NovelToon NovelToon

Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

1. Melintasi Waktu

Suara bising tiba-tiba mengusik tidurnya, gadis ini mendengar suara pria dan beberapa wanita juga. Ia membuka matanya perlahan dan terkaget dengan keadaan sekitarnya yang ramai, di luar perkiraannya ini bukan dirumahnya. Ia memperhatikan sekelilingnya dan beberapa orang disana yang tidak ia kenal.

Gadis itu terdiam sejenak, mencoba mencerna situasinya. Jantungnya berdegup kencang ketika ia mulai menyadari bahwa dunia di sekelilingnya sangat mirip dengan novel yang ia baca sebelum tertidur.

Matanya tertuju pada seorang yang berkharisma, pria paruh baya dengan jubah emas yang memancarkan kewibawaan, namun sorot matanya dipenuhi kekhawatiran yang dalam. Sekarang ia tau kalau pria itu adalah seorang Raja.

"Putriku, kau tidak apa-apa?" tanya seorang pria yang bermahkota dengan dihiasi permata bersinar dan membuatnya lebih berwibawa, kali ini suaranya lebih lembut, seakan takut akan membuatnya lebih bingung. Arunika bangun dari tempat tidurnya, sepertinya pria paruh baya ini adalah rajanya. Ia tak sanggup menjawab pertanyaan pria yang berwibawa ini.

Dia menunduk dan menyadari bahwa gaun merah muda yang ia kenakan tidak seperti pakaian tidurnya yang biasa. Gaunnya terlihat mewah dan penuh hiasan indah, sangat kontras dengan kehidupannya sebelumnya. Seorang pelayan yang mengenakan serba putih mendekat, membawa nampan dan mangkuk kecil berisi sesuatu yang beraroma harum. Gadis itu menelan ludah, merasa semuanya terlalu nyata untuk menjadi mimpi.

"Ini pasti mimpi ... Aku harusnya di kamar," pikirnya, mencoba menenangkan diri. Namun, setiap detil dari ruangan besar itu, ornamen-ornamen mewah, serta kehadiran Raja dan para pelayan yang berbincang dan membiarkannya terlarut dalam pikirannya,ini terasa begitu nyata.

Saat ia merenung, potongan cerita dari novel yang baru saja ia baca berkelebat di pikirannya. Novel itu bercerita tentang kerajaan Swastamita, di mana manusia hampir punah, dan para makhluk yang menguasai kerajaan besar adalah vampire dan serigala. Dan sekarang, ia ada di tubuh sang putri, satu-satunya manusia terakhir, putri semata wayang Raja Amertha.

"Aku pindah dunia?" gumamnya, nyaris tidak terdengar.

Sang Raja tampak lebih khawatir dengan kebingungannya, mendekatkan diri dan menggenggam tangannya dengan lembut.

"Tenanglah, putriku. Kau baru saja pingsan. Kami semua khawatir."

Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Jika ini benar-benar dunia dari novel yang ia baca, maka dia berada dalam bahaya besar, terutama karena posisinya sebagai satu-satunya keturunan manusia di antara makhluk-makhluk yang kuat.

"Terus sekarang apa?"

Gadis itu mencoba mengingat kembali setiap detail dari novel yang ia baca. Nama-nama yang disebutkan mulai terasa familiar-Raja Amertha, Pangeran Renjana, serta misteri tentang ibunya yang merupakan selir dari kalangan vampire atau serigala. Sekarang, ia benar-benar berada dalam tubuh Putri Arunika, putri yang menjadi pusat dari konflik di kerajaan Swastamita.

Saat tabib berlalu, membawa serta obat herbal yang disiapkan untuknya, ia menyadari betapa penting perannya dalam kerajaan ini. Raja Amertha, yang sangat dekat dengan Raja Vampire, memegang taktik untuk menundukkan para vampire, makhluk yang memegang kekuasaan tertinggi di negeri itu. Tapi yang paling mengejutkan adalah legenda tentang Dewa yang diasingkan ke bumi, yang katanya tinggal di kerajaan besar ini. Itu adalah bagian dari kisah yang tak sempat ia baca sepenuhnya sebelum terjebak dalam tubuh sang putri.

****

Pangeran Renjana, yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk, menatapnya dengan penuh perhatian. Meskipun wajahnya tampan dan ramah, ada aura misteri disekelilingnya-seakan ada banyak rahasia yang tersimpan di balik senyum lembutnya. Gadis itu mencoba membaca ekspresi Pangeran, bertanya-tanya apakah dia benar-benar sekadar kakaknya.

"Aku... tidak sakit," jawab gadis itu pelan, suaranya terdengar kaku, karena masih mencoba menyesuaikan diri dengan identitas barunya.

"Tapi aku merasa... bingung." Ia menunduk, melihat tangannya yang kurus namun elegan, bukan miliknya tapi milik Putri Arunika.

Pangeran Renjana mendekat, duduk di tepi ranjang. "Kau pingsan tiba-tiba, itu sangat mengkhawatirkan," katanya dengan lembut.

"Kau pasti kelelahan. Banyak yang terjadi di sekitar kita. Terutama dengan kedatangan tamu penting dari kerajaan vampire."

