya soal kejadian kemarin, rasanya berat jika Clara harus berangkat sekolah hari ini.

Tepat ketika ia berada di dapur, tidak ada siapapun dan tidak ada sarapan yang tersaji ‘putriku belum bangun?’ tanya batinnya pada diri sendiri, rasa khawatir dan cemas semakin membuncah, ia pun bergegas menuju kamar putrinya, di ketuklah pintu kamar putrinya dan memanggil namanya, tapi sayang tak ada sahutan yang ia dapat, kamarnya hening.

Seperti tak ada manusia di dalam, Mia semakin khawatir dan mencoba untuk memutar knop pintu, tetapi pintu terkunci dari dalam. Mia mulai menangis menggedor pintu Clara sembari memanggil nama putri semata wayangnya,

“Claraa”

Dukdukduk

"Claraaaa"

Dukdukduk

Teriak Mia sembari menggedor pintu, hampir 10 menit Mia menggedor pintu kamar Clara, namun tak ada jawaban apapun di dalam sana, tepat ketika ia akan mendobrak pintu kamar Clara yang bernuansa putih, saat itulah ia melihat Clara.

Mia terdiam.

“Ada apa bu?” tanya Clara bingung menatap ibunya yang terlihat sembab, ia sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Mia langsung memeluk Clara, Clara semakin kebingungan.

“Kau di rumah saja, izin sekolah ya?” ujar Mia,

“Tapi bu, kalau aku tidak sekolah aku akan tertinggal” balas Clara,

Mia melepaskan pelukannya

“Ibu mengkhawatirkanmu nak” ucap Mia sambil mengelus surai rambut cepak Clara, Clara tersenyum.

“Aku yakin aku baik” balas Clara dengan senyumnya, padahal jauh di lubuk hati yang paling dalam, Clara sama sekali tidak yakin dengan ucapannya.

“Maaf bu, aku kesiangan lagi. Aku jadi tidak sempat membuatkan ibu sarapan” ujar Clara menunduk, Mia mengangkat dagu Clara sambil tersenyum.

“Tak apa, ayo ke dapur kita buat roti panggang, karna sepertinya sudah terlambat jika kita memakan nasi goreng” balas Mia sambil melihat jam tangan yang terbalut rapih di lengan kirinya yang ramping, lalu mengajak Clara menuju dapur untuk sarapan bersama.

Ya, berbeda dengan Clara anaknya, Mia sangat cantik meskipun ia sudah berumu 45th, ia terlihat sangat muda seperti berumur 20th, wajahnya yang cantik, senyumnya yang manis, rambut dengan potongan model bob yang indah, serta tubuhnya yang ramping nan putih.

Kadang Clara berpikir ia anak adopsi karena sangat berbeda dengan ibunya, tetapi ibunya mengatakan bahwa tentu Clara adalah anak kandungnya, Clara sempat tak percaya tetapi Mia terus memberikan beberapa bukti seperti foto masakecilnya sampai tes DNA dan yaa, Clara adalah anak kandung Mia.

Setelah selesai sarapan, Mia mengantar Clara ke sekolah. Awalnya Clara menolak tapi Mia memaksa karena kalau tidak di antar ia akan terlambat.

Meskipun mereka punya kendaraan pribadi, tetapi mereka jarang sekali menggunakannya, mereka lebih suka naik bus untuk jika sedang hangout dengan yang lain (khususnya Mia) karena Clara jarang dan hampir tidak pernah hangout, kecuali bersama ibunya, Mia. Mereka akan menggunakan kendaraannya untuk keluar bersama atau ketika Mia terlambat pergi ke kantor.

Ketika sampai sekolah, Clara pamit kepada Mia. Sebelum Clara membuka pintu mobil Mia berpesan, “Sayang, apapun yang terjadi. Hubungi ibu” ujar Mia mengelus pipi Clara lembut.

Clara tersenyum, “Baik bu, aku pamit sekolah dulu ya bu” balas Clara sembari mencium tangan ibunya dan menutup pintu mobil, sebelum berangkat Mia melambai pada Clara dan Clara membalasnya.

(POV Clara On)

Setelah di rasa mobil ibu pergi meninggalkan kawasan sekolahnya, senyumku memudar sekaligus tangan yang sedari tadi melambai ku turunkan dengan lesu, aku berbalik menatap gerbang sekolah dan menghela nafas,

“Haaahhhhhh... aku tidak yakin ini hari yang indah” gumamku lebih kepada dirinya sendiri.

Aku melangkahkan kakiku berat perlahan menuju kelas, melewati gerbang sekolah dan melewati lapangan sekolah.

