NovelToon NovelToon

Kutinggalkan Suami Pelit Dan Mertua Serakah

episode 1

setiap pagi Tasya selalu berbelanja untuk memasak harian. Namun dia harus pintar pintar mengatul pengeluaran karena hanya dua puluh lima ribu yang diberikan oleh suaminya. Setiap hari dia pusing untuk memikirkan menu apa yang akan dimasak agar uangnya cukup.

"eh Tasya, mau beli apa? Tempe tahu lagi? Apa ikan asin?" tanya bu Santi sambil memilah milah sayuran yang ada.

"eh bu Santi, ganti dong buk. Masa tempe tahu ikan asin aja, kan bosan. Lebih bosan lagi saya, harus putar otak kayak saya ini. Uang dua puluh ribu buat makan 4 orang", jawab Tasya kesal serta menunjukkan selembar uang dua puluh ribuan.

"memang ya suamimu itu kebangetan Sya pelitnya, padahal setauku gajinya itu banyak loh. Wong Ridwan menantu ibu kan satu kantor sama suamimu", sahut bu Leha.

"yaampun, sehari dua puluh ribu. kalau sebulan cuma 600 ribu? Kalau gajinya sama kayak Ridwan berarti jutaan dong, sisanya kemana?" tanya bu Warni yang heran dengan kata kata bu Leha dan Tasya.

"ya ibunya lah ibuk ibuk, dia kan anak mama. Disetir sama maknya, saya aja dianggap orang lain sama maknya itu. Tapi apa apa nyuruh saya, udah kayak babu gratis aja sa ya ini", jawab Tasya kesal.

Tasya pun mengambil satu persatu sayur dan lauk yang dibutuhkannya. Namun kali ini berbeda, jika setiap hari dia membeli tahu tempe kali ini dia membeli telur. Karena sebelumnya mertuanya protes dengan lauk yang dibelikan Tasya.

Ya walaupun menunya berbeda namun bahannya tetap sama tahu dan tempe. Hanya saja Tasya pandai mengolahnya jadi, dua bahan tersebut bisa jadi menu yang berbeda beda.

"udah buk, telur stengah kilo, kelapa parut satu bungkus. Tomat , daun salam sama daun jeruk. Berapa?"

"telurnya empat belas ribu, kelapa lima ribu, tomat daun salam sama daun jeruk lima ribu. Semua dua puluh empat ribu. Uangnya dua puluh lima ribu ya Sya, kembali seribu. Disimpan ya, setiap kembalian jangan sampai ketahuan suamimu sama mertuamu itu nanti diambil lagi",ucap bu Yanti mengingatkan agar Tasya selalu berhati hati.

"gini aja bu, kembaliannya biar disini. Saya kumpulin disini, nanti sewaktu waktu ada kekurangan jadi gak bingung saya bu", jawab Tasya.

"pintar kamu Sya, walaupun uang sedikit tapi bisa mengatur kauangan. Memang malang sekali nasibmu punya suami seperti Adi yang pelitnya minta ampun. Padahal dulu pertama kali kamu dibawa kesini, kulitmu bersih terawat bajumu bagus bagus. Tapi sekarang, memang kebangetan si Adi", ucap bu Yanti yang juga kesal terhadap suami dan mertua Tasya.

Tasya pun berpamitan, dan segera pulang. Karena dia harus segera memasak untuk keempat penghuni rumah.

Sesampainya dirumah bukannya bu Wiji membantunya tetapi malah memarahinya. Karena Tasya lama berbelanja.

"heh Tasya! Klayapan dari mana kamu! jam berapa ini belum masak juga. Ibu juga sudah lapar ini! Lihat suamimu sudah berangkat dari tadi!" ucap bu Wiji dengan suara yang melengking.

"aduuhh, suara ibu bisa dikecilin gak sih? Bagus dong kalau mas Adi sudah berangkat kerja, berarti nanti gak usah banyak banyak masaknya. Oh iya kok tumben sudah pergi dia? Biasanya jam 7 baru berangkat. Kan masuk kerja jam 8, ini baru jam setengah 7. Biasanya berangkat juga jam 7 kok aneh", ucap Tasya seenaknya.

"jawab terus kamu ya, udah cepetan masak sana!" gertak bu Wiji dengan mata melotot.

"aku emang dari tadi mau masak buk, ibu sendiri yang ngomel ngomel gak jelas", jawab Tasya tanpa perduli kalau itu mertuanya.