Gadis itu tertegun. Tamu dari kerajaan vampire? Ia tahu dari novel bahwa hubungan antara kerajaan Swastamita dan kerajaan vampire sangat rapuh, dan sekarang ia harus menghadapi situasi yang jauh lebih kompleks daripada yang ia bayangkan.

Dan di balik semua ini, ia tahu bahwa perannya sebagai manusia terakhir akan sangat menentukan.

"Tamu dari kerajaan vampire?" tanya gadis itu perlahan, mencoba mencari tahu lebih banyak.

Pangeran Renjana mengangguk. "Ya, mereka datang untuk memperkuat aliansi. Tapi kita harus tetap waspada. Mereka adalah makhluk yang kuat dan licik. Ayah sudah memiliki rencana, dan kita akan mengalahkan mereka dengan cara yang tidak mereka duga."

Gadis itu masih merasa bimbang antara realitas yang ia kenal dan dunia asing ini. Pangeran Renjana pamit dan keluar dari kamar Putri Arunika.

Dengan tergesa-gesa ia melihat dirinya di cermin dengan wajahnya yang mulus, hidung mancung kulit putih dan rambutnya bergelombang coklat itu sangat indah. Ini memang dirinya, tapi ini adalah Putri Arunika. Bukan Arunika di dunia nyata, wajahnya mirip tapi lebih cantik dirinya di dunia novel ini.

......................

Dengan langkah yang terasa berat, ia mengikuti Raja Amertha menuju aula kerajaan. Di sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi kebingungan. Bagaimana bisa ia, seorang gadis biasa yang sedang bekerja di perpustakaan, tiba-tiba terbangun sebagai Putri Arunika?

Apakah ini sebuah mimpi aneh yang tak kunjung selesai, ataukah ia benar-benar berpindah zaman dan tubuh?

Sesampainya di aula kerajaan, suasana megah menyambutnya. Para prajurit dan pelayan kerajaan berdiri berjajar dengan disiplin, sementara banyak masyarakat berkumpul di sekitar aula, tampak antusias menunggu pengumuman besar yang akan disampaikan hari itu.

Ia bisa merasakan tatapan mereka tertuju padanya dan sang Raja, seolah-olah mereka tahu apa yang akan terjadi.

Dalam novel yang ia baca, pernikahan ini adalah bagian dari aliansi politik yang penting antara kerajaan Swastamita dan kerajaan vampire. Namun, dalam cerita itu, Putri Arunika tidak pernah setuju dengan perjodohan ini, yang menempatkannya dalam posisi sulit karena perasaannya yang bertentangan dengan kehendak politik.

Sang Raja berhenti di tengah aula, sementara semua mata tertuju pada mereka. Suasana semakin hening saat Raja Amertha mengangkat tangannya, memberi isyarat bahwa ia akan berbicara.

"Rakyat Swastamita yang terhormat," kata sang Raja dengan suara berwibawa, "hari ini, aku datang untuk mengumumkan sesuatu yang akan mengukuhkan perdamaian dan kekuatan antara kerajaan kita dan kerajaan vampire."

Gadis itu menelan ludah, merasakan kecemasan yang semakin menumpuk di dadanya. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini.

"Putri Arunika, putri semata wayangku, akan menikah dengan Putra Pertama dari Raja Sakha dari kerajaan vampire," lanjut Raja Amertha.

Tiba-tiba, kalimat terakhir yang ia pikirkan menghantam dirinya dengan keras-pernikahan Putri Arunika.

Ruangan seketika dipenuhi suara bisikan dan desas-desus. Gadis itu terkejut, meskipun ia sudah menduga sebelumnya. Tapi mendengar pengumuman ini secara langsung, dan menyadari bahwa ia adalah Putri Arunika yang dijodohkan, membuatnya merasa semakin terperangkap.

"Vampire?

Raja Sakha, penguasa di kerajaan vampire, adalah karakter yang sangat kuat dan misterius dalam cerita. Ia dikenal kejam namun cerdas, dan penuh tipu daya pernikahan ini adalah bagian dari rencana besar yang penuh dengan intrik politik. Gadis itu berdiri di sana, tersenyum kikuk dan bingung, bertanya-tanya bagaimana ia bisa melewati situasi ini tanpa membuat dirinya dan kerajaan dalam bahaya.

Saat mendengar pengumuman Raja Amertha yang menggema di aula kerajaan, gadis itu-yang kini terjebak dalam tubuh Putri Arunika-merasakan gelombang keterkejutan yang luar biasa.

Nama pangeran yang akan menjadi suaminya tetap tidak disebutkan, persis seperti yang tertulis dalam novel. Menurut cerita, identitas sang pangeran adalah salah satu misteri yang akan terungkap setelah malam pernikahan. Tepuk tangan meriah dari rakyatnya tidak membuat kegelisahannya berkurang, melainkan semakin menambah perasaan tidak nyamannya.

...****************...

Setelah pengumuman besar itu, Raja Amertha menggiringnya keluar dari aula, melewati lorong-lorong megah istana hingga tiba di perpustakaan pribadi raja, sebuah ruangan yang luas dan dipenuhi buku-buku kuno. Di sana, sudah menunggu penasihat kerajaan dan salah satu panglima terkuat Swastamita. Suasana berubah menjadi lebih serius dan tegang.