Aku terdiam menatap lorong sekolah yang akan melewati lapangan, disana banyak siswa/i lalu lalang, dan beberapa murid laki-laki yang sedang bermain basket di lapangan.

Rasa takut menyelimuti dirinya, tetapi ia tetap melanjutkan langkahnya perlahan menuju kelasnya, ia berjalan sambil menundukkan kepala, ketika langkahnya tepat di tengah lorong, sebuah bola basket menghantam kepalanya membuat Clara tersungkur.

DUK!

“Awhh” rintihku

‘ya Tuhan, aku belum sampai kelasku, tapi sudah menderita mungkinkah ini awal burukku di hari yang sangat buruk? Aku pusing’ batinku, aku masih tersungukur di lantai lorong, rasa pusing di kepala menyerangku, aku mencoba untuk tetap sadar tetapi tak bisa.

Ku lihat murid lelaki datang menghampiriku, bukannya menolong tapi malah mengambil bola basket yang menggelinding di dekat kepalaku tanpa mengindahkan diriku yg tergeletak, selain itu datang segerombolan siswa/i lainnya yang berkerumun menertawakanku.

Dengan pandangan buram ku lihat satu-persatu dari mereka, tak ada satupun yang menolongku, mereka terus menertawaiku. Aku menangis dalam hati, aku tak bisa mendengar apapun kemudian kurasakan pandanganku mulai menggelap dan aku tak sadarkan diri.

...----------------...

Aku terbangun dengan rasa pusing yang menyerang kepalaku, “Duhh sakit” rintihku, aku mencoba untuk membiaskan cahaya yang berada di ruangan ini pada mataku yang masih dirasa buram.

Aku mencoba untuk tenang sambil menahan rasa pusing di kepalaku, sungguh benar-benar pusing, ini jauh lebih pusing daripada aku mengerjakan ratusan soal matematika.

Ketika dirasa pandanganku normal seperti biasa, kucoba untuk duduk bersandar melihat sekeliling ruangan, ternyata ia di UKS ‘ku pikir, aku sudah mati’ batinnya.

Aku melihat jam yang terpasang di dinding ruang UKS ternyata ini jam 10, siswa/i sedang istirahat, ku putuskan untuk tetap berada di UKS sampai pulang sekolah, karena aku masih terlalu takut untuk datang ke kelas, seharusnya aku menuruti ucapan ibuku yang menyuruhku izin sekolah hari ini.

Ketika ku rasa kepalaku mulai membaik, aku mengambil ponsel ku yang berada di tas yang terletak di ranjang UKS sebelahku, ternyata ibu mengirimi ku banyak pesan, pesannya hampir semua sama, ibu bertanya apa aku baik-baik saja,

Ku jawab dalam hati ‘aku tidak baik’ tapi aku membalas pesan ibuku dengan ‘maaf bu, aku baru selesai belajar’ lagi-lagi aku berbohong, aku tak mau ibu mengkhawatirkanku dan jadi tak fokus dengan pekerjaannya, ku rasa ponsel ku kembali bergetar. ‘Ah balasan dari ibu’ ujarku dalam hati.

“*S**yukurlah, ibu sangat khawatir. Ibu kerja dulu ya. Kabari jika terjadi sesuatu padamu*” aku tak membalas pesan ibuku lagi karena tak mau mengganggunya, jadi aku bermain game di ponselku.

(POV Clara Off)

Clara masih bermain game di ponselnya, hingga ia merasa pintu UKS terbuka, refleks Clara menoleh ke arah pintu dan menyembunyikan ponselnya di selimut UKS 'seseorang memsuki UKS? siapa? ’ tanyanya dalam hati dengan perasaan waswas, ia menatap pintu UKS dengan lamat, cukup trauma karena insiden yang terjadi di toilet sekolah.

Dilihatnya seorang murid laki-laki dengan balutan seragam yang sedikit kotor, ia terlihat sangat asing bagi Clara, murid itu masuk ke UKS, ketika murid itu sudah berada di dalam dan menutup pintu UKS pandangannya terhenti pada Clara, mereka bertatapan sepersekian detik hingga Clara mengalihkan pandangannya.

“Ah maaf, ku pikir disini tak ada orang, aku hanya ingin mengobati luka ku,” ujar murid itu pada Clara dan langsung mencari obat merah, kapas dan plester untuk mengobati lukanya, Clara melihat siku di lengan kanan murid itu lecet dan berdarah, entahlah mungkin ia jatuh terpeleset.

“Dimana penjaga UKS?” tanya murid itu pada Clara setelah mendapatkan apa yang ia cari, “Istirahat” jawab Clara singkat, Clara tidak terbiasa berbicara dengan orang asing. karena seumur hidupnya ia sendirian tak punya teman.

