NovelToon NovelToon

Love From Childhood

BAB 1

Dhea Putri Sari bukanlah gadis cantik dan anggun juga tidak suka berdandan seperti kebanyakan gadis lain diluar sana. Ia hebat dalam bidang ilmu bela diri taekwondo. Dan selalu menjuarai disetiap turnamen yang ia ikuti.

Ia gadis yang sederhana dan berpenampilan seadanya. Ia terlahir dari keluarga biasa-biasa saja. Hidup dengan apa adanya. Tapi jangan salah. Walaupun ia seperti cowok, tapi ia pandai memasak, selalu mandiri dan pekerja keras.

Walaupun orang tuanya mampu untuk membiayai sekolahnya. Namun, ia lebih suka untuk tidak merepotkan mereka dan bekerja menghasilkan uang sendiri.

Berbeda dengan cowok yang bernama Aksa Patria. Cowok tampan yang terlahir dari keluarga konglomerat. Memiliki otak yang cerdas dan IQ-nya yang tinggi.

Ia sangat populer dikalangan para wanita. Saking tampannya, hanya dengan satu kali kedipan mata saja para cewek bisa mabuk kepayang karenanya. Ia memiliki sikap percaya diri yang sangat tinggi dan juga sedikit angkuh.

Yah, walau begitu. Ia bukan sosok lelaki yang berkepribadian dinging seperti yang digambarkan di flm-flm yang ada. Ia sangat hangat dan menyenangkan.

Dan dia adalah sahabat dekat Dhea sejak kecil. Mereka telah bersama selama 14 tahun. Dari kecil hingga sekarang mereka terus bersama-sama. Orang-orang menyebut mereka dua sejoli legendaris.

Glek.. Glek.. Glek...

Dhea meneguk habis air mineral dalam botol dengan satu kali tegukan. Ia merasa sangat lelah setelah berlatih taekwondo. Karena hari ini ada jadwal latihan, jadi setelah kelas usai Dhea ikut kelas latihan.

"Lo makin hebat aja!" puji Aksa yang sedari tadi menunggunya dan memperhatikannya.

"Lo lagi muji gue atau lagi menghina gue?" sahut Dhea.

"Wahh.. Sepertinya IQ lo itu benar-benar dibawah rata-rata," balas Aksa sambil mendorong kepala Dhea dengan telunjuknya. Lalu menggeleng pelan.

Tanpa ada aba-aba atau diduga Dhea langsung memukul belakang kepala Aksa dengan sangat keras. Hingga Aksa pun tidak bisa berkata atau berucap lagi.

"Apa Lo bilang?" sahut Dhea dengan mata tajamnya menatap Aksa.

Aksa melirik dan tersenyum takut padanya. "Lupakan saja," balas Aksa sambil menggaruk belakang kepalanya yang dipukul.

"Wah.. Dia benar-benar menyeramkan!" bisiknya bergidik takut.

Walau Aksa sudah terbiasa dengan sikap kasar Dhea. Tapi ia tetap merasa takut jikalau Dhea marah. Uhh!! Membuatnya merinding seolah bertemu dengan hantu. Bahkan lebih menyeramkan dari hantu. Mungkin! Pikir Aksa.

"Udah yo! Kita pulang! Udah sore juga!" ajak Dhea bangkit dan menggendong ranselnya.

Aksa ikut bangkit dan berjalan berdampingan dengan Dhea. Yah, setidaknya mereka tidak pernah saling meninggalkan dan selalu pulang bersama.

"Sa?"

"Hmm?"

"Malam ini gue libur kerja."

"Lalu?"

"Lalu?! Lo gak ingat janji lo?" sahut Dhea tampak kesal.

"Janji apaan?" balas Aksa membuat Dhea semakin kesal dan geram. Lagi-lagi tanpa aba-aba Dhea melesatkan tendangan mengarah pada tulang kering kaki Aksa.

Namun, Aksa sudah menduga Dhea akan melakukan serangan dadakan itu. Dengan sigap ia menghindari tendangan dari Dhea. Namun, hal itu malah membuat pertahanan Dhea jadi oleng dan hampir saja terjatuh.