Arunika, atau tubuh ini yang kini berperan sebagai dirinya, tahu bahwa inilah momen di mana rencana pernikahan dan penyerangan terhadap kerajaan vampire akan dibahas. Dalam novel, pernikahan ini memang dirancang sebagai perangkap untuk menjatuhkan Raja Sakha dan kekuatan vampire, dan kini ia berada di tengah-tengah intrik berbahaya ini.

Raja Amertha, dengan wajah penuh kewibawaan, memulai pembicaraan. "Putriku, pernikahan ini bukan hanya sekedar upacara penyatuan dua kerajaan. Ini adalah bagian dari strategi kita untuk melemahkan kerajaan Sandyakala dan Raja Sakha. Dengan kau di sisi pangeran mereka, kita akan memiliki akses ke dalam istana vampire. Dan dari sana, kita akan mengatur serangan."

Panglima yang duduk di sebelah penasihat mengangguk setuju, sementara penasihat kerajaan membuka gulungan peta besar yang menunjukkan wilayah kekuasaan kerajaan vampire. "Kita akan memanfaatkan momen pernikahan sebagai kesempatan terbaik untuk menyerang dari dalam," katanya sambil menunjuk titik strategis pada peta.

Arunika sangat kaget, ia yang masih kebingungan dengan situasinya, mencoba mengingat lebih banyak detail dari novel. Dalam cerita, pernikahan ini adalah bagian penting dari plot, namun ada juga banyak bahaya yang mengintai. Terutama, ada rahasia besar tentang pangeran pertama dari Raja Sakha yang tidak pernah terungkap hingga terlambat.

"Bagaimana jika rencana ini gagal?" tanya gadis itu, suaranya bergetar. "Bagaimana jika mereka mengetahui niat kita?"

Raja Amertha menatapnya dalam-dalam, lalu menjawab dengan tegas, "Itulah mengapa kita harus sangat hati-hati, Arunika. Kau harus memainkan peranmu dengan sempurna. Kami akan mendukungmu dari belakang. Jangan khawatir, kita akan menang."

Jauh dalam hatinya, gadis itu merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap dari apa yang mereka perkirakan. Dan ia harus menemukan cara untuk bertahan hidup dalam intrik politik yang berbahaya ini, sambil mencari tahu siapa sebenarnya pangeran misterius itu.

Dalam cerita novel yang ia baca Sang Putri hanya menurut saja dengan keputusan ayahnya, kini dirinya disini dan membuat cerita ini berbeda mengubah takdir Putri Arunika.

Arunika menatap tajam ke arah ayahnya dan bangkit dari tempat duduknya, Raja Amertha merasa marah dan bingung. Pernikahan ini bukanlah keputusan yang ia buat sendiri, melainkan bagian dari rencana besar yang dirancang oleh kerajaan untuk menguasai kerajaan besar Sandyakala. Menjadi mata-mata di tengah para vampire dan terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap mereka adalah sesuatu yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan. Arunika sadar kalau ia sebagai tokoh utama.

"Ayah, kenapa kau menjadikan aku alat dalam perang ini? Aku bukan bidak yang bisa dipindahkan semaumu!" Arunika protes dengan nada lirih. "Aku sadar kalau kalian ingin menggunakan pernikahan ini untuk memata-matai mereka dan akhirnya menguasai kerajaan besar itu."

Raja Amertha tetap tenang, meskipun ketegangan terlihat di wajahnya. "Arunika, ini bukan soal kekuasaan. Ini tentang kelangsungan hidup kita. Kau tahu bahwa para vampire semakin kuat, dan jika kita tidak bertindak, mereka akan menghancurkan kita. Kau adalah kunci dalam rencana ini."

Sebelum Raja bisa melanjutkan penjelasannya, tiba-tiba terdengar suara lain yang menyebut nama Arunika dengan keras.

"Arunika!" Pangeran Renjana muncul dari balik pintu, wajahnya tampak cemas dan sedikit marah. Dia segera menghampiri gadis itu, namun tetap memberi salam penuh hormat kepada Raja Amertha.

Renjana mendekati Arunika, lalu menatapnya dengan tatapan khawatir,"Apa yang kau katakan barusan? Apa kau benar-benar berpikir bahwa ayah akan mengorbankanmu begitu saja? Ini lebih rumit dari yang kau kira."

"Apa bedanya?" tanya Arunika, merasa frustasi dan meneteskan air mata.

"Aku tetap dijadikan alat untuk menghancurkan mereka. Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan seseorang yang ayah rencanakan untuk kubunuh?"

"Tidak. Orang yang akan dimusnahkan adalah Raja Vampir. Kau akan menikah dengan seorang Dewa. ... " Renjana menatap dalam-dalam ke mata Arunika, mencoba menenangkan kegelisahannya.

Pangeran Renjana sebagai kakak tertuanya, mencoba untuk menenangkan adiknya,"Kau tidak sendirian. Aku juga terlibat. Kita semua terlibat. Tapi ini bukan tentang menggunakanmu sebagai alat, ini tentang melindungi kerajaan kita dari kehancuran."

