NovelToon NovelToon

Carla Dokter Dari Zaman Modern

Episode 1

Pintu ruangan Carla di ketuk beberapa kali. Carla pun segera membuka pintu yang ternyata adalah suster Mila.

"Ada apa Mila?" tanya Carla.

"Maaf Dok, kecelakaan beruntun terjadi dan pasien banyak yang terluka. Anda di minta untuk segera melakukan operasi," jawab Mila.

"Bagaimana dengan dokter Arsy? Apa sudah diberitahu?"

"Sudah Dok, dokter Arsy sedang dalam perjalanan kemari."

Carla kembali masuk untuk mengambil perlengkapan medisnya. Kemudian berjalan cepat menuju ruang operasi.

Beberapa orang luka parah dan harus segera di operasi. Saat Carla tiba di depan ruangan operasi, Arsy juga berjalan terburu-buru.

"Bagaimana?" tanyanya dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan.

"Aku juga belum melihatnya kak," jawab Carla.

Keduanya pun masuk bersama dokter lain yang juga ikut menangani pasien lainnya. Bagi yang luka ringan di serahkan kepada perawat untuk menanganinya.

Operasi berlangsung beberapa jam lamanya, hingga akhirnya semuanya berhasil ditangani dengan baik.

"Huft Alhamdulillah akhirnya semuanya selamat," ucap Carla.

"Kamu gak pulang Dek? tanya Arsy.

"Nanti saja kak, aku ingin istirahat dulu, capek," jawab Carla.

Arsy memilih pulang, kebetulan hari pun sudah malam. Dia akan datang ke rumah sakit besok pagi-pagi.

Sementara Carla memilih untuk istirahat di ruangannya. Namun baru saja dia duduk, ponselnya pun berdering.

"Assalamualaikum Ma."

"Waalaikumsalam sayang, kamu malam ini pulang gak?"

"Mungkin nanti, aku mau istirahat sebentar."

"Oh ya sudah, mama cuma mau bilang kalau adikmu dan keluarganya sebentar lagi sampai. Sekarang mereka sudah tiba di bandara."

"Carlos datang? Oh aku kangen sama ponakan kecilku, sudah tiga tahun sejak mereka lahir tidak pernah melihatnya."

"Makanya cepat pulang."

Carla mengangguk karena mereka melakukan panggilan video. Carla tersenyum lebar sebelum menutup panggilan teleponnya.

Dan panggilan pun terputus setelah mengucapkan salam. Carla yang tadinya ingin beristirahat pun langsung semangat untuk pulang.

Carla pamit kepada dokter yang lain juga perawat di rumah sakit ini. Dengan senyum manisnya dia berjalan menuju parkiran mobil.

Carla masuk ke dalam mobil dan bergumam. "Putri Alice, pangeran Aldrich, pangeran Alberich, pangeran Alaric, aunty datang."

Carla menghidupkan mesin mobilnya dan mundur untuk keluar dari parkiran rumah sakit.

Namun Carla merasa jika dia menabrak seseorang. Carla pun keluar dari mobil dan melihat ternyata seorang nenek tua.

"Astaghfirullah, Nenek tidak apa-apa?" tanya Carla sedikit panik.

Nenek itu tidak menjawab, namun Carla dapat melihat luka di kepala nenek itu. Mungkin nenek itu terjatuh dan terbentur aspal.

"Mari Nek aku obati," ucap Carla.

Carla kembali masuk ke rumah sakit. Mereka yang berpapasan pun heran karena Carla kembali lagi.

"Ada apa Dok? Kenapa dokter kembali lagi?" tanya suster Mila.

"Aku tidak sengaja nabrak nenek ini," jawab Carla.

Mila bingung, sedangkan yang dia lihat hanya Carla sendiri. Tapi dari gayanya, Carla seperti menuntun seseorang.

Carla pun membantu membantu dan mengobati nenek itu di ruangannya. Mila bergidik seolah ketakutan.

"Ada apa Mil? Kamu seperti melihat setan?" tanya rekannya sesama suster.

"Ada hal aneh terjadi, tadi dokter Carla katanya menabrak seorang nenek. Tapi aku tidak melihat nenek-nenek," jawab Mila.

Mereka yang penasaran pun mengintip ke ruangan Carla. Dan benar saja, Carla seperti mengobati seseorang. Namun mereka tidak melihat orang itu.

"Sudah selesai Nek, apa nenek punya keluarga yang bisa di hubungi?" tanya Carla.