Tapi dengan tangkas Aksa menangkap tubuh Dhea hingga jatuh dalam pelukannya. Kedua mata mereka saling beradu dan bertatapan. Aksa tersenyum dan membuat garis indah diwajahnya.

"Gue sudah tahu lo akan melakukan itu! Gimana? Gue hebat bukan? Bisa menghindari serangan dari lo?" ucap Aksa sambil mencubit hidung kecil milik Dhea.

"Ahh!! Sakit tahu!" balas Dhea meringis dan melepaskan diri dari pelukan Aksa dan cubitan di hidungnya. Dhea meraba hidungnya yang memerah seperti hidung badut.

"Hei! Awas lo yah!" seru Dhea lagi-lagi mencoba memukul Aksa. Namun, Aksa kini bisa membaca serangan yang akan dilesatkan oleh Dhea. Sehingga ia terus saja lolos dan menghindari setiap serangannya.

Aksa kabur dan berlari menjauh dari Dhea. Namun, Dhea yang masih geram dan kesal mengejar Aksa. Hadeuh kayak drama india saja. Maen kejar-kejaran, he.

Bruukkk!! Aksa menabrak seorang gadis cantik bertubuh langsing dan juga terlihat sangat imut. Gadis itu jatuh karena terdorong keras oleh tubuh Aksa. Beberapa buku yang ia peluk berjatuhan dan berserakan dijalan.

"Maaf! Kamu tidak papah?" ucap Aksa berjongkok dan membantu gadis itu merapihkan buku-bukunya.

"Mm.. Aku baik-baik saja."

Dhea yang melihat pemandangan itu merasa kesal dan cemburu. Entah kenapa dadanya terasa sesak dan sakit melihat Aksa yang bersikap lembut dan manis pada gadis itu. Dan yang lebih kesalnya lagi, Dhea mengenal gadis itu.

Dia adalah Jessi Cameela gadis tercantik disekolah. Dia adalah siperingkat kedua setelah Aksa. Ratu dikalangan para lelaki. Sungguh nasib yang buruk bertemu dengan Jessi. Pikir Dhea.

"Terimakasih, sudah membantuku," ucap Jessi dengan lembut dan anggun. Benar-benar sangat bertolak belakang dengan sikap Dhea.

"Tidak papah. Aku juga yang salah, karena tidak memperhatikan jalan," balas Aksa lembut tersenyum manis.

"Ciih.. Aku? Apa itu?" umpat Dhea merasa kesal sekali. Rasanya ingin menarik pergi Aksa dengan paksa saat ini juga.

"Oh iyah, Sa. Kebetulan sekali, tadinya aku mau kerumah kamu."

"Kerumahku? Untuk apa?"

"Aku kesulitan dalam memecahkan soal matematika yang baru saja diterangkan tadi disekolah. Aku masih belum mengerti. Bisakah kamu mengajariku?" pinta Jessi menunjukkan sikap imutnya pada Aksa.

Sejenak Aksa memang luluh oleh sikap manis dari Jessi. Tapi, ia juga sangat ingat, kalau ia berjanji akan mengajak Dhea nonton saat Dhea libur bekerja.

"Mm.. Gimana yah? Masalahnya aku.." belum sempat Aksa menyelesaikan kalimatnya Dhea menyambar dan menyela dengan tegas.

"Aksa gak bisa! Dia sudah punya janji denganku. Jadi, lain kali saja yah? Ratu cantik!" seru Dhea memasang senyum terpaksa diwajahnya.

"Begitu yah. Yasudah. Kalau besok sepulang sekolah, kamu pasti bisa, kan?" pinta Jessi terkekeh ingin belajar bersama dengan Aksa.

"Ngenyel banget sih nih cewek. Kalau cowok udah gue hajar dah!" gumam Dhea geram sekali.

Aksa terlihat sangat bingung memberikan jawaban pada Dhea. Apalagi setelah melihat tatapan tajam dari Dhea. Aeh! Menakutkan sekali.

Tapi ia juga tidak bisa menolak Jessi yang meminta dengan begitu manis padanya. Ah masa bodo dah! Kalau urusan Dhea nanti saja. Memangnya apa hak Dhea melarang Aksa untuk belajar bersama dengan siapa?

"Baiklah. Besok sepulang sekolah kita belajar bersama," balas Aksa.