Murid laki-laki itu duduk sambil mencoba mengobati luka dengan tangan kirinya, ia sangat kesusahan, Clara ingin membantunya tapi ia malu sampai murid itu meminta tolong,

“Maaf, tapi bisakah kau menolongku?” tanya murid lelaki itu menghampiri Clara yang masih berada di ranjang UKS sambil tersenyum, “Aku kesusahan, Ah ya. Aku Riyant, aku murid pindahan dan baru hari ini aku masuk. Kelasku di X.B IPA. Siapa namamu?” tambah Riyant memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan kepada Clara.

“Aku Clara, sepertinya kita satu kelas” balas Clara menjabat tangan Riyant, “Ohya? Aku tidak melihatmu di kelas, kau mengapa ada disini?" Tanya Riyant.

“Sini obat merah dan kapasnya, aku akan mengobatimu” ujar Clara tak mengindahkan pertanyaan Riyant,

Clara mulai mengobati Riyant dengan telaten. “Kau sakit?” tanya Riyant lagi,

Clara mengangguk “Sedikit pusing” balasnya.

Setelah selesai, Riyant bertermakasih pada Clara dan mengembalikan obat merah ke tempatnya dan membuang kapas bekas ke tempat sampah medis.

Tepat saat Riyant membuang sampah, bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa pelajaran hari ini akan di mulai, mendengar itu Riyant menoleh ke arah Clara,

“Kau masih sakit? Atau mau ke kelas bersamaku?” tanya Riyant,

“Aku akan disini sampai pulang, kepalaku masih sangat pusing” balas Clara,

Riyant mengangguk “Baiklah, aku akan memberitahu guru kau izin sakit, cepatlah sembuh Clara, aku duluan” balas Riyant dan menutup pintu UKS, Clara menghela napas dan merebahkan kembali tubuhnya di ranjang UKS.

 

 

...****************...

(POV Riyant On)

Riyant, seorang murid laki-laki pindahan yang sangat tampan, rambut hitamnya dengan potongan yang rapi, tubuhnya yang tinggi tegap, hidung mancungnya yang menawan serta senyumnya yang manis.

Ia memulai hari barunya di sekolah baru, karena ayahnya dipindah tugaskan bekerja di daerah ini mau tak mau Riyant pun mengikutinya dan pindah sekolah, Riyant hanya tinggal bersama sang ayah, ibunya sudah lama meninggal, jadi kemanapun ayahnya di pindah tugaskan lagi Riyant pasti akan pindah sekolah,

sudah sangat sering ia seperti itu, tetapi untungnya Riyant pandai bergaul jadi ia dengan mudah mendapat banyak teman, apalagi dengan wajahnya yang tampan tentu saja ia popular.

Hari ini hari pertama ku di sekolah baru, ku langkahkan kakiku menuju ruang kepala sekolah, menanyakan di kelas mana aku akan ditempatkan, kepala sekolah menuntunku ke ruang kelas baru ku, aku mengikutinya, di lorong menuju kelasku, aku melihat banyak sekali murid-murid berkerumun.

Aku dan kepala sekolah menghampiri kerumunan itu, lalu aku mengintip sedikit karena penasaran, ternyata ada yang pisan, kulihat seorang siswi berbadan gendut tergeletak tak sadarkan diri. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena terhalang banyak orang, kemudian kepala sekolah menyuruh seseorang mengantarkan murid yang pinsan itu ke UKS tapi tak ada yang mau mengangkatnya, dengan alasan berat.

Lalu kepala sekolah menyuruh 2 orang OB untuk mengangkat murid itu, 2 orang OB pun mulai mengangkatnya dan ia di bawa ke UKS aku masih tidak bisa melihat wajahnya, tapi yasudah lagi pula itu tak penting bagiku.

Kami pun melanjutkan perjalanan ke kelasku. Aku tidak terlalu memerdulikan kejadian tadi, karena aku tidak mengenalnya.

Sesampainya di kelas, kepala sekolah menyerahkan aku kepada seorang guru perempuan di hadapanku, lalu aku diminta memperkenalkan diri, sedikit heboh memang, terlebih siswi di kelas ini sangat berisik,

Selesai aku memperkenalkan diri, guru menyuruhku duduk di bangku yang ksosong di pojok kelas ‘tempat yang nyaman’ pikirku, karena aku suka tempat yang berada di pojok kelas. Aku langsung duduk, dan mengikuti pelajaran seperti biasa.

Bel istirahat sekolah berbunyi, ada 3 orang murid laki-laki menghampiriku mereka bernama, Andi, Yoga dan Farhan. Mereka mengajakku ke lapangan basket untuk bermain basket, akupun menyetujui dan ikut bermain dengan mereka.