Nenek itu menggeleng, namun dia menyerahkan sebuah gelang antik yang cantik.

"Nenek tidak ada apa-apa untuk di bayarkan. Hanya ini satu-satunya peninggalan nenek moyang," ucapnya.

"Tidak usah Nek, Nenek simpan saja ya. Aku ikhlas kok bantu Nenek," ujar Carla.

Mila dan yang lainnya merasa merinding karena Carla berbicara sendiri. Mereka saling pandang dan segera pergi dari situ dengan berlari.

"Ambillah Nak, suatu saat akan berguna bagimu. Nenek tidak bisa lagi menyimpannya," ungkap nenek itu.

"Oh ya, siapa nama Nenek?" tanya Carla.

"Hui Ying," jawab nenek itu singkat.

Carla pun akhirnya mengambil gelang tersebut lalu memakainya. Carla tersenyum dan pamit untuk ke toilet.

Namun saat Carla menoleh ke nenek itu, nenek itu berubah menjadi wanita cantik dengan pakaian dari zaman kuno. Dan seketika wanita itu pun menghilang.

Carla terdiam terpaku di tempatnya. Dia baru menyadari jika orang yang dia tolong bukan manusia.

Kemudian Carla melihat gelang yang di pakainya. Carla pun tertegun kemudian melanjutkan ke toilet.

Carla memutuskan untuk segera pulang. Dengan langkah terburu-buru Carla tiba di mobilnya.

Carla langsung keluar dari parkiran rumah sakit tanpa menghiraukan apapun lagi.

Dalam perjalanan Carla merasa ada yang aneh. Carla merasa sangat mengantuk, Carla berusaha menahan rasa kantuknya, namun tetap tidak bisa.

Dari arah yang berlawanan, sebuah truk besar yang juga melaju. Carla yang sudah kehilangan kendali pun akhirnya bertabrakan dengan truk tersebut.

Seorang pemuda yang kebetulan melihat kejadian tersebut pun segera menghentikan mobilnya.

Pemuda tersebut yang juga baru pulang dari kantor segera menghampiri mobil Carla yang remuk bagian samping.

Kenapa bagian samping? Karena Carla banting setir, jadi mobilnya pun di tabrak oleh truk tersebut.

Pemuda itu segera menolong Carla, sementara sopir truk yang juga pingsan pun di tolong oleh yang lain.

Pemuda itu mengambil tas milik Carla dan membawanya ke rumah sakit. Pemuda itu juga panik karena Carla tidak sadarkan diri dan banyak mengeluarkan darah.

Setibanya di rumah sakit, pemuda itu segera menggendong Carla dan berteriak memanggil dokter.

"Dokter, dok tolong ada orang kecelakaan!"

Perawat yang melihat hal itu pun segera mengambil brankar. Mereka terkejut karena ternyata adalah dokter Carla.

"Dokter Carla? Apa yang terjadi Tuan?" tanya Mila.

"Dia kecelakaan dan untung aku kebetulan lewat," jawab pemuda itu.

Mila segera menghubungi dokter Arsy, mendengar Carla kecelakaan, Arsy yang sedang berkumpul bersama keluarganya pun terkejut.

"Apa?! Kecelakaan? Baik, baik aku segera ke sana."

"Siapa yang kecelakaan sayang? Kenapa kamu begitu terkejut?" tanya Zio.

"Carla kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit," jawab Arsy.

Arsy kemudian mengirim pesan melalui chat grup. Jadi dengan sekali kirim semuanya bisa tahu.

"Ayo sayang kita ke rumah sakit," ajak Arsy. Zio pun mengangguk dan meminta anak-anaknya untuk istirahat.

Sementara Carlina yang menerima kabar itu langsung lemas dan pingsan. Beruntung Carlos dekat dengan sang mama, jadi Carlos bisa menahannya agar tidak jatuh.

"Sayang, sayang." Arthur menepuk-nepuk pipi Carlina agar segera sadar.

Carlos juga berusaha untuk membangunkan mamanya. Beberapa saat kemudian Carlina pun tersadar.

"Carla, bagaimana dengan Carla?" tanya Carlina.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit untuk memastikannya. Sekarang dia sudah di rumah sakit," jawab Arthur.

"Sayang, kamu tunggu di rumah ya, besok baru ke rumah sakit," kata Carlos kepada Sofia.

"Iya honey, kabari aku kalau sudah tiba di rumah sakit," ujar Sofia.