Arunika merasa hatinya semakin terpecah. Dia tahu bahwa keluarganya, terutama Pangeran Renjana, adalah kakaknya yang paling dekat. Namun, menjadi pion dalam permainan kekuasaan yang melibatkan pernikahan dengan pangeran vampire adalah sesuatu yang tidak bisa ia terima begitu saja.

Pangeran Renjana melanjutkan, "Kau harus percaya padaku, Arunika. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu. Aku bersumpah."

Gadis itu terdiam, masih diliputi oleh rasa marah dan kebingungan, tapi ada sesuatu dalam tatapan Pangeran Renjana yang membuatnya ragu untuk melawan lebih jauh.

Raja Amertha menatap putrinya dengan tajam, menghela napas berat sebelum berbicara. "Arunika, ini bukan tentang tempat tinggalmu nanti. Ini tentang masa depan umat manusia di dunia ini. Kau benar, tidak ada persahabatan sejati antara kita dan para vampire. Ini adalah persaingan untuk bertahan hidup. Jika mereka berkuasa, manusia akan punah atau dijadikan budak selamanya. Karena itulah, kau harus menemukan Dewa itu."

Arunika tertegun mendengar penjelasan ayahnya. Fakta bahwa pangeran pertama dari kerajaan Sandyakala sebenarnya adalah Dewa yang dihukum dan dibuang ke bumi mengubah semua perspektifnya.

"Kalau dia adalah seorang Dewa," Arunika berkata pelan, merenung, "apakah itu berarti aku akan dibawa ke khayangan bersamanya jika dia kembali ke tempat asalnya?"

Raja Amertha menggelengkan kepalanya dengan wajah serius. "Belum tentu, Arunika. Sebagai Dewa yang dihukum, dia tidak bisa kembali ke khayangan dengan mudah. Ada syarat yang harus dipenuhi, dan itulah yang menjadi kunci dari rencana kita. Kau harus menemukan apa syarat itu, dan memastikan bahwa Dewa itu tidak kembali sebelum kita menguasai kekuatan besar yang dia miliki."

Pangeran Renjana, yang berdiri di samping Arunika, mencoba menenangkan adiknya. "Ini bukan tugas yang mudah, tapi kau tidak sendirian, Arunika. Kita semua akan mendukungmu. Aku tahu ini terdengar tidak adil, tapi inilah satu-satunya cara untuk memastikan bahwa kerajaan kita dan umat manusia tetap berkuasa."

Arunika, meskipun marah dan bingung, menyadari betapa pentingnya peran yang akan ia mainkan dalam perang yang lebih besar ini. Namun, ia juga tahu bahwa di balik strategi ini ada banyak rahasia yang belum terungkap, dan dirinya terjebak di tengah-tengah semua itu.

"Tapi bagaimana kalau aku gagal?" bisiknya, nyaris tak terdengar.

Raja Amertha menatapnya dengan penuh kewibawaan, meski ada sedikit kelembutan dalam suaranya. "Kau tidak akan gagal, Arunika. Kau adalah putriku. Aku percaya pada kemampuanmu. Dan ingatlah, masa depan manusia bergantung padamu."

Kata-kata itu membebani hati Arunika, rasa sesak memenuhi dadanya. Ia sadar bahwa tidak ada jalan kembali. Entah bagaimana, ia harus menemukan cara untuk memenangkan permainan berbahaya ini-permainan di mana takdir manusia dan para Dewa dipertaruhkan.

Masalahnya ia datang dari dunia nyata bukan dunia novel ini, dan sekarang tak seharusnya ia ada disini. Ia bukan Putri Arunika yang kuat itu, namun tubuh inilah yang akan membawanya dan mengikuti alurnya. Arunika hanya menjalani kehidupannya yang membanting alur ceritanya yang ia baca sebelumnya.

Arunika mengingat kembali semua yang terjadi sebelum ia terbangun di dunia asing ini. Ingatannya tentang dunia lamanya terasa begitu jauh, tetapi masih jelas.

Mark, sahabatnya yang selalu antusias dengan sejarah dan mitos, selalu berusaha meyakinkannya bahwa semua legenda yang dia baca bukan hanya sekadar cerita fiksi.

Sebenarnya Arunika tidak pernah benar-benar mempercayai omong kosong itu. Bagaimana mungkin ada dunia yang dipenuhi vampire, manusia serigala, dan Dewa?

Tapi sekarang, di dunia ini, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa semuanya nyata. Ia benar-benar berada di tengah-tengah cerita yang selama ini ia pikir hanyalah khayalan.

Bayangan Mark tersenyum samar dari kejauhan saat buku itu jatuh dan halaman-halamannya terbuka dengan sendirinya. Saat itu, angin aneh berhembus, seolah-olah memanggilnya untuk membaca lebih jauh. Dan sekarang, di sini ia berada, bukan lagi sebagai Arunika dari dunia yang ia kenal, tetapi sebagai Putri Arunika, pewaris kerajaan manusia di tengah para vampire dan serigala.