"Baiklah. Besok aku akan menunggu kamu di pintu gerbang sekolah. Kalau begitu sampai bertemu besok. Dah!" balas Jessi tampak sangat manis dimata Aksa.

Cowok mana yang tidak akan tergoda oleh senyum manis dari Jessi. Entah kenapa Dhea merasa sangat gerah dan panas. Dadanya terasa dibakar oleh api yang sangat besar.

"Ciihh.. Modus ajah! Bilang aja tuh cewek pengen deketin lo. Pake so so-an ingin belajar bareng segala!"

"Yah, beginilah nasib jadi cowok tampan," sambar Aksa dengan pedenya.

"Uwee!!" Dhea rasanya ingin muntah mendengarnya. "Pede banget sih loh! Tampang aja yang bagus. Tapi sampai sekarang, masih aja jomblo!"

"Eh! Gue jomblo karena pilihan gue sendiri. Cewek pada ngantri ingin jadi pacar gue!"

"Terus kenapa lo gak pacarin ajah tuh cewek-cewek genit itu?"

"Yah karena mereka bukan tipe aku! Emangnya kamu, mana ada cowok yang mau sama kamu!" seru Aksa secara tidak langsung menghina karakter Dhea.

Dhea mendengus kesal. "Ok kalau gitu kita taruhan! Jika dalam satu minggu ini gue gak bisa macarin cowok, gue akan nurutin semua perkataan lo selama satu bulan! Dan jika dalam satu minggu ternyata gue berhasil punya pacar, lo harus traktir gue selama satu bulan! Gimana?" geram Dhea menantang Aksa.

"Ok! Itu setimpal. Deal!" balas Aksa menerima tantangan dari dan berjabat tangan sebagai tanda kesepakatan mereka dalam taruhan yang Dhea buat.

Kuharap gak ada cowok yang mau sama lo, Dhea. Kecuali hanya gue yang mampu menerima lo apa adanya. Batin Aksa.

Andai lo tahu sa. Gue hanya ingin lo yang jadi pacar gue. Tapi karena kita sudah sepakat, gue bakal buktiin sama lo, kalau gue mampu menarik hati cowok lain. Batin Dhea.

BAB 2

Langit malam tampak sangat ceria dengan hadirnya para gemintang yang berhampar penuh akan gemerlap yang sangat indah. Sang rembulan tidak ingin kalah dengan bulatan penuh dan bersinar dengan terangnya.

Janji yang pernah Aksa ucapkan, ia penuhi malam ini. Menonton bersama Dhea. Kebetulan ada flm horor yang sangat ingin Dhea tonton.

"Sa, lo beli pop corn gih! Gue yang antri beli tiket," ucap Dhea.

"Yaudah, gue beli pop corn sama minuman dulu," balas Aksa seraya melangkah pergi memasuki antrian untuk membeli pop corn.

"Tumben banget bioskop malam ini ramai," gumam Aksa mengedarkan pandangannya.

Memang ada flm baru yang sedang hangat dibicarakan orang-orang dan sedang tayang dibioskop. Judulnya "The School Romance." Dari judulnya saja sudah bisa diterka. Pasti kisah cinta anak sekolahan. Flm romansa. Juga dari sekian banyaknya orang yang datang dan berpasangan, hampir anak remaja yang sedang kasmaran, menyerbu gedung bioskop ini.

Aksa berharap Dhea memilih flm romantis. Tapi sayang, Dhea bukan tipe orang yang menyukai flm seperti itu. Ia lebih suka dengan flm action atau flm horor. Padahal Dhea sudah tahu kalau Aksa itu penakut. Tapi, ia tetap saja mengajak Aksa untuk menonton flm horor yang sangat ingin ia tonton.

Namun, walau begitu Aksa tidak bisa menolak keinginan Dhea. Karena ia telah berjanji pada Dhea. Jadi, mau tidak mau ia pun harus menonton flm horor bersama Dhea, walau sebenarnya ia tidak ingin dan merasa sangat takut. Tapi, sebagai cowok ia tidak mau mundur hanya karena rasa takutnya.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Aksa mendapatkan gilirannya. Ia membeli pop corn ukuran jumbo dan dua minuman kaleng. Setelah ia membayar, ia kembali menghampiri Dhea yang sudah berada di pintu masuk 03. Ia tersenyum dan melambai pada Aksa.