Mereka bertiga pun pergi ke rumah sakit. Carlos menyetir karena khawatir papanya tidak fokus.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Halo semuanya, yang tidak bisa move on dengan keluarga Henderson ayo baca cerita ini.

Ceritanya sedikit berbeda dari keluarga Henderson yang lainnya. Yakni menggabungkan zaman modern dan zaman kuno.

Sebenarnya aku kurang pandai, tapi tidak apa-apa aku akan mencoba untuk menghibur kalian semua. Jangan di bully ya?

Episode 2

Setibanya di rumah sakit, ternyata keluarga Henderson yang lain sudah berdatangan. Pemuda yang menolong Carla pun masih menunggu dan ingin tahu keadaan Carla.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Carlina.

"Belum tahu, Arsy masih menanganinya," jawab Zio.

"Oh ya Om, dia yang menolong Carla dan membawanya ke rumah sakit," imbuh Zio.

"Siapa namamu Nak?" tanya Carlina.

"Arjuna Tante, kebetulan aku lewat dan melihat kejadian itu," jawab Arjuna.

Tidak berapa lama Arsy pun keluar dari ruangan operasi. Karena lukanya cukup parah dan langsung di operasi.

"Bagaimana keadaan Carla?" tanya Carlina.

"Untuk saat ini operasinya berjalan lancar. Tapi ...."

"Tapi apa?" tanya Carlina langsung memotong ucapan Arsy.

Arsy pun menjelaskan jika Carla tidak bangun dalam waktu 24 jam, Carla kemungkinan besar akan mengalami koma.

Carlina pun terkulai lemas mendengarnya, beruntung Arthur segera menangkapnya. Carlina menangis dalam pelukan suaminya.

"Sabar sayang, semua ini adalah takdir," ujar Arthur.

Arjuna pun pamit setelah mengetahui keadaan Carla. Dia juga mengatakan jika biaya pengobatan sudah di bayar. Arjuna tidak tahu kalau rumah sakit ini milik Cahaya dari keluarga Henderson.

"Terima kasih karena sudah menolong kakakku," ucap Carlos. Arjuna hanya tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia pergi dari situ.

Namun saat di dalam mobil, pesan masuk ke ponselnya sejumlah uang yang ia bayarkan tadi. Arjuna mengernyitkan keningnya bingung.

Bagaimana tidak? Dia tidak memberikan nomor rekeningnya pada pihak rumah sakit atau siapapun. Namun bagaimana bisa ada yang tahu nomor rekeningnya?

Arjuna yang tidak ingin berlama-lama dalam kebingungan pun segera menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sakit.

Sementara Carla sudah di bawa ke ruang ICU, Carlina dan Arthur yang bisa masuk ke sana selain dokter yang merawatnya.

Lagi-lagi Carlina menangis melihat putrinya yang terbaring dan tidak sadarkan diri. Beberapa alat bantu menempel di tubuhnya.

"Suamiku, anak kita kenapa seperti itu?"

"Sudah takdirnya, kita berdoa saja agar dia segera pulih," jawab Arthur.

Setelah Carlina dan Arthur, gantian Lina dan Randy yang masuk. Mereka hanya sebentar karena tidak sanggup melihat cucunya seperti itu.

...****************...

Carla membuka matanya perlahan, dia merasa ada yang aneh dengan tempatnya berada sekarang.

"Di mana aku? Apa ini di surga? Apakah aku sudah mati?" Berbagai pertanyaan dalam benaknya, namun tidak menemukan jawaban.

"Nona akhirnya Anda bangun," ucap pelayan setia pemilik tubuh.

Ya, Carla terbangun di tubuh milik orang lain. Saat dirinya koma, jiwanya berkelana ke zaman kuno ribuan tahun silam.

"Kamu?"

"Nona, apa Nona lupa? Saya pelayan setia Anda Nona," jawab Xio Li.

Carla merasakan kepalanya pusing, kemudian dia kembali pingsan. Pelayan setianya memanggil dan mengguncang tubuh Carla.

Dalam bayangan Carla terekam kehidupan pemilik tubuh yang di siksa dan akhirnya meninggal karena di racuni.

Beberapa saat kemudian Carla kembali tersadar dari. Sekarang dia mengerti jika dirinya berpindah ke tubuh orang lain.

"Nona, syukurlah Anda sudah bangun," ucap Xio Li.

"Bantu aku bangun," pinta Carla.

Carla merasa tubuhnya sakit semua. Kemudian dia mendekat ke cermin, Carla terkejut karena wajahnya berubah dan jelek.