"Mark... kau benar," gumamnya pelan, merasa campuran antara marah, bingung, dan takdir yang tak bisa dihindari.

...****************...

Saat Arunika tersadar dari lamunannya, ia kembali menatap ayahnya dan Pangeran Renjana. Rencana besar ini lebih dari sekadar strategi politik. Ini adalah kisah yang sudah tertulis, sebuah takdir yang diatur oleh kekuatan yang lebih besar. Dan entah bagaimana, Mark mungkin sudah mengetahuinya sebelum semua ini terjadi.

Apakah ia benar-benar hanya sebuah bidak dalam permainan besar ini, atau ada sesuatu yang lebih besar yang menunggunya di balik semua rencana ini?

2. Pertemuan Pertama

Flashback

"Aru, coba baca ini, ada nama kita disana," ucap Mark yang memberikan buku tebal dengan sampul yang di hiasi 7 batu permata dengan warna yang berbeda.

"Mark ini cuma fiksi,"

Pria itu menggeleng dengan wajah sumringgrahnya, karena ia menjelaskan tentang isi buku itu dan memang ada universal yang berbeda di kehidupan ini dan memang ada Vampire, serigala dan juga Dewa lalu ada gadis berdarah manis.

Ia tak pernah percaya dengan kata kata Mark, ia tau sahabatnya ini suka sekali dengan sejarah termasuk mitos tentang Vampire dan Manusia serigala juga gadis berdarah manis.

"Yah kalau gak percaya nanti kalau masuk kesana baru tau rasa!? Ini ya titip taruh yang baik jangan ngedumel keramat." Pesan Mark lalu pergi meninggalkan dirinya dan membawa buku itu lagi ke perpustakaan tempatnya bekerja sebagai penjaga.

Tak sadar ia bergumam sendiri tentang buku itu dan meletakkannya di rak buku, setelah beberapa langkah kaki menjauh dari tempat buku itu, kakinya mendadak mundur dan mengambil buku itu lagi, entah dari mana magnet tersebut dan membaca buku itu karena firasat yang mendadak penasaran dengan isi buku tua coklat dengan 7 permata warna yang berbeda.

Dalam satu hari ia menyelesaikan satu buku itu padahal bukunya sangat tebal sekali dan mengembalikan ke tempatnya. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore saatnya perpustakaan tutup, ia merapikan barangnya. Dela pun pamit duluan pada Arunika.

bug

Wush wush

Srek srek srek

Ia mencari suara buku jatuh, angin yang entah datang dari mana lalu buku yang halamannya terbuka ia yakin buku itu ada apa apanya dan benar menemukan buku yang tadi terjatuh terbuka sendiri dan bergerak tiba-tiba terlihat bayangan Mark yang sedang tersenyum samar jauh disana.

Hanya itu yang ia ingat dan terbangun di tubuh putri Arunika

...****************...

"Tuan Putri Arunika, kita akan segera ke kerajaan besar Sandyakala dan pertemuan antara calon mempelai wanita dan pria karena upacara pernikahan pangeran pertama akan di laksanakan besok." Seorang pelayan perempuan mengejutkan Arunika, padahal masih pagi sekali. Harus banget besok nikah?

"APA? EMANG HARUS BANGET GITU BESOOK?!"

"Iya tuan Putri, ini sesuai dengan perintah dari Pangeran Renjana." Arunika tampak seperti curiga pada sang Pangeran tersebut karena perintah ini dan pernikahan yang harus dilakukan besok(?)

"Tuan Putri Arunika segera bersiap-siaplah, kita akan segera hadir di pertemuan calon mempelai pria dan besok kalian akan menikah. Sebelum itu Tradisi kita harus dilaksanakan juga, kau tidak boleh memberi tau namamu pada pangeran begitu sebaliknya. Kalian akan bicara dan kau akan tinggal disana bersama dengan pangeran pertama." Jelas Pangeran Renjana pada Arunika segera bergegas menuju kamarnya.

Arunika menatap Pangeran Renjana dengan tatapan penuh kecurigaan. Semua terasa begitu mendadak—pernikahan yang direncanakan besok, perintah dari kakaknya sendiri.

"Kenapa harus begitu cepat, Renjana?" tanya Arunika, matanya menatap tajam ke arah kakaknya. "Kenapa aku tidak boleh tahu siapa dia? Dan kenapa kita harus menikah besok?"

Renjana tampak tenang, tapi ada sesuatu di balik senyumnya yang membuat Arunika semakin curiga. "Ini semua bagian dari rencana, Arunika. Waktu kita tidak banyak. Pertemuan ini sudah diatur sejak lama, dan sekarang semuanya harus berjalan sesuai jadwal. Kau akan memahami semuanya pada waktunya."

Arunika mendengus, jelas tidak puas dengan jawaban kakaknya. "Kau bicara seolah-olah aku hanya bidak dalam permainan ini, Renjana."

"Tidak, kau jauh lebih penting dari itu," jawab Renjana, nadanya serius. "Tapi ingat, ini bukan hanya tentang kita. Ini tentang seluruh umat manusia. Kau adalah kunci untuk memastikan masa depan kita."