"Dia terlihat begitu senang sekali," ucap Aksa tersenyum tipis dan mempercepat langkahnya.

"Ayo cepat! Flm-nya bentar lagi mau dimulai!" seru Dhea menarik Aksa masuk dengan tergesa-gesa. Karena ia tidak ingin ketinggalan cerita awal dari flm-nya.

"Iyah, gak usah tarik-tarik juga kali. Gak sabaran banget sih!" sahut Aksa dengan nada datar.

Dhea dan Aksa duduk dikursi barisan D nomor 6 dan 7. Flm-nya sudah dimulai sejak 30 detik yang lalu. Dhea begitu serius menonton flm. Ia bahkan tidak peduli pada Aksa yang terlihat begitu tegang dan ketakutan. Sesekali Aksa menutup mata dengan kedua telapak tangannya ketika hantu dalam flm muncul secara tiba-tiba.

Bukannya Dhea ingin mengabaikan rasa takut Aksa. Tapi ia sengaja melakukan itu. Dhea tersenyum puas dalam hati, melihat Aksa yang begitu ketakutan.

"Lo kenapa sih, Sa? Masih takut sama flm horor?"

Aksa tidak menggubris pertanyaan Dhea. Ia hanya mendengus kesal dan menghela nafas panjang. Ia membenarkan posisi duduknya yang semakin mendalam tenggelam kebawah.

"Yaelah Sa! Buat apa sih takut? Kan udah bilang, hantu itu gak ada. Semua hantu dalam flm itu bohongan. Gak ada di dunia nyata."

"Yah, itu kan menurut lo! Kalau beneran ada? Apa lo gak akan takut?"

"Cihh.. Gak! Gue gak takut! Cemen banget sih!"

Aksa hanya menggeleng dan menatap sinis pada Dhea yang tersenyum simpul seolah meremehkan Aksa. Lalu, terlintas pikiran licik untuk mengerjai Dhea sehabis pulang menonton.

Kita lihat saja. Apa kamu benar-benar tidak akan takut? bathin Aksa tersenyum licik.

Satu jam, empat puluh lima menit, tiga puluh dua detik telah berlalu. Akhirnya Aksa bisa bernafas dengan lega karena flm-nya sudah selesai. Mereka pun keluar dari gedung bioskop.

"Basah banget rambut lo. Mandi keringat?" ledek Dhea tertawa puas.

"Terus aja ngeledek. Ketawa aja sepuasnya. Awas aja nanti!" sahut Aksa ketus dengan sedikit memberi peringatan.

"Yah, sekali penakut tetap aja penakut," goda Dhea terus meledek Aksa yang semakin memanas dan geram ingin membungkam mulutnya.

Dhea sedikit menjauh dan terus menggoda Aksa dengan menjulurkan lidahnya. Aksa mulai tidak tahan dan mencoba mengejarnya. Tapi saat Dhea hendak untuk berbalik dan kabur dari kejaran Aksa.

Dugh!! Ia tidak sengaja menabrak punggung seorang lelaki. "Aduh!" gumam Dhea meraba jidatnya.

Lelaki itu berbalik. "Lo gak papah?" tanya lelaki itu.

Dhea mendongak dan melirik wajah lelaki bertubuh tinggi itu. Ia terbelalak kaget saat mengetahui orang yang ia tabrak ternyata kapten tim basket di sekolah nya. Lelaki berambut cokelat, dengan lesung dikedua pipinya. Dia tidak kalah gantengnya dari Aksa. Juga tidak kalah populer disekolah.

"Lo? Delan?"

"Eh, ternyata lo, Dhe?"

"Lo ngapain disini?" sambar Aksa ketus menghampiri Delan dan Dhea.

"Kalau gue ada disini, gak mungkin kan kalau gue mau main basket?" balas Delan dingin.

"Lo sama siapa disini? Gak mungkin lo sendirian, iyah kan?" sela Dhea bertanya.

"Gue sama Vera. Adik gue. Dia pengen nonton, tapi punya temen. Jadi, yah terpaksa sebagai gue temenin, daripada dia terus cemberut sepanjang hari."