"Sepertinya pemilik tubuh ini di racuni, aku akan sembuh pemilik tubuh ini dan kemudian balas dendam," batin Carla.

"Xio Li, berapa lama aku tidak sadarkan diri?"

"Dua hari Nona, saya kira Nona tidak akan bangun lagi."

Carla tersenyum, bayangan tentang pemilik tubuh sudah dia ketahui semuanya. Kemudian Carla meminta di buatkan makanan untuknya.

"Maaf Nona, Anda di larang makan oleh selir."

Carla menghela nafas. "Padahal aku sangat lapar, seandainya ada sesuatu yang bisa di makan seperti ayam goreng atau apapun itu," batin Carla.

Tiba-tiba gelang yang ada di tangan Carla bersinar dan dengan ajaibnya ayam goreng yang di sebutkan olehnya sudah berada di atas meja.

"Nona ada makanan," ujar Xio Li senang.

Carla melihat gelangnya yang sudah kembali seperti semula. Kemudian dia teringat kata-kata wanita itu.

Sekarang Carla semakin yakin jika dirinya bisa melakukan atau meminta yang lain daripada itu.

"Aku mau obat-obatan dan penawar racun," batin Carla.

Gelang itu kembali bersinar dan tiba-tiba yang di minta Carla sudah ada di dekatnya. Xio Li heran karena tiba-tiba saja ada obat dan juga ayam goreng.

"Kamu lapar, kan? Ayo makan!"

"Tapi dari mana makanan ini?"

Sudah, diam saja dan jangan sampai orang lain tahu."

Xio Li mengangguk dan mulai makan. Carla yang juga lapar pun segera makan. Setelah ini nanti, barulah Carla akan mengobati dirinya.

"Xio Li, tolong ambilkan air hangat."

"Baik Nona." Xio Li pun langsung ke bagian dapur untuk mengambil air hangat. Namun beberapa saat kemudian dia kembali dengan wajah merah.

"Nona maafkan saya," ucapnya tertunduk.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Carla.

"Tentu saja kami pukul," jawab pelayan setia selir.

"Ya sudah, biar aku yang urus mereka," kata Carla dan meminta pelayan setia nya untuk menyingkir.

"Jangan uji kesabaran ku," ucap Carla.

"Hahaha, kamu hanya seorang putri yang tidak di inginkan oleh pangeran. Nona kami lah yang paling di cintai oleh pangeran," ujar pelayan itu.

Carla mendekat dan tanpa berkata apa-apa dia langsung melayangkan tamparan keras pada wajah pelayan itu.

Pelayan itu terhuyung dan hampir jatuh. Sementara pelayan lainnya tercengang termasuk Xio Li yang melihat Nona nya begitu berani.

"Mereka juga ikut mengintimidasi pemilik tubuh ini, pemilik tubuh sejatinya orang lemah dan gampang di tindas, namun sekarang tidak lagi," batin Carla.

"Sekarang giliran kalian!" Carla menunjuk ke arah mereka.

"Ampun Nona, ampun," ucap mereka ketakutan.

Carla meminta Xio Li untuk membalas mereka. Awalnya Xio Li ragu-ragu, namun Carla meyakinkan jika dirinya berani menjamin.

Akhirnya mereka pulang dengan wajah bengkak seperti yang di dapat oleh Xio Li. Xio Li pun berterima kasih kepada Carla.

"Obati wajahmu," pinta Carla.

"Baik Nona."

Carla memberikan obat salep untuk di oleskan ke wajah Xio Li yang bengkak. Kemudian baru Carla meminta tolong untuk mengobati luka di tubuhnya.

Xio Li mengatakan jika dua hari lagi adalah pernikahan pangeran bersama selir. Karena pangeran ingin menjadikan selir sebagai istri utama.

Sementara Carla atau lebih tepatnya si pemilik tubuh adalah istri yang tidak di inginkan.

Carla meminum penawar racun yang ada di dalam tubuhnya. Wajahnya yang rusak juga akibat racun yang di berikan oleh selir.

"Pemilik tubuh ini cukup lemah, selain itu dia juga bodoh. Mungkin ini alasannya aku menempati pemilik tubuh ini, hanya untuk membalas dendam," batin Carla.

"Nona, apa yang Anda pikirkan?" tanya Xio Li.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya berpikir akan tampil cantik di hari pernikahan pangeran," jawab Carla.

Xio Li pun percaya saja, kemudian dia membantu Carla untuk mengobati luka di tubuh Carla.

