NovelToon NovelToon

Verrint

BAB 1

Siang hari ini cuaca sangat bersahabat dengan seluruh siswa SMA Valensi. Karena tidak seperti biasanya, sang surya terlihat sangat malu-malu untuk memancarkan cahayanya yang panas. Tapi siang ini dia malah bersembunyi dibalik awan, dan sesekali memancarkan cahayanya pada bumi. Padahal sudah beberapa bulan ini sang surya sangat sombong dan selalu membanggakan cahayanya yang sangat panas dan membakar kulit.

    Dua orang gadis terlihat sedang berjalan di koridor sekolahnya. Mereka terlihat sedang berjalan kearah gerbang sekolahnya. Sepertinya mereka berdua akan beranjak pulang setelah setengah jam mereka nongkrong di kantin SMA Valensi. Kedua gadis itu terlihat asyik mengobrol sambil berjalan di koridor itu.

    Kemudian pandangan mereka tertuju pada seseorang yang berada pada lapangan sekolah itu. Kemudian salah seorang cowok yang sedang bermain basket di lapangan itu melambaikan tangannya pada kedua gadis itu. Sambil tersenyum kedua gadis itu pun membalas lambaian tangan cowok itu.

    “Pulang Rint?” teriak cowok itu.

    “Iya Wo.” Jawab Verrint pada cowok yang bernama Dewo. Cewek tinggi dan putih ini memang bernama Verrint, lengkapanya Verrint Rasya Ansisca dan cewek yang disebelahnya bernama Venitha Ori Nazza. Verrint adalah siswa kelas 3 di SMA Valensi ini. Verrint yang sering kali di panggil Irrint ini dikenal oleh teman-temannya sebagai cewek yang cuek, ramah, baik dan sedikit tomboi. Saking baiknya dia malah tidak pernah marah. Tapi karena saking cueknya itu, malah membuat orang yang tidak mengenalnya menjulukinya sebagai cewek yang jutek. Tapi sebenarnya Verrint tidak seperti itu, itu hanya karena Verrint tidak mudah akrab dengan orang yang belum dia kenal. Tapi kalau sudah mengenalnya pasti semua temannya tidak akan nyesal deh.

    Lain Verrint lain pula dengan Venitha, Venitha adalah teman satu kelas Verrint, juga teman satu bangku Verrint, bahkan Venitha adalah sahabat Verrint yang paling the best. Venitha adalah sosok cewek yang ramah, manis dan agak sedikit lemot. Tapi biar lemot Venitha pinter juga loh. Malah Verrint kalah pinter sama Venitha. Venitha juga sedikit rada centil dibanding dengan Verrint. Yah… biar pun Verrint agak kurang seneng sama sifat Venitha yang satu ini, tapi Venitha tetep sahabat Verrint yang sangat mengerti Verrint.

    Dan cowok yang bermain basket di lapangan itu bernama Dewo Aryareksa. Cowok bertubuh tinggi dan berkulit agak gelap ini adalah tempat curhat Verrint apabila dia sedang tertimpa masalah. Gimana enggak, soalnya setiap Verrint dapet masalah pasti aja Dewo bisa nyeleseinnya. Yah… selain Venitha, Dewo juga temen yang baik banget bagi Verrint. Sifat Dewo yang dewasa dan sabar membuat Verrint betah curhat padanya.

    “Duluan yah Wo!” lanjut Verrint, sambil berjalan menuju gerbang sekolahnya. Verrint dan Venitha pun kemudian melanjutkan langkah kaki mereka yang tadi tertahan sejenak. Tapi langkah itu kembali terhenti oleh sebuah teriakan yang berasal dari ujung lorong koridor SMA Valensi.

    “Irrint…” panggil seseorang dari ujung koridor. “Irrint… tunggu…!” panggilnya sekali lagi.