"tumben kamu beli telur, biasanya tahu tempe kalau gak ya ikan asin. Makan enak pagi ini", ucap bu Wiji sambil membalikkan badan dan pergi.

"enak aja, mau makan enak. Sebelum kalian makan, aku nanti makan duluan. Enak aja udah capek capek masak, kalian yang habiskan. Bahkan terkadang aku disisain nasi aja", Tasya memotong bumbu sambil menggerutu.

Dengan piawai tangannya memotong setiap bumbu yang ada. Hanya tiga puluh menit makanan telah siapdimeja makan, serta perut Tasya juga sudah kenyang.

Bagaimana tidak, setelah nasi matang Tasya mengambilkan untuk dirinya dipiring. sembari menunggu nasi agar tak begitu panas, dia segera memtangkan telur baladonya. Setelah semua matang tasya menyisihkan dua telur untuknya. Yang satu dibuatnya sarapan dan satu lagi dibuatnya makan saat dia lapar nanti, dan sengaja disembunyikannya.

Sedangkan untuk lauk ibu mertua, suami dan Tika adiknya Adi dia sengaja memotong telurnya menjadi dua agar cukup sampai nanti malam.

Tudung saji pun dibuka oleh Tika, dan betapa terkejutnya dia melihat telur yang dipotong menjadi dua itu."apa apaan ini! Kenapa dipotong jadi dua sih?"

"berisik! Apaan sih teriak teriak!" gertak Tasya.

"heh ngapain kamu potong telurnya jadi dua!" tanya Tika dengan nada tinggi.

"mau telur utuh? Beli aja sendiri. Sudah untung dimasakin, masih aja protes. Kalau gak mau yaudah gak usah makan!" ucap Tasya dengan kesal karena Tika tak terima dengan masakannya.

Bu Wiji pun keluar dari kamar karena mendengar kegaduhan dari ruang makan, "ada apa ribut ribut? Kamu juga Tasya kenapa masih disini? Bukannya cuci baju".

"lihat bu, masa telurnya dipotong dua sih", ucap Tika manja namun dengan nada kesal.

"astaga Tasya! Kamau ini kenapa..."

Belum selesai ibu mertuanya bicara Tasya sudah memotongnya, "apa! Ibu mau bilang kenapa dipotong jadi dua? Stengah kilo aja pun mau dapat berapa? Uang dua puluh lima ribu mau dapat apa? Oohh, jadi aku tadi harisnya beli telur sekilo. Gakpapa bu, tapi nanti jadi telur goreng aja gak ada apa apanya lagi. Mau kalian? Sudah untung dimasakin, masih aja ngomel ngomel ngomel", ucap Tasya yang kemudian berlalu pergi smabil ngedumel.

Namun saat dibelakang pun Tasya berteriak, "mulai besok belanja aja sendiri! Masak sendiri! Gak apa aku gak makan dirumah, biar kalian tahu uang segitu dapat apa!"

Bu Wiji dan Tika hanya bertatap tatapan satu sama lain. Heran melihat Tasya yang kenapa jadi berani sekali.

***

episode 2

Tasya masih mencuci dibelakang, mulai dari baju suaminya mertuanya hingga adik iparnya dia semua yang mencuci.

Sebenarnya capek juga jadi Tasya, semua pekerjaan rumah dia yang kerjakan tapi tak ada apresiasi dari suami ataupun mertuanya.

"memang ya satu keluarga pemalas. Terus dulu siapa yang kerjain sebelum aku masuk rumah ini! Gak mungkinkan bayar pembantu dirumah ini, mas Adi aja pelitnya minta ampun. Gak mungkin juga si Tika yang kerjain, dia kan pemalas! Tidur aja kerjanya dasar perawan tua. Pantas saja mas Adi baru nikah usia 30 tahun, ya pasti perempuan yang mau mau diajak nikah mikir mikir juga. Tapi kenapa bod*h banget aku ini, mau maunya nikah sama Adi" Tasya sedari awal mencuci baju sampai selesai masih saja menggerutu karena kesal dengan ibu mertua dan adik iparnya.

Hampir satu jam sudah Tasya berkutat dengan cucian bajunya dan akhirnya selesai. "akhirnya selesai semua huufft, tinggal istirahat". Tasya pun memasuki rumah, dan betapa terkejutnya dia melihat meja makan yang berserakan.