Dengan enggan, Arunika menghela napas dan berbalik menuju kamarnya, ditemani oleh pelayan yang dengan hati-hati menyiapkan gaun dan perhiasan untuk pertemuan hari itu. Di dalam hatinya, Arunika merasa cemas.

Apa yang akan terjadi jika ia bertemu dengan pangeran pertama Sandyakala? Bagaimana jika ia tidak bisa menjalankan rencana yang diatur oleh ayah dan kakaknya?

Satu hal yang ia tahu pasti. Besok, hidupnya akan berubah selamanya. Tapi apakah itu akan menjadi awal dari kemenangan atau kehancuran, hanya waktu yang bisa menjawab.

...****************...

Dalam cerita di buku novel tua itu, Putri Arunika menjalani sebuah tradisi yaitu pertemuan antara calon mempelai wanita dan pria, membahas tentang acara pernikahan dan juga tidak menyebutkan nama masing-masing, namun mereka akan berdiskusi. Dan bagian yang penting disini Putri Arunika menginap di kerajaan Vampire itu, sampai ia menikah dengan Pangeran pertama.

Bahkan Arunika tau kalau Pangeran Renjana segera menempatkan dirinya sebagai Raja menggantikan Ayahnya. Masih misteri siapa sebenarnya ibu dari Pangeran Renjana ini.

Telah tiba mereka di kerajaan besar Sandyakala ini, para prajurit berpakaian biasa saja, ia tak takut matahari? Tentang mereka itu bisa menahan diri dari matahari karena mereka sakti ada sebuah anugrah untuk para Vampire, karena Dewa itu ada disana. Mungkin karena pengaruh Dewa mereka itu sakti (?).

Arunika melihat sekeliling dengan rasa kagum yang bercampur cemas saat kereta kerajaan memasuki gerbang besar kerajaan Sandyakala. Ini adalah kali pertama ia melihat kerajaan besar yang dipimpin oleh para vampire.

Meski ia sudah membaca tentang tempat ini dalam buku tua yang ditemukannya, melihatnya secara langsung membuat segalanya terasa lebih nyata dan menakutkan. Para prajurit yang berjaga tidak tampak seperti vampire pada umumnya—mereka berdiri di bawah sinar matahari dengan santai, tanpa merasa terganggu.

Arunika bertanya-tanya apakah semua ini berkat pengaruh sang Dewa yang dikatakan berada di sini, yang memberi mereka kekuatan lebih.

Saat kereta berhenti di depan istana yang megah, Pangeran Renjana menurunkan Arunika dengan senyum dingin di wajahnya. "Ingat, Arunika, ini semua bagian dari rencana kita. Jangan tunjukkan kelemahan apa pun. Kau harus kuat."

Arunika mengangguk, meski dalam hatinya masih penuh keraguan. Mereka masuk ke aula besar kerajaan Sandyakala, tempat pertemuan pertama antara dia dan Pangeran pertama akan berlangsung.

Tradisi yang aneh—tidak menyebutkan nama satu sama lain, namun harus berbicara dan berdiskusi tentang pernikahan yang akan segera dilangsungkan.

Setelah melewati aula besar yang dipenuhi dengan lukisan dan ornamen kerajaan, Arunika dibawa ke sebuah ruang pertemuan yang megah, di mana calon suaminya, Pangeran pertama dari kerajaan Sandyakala, sudah menunggu.

Ia belum pernah melihat wajahnya secara langsung, dan rasa penasaran sekaligus ketakutan menguasainya. Para Pangeran ini bukan sekadar hidup di tengah para vampire—Pangeran itu Biasanya di panggil Pangeran Pertama diyakini sebagai Dewa yang dihukum dan diturunkan ke Bumi. Ini bukan pernikahan biasa, ini adalah bagian dari rencana besar yang melibatkan takdir, kekuasaan, dan perang.

Saat Arunika melangkah masuk ke ruangan itu, ia melihat sosok yang berdiri di dekat jendela besar, siluetnya memancarkan aura yang kuat. Meski belum bisa melihat wajahnya dengan jelas, ada sesuatu yang mengingatkan Arunika bahwa sosok ini lebih dari sekadar pangeran biasa.

Tanpa menyebutkan namanya, pria itu berbalik, dan mata mereka bertemu. Dalam detik itu, Arunika merasakan getaran aneh di dalam dirinya, seolah ada kekuatan yang jauh lebih besar di antara mereka daripada sekadar ikatan pernikahan yang akan datang.

"Selamat datang di Sandyakala, Putri," katanya dengan suara yang dalam. "Aku harap kau merasa nyaman di sini. Kita memiliki banyak hal untuk dibicarakan."

Arunika menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya. Ia tidak boleh terlihat lemah atau ragu di depan calon suaminya. "Terima kasih atas sambutannya, Pangeran. Aku siap untuk mendengar rencana pernikahan kita."

Mereka duduk di meja panjang, mulai mendiskusikan rincian pernikahan, tetapi Arunika tahu bahwa diskusi ini hanya permulaan dari permainan yang jauh lebih besar.

Di balik semua formalitas, ada banyak hal yang tersimpan—tentang rahasia Pangeran pertama, tentang ibu dari Pangeran Renjana yang masih menjadi misteri, dan tentu saja, tentang Dewa yang dihukum dan diturunkan ke Bumi ini.