    Langkah Verrint terhenti kembali, badannya pun kemudian berbalik kearah suara itu berasal. Verrint pun kemudian tersenyum melihat orang yang memanggilnya itu. “Kenapa Nik?” tanya Verrint pada orang yang memanggilnya tadi.

    Nunik pun masih mengatur nafasnya setelah berdiri dihadapan Verrint. Nunik ini adalah teman Verrint semenjak dia di kelas satu SMA.

    “Kenapa Nik?” ucap Verrint mengulang pertanyaannya.

    “Gini Rint…” ucap Nunik yang masih ngos-ngosan gara-gara mengejar Verrint tadi. “Febra mau ngadain reuni kelas satu, kira-kira kamu mau ikut gak?” lanjutnya.

    “Reuni, emang kapan Nik?” tanya Verrint antusias.

    “Belum tau sih, kita masih dalam perencanaan. Tapi besok kita mau rapat abis pulang sekolah, kamu dateng yah Rint!” jawab Nunik.

    “Besok yah, iya deh aku pasti dateng.” Jawab Verrint. “Ya udah kalo gitu aku duluan yah Nik!” lanjutnya.

    “Oh iya.” Jawab Nunik.

    Kedua kaki Verrint dan Venitha pun kembali melangkah menuju gerbang SMA Valensi. Wajah Verrint pun menjadi berseri-seri setelah dia mendengar bahwa teman-teman kelas satunya yang dulu akan mengadakan reuni. Wah… kayaknya apa yang diinginkan Verrint akan tercapai nih.

    “Wah… asyik, anak-anak kelas satu bakal ngumpul lagi, dan aku bakal ketemu sama….” Ucap Verrint dalam hatinya sambil senyam-senyum.

    “Rint, kamu kenapa sih senyam-senyum sendiri?” tanya Venitha yang kebingunan melihat tingkah temannya itu. “Gila yah?” lanjutnya.

    “Hah…” jawab Verrint sambil menoleh ke arah Venitha.

    “Kamu kenapa ketawa-ketawa sendiri, Irrint?” ucap Venitha mengulang pertanyaannya.

    “Siapa yang ketawa-ketawa, aku gak ketawa- ketawa kok.” Jawab Verrint.

    “Itu tadi, kamu senyum-senyum.”

    “Oh… gak kok gak pa-pa.” Jawab Verrint dengan wajah yang masih tersenyum.

    Verrint yang kegirangan ternyata membuat Venitha menjadi kebingungan. Soalnya gak biasanya Verint kayak gitu. Verrint jarang banget bisa senyum-senyum kayak gitu. Kalo Verrint bisa sampe senyum-senyum sendiri, berarti ada hal yang ngebuat Verrint sangat bahagia. Yah… apalagi selain karena reuni itu, soalnya reuni itu adalah satu-satunya jalan yang bisa membuat Verrint bertemu dengan cinta pertamanya.

***

Matahari mulai tenggelam dan bulan pun mulai berkuasa. Sahabat-sahabat Verrint akhirnya muncul dilangit. Malam ini bintang-bintang telah siap untuk menemani seorang gadis yang kesepian. Suara langkah kaki terdengar di atas anak tangga yang dilewati oleh Verrint. Kaki-kaki ini melangkah melalui lantai rumahnya yang terbuat dari kayu yang ditutupi oleh lembaran kain karpet yang menempel diatasnya.

    Perasaan Verrint rasanya sudah tidak sabar untuk menunggu hari esok. Verrint ingin tau kapan reuni itu akan dilaksanakan. Rasanya untuk menunggu esok hari saja terasa lama sekali. Apa lagi untuk menunggu hari reuni itu tiba, ah… sepertinya akan lama sekali.

    Verrint sudah lama menunggu saat-saat ini, dia ingin sekali bisa berkumpul lagi dengan teman-temannya semasa dia kelas satu SMA. Bukan hanya itu tapi, Verrint juga ingin sekali bertemu dengan seseorang yang sangat dia rindukan. Cinta pertama Verrint, cowok itu bernama Izan, Izan Andeyra Decentra.

