Di sebuah hiburan malam semua orang tengah menikmati alunan musik dan juga bermacam-macam minuman.
Begitu juga dengan beberapa gadis yang sedang asik minum bersama, salah satunya adalah alexia yang saat ini sedang merayakan hari jadinya yang ke delapan belas tahun.
" Selamat ulang tahu Alexia, semoga selalu bahagia " seru ketiga teman gadis yang akrab di sapa Xia itu.
" Terimakasih my frend " sahut Xia dengan senangnya.
" Ayo cepat tiup lilinnya " suruh salah satu teman Xia itu.
Alexia mengangguk dengan senangnya ia akan tiup lilin, tapi sebelumnya ia membuat permohonan.
" Semoga setelah ini aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan " ucap Xia dalam hati sambil memejamkan matanya.
Setelah selesai mengucapkan permohonan, Xia perlahan membuka matanya, lalu bersiap meniup lilin secara perlahan dan akhirnya lilin pun tertiup habis dan padam.
" Horeee... " seru mereka bersama dengan senangnya.
Setelah membagikan setiap potong kue kepada ketiga sahabatnya, tak sengaja Xia melihat cowok yang sangat dikaguminya.
" Eh lihat cowok ganteng itu, bukankah itu Brian cowo populer di kampus kita " ucap Dita salah satu sahabat Xia.
" Benar sepertinya dia memperhatikan kamu Xia, bukankah kamu juga menyukainya " ucap Nia
" Apa sih kalian, malu tahu " ucap Xia langsung salah tingkah.
" Ciiee malu dia, memang benar kan tuh lihat sepertinya dia juga menyukaimu Xia, soalnya dari tadi terus melihat mu " ucap Keyla
" Apa sih, udah ah malu tahu " ucap Xia lagi yang semakin tidak karuan karena terus di goda teman - temannya.
" Cepat langsung tembak saja Xia, nanti keduluan orang lo " ucap Dita memberi saran.
" Ih nggak ah, aku kan cewek masa iya nembak duluan, dimana harga diriku " kata Xia
" Ya elahh, jaman sekarang masih memikirkan harga diri, sudah tidak jaman lagi sayang, kalau memang suka langsung saja bilang, tidak usah menunggu lama " ucap Nia yang juga menyarankan.
" Ayo cepat sana hampiri, kita dukung ko semangat Alexia " seru Keyla yang juga mendukung temannya itu.
" Masa harus seperti itu sih " ucap Xia lagi yang masih ragu.
" Yaiyalah, cepat sana " seru mereka bertiga.
" Haah, baiklah ku coba " ucap Xia lemas.
Ketiga teman Alexia terus memberi semangat dan terus mendorong Xia supaya langsung menghampiri pria idama semua cewek kampus mereka itu.
Dengan langkah malu Xia perlahan berjalan menuju pria tampan yang dari tadi memperhatikannya.
Saking gugupnya langkah Xia jadi tidak karuan dan akhirnya tersandung kaki meja.
Aaaaaa
Jerit Xia yang langsung terjatuh dan langsung terbentur ujung kursi jidatnya.
" Awas Xiaaaa " teriak ketiga teman Alexia yang langsung menolong teman mereka itu.
" Aw Shiiitt... " jerit Xia yang merasakan sakit luar biasa di keningnya setelah terbentur itu.
Saking sakitnya darah segar mengalir dari kening Xia, membuat Xia hampir hilang kesadaran, saat kesadarannya hampir hilang Xia masih sempat melihat pria yang akan di hampirinya tadi menolongnya.
" Xia kamu tidak apa - apa, bertahan Xia kita kerumah sakit sekarang " ucap pria itu sambi menggendong tubuh Alexia.
" Brian, terimakasih " ucap Xia lemah sambil tersenyum.
Setelah mengatakan itu, perlahan penglihatan Xia menggelap, tapi masih mendengar samar - samar para sahabatnya terus memanggil namanya.
Sampai suara - suara itu hilang bersama tertutupnya mata Xia dengan perlahan, Xia sudah tidak sanggup lagi menahan sakit yang luar biasa, dan akhirnya langsung tak sadarkan diri.
-----------------------
Setelah beberapa lama Xia menutup matanya, akhirnya Xia sadar dan perlahan membuka matanya.