Sementara Arunika berbicara, ia menyadari satu hal, hidupnya tidak akan pernah sama lagi, dan masa depannya terikat erat dengan nasib kerajaan ini.

Ada 7 kursi pangeran yang ada di jejeran para Vampire itu mungkin khusus untuk para Pangeran dan terlihat juga Raja Vampire yang berjubah hitam tinggi dan juga mahkota nya terlihat bersinar dengan batu permata berwarna hitam menghiasinya.

Para pangeran tersebut juga memakai pakaian yang sama dengan mahkota dan permata sesuai dengan sampul buku yang ia baca kemarin. Namun ia tak menemukan Pangeran pertama, ia menghitung pangeran yang ada di kursi pangeran tersebut hanya 6 orang?

Pertemuan antara calon mempelai akan segera dimulai, dan Arunika merasa tegang. Ia tidak yakin apakah ia siap untuk menikah dengan Pangeran pertama dari kerajaan Sandyakala, terutama setelah mengetahui bahwa Pangeran pertama adalah seorang Dewa yang dihukum ke Bumi.

Arunika merasa bahwa ada banyak rahasia yang disembunyikan dan ia berencana untuk mencari tahu kebenaran di balik semua ini sebelum pernikahan tersebut terjadi.

...****************...

Saat Arunika memasuki aula besar untuk pertemuan calon mempelai, jantungnya berdegup kencang. Di depannya, duduk berjejer enam pangeran dengan mahkota yang dihiasi permata berwarna-warni, sesuai dengan yang ia baca dalam buku tua itu. Namun, tak satu pun dari mereka tampak seperti Pangeran pertama. Pangeran yang seharusnya menjadi calon suaminya tidak ada di tempat.

Raja Vampire duduk di singgasananya, mengenakan jubah hitam tinggi dengan mahkota yang memancarkan kilau batu permata hitam. Di sekelilingnya, para pangeran mengenakan pakaian serupa, dengan permata beraneka warna menghiasi mahkota mereka—semuanya sesuai dengan sampul buku yang Arunika baca. Namun, ia tak bisa mengabaikan fakta bahwa hanya ada enam pangeran di aula, bukan tujuh seperti yang seharusnya.

Arunika merasa tegang dan cemas. Pikiran tentang Pangeran pertama—Dewa yang dihukum turun ke Bumi—terus menghantuinya. Keberadaannya dipenuhi dengan misteri, dan Arunika belum pernah bertemu dengannya, bahkan tidak mendengar apa pun tentang dirinya.

Ke mana perginya Pangeran pertama? Kenapa ia tidak hadir di pertemuan ini?

Sang Raja Vampire membuka acara dengan suara dalam yang menggema di seluruh aula. "Pertemuan ini untuk merayakan ikatan antara dua kerajaan besar, Sandyakala dan Swastamita. Putri Arunika, calon mempelai kita, telah tiba."

Semua mata tertuju pada Arunika, membuatnya semakin gugup. Tetapi dia berusaha keras untuk tetap tenang dan menjaga wibawanya. Di tengah perasaan cemasnya, ia tetap memikirkan rencana ayahnya, Raja Amertha.

Ini bukan hanya tentang pernikahan, tapi juga tentang strategi untuk menghancurkan kekuasaan para vampire. Namun, kehadiran Dewa itu terus menjadi misteri besar bagi Arunika. Apakah Pangeran pertama tidak hadir karena dia bukan vampire? Apakah dia menyembunyikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar hukuman dari langit malam?

Ketika pertemuan itu berlangsung, Arunika tahu bahwa pernikahannya bukan hanya soal politik dan kekuasaan, melainkan ada takdir yang lebih besar yang sedang dimainkan. Dia harus mencari tahu di mana Pangeran pertama dan apa yang sebenarnya terjadi dalam kerajaan besar ini sebelum hari pernikahan tiba.

Beberapa saat kemudian ada seseorang yang duduk di sebelah Arunika. Ia tak tau pasti tetapi pria ini juga memakai baju yang sama dengan 6 pangeran di atas singgasana masing-masing.

Setelah pertemuan itu usai, Arunika dibawa oleh pelayan ke kamar khusus. Di sana, pikirannya dipenuhi pertanyaan. Mengapa hanya enam pangeran yang hadir? Apakah Pangeran pertama benar-benar seorang Dewa yang dihukum, seperti yang diceritakan dalam buku? Dan yang paling penting, apakah dirinya siap untuk menghadapi takdir yang menunggunya di kerajaan ini?

Pertemuan antara calon mempelai pun dimulai. Arunika duduk di samping Pangeran pertama, merasa perasaannya campur aduk diruangan yang khusus yang di hiasi lilin yang temaram.

Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Pangeran pertama, tetapi juga merasa curiga terhadapnya. Ia punya rencana untuk menjaga sikap waspada dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.