    Dulu saat Verrint masih kelas satu SMA, dia sempat menyukai teman satu kelasnya yaitu Izan. Mereka berdua sudah sempat dekat, tapi setelah mereka berdua tau kalau mereka saling menyukai, hubungan mereka menjadi renggang, bahkan mereka tidak lagi saling bicara. Tapi kalau saling menyapa masih mereka lakukan, walaupun jarang. Kerenggangan itu terjadi karena mereka berdua mengidap penyakit jaim. Mereka sepertinya malu mengakui kalau mereka memang saling menyukai. Tapi mau bagaimana lagi, itulah Verrint dan Izan.

    Tidak hanya itu, setelah kerenggangan terjadi diantara mereka, kesedihan pun kemudian melanda Verrint. Setelah kenaikan kelas, tanpa ada yang menduga ternyata Izan pindah sekolah. Verrint sontak kaget dan sedih, kenapa Izan pergi tanpa bilang pada siapa pun. Harapan Verrint pun langsung hancur begitu saja, tidak ada lagi cinta yang bisa dia dapat. Saat itu yang tersisa hanya rasa sedih dan rasa sakit yang dapat dirasakan oleh Verrint.

    Tapi Verrint berusaha untuk menutupi semua rasa itu dihadapan semua temannya. Verrint hanya bisa berusaha tegar dihadapan semua temannya. Walaupun terkadang ada yang menanyakan perasaanya saat Verrint tidak dapat lagi melihat Izan. Tapi Verrint hanya bisa tersenyum meladeni pertanyaan temannya itu. Dan reuni nanti adalah harapan bagi Verrint untuk mengetahui kelanjutan dari kisah mereka.

BAB 2

Di dalam kelasnya Verrint terlihat sangat gelisah, dan kegelisahan itu membuat sahabat Verrint yaitu Venitha menjadi bingung melihatnya. Sejak masuk kelas tadi Verrint terlihat tidak konsentrasi pada pelajaran yang diberikan oleh guru yang mengajarnya. Walau pandangan Verrint tertuju pada papan tulis, tapi pikirannya bukan tertuju pada pelajaran itu tetapi pikirannya pergi jauh dari kelas itu, entah pergi kemana.

    Tangan Verrint pun tetap sibuk di atas buku pelajaran Verrint, tapi yang terlihat dibuku itu hanyalah gambar benang kusut yang buat oleh Verrint. Tidak hanya itu, wajah Verrint pun sejak tadi tidak berhenti tersenyum.

    “Rint, kamu kenapa sih?” tanya Venitha yang kebingungan. “Dari tadi senyam-senyum sendiri, kesamber yah?” lanjutnya.

    Verrint masih terdiam, sepertinya dia tidak mendengar ucapan temannya itu. Verrint sepertinya masih asyik dengan lamunannya itu.

    “Hey, Rint. Kamu kenapa sih?” tanya Venitha lagi, tapi kali ini dia menambahkan dengan tepukan di bahu Verrint.

    “Hah, apaan?” tanya Verrint yang baru tersadar dari lamunannya.

    “Kenapa kamu senyam-senyum sendiri?” ucap Venitha mengulang kembali pertanyaannya dengan nada yang kesal.

    “Gak pa-pa.” Jawab Verrint singkat. “Bel bubaran lama banget sih.” Dumel Verrint.

    “Tumben kamu nanyain bel bubaran, biasanya juga gak pernah nanya kalo lagi pelajaran ini.” Ucap Venitha. “Lagian kan ini mata pelajaran kesukaan kamu, kok sekarang jadi pengen cepet balik?” tanya Venitha.

    “Emangnya kenapa?”

    “Oh… aku tau, pasti gara-gara mau rapat buat reuni, kamu jadi pengen cepet bubaran kan?” ucap Venitha menebak-nebak.