"kurang ajar! Mertua jahanam ipar gila! Habis makan kenyang ditinggal semua piring kotor semua disini! YaAllah... Sampai lauk pun mereka habiskan! Memang jahanam mereka berdua!" teriak Tasya sambil membersihkan meja makan.

Namun tak terasa air matanya menetes saat melihat lauk yang dia masak tadi habis tak tersisa. Bagaimana tadi jika dia belum makan dan tak menyimpan sebagian lauknya? Pasti dia tak akan makan seharian. Karena uang pun dia tak punya.

"kalian keterlaluan sudah seenaknya memperlakukanku seperti ini. Hampir dua tahun aku mengabdi pada suamiku dan mertuaku tapi ini balasan mereka semua. Aku disini seperti babu. Masih untung babu dibayar, ini udah kayak kerja rodi. Malamnya masih melayani suami. Kalau ngeluh sama suami pun gak ada gunanya, dia pasti membela ibu dan adiknya. Sebaiknya aku berusaha cari kerja, sayang banget ijazah S1 ku. Aku harus jadi orang sukses, aku harus bisa punya penghasilan sendiri" gerutu Tasya sambil mencuci piring piring kotor.

Tasya sudah merasa sangat muak dengan orang orang dirumah ini. Dulu Tasya adalah anak kampus yang sangat cantiik. Banyak laki laki yang mengejarnya bahkan ada juga dosen yang ingin melamarnya namun dia tak mau.

Tasya lebih memilih Adi seorang staf di salah satu perusahaan ternama. Dulu masih awal awal mengontrak Adi, ibunya dan adiknya tak seperti sekarang. Namun hanya bertahan satu bulan saja. Setelah itu semua berubah.

Awalnya Tasya masih diam menghadapi mereka. Namun makin lama mereka semakin parah kelakuannya. Malah semakin menunjukkan sifat aslinya masing masing.

"akhirnya semua selesai, aku mau kerumah Mila. Cuma dia yang bisa bantu aku. Andai saja aku punya ponsel, pasti bisa menghubungi semua teman temanku. Siapa tahu ada lowongan." ucap Tasya dan segera berlari kekamarnya mengganti baju.

Tasya mengganti pakaiannya dengan celana kulot, kaos pendek dan dipadukan dengan sweeter hitam. Dengan rambut yang diikat satu. Berjalan menuju jalan raya, dipersimpangan Tasya bertemu dengan bu Leha.

"mari bu Leha", ucap Tasya.

" tumben keluar Sya, mau kemana?"

"ini bu, mau kerumah temen. Rumahnya deket pasar" jawab Tasya.

"naik angkot apa ojek?" tanya bu Leha lagi.

"emm, anu bu jalan kaki. Jangankan naik ojek, buat naik angkot aja saya gak punya uang. Mana ada sisa bu, cuma dikasih dua puluh lima ribu aja. Bu Leha kan tau sendiri tiap hari saya belanja ngirit. Itupun gak pernah sisa", jawab Tasya dengan menghela nafas panjang.

"astaghfirullah Sya, memang kurang ajar suami dan mertuamu itu. Tapi memang betul Sya, mertuamu dari dulu terkenal pelit dan serakah. Ini ibu punya sedikit uang buat ongkos kamu pulang pergi, insyaallah cukup. Ibu gak bisa bantu banyak. Nanti cepet pulang ya, biar mertuamu gak mengomel lagi kayak macan. Hati hati ya nak", ucap bu Leha sambil mengelus pundak Tasya.

Tasya mengangguk, "makasih ya bu, semoga dengan uang pemberian bu Leha ini awal yang baik untuk saya. Saya permisi bu, angkotnya sudah ada", Tasya pun segera menaiki angkot. Tak terasa air mata Tasya jatuh, dia memandangi selembar uang sepuluh ribu. Dia tak akan pernah lupa kebaikan bu Leha sampai kapanpun.

Dia berjanji, suatu saat jika sukses akan digantikannya uang ini berkali lipat.

"pak berhenti pak", teriak Tasya. Dia pun turun tepat didepan pasar. "berapa pak?"

"lima ribu neng" jawab sang sopir. Yang kemudian Tasya memberikan selembar uang sepuluh ribuan, dengan kembalian lima ribu.