Episode 3

Beberapa hari kemudian, luka di tubuh Carla serta racun di dalam tubuhnya yang menyebabkan wajahnya rusak pun sembuh.

"Xio Li, apa ada pakaian bagus untukku? Hari ini kita akan menghadiri pernikahan pangeran dan selir nya."

"Ada Nona, sebentar saya ambilkan."

Carla merias wajahnya dengan sedikit makeup yang dia dapatkan dari gelangnya. Carla cukup berkata dalam hati, sesuatu yang dia minta langsung keluar.

"Gelang ini ternyata benar-benar ajaib, tapi kenapa pemilik tubuh ini tidak menggunakan nya untuk membalas dendam?" gumam Carla.

Carla belum bertemu pangeran sama sekali, jadi dia cukup penasaran seperti apa sosok seorang pangeran yang di sebut-sebut itu?

Xio Li membawakan satu set pakaian lengkap dengan konde sebagai perhiasan di kepala. Sebagai seorang putri istri seorang pangeran, Carla harus tampil cantik.

"Nona, Anda cantik sekali."

"Sini, akan ku buat kamu cantik."

Xio Li mendekat lalu duduk di kursi kayu. Carla memoles wajah pelayan setianya itu. Dengan makeup dari zaman modern, pelayan itu pun terlihat sangat cantik.

Saat melihat ke cermin, pelayan itu merasa terharu dan senang. Selama ini dia berhias hanya sekedarnya saja. Sekarang wajah terlihat berubah dari sebelumnya.

Kemudian mereka pun berangkat ke aula depan untuk menyaksikan prosesi pernikahan pangeran dan selir.

Carla memakai penutup wajah dengan kain sutra tipis. Agar orang-orang tidak tahu kalau wajahnya sudah sembuh.

"Ayo," ajak Carla sambil menggandeng pelayan nya. Xio Li pun merasa senang dan lebih percaya diri. Apalagi kemarin dia di bela oleh nona nya.

Tiba di aula depan, orang-orang yang hadir sudah banyak. Perhatian mereka tertuju pada Carla dan pelayan itu.

Mereka berbisik-bisik dan mengatakan jika putri Hui Ying itu jelek. Namun Carla bersikap cuek-cuek saja seolah tidak mendengar bisik-bisik mereka membicarakan nya.

"Nona, mereka membicarakan tentang Anda."

"Biarkan saja." Carla mengajak pelayannya untuk duduk. Namun sesuai aturan, pelayan harus berdiri di samping atau di belakang majikannya.

Tidak berapa lama datang sepasang pengantin ke aula. Keduanya saling pandang dan terlihat jelas jika mereka saling mencintai.

"Huh pamer," gumam Carla sambil mendengus.

"Kakak sudah datang duluan?" tanya Hui Lin adik tiri dari Hui Ying si pemilik tubuh.

"Hmmm," jawab Carla dingin.

"Hui Ying, adik mu menyapa mu, seharusnya kamu tidak boleh bersikap begitu!"

"Sudahlah pangeran, kakak memang memiliki temperamen jelek, jadi harap di maklumi saja."

Carla mencebikkan bibirnya di balik penutup wajahnya. Sementara Hui Lin tersenyum tipis, dia akan membuat kakaknya malu di hadapan semua orang termasuk pangeran.

"Pelayan, ambilkan teh nya!" perintah Hui Lin kepada pelayan setianya.

"Untuk apa? Dia sudah memperlakukan mu dengan tidak baik," ujar pangeran Jian Chen.

"Tidak apa-apa pangeran, biar bagaimanapun kakakku adalah istri sah, jadi aku harus melayaninya dengan baik," ucap Hui Lin.

"Kamu benar-benar baik, tidak seperti dia yang berhati jahat," ucap pangeran Jian Chen.

Pelayan menyerahkan secawan teh panas kepada Hui Lin. Hui Lin pun menyerahkan cawan berisi teh panas itu kepada itu kepada Hui Ying.

Namun baru saja Hui Ying hendak mengambil cawan itu, cawan itu sudah keburu di jatuhkan oleh Hui Lin.

"Aaah panas!" pekik Hui Lin. "Kakak, kenapa kau jatuhkan cawan nya? Kalau kakak tidak mau minum tidak apa-apa, tapi jangan seperti itu," imbuhnya.

"Hui Ying, kamu benar-benar jahat!" Adikmu sudah berbaik hati menyediakan teh untukmu, namun kamu malah menyiramkan nya ke tangannya!" hardik pangeran Jian Chen.