    “Nggak kok, aku Cuma… laper, iya aku laper.” Jawab Verrint ngasal.

    “Alah… pake ngeles segala lagi, emangnya aku gak tau apa.” Ucap Venitha sambil sedikit menggoda Verrint.

    “Emangnya apaan?” tanya Verrint.

    “Apa yah…”

    “Huh… dasar sok tau.”

   Setengah jam kemudian bel tanda bubar sekolah pun berbunyi dan Verrint terlihat sangat kegirangan. “Uh… akhirnya.” Ucap Verrint dalam hati. Tanpa pikir panjang Verrint pun langsung meninggalkan kelasnya dan langsung mencari Febra dan Nunik untuk memastikan rapat hari ini.

    Setelah cukup lama Verrint mengelilingi sekolahnya, akhirnya Verrint bertemu dengan orang yang dicari-carinya. Kemudian Verrint pun mengikuti mereka menuju salah satu kelas yang kosong yang telah di penuhi oleh teman-teman Verrint selama dia duduk di kelas satu SMA dulu. 5 menit kemudian rapat pun dimulai, Febra dan Abe yang memimpin rapat itu. Kemudian mereka membuka pembicaraan mereka dengan menentukan waktu reuni yang tepat.

    “Gimana menurut kalian, sebaiknya kita adakan kapan reuni ini?” tanya Abe membuka pembicaraan.

    “Bagaimana kalau hari libur, hari minggu nanti misalanya.” Gagasan pertama keluar dari Gagas yang duduk di bangku paling depan.

    “Hari minggu nanti boleh juga, tapi ada gagasan lain gak atau ada yang keberatan?” tanya Febra.

    “Feb, Be. Kenapa gak kita coba sabtu nanti aja, yah… sambil malam mingguan gitu…!” sahut Rury dengan dihujani sorak dukungan dari anak yang lain.

    “Hari sabtu nanti boleh juga, semua setuju dengan usul Rury?” tanya Abe pada yang lain.

    Semua bersorak tanda setuju dan Verrint terlihat senang karena reuni akan segera dilaksanakan.

    “Nah, sekarang kita tinggal mencari tempat yang enak dan nyaman untuk tempat reuni kita.” Ucap Abe pada yang lainya. “Apa ada ide untuk tempat reuni kita?” tanya Abe .

    “Lebih baik kita reuni dirumah salah satu dari kita, biar kita juga nggak ngeluarin biaya yang terlalu besar.” Ucap Lea berpendapat.

    “Yang lain ada ide lagi gak?” tanya Febra.

    “Menurut gue Lea bener, dan kalau disalah satu rumah diantara kita, pasti akan lebih bebas dan nyaman. Betul gak temen-teman!” teriak Tamma meminta dukungan pada yang lain.

    “Kalau begitu ada yang bersedia rumahnya kita ganggu buat acara ini?” tanya Abe pada yang lain.

    “Gimana kalau dirumah Irrint, diakan tinggal sendiri dan rumahnya juga cukup luas untuk kita semua.” Ucap Nunik memberi pendapat.

    Verrint sedikit terkejut dengan apa yang Nunik ucapkan tadi. Verrint tidak menyangka kalau reuni ini akan diadakan di rumahnya.

    “Gimana Rint, boleh kita reuni di rumah kamu?” tanya Febra pada Verrint yang terlihat masih terkejut.

    “Ehm… aku sih gak keberatan, terserah kalian aja deh.” Jawab Verrint sedikit ragu.

    “Yang lain gimana, setuju gak kalau kita reuninya di rumah Irrint?” tanya Febra.

    “Kita sih oke-oke aja, asal bayarnya jangan kemahalan yah Rint!” ucap seseorang dari bangku paling belakang.