" Aw Shiiitt... " Xia menjerit menahan sakit di kepalanya sambil berusaha menjernihkan penglihatannya.
" Apa aku berada di rumah sakit sekarang " gumam Xia dalam hati sambil melihat sekeliling yang berwarna serba putih.
Xia mengedarkan pandangannya ke setiap ruangan itu, sampai tak sengaja ia melihat kalender yang ada di ruangan itu.
" Haah, dua ribu dua lima, ah gak mungkin " ucap Xia geleng-geleng kepala sambil beberapa kali melihat sambil mengucek matanya.
" Pasti salah lihat nih, apa mataku sudah rabun ya " gumam Xia yang terus mengucek matanya dan kembali melihat kalender itu.
Bahkan saking tidak percayanya, Xia sampai mengambil kalender kecil yang ada di atas meja tidak jauh dari ranjangnya itu.
" Tidak mungkin... " gumam Xia yang terus membolak balikan lembaran kalender itu saking tidak percayanya.
" Mana mungkin dalam sekejab sudah berubah tahun saja, bukankah tadi baru tahun dua ribu dua puluh, kenapa sekarang sudah dua ribu dua lima, masa aku pingsan selama itu, yang benar saja " gua mau Xia lagi yang masih belum percaya.
Sampai seorang perawat masuk ke dalam ruangan itu untuk men cek keadaannya.
" Anda sudah bangun nyonya, bagaimana perasaan anda sekarang, apa kepalanya masih sakit? " tanya suster itu sambil men cek infus dan menulis di sebuah kertas.
" Apa nyonya, siapa yang suster panggil nyonya, aku kan belum menikah ada - ada saja, kepalaku masih sedikit sakit Sus " sahut Xia sambil memegang kepalanya yang memang masih sedikit pusing.
" Bukankah begitu, tidak mungkin saya salah bicara anda memang nyonya Bramastya, tuan Bramastya sendiri yang membawa anda ke sini tadi " ucap suster itu masih sambil mencatat di bukunya.
" Apa, nyonya Bramastya, anda yang salah suster, saya ini Alexia bukan nyonya Bramastya seperti anda bilang, suster pasti salah orang nih " ucap Xia masih dengan teguhnya.
" Iya saya tahu nyonya, nyonya ini bernama Alexia Bramastya, istri dari tuan Brian Bramastya " ucap suster itu lagi dengan tenangnya.
Mendengar itu semakin terkejut Xia, dan sedikit kesal karena suster itu selalu memanggilnya nyonya.
" Apa istri, sejak kapan saya menikah, suster jangan salah ya, saya ini masih lajang belum menikah, enak saja di panggil nyonya kapan nikahnya " kata Xia dengan kesalahannya.
Suster itu hanya terseyum sambil geleng-geleng kepala melihat pasiennya ini.
" Terus apa tadi suster bilang, suami saya bernama Brian Bramastya, yang benar saja, suster ini ada - ada saja, pacaran saja belum bagaimana bisa jadi suami, mau ungkapin perasaan saja tidak sempat, bagaimana bisa sudah jadi suami istri saja, suster mengada - ngada nih, jangan asal bicara ya Sus bahaya bisa di tuntut nanti " ucap Xia dengan tegasnya.
" Nyonya ini, masa lupa dengan suami sendiri " ucap suster itu sedikit khawatir mendengar perkataan Xia.
" Suster cukup ya, berapa kali saya bilang, saya ini bukan nyonya seperti yang suster bilang tadi, saya ini Alexia gadis remaja yang baru berusia delapan belas tahun, darimana konsepnya bisa jadi nyonya, nikah saja belum " ucap Xia masih dengan tegasnya.
Mendengar itu suster itu langsung menyimpulkan dan langsung menulis di laporannya untuk di laporkan pada dokter yang menangani pasiennya ini.
" Oh ya satu lagi, ini kenapa kalender ini tahunnya dua ribu dua puluh lima, sekarang kan masih tahun dua ribu dua puluh Sus " ucap Xia langsung memberikan kalender itu pada suster itu.
" Sekarang memang tahun dua ribu dua puluh lima nyonya, kalender ini tidak salah, dan apa yang saya katakan tadi memang benar, nyonya saja yang tidak mengingatnya. " ucap suster itu masih sambil geleng-geleng Kepala.