"Ohh.. Lalu, Veranya mana?"

"Dia lagi ketoilet dulu. Lo berdua habis nonton juga?"

"Menurut lo? Yaiyahlah habis nonton. Lo pikir habis nonton konser!" lagi-lagi Aksa menyambar dengan ketus.

Dhea hanya menggeleng dengan sikap Aksa. Tidak lama Vera kembali dari toilet. Mendadak senyumnya mengembang ketika melihat Aksa disana, sedang mengobrol bersama Delan.

"Kak Aksa?" panggilnya dengan raut wajah gembira, dan berlari menghampiri mereka.

"Lo? Lo kan gadis yang itu.." sahut Aksa terbelalak kaget saat mendapati Vera.

"Kalian saling kenal?" sela Delan mengeryit penasaran.

"Iyah. Kak Aksa yang pernah nolongin Vera saat hampir tertabrak motor itu," balas Vera menjelaskan.

"Jadi, kamu adiknya Delan? Tapi, darimana lo tahu nama gue?" tanya Aksa penasaran. Karena seingatnya ia tidak memberitahu namanya pada Vera saat itu. Dan tidak pernah bertemu lagi setelah hari itu.

"Ahh itu.. Waktu Kakak menyelematkanku, untuk pertama kalinya ada lelaki yang menatapku dengan hangat seperti yang Kak Aksa lakukan. Dan saat Kakak tersenyum dan bertanya apa aku baik-baik saja, tiba-tiba jantungku berdegup dengan sangat cepat.

"Tapi, Kakak pergi dengan tergesa-gesa. Jadi, aku tidak sempat menanyakan nama Kakak. Dan setelah kejadian itu, Kakak selalu ada dalam pikiranku. Sehingga aku mulai penasaran, dan mencari tahu segalanya tentang Kakak secara diam-diam. Dan aku sungguh sangat senang bisa bertemu dengan Kakak hari ini secara kebetulan," terang Vera begitu panjang lebar.

"Apa dia sedang mengungkapkan cintanya?" gumam Dhea, entah kenapa merasa sangat kesal.

"Ahh.. Jadi begitu yah? Lo mencari semua tentang gue tanpa gue ketahui?" balas Aksa.

"Maaf, Kak! Aku gak bermaksud untuk..."

"Gk papah kok. Yah, walau pun gue gak suka. Tapi semua udah terjadi, kan?" sela Aksa datar.

"Tunggu, tunggu! Jadi maksudnya, cowok yang sering kamu ceritain sama Kakak itu dia?" sambar Dalen.

Vera tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe.. Iyah, Kak."

"Wahh parah.. Nggak nggak! Kamu gak boleh jatuh cinta sama cowok kayak dia!" seru Dalen menunjuk kearah Aksa. Vera langsung membungkam mulut Dalen rapar-rapat.

"Kakak! Kakak bicara apa sih?" bisik Vera terlihat memerah karena sangat malu. "Eh, flm-nya udah mau mulai. Kita duluan yah. Sampai jumpa lagi!" seru Vera menarik pergi Kakak nya dengan paksa tanpa melepaskan tangannya dari mulut Dalen.

"Hah! Ada-ada saja. Tuh cewek kayaknya harus periksa mata deh," ucap Dhea.

"Matanya gak salah. Yah, emang gue-nya aja yang sudah tampan dari lahir. Hanya sekali kedipan mata, para cewek langsung jatuh cinta sama gue!" balas Aksa dengan pedenya dan juga angkuh.

"Ya ya yah. Terserah lo saja," sahut Dhea seraya melangkah pergi meninggalkan Aksa. Dhea sudah malas dan bosan dengan kalimat Aksa yang terus saja memuji ketampanannya sendiri itu.

BAB 3

Malam semakin larut. Kini waktu menunjukkan tengah malam. Dhea baru saja selesai membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Tapi tiba-tiba tuk,, tuk,, tuk,, ada yang mengetuk jendela kamarnya dengan sangat lembut.

"Siapa sih? Ah aku tahu. Pasti si Aksa! Dia mau apa lagi sih? Udah larut juga!" ucap Dhea sambil bangkit untuk memeriksanya.