"Dia bilang aku menumpahkan teh ke tangannya, kan? Baiklah akan aku kabulkan."

Carla langsung mengambil cawan yang juga berisi teh di atas meja. Kemudian menyiramkan nya ke wajah adik tirinya itu.

"Kakak! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menyiramkan teh ke wajahku?" pekik Hui Lin marah.

"Pangeran lihat, ini baru asli ku siram. Tadi dia hanya pura-pura untuk menarik simpati pangeran," kata Carla.

"Hui Ying, sebaiknya kamu pergi dan jangan membuat keributan di sini!" Pangeran mengusir Carla pergi tanpa melihat siapa yang benar dan siapa yang salah.

Karena matanya sudah di tutupi oleh Hui Lin yang terlihat baik dan polos. Padahal sebenarnya sangat licik.

"Baiklah, aku juga tidak ingin menyaksikan drama kalian," ujar Carla.

Carla berbalik dan hendak pergi, namun pelayan setia Hui Lin dengan cepat menabrak Carla. Carla yang memang tidak menghindar pun terhuyung dan hendak jatuh.

Namun pangeran dengan sigap menangkap tubuh Carla agar tidak jatuh. Dan seketika penutup wajahnya terlepas.

Pangeran Jian Chen melototkan matanya melihat Carla yang begitu cantik. Hingga beberapa detik ia tidak berkedip.

"Lepas," ucap Carla, lalu berjalan pergi dari situ. Namun baru beberapa langkah, Carla merasa ada yang mencurigakan.

Dan benar saja, seorang pria membawa belati hendak menusuk pangeran. Carla dengan refleks berlari dan menerjang orang itu.

Pangeran yang melihat pria itu terjatuh sambil memegang belati pun segera menangkap pria itu.

"Awas!" pekik Carla saat ada yang lain hendak menyerang.

Pangeran memukul pria yang terjatuh hingga pingsan. Dan segera bangkit untuk melawan yang lain yang juga membawa senjata.

"Pengawal, tangkap mereka!" perintah pangeran dengan suara lantang.

Carla ikut membantu berkelahi melawan musuhnya. Pangeran Jian Chen sempat tertegun dengan ketangkasan Carla dalam seni beladiri.

Seni beladiri yang Carla gunakan adalah seni beladiri karate, jadi agak sedikit aneh di zaman kuno.

Satu persatu mereka jatuh oleh Carla dan pangeran. Baru setelah itu pengawal datang meringkus mereka.

Carla tanpa berkata apa-apa pun segera mengajak pelayannya pergi. Namun langkahnya terhenti saat pangeran menahannya.

"Tunggu!" Pangeran segera menghampiri Carla.

"Sejak kapan kamu bisa beladiri? Kok aku baru tahu?" tanyanya.

"Perhatian pangeran selalu tertuju pada adikku, jadi wajar jika pangeran tidak kenal aku," jawab Carla.

Kemudian Carla pun segera pergi. Pangeran hendak menyusul, namun segera di tahan oleh selir Hui Lin.

"Pangeran jangan pergi, aku takut," rengek Hui Lin.

"Kamu kembali ke kamar, aku ada urusan sebentar," ujar pangeran Jian Chen.

Hui Lin mengepalkan tangannya kuat. "Hui Ying, kamu sudah mengacaukan pernikahanku dengan pangeran. Awas saja kau, akan ku balas nanti."

"Hui Ying tunggu!" Pangeran berlari kecil menghampiri Carla. Carla yang hendak masuk ke paviliun miliknya pun berhenti.

"Ada apa pangeran? Bukankah hari ini hari bahagiamu? Kenapa kamu mengejar ku?" tanya Carla.

"Kamu belum jawab pertanyaan ku, darimana kamu belajar seni beladiri itu? Disini hanya orang-orang pilihan saja yang memiliki seni beladiri seperti itu."

"Pangeran tidak perlu tahu, sebaiknya pangeran urus saja selir mu itu," ujar Carla. Kemudian Carla pun segera masuk dan menutup pintu.

"Aneh, kenapa sikapnya sedingin itu? Dulu dia mati-matian mencari perhatianku, tapi sekarang dia seperti orang yang berbeda," batin pangeran Jian Chen.

Pangeran Jian Chen pun segera pergi dan kembali ke paviliun miliknya. Pangeran Jian Chen merenung memikirkan Carla atau Hui Ying yang jauh berbeda dari sebelumnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!