" Apa, tidak mungkin " ucap Xia yang masih tidak percaya dan bertambah kesal dengan perkataan suster itu.
" Apa, tidak mungkin " ucap Xia yang masih tidak percaya dan sangat kesal dengan perkataan suster itu.
" Terserah anda mau percaya atau tidak, yang pasti apa yang saya katakan tadi benar nyonya, sekarang sudah tahun dua ribu dua puluh lima, bukan tahun dua ribu dua puluh lagi. Kalau begitu pemeriksaan saya sudah selesai, saya permisi dulu, saya akan menemui dokter, nanti dokter yang akan menjelaskan pada nyonya tentang kondisi anda sekarang, permisi " ucap suster itu seperti bergegas keluar untuk mencari dokter.
" Haah " Xia hanya bisa terbengong mendengar perkataan suster itu, sampai suster itu keluar Xia masih belum bisa mencerna perkataan suster itu tadi.
" Suster pasti salah nih, yang benar saja orang masih lajang seperti ini di bilang nyonya, darimananya coba " gumam Xia masih dengan kekesalannya.
Perlahan Xia bangun dari ranjangnya, menuju ke kamar mandi, lalu membersihkan wajahnya dan bertapa terkejutnya Xia setelah melihat penampilannya di cermin.
" Astaga ini aku, bagaimana aku bisa setua ini, kenapa rambut ku jadi seperti ini aaaa " teriak Xia pelan yang sangat terkejut dengan penampilan nya.
Ya penampilan Xia saat ini sangat berbeda seperti sebelum ia pingsan.
Saat ini penampilan Xia sangat jauh berbeda.
" Astaga kenapa rambut ku jadi panjang seperti ini aaaa " jerit Xia yang melihat rambutnya sepanjang pinggang.
" Ini juga muka ku kenapa jadi seperti ini aaaa" jerit Xia lagi melihat wajahnya yang ber dandan sangat tebal.
" Tidak mungkin kenapa penampilan ku jadi seperti ini sekarang huuuaaaa " jerit Xia yang sangat tidak terima melihat penampilannya sekarang.
Masih dengan wajah yang sama tapi dengan penampilan yang berbeda, rambut panjang, dan dandanan yang tebal ciri khas ibu - ibu, membuat Xia langsung syok dengan keadaannya.
Masih memikirkan kejadian setelah ia barusan sadar, dan mengingat setiap perkataan suster yang bicara denganya tadi.
Perlahan Xia keluar dari kamar mandi kembali ke ranjang pasiennya.
Sambil kembali melihat kalender yang masih dengan pertama kali dilihatnya.
" Apa yang sudah terjadi, apa aku mati setelah terbentur tadi dan terlahir kembali ke masa depan " pikir Xia sambil duduk memikirkan semuanya.
" Hah, masa iya sih, bukannya kalau meninggal dan reinkarnasi itu kembali ke masa lalu seperti novel - novel dan drakor - drakor, kenapa ini malah ke masa depan, yang benar saja huuuaaaa... " ucap Xia yang tidak mengerti, kenapa tidak seperti yang sering Xia baca dan tonton saat sendiri atau dengan teman - temannya.
Dan sungguh membuat Xia bertambah bingung tidak tahu harus berbuat apa.
" Dan tadi apa kata suster, istri aku istri, nyonya Bramasta huuuuaaaaa, apa lagi ini, kenapa aku tidak ingat apapun, terus bagaimana ini huuuuaaaaa... " jerit Xia lagi yang masih tidak terima dengan keadaannya sekarang.
Syok, sangat syok yang Xia rasakan saat ini, di tambah tidak ada ingatan apapun seperti time travel pada umumnya seperti yang Xia tahu.
Dan itu sungguh membuat Xia bertambah bingung sampai membuat kepalanya bertambah sakit.
Di tengah sakitnya kepala yang Xia rasakan, pintu ruang rawatnya terbuka.
" Apa kamu baik - baik saja? " tanya orang itu sambil berjalan mendekati Xia.
Melihat dan mendengar orang itu, Xia langsung terbengong.
" Brian, kamu Brian? " gumam Xia pelan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
" Bagaimana bisa Brian jadi setampan ini seperti artis Korea saja " kata Xia dalam hati yang sangat terpesona dengan penampilan pria idamannya saat di kampus.