Dhea membuka tirai dan tidak ada siapapun disana. Takut Aksa mengerjai, Dhea membuka jendela kamarnya dan memeriksanya. Tidak ada siapapun disana.

"Apa ini? Kenapa sepi sekali?" ucapnya. Lalu lekas kembali menutup jendela dan menutup tirai.

Ia mematikan lampu dan bersiap untuk tidur. Lagi-lagi hal aneh mengejutkan Dhea. Terdengar reketan pintu, seolah ada yang masuk kedalam kamarnya. Matanya kembali terbuka lebar dan bangkit duduk. Ia kembali menyalakan lampu.

Dhea dapati pintu kamar yang setengah terbuka entah karena apa? Terpaksa ia bangkit untuk menutup kembali pintu kamarnya. Setelah ia menutup pintu, ia jadi merasa merinding seketika. Apalagi, setelah menonton flm horor tadi.

Tapi, ah masa bodo. Walau memang hantu itu memang ada, asal tidak mengganggu tidak masalah. Lagi pula tidak ada yang perlu ditakuti. Pikir Dhea.

Dhea hendak saja akan kembali tidur. Tapi tiba-tiba lampu padam dengan sendirinya. Dhea mulai merasa panik dan takut. Di kegelapan ia merasa seolah melihat sesuatu yang melintas didepannya. Dhea mulai bergidik takut.

"Apa-apaan ini? Hei, jangan bercanda! Aku tahu ini kerjaanmu, kan? Aksa?" ucap Dhea tetap berpikir kalau ini semua ulah Aksa.

Tapi, tidak mungkin Aksa. Dia kan sangat takut sama hantu. bathin Dhea.

Dhea berjalan perlahan dan menyapa-nyapa mencari tombol untuk menyalakan kembali lampu kamarnya. Namun, ia tersandung sesuatu sehingga terjatuh.

"Aduhh!! Sakit sekali! Hei, ini gak lucunya! Keluar jika memang kamu berani!" seru Dhea mulai kesal, karena ini semua sangat menyusahkan dia disaat rasa kantuk benar-benar mulai menyerang hebat dikedua matanya.

Dhea sangat terkejut saat seseorang mencolek punggungnya beberapa kali. Ia mulai benar-benar takut. Adegan ini sama seperti di flm horor yang ia lihat tadi. Dhea perlahan berbalik untuk melihat sosok yang mencolek dirinya tadi. Dan....

Aaarrggghhhh!!!!

Dhea menjerit ketakutan saat Aksa mengejutkannya dengan senter yang hanya menyinari wajahnya yang disorotkan dari bawah dagunya.

Aksa tertawa renyah dan sangat puas telah berhasil menakuti Dhea yang sok pemberani itu. Saking lucu baginya, ia bahkan sampai terbahak-bahak sambil mendongak keatas, lalu berguling dilantai tidak kuat menahan tawanya.

"Aksa?! Lo benar-benar keterlaluan!" seru Dhea, amarahnya meledak dan sehingga membuat api dalan sorotan matanya untuk Aksa.

Aksa tidak bisa berhenti tertawa, dan masih terbaring dilantai karena tidak kuasa ingin melepaskan tawanya. Sementara Dhea kini berdiri dengan tangan terkepal kuat. Ia berniat untuk membalas Aksa dengan memukulinya, tapi karena gela lagi-lagi ia tersandung saat melangkah. Sehingga ia jatuh diatas tubuh Aksa.

Aksa terkejut karena itu, sehingga tawanya memudar dan langsung terhenti. Karena wajah mereka yang saling berdekatan sangat dekat sehingga bibir mereka hampir berciuman. Mata mereka terbelalak lebar saling menatap. Detakan jantung Dhea terdengar begitu cepat, sehingga Aksa bisa mendengarnya.

Dhea berniat bangkit dari tubuh Aksa. Namun, Aksa menahan punggungnya hingga Dhea kembali dalam dekapannya.

"Lo bilang gak takut sama sekali. Tapi, kenapa lo teriak tadi?" tanya Aksa meledek Dhea dengan senyum simpul.

"Lo bener-bener yah? Gua bukannya takut, gue terkejut!" seru Dhea menyangkalnya.