Kami memulai permainan, peramainan mereka sangat hebat, tapi jelas jauh lebih hebat aku. Aku bermain dengan semangat, sampai tida-tiba aku terpeleset dan sikuku tergores, lumayan perih. Aku menyudahi permainannya dan izin kepada mereka untuk mengobati luka ku.

Sebenarnya aku tak tahu letak UKS dimana, jadi aku bertanya pada OB yang berada di dekatku, karena jam istirahat di sini sangat sepi, sedangkan kantin sangat ramai, ayolah semua orang pasti akan berkumpul di kantin di banding ke UKS apalagi ke perpustakaan kalau tidak ada urusan di dua tempat itu.

OB tersebut menuntunku ke arah UKS, aku berterimakasih padanya dan mulai berjalan menuju UKS.

Ketika aku memasuki ruang UKS, aku bertemu dengan seorang siswi, rasanya tak asing. ‘sepertinya ia murid yang tadi pagi pinsan di lorong’ pikirku, atau mungkin saja bukan? Entah lah,

“Ah maaf, ku pikir disini tak ada orang, aku hanya ingin mengobati luka ku,” ujarku pada siswi yang duduk di ranjang UKS dan langsung mencari obat merah, kapas dan plester untuk mengobati lukaku.

“Dimana penjaga UKS?” tanyaku basa-basi pada siswi itu setelah mendapatkan apa yang aku cari,

“Istirahat” jawabnya singkat

Ah benar, inikan jam istirahat. Aku duduk di kursi yang berada di dekatku kemudian mulai mengobati lukaku, sangat sulit mengobati luka di siku, lalu ku toleh kepalaku ke arah siswi itu, aku ingin meminta tolong,

“Maaf, tapi bisakah kau menolongku?” tanya ku kemudian menghampirinya yang masih berada di ranjang UKS sambil tersenyum mencoba seramah mungkin,

“Aku kesusahan, Ah ya. Aku lupa memperkenalkan diri, namaku Riyant, aku murid pindahan dan baru hari ini aku masuk. Kelasku di X.B IPA. Siapa namamu?” aku memperkenalkan diri dan mengulurkan tanganku.

Ia menjabat tanganku “Aku Clara, sepertinya kita satu kelas” balas Clara, ah namanya Clara.

“Ohya? Aku tidak melihatmu di kelas, kau mengapa ada disini?” aku mulai berbasa-basi.

“Sini obat merah dan kapasnya, aku akan mengobatimu” ujar Clara tak mengindahkan pertanyaanku, Clara mulai mengobati lukaku dengan telaten.

“Kau sakit?” tanyaku sekali lagi, Clara mengangguk, “Sedikit pusing” balasnya.

Setelah selesai, aku bertermakasih pada Clara dan mengembalikan obat merah ke tempatnya dan membuang kapas bekas ke tempat sampah medis.

Tepat saat aku membuang sampah, bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa pelajaran hari ini akan di mulai, mendengar itu ku toleh arah pandangku ke arah Clara,

“Kau masih sakit? Atau mau ke kelas bersamaku?” aku mengajaknya,

“Aku akan disini sampai pulang, kepalaku masih sangat pusing” balas Clara.

Aku mengangguk mendengarnya “baiklah, aku akan memberitahu guru kau izin sakit, cepatlah sembuh Clara, aku duluan,”

Kututup pintu UKS, dan meninggalkan Clara sendiri disana.

(POV Riyant Off)

Hari ini berjalan seperti biasa bagi Clara, rasa bosan, takut, cemas dan gelisah. Beberapa menit yang lalu setelah bel pulang sekolah berbunyi ibunya menelpon bahwa ia ingin menjemput Clara di sekolah, tetapi Clara menolak, ia ingin berjalan kaki sendiri, Clara berharap ketika ia sedang berjalan kaki hujan turun, ia ingin sekali menangis, atau ia berharap ada mobil yang menabraknya lalu ia mati. ia sungguh sangat lelah dengan keadaan dan hidupnya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, ia selalu di tatap oleh banyak orang, tak banyak dari mereka berbisik satu sama lain mengomentari bentuk tubuh dan wajahnya, Clara geram tapi tak bisa berbuat apapun, Clara bosan di situasi seperti ini.

Andai ia tak lahir, mungkin ia tak menerima nasib seperti ini. Clara berjalan perlahan dengan pandangan kosong, ketika ia akan menyebrang jalan, tiba-tiba klakson motor berbunyi, Clara tidak mendengarnya, karena ia sibuk dengan pikirannya, sibuk dengan lamunannya, hingga...

Next bakal di lanjut 😅

Happy Reading^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!