Mata Xia langsung berbinar saat Brian mendekat kearahnya.
" Sudah puas aktingnya, apa kamu tidak memikirkan kami saat kamu melakukan itu Xia, bagaimana putra mu begitu sangat takut saat kamu melakukan itu " ucap Brian yang begitu sangat marah sekarang.
" Apa, apa yang kamu katakan ?" tanya Xia tidak mengerti dan bingung kenapa pria yang sangat di kaguminya dan sudah dia cintai diam - diam itu begitu marah padanya.
" Sudah lah Xia, mulai sekarang aku tidak memaksamu lagi, terserah apa yang akan kamu lakukan aku tidak perduli, tapi ku mohon jangan lukai putra kita, dia masih sangat kecil masih butuh kasih sayang mu. " ucap Brian lagi sambil duduk di sebelah Xia.
Mendengar itu semakin Xia bertambah bingung, dan tidak tahu harus berkata apa.
" Ya sudahlah, sebaiknya sembuhkan dulu kondisimu, setelah itu aku akan turuti keinginan mu untuk bercerai, tapi saratnya hak asuh anak akan menjadi milikku, aku tidak mau putra ku kenapa - kenapa bila bersamamu " ucap Brian lagi lalu berdiri keluar dari ruangan itu.
Mendengar itu semakin ter bengong dan sangat - sangat bingung Xia, Xia masih tidak bisa mencerna semua perkataan Brian, apalagi saat Brian mengatakan kata perceraian, membuat Xia bertambah tidak mengerti.
" Haah, kenapa dia berkata seperti itu, apa yang sudah ku lakukan jadi dia bisa marah seperti itu, haah pusing " gumam Xia yang bertambah pusing memikirkan semuanya.
Keadaan Alexia berubah seratus delapan puluh derajat, bahkan dirinya masih belum bisa menerima semua ini.
Bagaimana bisa Xia yang masih berusia delapan belas tahun di hadapkan dengan sebuah perceraian yang bahkan tidak tahu menahu kapan pernikahannya.
Apalagi yang menjadi suaminya ternyata adalah seseorang yang sudah lama di kagumi dan di cintai Xia diam - diam selama ini.
Ada rasa sangat bahagia dalam hati Xia bisa menjadi istri pria pujaannya itu, tapi yang masih tidak Xia terima, bagaimana bisa dia tidak mengingat apapun selama lima tahun yang sudah berlalu dan kemana ingatan lima tahun itu.
Apa yang sudah terjadi, bagaimana dia bisa jadi seorang istri sekarang, bagaimana dia bisa memiliki seorang putra bahkan Xia tidak mengingat sama sekali wajah pura yang di sebutkan Brian tadi.
Semua itu sungguh menjadi kebingungan bagi Xia, yang di ingat oleh Xia hanya dirinya masih berusia delapan belas tahun, dimana saat dirinya masih kecil hingga dewasa dan saat - saat masih di sekolah dan di kampus, lalu terkahir saat dirinya mengadakan ulang tahun yang ke delapan belas bersama ketiga sahabatnya.
Lalu melihat pria pujaannya dan akan mengungkapkan perasaannya pada pria itu, tapi tidak sempat karena dirinya tersandung dan kepalanya terbentur kursi.
Yang membuat dirinya merasakan sakit kuar biasa tapi masih bisa melihat pria pujaannya itu menolong dirinya dan juga mendengar teman - temannya memanggilnya sampai dia tak sadarkan diri.
Dan setelah sadar dia malah di kejutkan dengan keadaan yang sangat jauh dari sangkaannya.
Membuat Xia masih tidak bisa menerima semuanya, dengan masih dalam keadaan bingung memikirkan semuanya, dan kepala Xia kembali sakit.
" Shiiittt, pusingnya kepala ku " jerit Xia dan perlahan penglihatannya kembali menggelap.
Dan akhirnya Xia kembali tak sadarkan diri di ruangan itu.
Setelah beberapa saat akhirnya Xia kembali sadar dan membuka matanya perlahan.
" Uuuggghhh, shiiittt... " sambil masih memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
lalu Xia kembali mengedarkan pandangannya kali aja yang baru ia alami hanya mimpi tapi ternyata tidak, semuanya masih sama seperti saat Xia bangun tadi.
" Masih di sini huuuaaaa ternyata memang bukan mimpi " jerit Xia meringis melihat semuanya.