    “Ya udah, kalau semua udah setuju berarti reuni kita hari Sabtu nanti jam setengah 7 malem di rumah Irrint, dan juga jangan lupa kasih tau teman-teman kita yang udah pada pindah , oke!” ucap Abe pada yang lain.

    “Oh ya, satu lagi. Sebelum malamnya kita ke rumah Irrint inget jam 2-nya kita foto kelas dulu, dan dilarang ngaret, oke!” ucap Febra kemudian.

    Setelah rapat itu selesai semua anak yang ada di dalam kelas itu pun langsung bubar dan meninggalkan ruangan kelas itu. Begitu pula dengan Verrint, setelah dia berbicara lagi sebentar dengan Febra, Abe dan Nunik tentang masalah ini, dia pun langsung meninggalakan ruangan itu dan langsung menghampiri sahabatnya yang sudah menunggunya sejak tadi.

    “Gimana Rint keputusannya?” tanya Venitha penasaran.

    “Jadinya hari sabtu nanti jam setengah 7 malem dan jam 2-nya difoto dulu.” Jawab Verrint kegirangan.

    “Trus tempatnya dimana Rint?” tanya Venitha lagi.

    “Coba tebak dimana?” tanya Verrint sambil senyam-senyum.

    “Yeh… makanya aku nanya itu karena aku gak tau Irrint, lagian kan aku gak ikut rapat, jadi aku mana tau. Aku kan dulu gak satu kelas dengan kamu.” Ucap Venitha sewot.

    “Mau tau…?”

    “Ya iyalah….”

    “Reuninya di…”

    “Dimana?”

    “Di… di rumah aku!” ucap Verrint kegirangan.

    “Wah yang bener, asyik dong!”

    “Bukan asyik lagi, tapi asyik banget…!” jawab Verrint sambil loncat-loncat gak karuan.

    “Eh Rint, kalo Izan ikut gak?” tanya Venitha.

    “Nah, itu yang aku gak tau.” Jawab Verrint sambil garuk-garuk kepalanya.

    “Yeh… kenapa gak kamu tanya tadi?”

    “Tengsin dong, emangnya aku cewek apaan.” Jawab Verrint sedikit sewot.

    “Yah… kali aja.”

    “Ya udah ah, pulang yuk!” ajak Verrint.

    “Yuk…”

Verrint sedikit gelisah karena apakah orang yang diharapkan akan datang. Verrint harus benar-benar menyiapkan reuni di rumahnya nanti dengan sebaik mungkin. Bukan hanya untuk Izan tapi untu semua teman-temannya nanti yang akan ikut hadir di reuni kelasnya. Semoga reuni nanti tidak akan mengecewakan untuk semua teman-teman Verrint.

Sejak tadi Verrint tidak fokus karena memikirkan kira-kira konsep apa yang menarik untuk reuninya. Walaupun ini hanya reuni kelas saja, tapi bisa jadi reuni ini menjadi awal dari kisah yang sebelumnya dia harapkan. Bertemu dengan seseorang yang dia sukai sejak lama adalah sesuatu yang menyenangkan tapi juga sekaligus mendebarkan. Apakah Izan akan bisa menerima Verrint kembali dalam hidupnya sebagai status yang baru, atau hanya bisa sebagai teman saja?

BAB 3

Sabtu pagi,  kamar Verrint.

    “Akh…. Aku telat…” teriak Verrint saat melihat jam di kamarnya yang menunjukkan pukul 06.30. Verrint pun langsung loncat dari tempat tidurnya dan berlari menuju kamar mandi kemudian menggapai tuas pintu kamar mandinya yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya.

    Tak lama Verrint pun keluar dari kamar mandinya, dia terlihat sangat terburu-buru. 10 menit kemudian Verrint keluar dari kamarnya kemudian berjalan menuju rak sepatunya. Setelah itu Verrint langsung menyambar sebuah roti dari atas meja makan dan setelah itu Verrint langsung lari menuju pintu depan dan akhirnya dia berangkat ke sekolahnya.