Tasya menoleh kesana kemari. Mencari rumah sahabatnya yang dulu ada di sebelah pasar. Namun sudah berganti dengan bangunan yang sangat megah, dua lantai. Seakan pasrah dengan apa yang ditemuinya. Dia perpikir mungkin sahabatnya sudah pindah dan yang punya lahan membangunnya dengan bangunan megah ini. Terakhir dia ketemu sebelum menikah, setelah menikah hanya beberapa bulan mereka komunikasi. Setelah ponsel Tasya rusak sudah tak ada komunikasi sampai sekarang.

Tasya terduduk lesu didepan pasar, menyandarkan kepalanya pada tembok. Saat hampir frustasi, tiba tiba suara perempuan berteriak memanggil nama Tasya.

"Tasya..." panggil Mila sambil melambai tangannya.

Sontak saja Tasya langsung menoleh, karena dia sangat familiar dengan suara itu. "Mila" ucap Tasya.

Mila menghampiri Tasya yang tengah duduk ditangga depan pasar. "Ini beneran kamu Sya? Kok jadi kayak gini penampilanmu? Dulu kau cantik sekali Tasya. Sekarang kenapa malah gak bisa merawat diri?" tanya Mila terkejut dengan penampilan Tasya yang lusuh beda dengan dulu saat dia belum menikah.

"rumahmu pindah Mil? Aku hampir pasrah gak bisa ketemu kamu. Mana rumahmu?" tanya Tasya dengan nada pasrah.

"tuuhhh", jawab Mila sambil memiringkan kepala menunjukkan kearah rumah mewah yang dikira punya orang lain tadi.

"serius? Itu rumahmu? Ngepet kamu Mil?" tanya Tasya terkejut.

"mulutnya kebiasaan. Udah yuk kerumah aku, ngapain sih disini kayak orang susah aja. Sahabatku yang dulu cantik jelita gak boleh terlihat susah apalagi kayak gembel", ucap Mila sambil menarik tangan sahabatnya itu.

Memang saat ini penampilan Tasya hampir mirip gembel. Karena seperti tak terurus. Dulunya dia terlihat cantik sekarang berbeda 180 derajat. bahkan sekedar sabun cuci muka pun yang murah dia tak mampu membelinya. Apalagi dengan skincarenya yang dulu, dia benar benar tak sanggup membelinya.

Betapa kagumnya Tasya saat memasuki rumah mewah dua lantai milik sahabatnya itu. Sangat megah halamannya tertata rapi. Hanya sekedar rumput pun dirapikan dan tak ada yang namanya rumput yang panjang.

"Mil beneran kau ngepet ya?" ucap Tasya seenaknya.

"iya, habis ini kamu tumbalnya. Enak aja bilang aku ngepet", ucap Mila.

"terus apa Mila? Kau dapat sugar daddy?"

Mila melotot mendengar ucapan sahabatnya itu. "enaknya aja. Sini aku kasih tau ya Sya, aku itu nikah sama laki laki kaya. Seorang pengusaha kebun kelapa sawit di kalimantan. Empat hektar Sya bayangin, berapa duit itu? Makanya aku bisa seperti sekarang. Makanya aku disini juga dibuatin usaha biar duit kita ngalir".

"enak ya kamu Mil, dapat suami yang pengertian kaya lagi. Sedangkan aku bernasib tak baik. Apalagi setelah nikah sama Mas Adi benar benar nasibku sial Mil", ucap Tasya menghela nafas panjang dan pasrah.

"kekamar aku yuk, ganti bajumu. Aku dandani selayaknya Tasya yang dulu. Gak tega aku lihat sahabatku pakaiannya lusuh tak terawat", ucap Mila sambil menarik tangan Tasya.

Tasya pun tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang masih sama seperti dulu.

...****************...

episode 3

Didalam mall bu Wiji dan Tika sibuk memilih baju baju yang mau mereka beli. Mereka tak peduli uang yang seharusnya menjadi hak Tasya namun malah diberikan oleh Adi kepada mereka berdua.

"Bu, kira kira istriya mas Adi makan apa ya?" tanya Tika.

"Halah ngapain ngurusin perempuan itu, biar aja makan sama garam atau gak sama ikan asin didalam kulkas kan masih ada. Biarin aja gak usah dipikirin", jawab bu Wiji tak peduli.

"hihihi, biarin aja ya bu. Salah sendiri siapa suruh main main sama kita. Tapi Tasya itu sekarang berani ya bu, sebelumnya kan dia iya iya aja gak ada nolak apalagi membantah kayak tadi" sambung Tika.