" Apakah benar seperti itu dok? " tanya seseorang pada seseorang yang berpakaian khas dokter itu.
" Benar Pak Brian, saya tidak bisa memastikan apa ini bersifat sementara atau permanen, tapi yang jelas saya tidak bisa menentukan kapan ingatan nyonya bisa kembali seperti semula " ucap dokter itu lagi.
" Haah, baiklah " kata Brian mendesah mendengar perkataan dokter itu.
" Baiklah Pak Brian, saya permisi dulu, anda bisa membantu untuk penyembuhan istri anda dengan mengatakan beberapa ingatan yang ingin beliau ingat, permisi " ucap dokter itu.
" Mm, baiklah terimakasih dokter " sahut Brian.
Lalu dokter itu keluar dan Brian kembali meliat Xia yang masih ter bengong mendengar pembicaraannya dengan dokter tadi.
" Apa yang dokter katakan, memangnya aku kenapa? " tanya Xia.
" Haah " Brian mendesah lalu berjalan menghampiri Xia dan duduk di sebelahnya.
" Apa kamu sungguh tidak ingat siapa aku? " tanya Brian lagi memastikan.
" Aku ingat, dan aku tahu kamu Brian kan seorang pria terpopuler di kampus kita " jawab Xia
" Hanya itu, lalu kamu ingat siapa aku bagimu? " tanya Brian lagi kali ini sambil menatap mata Xia untuk mencari kebenarannya.
" Memangnya siapa, kita bukan siapa-siapa kan, memang aku sempat akan mengungkapkan perasaan ku padamu, tapi belum sempat kakiku tersandung dan kepalaku terbentur kursi, setelah itu aku tidak ingat apapun lagi " jawab Xia.
" jadi kamu hanya ingat sebelum kejadian terbentur kursi di bar itu saat kamu berusia delapan belas tahun ? " tanya Brian lebih memastikan lagi.
" Hmm, memangnya apa yang sudah terjadi sebenarnya, yang aku tahu sebelum aku pingsan aku sempat melihat mu menolong ku dan setelah itu aku langsung tak sadarkan diri, setelah bangun sudah begini saja keadaannya, apa kamu bisa jelaskan Brian " kata Xia yang begitu sangat penasaran
Brian mengangguk mengerti.
" Bolehkah aku berharap kamu akan terus seperti ini Xia " dalam hati Brian bergumam sambil terus memperhatikan Xia.
Xia yang di tatap seperti itu lansung tersipu malu, jantung Xia berdebat kencang perasaan Xia tidak menentu, sangat bahagia yang Xia rasakan karena bisa berhadapan langsung dengan pria pujaannya selama ini.
" Ya Tuhan, Brian bertambah tampan saja dengan penampilan seperti ini, lebih dewasa lebih menggoda saja aaaaa " jerit Xia dalam hati saking senangnya berhadapan langsung dengan pria yang disukainya.
Setelah memperhatikan kondisi Xia sudah lebih baik Brian bersiap untuk pulang.
" Ya sudah, sekarang bersiap kita pulang, dokter juga sudah mengijinkan jadi kamu sudah boleh pulang " ucap Brian dingin, karena memang sebelumnya juga sudah bersikap seperti itu.
Mendengar itu Xia hanya bisa mengangguk.
" Ya ampun, ternyata dia masih saja dingin, ku kira setelah penampilannya berubah sifatnya juga berubah, eh ternyata tidak. Tapi tetap saja aku menyukainya aaaa" kata Xia dalam hati dengan senangnya menuruti perkataan pria pujaannya itu.
Dan baru saja Xia dan Brian bersiap untuk pulang, Tiba-tiba pintu ruang rawat itu terbuka, lalu masuk seorang pria yang lumayan tampan, tapi masih lebih tanpan Brian bagi Xia.
" Xia, kamu baik - baik saja, dimana yang sakit cepat katakan padaku ? " tanya orang itu yang langsung menghampiri Xia.
Melihat itu Brian mendengus kesal dan membiarkan saja.
Xia yang di tanya seperti itu sangat bingung.
" Siapa kamu, kenapa kamu sembarangan memegang ku minggir jangan dekat - dekat " ucap Xia yang memang tidak mengenal orang itu.