"Benarkah? Tapi yang gue lihat dan perhatikan gak seperti itu?" kekeh Aksa terus memprovokasinya.

"Tahu ah!" Dhea kembali mencoba bangkit lagi. Tapi lagi-lagi Aksa menekan punggungnya sang kuat hingga tubuh mereka benar-benar merapat.

"Hei! Apa yang lo lakuin? Lo jangan macem-macem sama gue yah? Lo gak tahu apa ini, udah sangat larut. Jika ada yang datang bagaimana?" berontak Dhea mencoba lepas.

Tapi, walau bagaimana pun juga, kekuatan lelaki itu lebih kuat dari perempuan. Sekuat apapun Dhea, ia tetap merasa kesulitan jika hal seperti itu terjadi. Lalu, Aksa mendekatkan mulutnya ke telinga Dhea dan membisikkan sesuatu padanya.

"Lo masih ingat taruhan kita, bukan?" ucap Aksa mendadak menanyakan hal itu.

"Kenapa lo menanyakan itu?"

"Karena taruhannya dimulai besok. Gue hanya mengingatkan saja," balas Aksa tersenyum meremehkan.

Dhea segera bangkit setelah mendapatkan celah karena dekapan Aksa yang merenggang.

"Ciih.. Tentu saja gue ingat. Lo gak usah khawatir karena dalam taruhan ini, gue yang akan menang."

"Ok, kita lihat saja nanti," balas Aksa merasa percaya diri, bahwa Dhea gak akan bisa memenangkan hati lelaki lain, dalam waktu satu minggu saja. Ia sangat yakin karena Dhea bukan tipe cewek manis atau lembut, lelaki mana yang akan menyukai sikap kasar Dhea, selain dirinya yang sudah mengenalnya selama 14 tahun ini.

Aksa tersenyum dan bangkit duduk. Sementara Dhea menyalakan lampu agar lebih nyaman dan tidak canggung.

"Lo balik gih! Gue mau tidur!" usir Dhea mendorong tubuh Aksa agar pergi.

"Iyah ini juga gua mau balik! Awas, nanti ada hantu yang meluk nemenin kamu tidur. Ho.. ho.." goda Aksa berbisik pada Dhea, dan terus saja memprovokasinya.

"Apaan sih? Yang ada tuh hantu bakal terus ngikutin lo. Secara lo, kan penakut!" balas Dhea tidak mau kalah. "Udah ah! Gue udah ngantuk, mau tidur! Lo gak lihat apa? Lingkaran hitam dimata gue ini?"

"Iyah iyah. Gue pergi!" Aksa keluar dengan mengendap-endap agar tidak membangun siapapun yang ada didalam rumah.

"Tuh anak kekanak-kanakan banget deh! Whoaaa!! gue gak kuat lagi."

Karena rasa kantuk yang sangat, akhirnya Dhea langsung tidur dengan lelapnya.

Sementara Aksa kini tengah berjalan pulang. Yah, rumah mereka memang tidak terlalu jauh. Hanya terhalang oleh dua rumah. Hanya perlu berjalan sedikit kedepan.

Aksa masih sangat ingat ekspresi Dhea yang ketakutan. Memikirkan hal itu membuat ia tidak bisa berhenti tersenyum dan meng geleng-geleng kepalanya pelan.

"Si Dhea itu.. Saat dia takut, dia terlihat sangat manis sekali," gumamnya tidak bisa berhenti tersenyum.

Diluar saat tengah malam begini, terlihat sangat menakutkan. Aksa jadi bergidik takut saat mengedarkan pandangannya dan melihat lingkungan yang sangat sepi dan hening. Ia pun mempercepat langkahnya agar segera tiba dirumah.

Tiba-tiba ia mendengar suara langkah yang diseret seperti orang pincang. Aksa menjadi takut sendiri. Ia teringat dengan flm horor dengan judul "Si kaki pincang," yang pernah ia tonton bersama Dhea dulu.

Hanya dengan memikirkannya saja, ia merasa sangat ketakutan. Tanpa berbalik ia berlari terbirit-birit dan masuk kerumahnya dengan ribut. Ternyata sosok yang ia takuti itu adalah suara langkah kaki penjaga kebun Pak Tono yang tengah menyeret sekarung sampah untuk dibuang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!