"Biar aja Tik, nanti kalau dia membantah lagi kita kasih pelajaran. Nanti juga jangan sisain lauk apapun buat Tasya. Kita beli makanan lagi buat dimakan nanti malam, dirumah ada lauk. Gakpapa lah beli makanan pendamping aja, biar gak kayak orang susah. Khusus buat kita berdua dan kakakmu saja", ucap bu Wiji. Tika mengangguk kegirangan.

......................

Didalam kamar yang besar Mila masih sibuk make over Tasya. Dengan lembut perlahan dia memoles wajah sahabatnya setipis mungkin namun terlihat seperti Tasya saat gadis.

"Ini baru sahabatku, cantik bersih glowing. Tinggal gantiin bajumu. Eh, kamu emang mau pakai baju punya aku?" tanya Mila

"kayak baru kenal aja, kan dari dulu kita selalu pinjam meminjam baju", ucap Tasya sambil mencubit kecil lengan sahabatnya.

"aw, ku banting nanti kamu Sya. Oke deh aku carikan baju yang modis buat kamu. Jangan daster kayak aku", jawab Mila.

"Tapikan dastermu bagus Mil, gak kayak ibu ibu", ucap Tasya.

"Tasya, ini namanya modis. Jadi kita harus tau outfit yang sesuai untuk kemana mana. Kamu lihat ini, walaupun daster tapi kekinian. Tapi, aku gak akan kasih kamu daster. Aku carikan dulu baju yang cocok buat kamu. Yang simpel tapi kekinian, oke". Ucap Mila bersemangat.

Tasya sangat bahagia melihat sahabatnya sekarang berubah. Kehidupannya semakin baik sejak dia menikah dengan seorang pengusaha. Andai saja dulu dia tak memutuskan untuk menikah dahulu dan meneruskan karirnya, mungkin sekarang dia sudah diangkat jadi sekertaris.

Tapi takdir menemukan dirinya dengan pria bernama Adi yang sekarang jadi suaminya. Yang sangat pelit.

"Mil, makasih ya masih ingat diriku walaupun kamu dan aku sekarang beda. Hidup kamu sekarang lebih baik dan kamu sekarang sudah kaya. Sedangkan aku tak seberuntung dirimu, punya suami yang sangat pelit mertua jahat dan serakah. Satu lagi adik ipar aku Mil, ngeselin orangnya. lama lama ku sumpal mulutnya itu", Tasya berkata dengan kesal.

"Apa? Mertuamu jahat? Iparmu juga sama? Ya ampun Sya, kamu tau mertua dan iparku baik banget. Mereka gak peenah ikut campur masalah rumah tanggaku. Malahan nih ya kalau berantem kecil gitu, suami aku yang dimarahi. Gini deh Sya, aku punya rencana. Tapi aku dandani dulu", ucap Mila sambil memilih baju yang cocok untuk Tasya.

"nah... Ini dia cocok, kamu pakai celana kulot ini bagus kan? Sama kaos crop top punyaku ini. Cocok banget sama body kamu yang semampai", ucap Mila.

"Mil, asal kamu tau ya ini celana yang aku pengen. Biasanya aku lihat artis artis pakai celana model seperti ini. Tapi aku gak mampu beli. Sekarang kamu malah pinjami aku celana ini", ujar Tasya.

"siapa yang bilang pinjam? Ini sudah lama gak ku pakai. Udah gak muat. Ambil aja Sya buat kamu. Kalau Adi tanya bilang aja dariku, kalau dia marah suruh kesini biar kucekik lehernya. Kamu juga harus berani Sya jangan mau diinjak injak. Udah sekarang ganti bajumu ya, aku tunggu dibawah". Ucap Mila kemudian meninggalkan sahabatnya itu dikamar dan kemudian turun keruang tamu.

Tasya segera mengganti pakaiannya dengan apa yang tadi dipilihkan oleh sahabatnya itu. Saat Tasya melihat ke cermin, dia seperti melihat dirinya dua tahun lalu saat masih gadis. Kemudian dia pun turun untuk menemui Mila.

"Mil", suara Tasya gugup saat memanggil Mila.

"astaga Tasya, cantik banget kamu. Ini mah Tasya waktu kuliah, kenapa kamu gak dandan kayak gini aja sih setiap hari. Oh iya, mertua sama iparmu kemana kok kamu bisa kesini?" tanya Mila.