Mendengar itu kedua lelaki itu sangat terkejut.
" Kamu kenapa berkata seperti itu sayang, apa kamu tidak mengenalku aku ini kekasih mu " ucap lelaki itu.
" Menjauh dari istriku " ucap Brian yang sangat tidak suka mendengar semua itu.
" Apa... " ucap Xia yang begitu sangat terkejut.
" Sejak kapan aku jadi kekasihnya, ih yang benar saja, seenaknya saja manggil sayang huuh " kata Xia dalam hati merasa sangat kesal dengan pria itu.
Sambil menatap Brian minta penjelasan, sedangkan Brian yang di tatap seperti itu langsung mengangkat bahunya tidak perduli.
Melihat itu membuat Xia jadi kesal.
" Eh seenaknya saja kamu bilang sayang, sejak kapan aku jadi kekasihmu, pergi sana aku mau pulang " usir Xia yang sangat kesal dengan pria itu.
" Kenapa kamu jadi seperti ini sayang, kamu tidak ingat siapa aku, aku ini Dimas kekasih kamu masa kamu lupa sih " ucap pria itu tidak Terima.
" Cukup aku tidak perduli, yang jelas aku tidak mengenalmu, jangan sembarangan memanggilku seperti itu, minggir " kata Xia yang sangat emosi dan langsung berdiri.
" Ayo Brian kita pulang " ajak Xia yang langsung memegang tangan Brian lalu membawanya pergi meninggalkan Pria itu yang masih bingung dengan perusahaan Xia.
Brian yang terkejut dengan perubahan sikap Xia langsung mengiyakan saja, lalu dengan patuh mengikuti Xia pergi.
" Kamu kenapa Xia, apa kamu hilang ingatan masa iya sih, masa hanya gara - gara terjatuh di kamar mandi bisa langsung hilang ingatan, tidak mungkin, pasti hanya pura - pura saja karena ada Brian tadi, yah pasti begitu " kata pria itu mengerti lalu juga langsung pergi menyusul Xia dan Brian pergi.
Sesampainya di mobil Xia bertambah bingung melihat suasana banyak berubah tidak seperti yang dia ingat sebelumnya.
" Brian hehehe, kita mau pulang kemana? " tanya Xia yang masih bingung.
" Pulang ke rumah, cepat masuk " jawab Brian dengan dinginnya dan langsung membuka pintu mobil yang ada di depannya.
Xia mengangguk dan bersiap mau masuk ke dalam mobil itu, tapi tidak jadi karena pria tadi memanggil dan menghentikannya.
" Tunggu Xia, sebaiknya kamu ikut dengan ku " ucap pria itu.
Mendengar itu wajah Brian langsung berubah menjadi merah karena menahan amarahnya.
" Apa sih, kenapa aku harus ikut denganmu, minggir aku tidak mengenalmu " sahut Xia yang juga kesal.
" Tapi Xia " ucap pria itu langsung terhenti karena di dorong Brian saking marahnya.
" Minggir aku mau masuk " ucap Xia juga yang sungguh tidak perduli lalu langsung masuk ke dalam mobil itu.
" Xia Xia... " panggil orang itu yang terus mengetuk pintu mobil yang du tumpangi Xia.
Brian yang melihat itu tidak perduli setelah Xia masuk mobil, Brian juga langsung masuk kedalam mobilnya itu duduk di sebelah Xia.
" Jalan pak " perintah Brian dan langsung di anggukan supir mobil itu.
Langsung saja mobil itu melaju dan meninggalkan pria itu yang terus memanggil Xia.
" Brengsek, awas kamu Xia seenaknya saja meninggalkan ku, aku tidak akan memaafkanmu, biar kamu berlutut memohon aku akan tetap marah, sampai kamu memohon - mohon sampai aku puas baru ku maafkan, lihat saja nanti " ucap pria itu yang marah melihat kepergian Xia.
Sedangkan Xia yang berada di dalam mobil tidak perduli, karena ia terus memperhatikan suasana kota yang sedikit berubah tidak seperti yang dia lihat sebelumnya.
Brian yang melihat Xia hanya diam saja merasa sedikit bersalah tapi tidak tahu harus berkata apa, dan mengira Xia marah juga padanya.
Dan mereka berdua hanya sama - sama diam dengan pikiran masing-masing dalam perjalanan pulang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!