    Hati Verrint semakin berdebar kencang, soalnya angkot yang dinaiki oleh Verrint ngetem melulu. Sampe-sampe Verrint kesel setengah mati. Belum selesai penderitaan Verrint, ternyata sang kepsek udah nongkrong di depan gerbang SMA Valensi. Wah… udah pasti Verrint akan dihujani oleh hukuman yang nggak banget. Tapi apa mau dikata, Verrint udah pasrah dengan takdir yang diberi Tuhan hari ini.

    Ah… ternyata hari ini Verrint masih beruntung, sang kepsek hari ini sedang baik pada Verrint. Dia hanya mamberi Verrint peringatan saja, karena ini adalah hari pertama Verrint terlambat datang ke sekolahnya. Jadi Verrint bisa tenang masuk kedalam kelasnya.

    Pintu kelas Verrint pun kemudian terbuka, dan Verrint kemudian menongolkan kepalanya. Verrint pun berjalan perlahan memasuki kelasnya dan kemudian duduk di bangkunya tepat disebelah Venitha. Sesaat Verrint merasa dirinya sudah aman, dia fikir guru yang mengajar di kelas itu tidak melihatnya, tapi ternyata…

    “Verrint, kenapa kamu terlambat hari ini?” tanya guru itu dengan nada yang santai dan dengan posisi yang masih menghadap ke papan tulis juga menggerakkan tangannya diatas papan itu.

    Verrint yang baru saja menempelkan pantatnya pada bangkunya sontak berdiri kembali. “Hah… oh… iya… bu… maaf!” ucap Verrint dangan gagap dan kemudian duduk kembali.

    Sejak tadi mulut sang guru komat-kamit di depan kelas tapi para siswa malah asyik dengan kegiatan mereka masing-masing. Memang sih, kalau jam mata pelajaran ini semua siswa di dalam kelas merasa bebas. Karena guru yang satu ini sangat memberi kebebasan pada para siswanya untuk melakukan apapun. Asalkan tidak mengganggu pelajaran dan siswa yang lain.

    Tidak hanya oleh siswa lain, tapi waktu ini dimanfaatkan oleh Verrint. Biasanya apabila peluang ini datang Verrint dan Venitha selalu melakukan hal yang mereka sukai, seperti mendengarkan radio atau MP3 dari ponsel mereka. Tapi kali ini Verrint tidak melakukan hal itu. Dia malah terlihat asyik dengan alam khayalannya. Dia terus saja tersenyum sendiri seperti orang strees. Sepertinya dia sedang membayangkan reuni yang akan terjadi sore nanti. Apa akan terasa mengasikkan atau malah sebaliknya.

    Waktu pun terus bergulir, dan jam pun hampir menuju ke waktu istirahat. Sampai akhirnya bel tanda istirahat pun berbunyi dan kegembiraan Verrint pun semakin menjadi-jadi. Kemudian Verrint pun langsung keluar kelasnya dan langsung berjalan menuju kantin sekolahnya. Venitha pun mengikuti Verrint dari belakang.

    Sesampainya di kantin Verrint langsung mencari tempat duduk yang berada di pojok kantin dan memesan semangkok bakso. Setelah bakso itu sampai di mejanya tanpa pikir panjang Verrint pun langsung menyantapnya. Tak lama kemudian datang seorang cewek bernama Tantri menghampiri mereka. Tantri adalah teman satu kelas mereka dan satu kelas pula dengan Verrint waktu dia di bangku kelas satu dulu.

    “Hai-hai…” sapa Tantri.

    “Hai…” jawab Verrint dengan mulut yang dipenuhi oleh bakso.

    “Hai, Tan. Duduk deh!” sahut Venitha ramah.

    “Eh, Rint. Nanti sore jadikan kita reuni di rumah lo?” tanya Tantri.

    “Oh, jadi-jadi. Kamu datengkan?” ucap Verrint.