"gak tau Mil, kayaknya belanja di mall. Kan mereka berdua dapat jatah dari mas Adi", jawab Tasya.

"keterlaluan mereka, yaudah kita juga belanja yuk. Aku juga mau ajak kamu ke mall, siapa tau ketemu sama mertua laknatmu itu. Pengen tau wajahnya kayak gimana", ajak Mila.

"ayo", jawab Tasya bersemangat.

"tunggu tunggu! Siapa yang nyuruh kamu bawa tas itu? Pasti ini tas yang dibelikan suamimu kan? Sudah pakai tas ini, harganya gak mahal tapi lebih layak pakai daripada ini", ucap Mila kesal.

"makasih ya Mil", ucap Tasya sambil memeluk erat Mila.

......................

Didalam mall bu Wiji serta Tika sedang memilih milih baju discount. Mereka sangat antusias memilihnya. Karena bisa pamer kepada para tetangganya kalau itu baju dari mall.

"bu, ini mah sudahlah bagus bagus discount pula. Bener bener surganya para wanita. Lihat disana buk, sepatu discount 60%. Tas tas itu discount 30%. Kesana yuk buk", ajak Tika.

"Ayo Tik, tapi jangan banyak banyak jangan sampai kalap. Nanti habis pula gak bisa beli makan. Ibu juga mau beli perhiasan ini, kan uang dari kakakmu udah terkumpul nih buat beli emas", ucap bu Wiji mengingatkan.

Sementara itu dari jauh telihat Tasya dan Mila berjalan turun dari eskalator. Tiba tiba pandangan Tasya dikejutkan ada bu Wiji dan Tika di toko samping eskalator.

"Mil, lihat itu mertuaku sama iparku. Ngakunya belanja barang branded, ternyata baju discount", ucap Tasya.

"mana Sya?" tanya Mila yang ikut memincingkan matanya.

"itu Mil, ibu ibu baju kuning sama perempuan sebelahnya baju hitam tas hijau itu. Mereka kalau sampai dirumah tuh pamer Mil sama tetangga, itubarang mahal katanya jutaan harganya. Jadi ini toh ternyata barang discount. Sekarang aku tak perlu sakit hati lagi Mil dengan kata kata sombongnya malah aku pengen ketawa", ucap Tasya yang tersenyum lebar.

"halah, kamu tau itu harga aslinya paling cuma 150 ribuan. Nanti discount berapa persen paling tinggal lima puluh ribuan, aku dulu juga pernah berburu discount tapi sejak kejadian ada yang samain bajuku dan aku malu gak mau lagi deh beli barang discount", balas Mila.

"Mil mending kita menjauh aja yuk, jangan sampai mereka lihat aku disini", ucap Tasya.

"yaudah kita cari makan yuk, aku lapar kepengen sushi yuk", ajak Mila.

"aku udah lama banget gak makan sushi Mil, harganya mahal aku gak mampu beli", ucap Tasya lesu.

"kalau udah sama aku gak boleh ada kata mahal. Pokoknya kita kenyang, yuk disebelah sana ada sushi favorit aku. Agak mahal sih tapi tak apa, disana lebih fresh ikannya", ujar Mila sambil menunjukkan kearah dimana toko sushi itu berada.

Tasya pun mengangguk, dan mengikuti Mila dari belakang.

Mereka berhenti tepat disebuah outlet sushi yang tidak befitu ramai, dan terlihat hanya beberapa orang namun memang terlihat bukan orang tak punya uang seperti Tasya.

"Mil, gak terlalu ramai ya. Tapi kayaknya orang berduit semuat deh. Gak kayak aku" kata Tasya minder.

"Tasya, pokoknya hari ini kamu harus bersenang senang. Hari ini kita makan sushi, besok aku ajak kamu makan all you can it, okee" ucap Mila bersemangat dan diikuti anggukan dari Tasya.

Mereka berdua pun masuk dan memilih tempat duduk yang dirasa nyaman. Sushi sushi itu berputar mengelili mereka. Satu persatu sushi diambil dan kini berada dimeja mereka berdua.

"Kamu mau pesen apa? Kalau aku matcha, ramen disini juga enak lo", tawar Mila.

"aku ngikut kamu ja deh tapi jangan banyak banyak ya",

"siiaapp" ucap Mila sambil tersenyum lebar.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!