    “Pasti dong. Gue kan udah janjian ama Izan mo dateng, masa sih gue harus ingkar janji sama dia.” Jawab Tantri.

    “Oh, Izan ikut juga yah?” tanya Venitha.

    “Iyalah. Aku kan udah paksa dia buat dateng.” Jawab Tantri lagi.

    “Oh…” ucap Verrint dan Venitha.

    Kemudian mereka pun terdiam selama beberapa saat.

    “Eh, kalian udah ngerjain tugas dari pak Hartono kan?” tanya Tantri kemudian.

    “Uhuk…” Verrint pun langsung tersedak setelah mendengar ucapan Tantri tadi.

    “Udah dong.” Jawab Venitha.

    “Tugas apaan, kok aku gak tau?” tanya Verrint bingung.

    “Itu loh, tugas soal yang dari buku paket .” Jawab Venitha.

    “Oh my God, kok aku bisa ampe lupa.” Ucap Verrint panic. Verrint pun kemudian beranjak dari tempat duduknya dan langsung berlari menuju kelasnya.

    “Ha…ha…ha…, dasar Irrint!” ucap Venitha dan Tantri sambil mengikuti Verrint dari belakang.

    “Aduuuh… kok aku bisa lupa sih kalau ada tugas dari pak Hartono. Duh… mana aku belum ngerjain apa-apa lagi. Aduh…!” omel Verrint sambil mencari-cari bukunya dari dalam tasnya. “Mana lagi tuh buku?” omelnya lagi. “Eh Ven, aku liat dong tugas kamu!” pinta Verrint. “Abis kalo aku gak nyontek, aku gak bakal sempet nyeleseinnya.” Sambungnya.

    Venitha dan Tantri tertawa melihat tingkat temannya itu yang kepanikan karena belum mengerjakan tugas dari pak Hartono. Sepertinya Verrint benar-benar panik saat ini, soalnya pak Hartono termasuk guru yang emosinya tidak bisa diduga. Terkadang dia bisa baik pada semua siswa, tapi terkadang juga dia bisa galak bak harimau yang kelaparan. Biasanya Verrint tidak pernah melupakan yang namanya tugas. Apalagi tugas yang diberikan oleh guru seperti pak Hartono. Tapi kali ini Verrint benar-benar lupa dengan tugas ini, mungkin karena Verrint selama satu minggu ini memikirkan masalah reuninya.

    Tak lama kemudian bel tanda masuk pun terdengar di telinga Verrint dan kepanikan Verrint pun semakin menjadi-jadi. Tapi setelah bel itu berbunyi sang guru yang ditunggu-tunggu pun tidak kunjung tiba. Tak lama kemudian pintu kelas Verrint pun terbuka dan seorang guru kemudian memasuki kelas itu. Tapi ternyata orang yang memasuki kelas Verrint bukan pak Hartono melainkan guru BP SMA Valensi.

    “Maaf anak-anak, hari ini pak Hartono tidak bisa mengajar. Karena dia mendadak ada urusan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan.” Ucap guru BP itu.

    Sorak kegembiraan pun keluar dari mulut para siswa, dan kelas pun mulai terdengar sedikit berisik karena suara yang dibuat oleh para siswa.

    “Tapi pak Hartono menitipkan tugas untuk kalian.” Ucap guru BP itu sambil menyimpan tugas yang diberikan oleh pak Hartono di atas meja. “Tugas ini dikumpulkan pada saat bel pelajaran ini usai, dan juga tugas kalian sebelumnya.” Sambung guru itu. Kemudian guru itu pun keluar dari kelas Verrint.

    “Ah… untung aja pak Hartononya gak ada.” Ucap Verrint lega. “Tapi berarti aku sia-sia dong ngerjain tugas ini.” Sambungnya.

    “Yah nggak lah, kan entar dikumpulin juga.” Ucap Venitha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!