Pertemuan lanjutan ini khusus untuk kedua mempelai karena mereka akan berdiskusi tentang rencananya di dalam pernikahan mereka nanti. Arunika menatap wajah Pangeran pertama yang menyadari bahwa Mark yang ada di Universe ini sangat tampan, berwibawa dan cocok untuk di jadikan Raja. Dalam cerita yang ia baca kalau Pangeran pertama adalah Dewa namun ia belum menemukan ciri-ciri Dewa dalam diri Pangeran pertama.

"Salam tuan Putri, aku belum tau namamu siapa namun matamu sangat mempesona. Sejak tadi kau hanya menatapku tajam, bisakah matamu itu menatapku dengan lembut? Agar aku nyaman bicara denganmu." Pangeran pertama membungkukkan badannya dengan simbol memberi hormat kepada Arunika.

"Silahkan Pangeran, Apa yang ingin kita bicarakan tentang kedepannya apa ada kesepakatan bersama yang harus kita lakukan?"

Pangeran pertama tersenyum kecil, matanya memancarkan pesona yang memikat. Arunika merasa hatinya berdegup kencang saat melihat senyum itu. Ia merasa ada kehangatan yang terpancar dari pangeran tersebut, meskipun masih ada keraguan dalam dirinya.

Pertemuan antara calon mempelai pun dimulai. Arunika duduk di samping Pangeran pertama, merasa perasaannya campur aduk. Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Pangeran pertama, tetapi juga merasa curiga terhadapnya.

Ketika Pangeran pertama mulai berbicara, Arunika terkejut. Suaranya terdengar akrab. Ia merasa bahwa ia pernah mendengarnya sebelumnya. Tiba-tiba, sebuah ingatan datang memenuhi pikirannya. Dia memang persis seperti sahabat karibnya yaitu Mark, gerakan dan cara bicara serta cara tersenyum semuanya adalah milik Mark.

"Salam tuan Putri, aku belum tau namamu siapa namun matamu sangat mempesona. Sejak tadi kau hanya menatapku tajam, bisakah matamu itu menatapku dengan lembut? Agar aku nyaman bicara denganmu." Pangeran pertama membungkukkan badannya dengan simbol memberi hormat kepada Arunika.

"Silahkan Pangeran, Apa yang ingin kita bicarakan tentang kedepannya apa ada kesepakatan bersama yang harus kita lakukan?"

Pangeran pertama tersenyum kecil, matanya memancarkan pesona yang memikat. Arunika merasa hatinya berdegup kencang saat melihat senyum itu. Ia merasa ada kehangatan yang terpancar dari pangeran tersebut, meskipun masih ada keraguan dalam dirinya.

...****************...

Arunika mencoba menenangkan hatinya yang bergemuruh, berusaha menyusun kata-kata dengan hati-hati. Tatapan Pangeran pertama begitu intens, dan senyumnya yang menawan semakin mengingatkannya pada Mark.

Ia tidak boleh terbawa perasaan atau membuat kesalahan. Ini bukan hanya tentang pernikahan politik, tapi juga tentang nasib kerajaannya—dan mungkin juga dunia nyata yang ia tinggalkan.

"Maafkan aku, Pangeran," jawab Arunika, suaranya terdengar tenang meski hatinya kacau. "Aku hanya ingin memastikan kita berdua sepaham tentang tanggung jawab besar yang akan kita emban."

Dalam perjalanan menuju pernikahan yang dijodohkan, Arunika menyadari bahwa perannya bukan hanya sebagai seorang Putri, tetapi juga sebagai pahlawan yang akan melawan kejahatan dan mempertahankan keadilan. Dengan tekad yang kuat, ia siap menghadapi segala rintangan yang akan dia hadapi di kerajaan Sandyakala.

...****************...

Arunika pun bersiap-siap untuk bertemu dengan Pangeran pertama di altar pernikahan mereka dan memulai perjalanan yang akan mengubah takdirnya dan takdir manusia. Ia akan berjuang untuk membebaskan bangsa Manusia dari kekuasaan para Vampire yang jahat dan menjaga perdamaian di kerajaan Sandyakala.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore para manusia serigala berkumpul dan berlutut dihadapan matahari yang akan terbenam, degup Jantung Arunika melihat mereka semua sangatlah kaget dengan semua yang terjadi di sini.

Seseorang masuk ke dalam kamarnya dan ia adalah ayahnya. Segera ia memeluk sang ayahanda tercinta ini, memiliki sosok ayah yang baik yang mengorbankan dirinya untuk menjadi pahlawan di kehidupan bangsa manusia di masa depan.

"Ayah sangat percaya padamu, Putriku yang cantik dan kuat ini adalah sebuah anugrah takdir yang telah tiba, aku hanya ingin kau bahagia dan mendapatkan tujuan kita semua."

Arunika meneteskan air matanya, melihat ayahandanya yang melepaskan pelukannya. Bahkan ia tak melihat Pangeran Renjana ada disini, ia belum menemui adiknya sama sekali sejak kemarin ia menginap disini, setelah pertemuan dengan para Vampire itu, ia curiga dengan Pangeran Renjana.

"Ceritanya aku di korbanin ya..."

Bersambung.....

3. Hari Pernikahan

...****************...

Arunika merasa perasaannya semakin bercampur aduk. Ia menatap ayahandanya dengan penuh kasih dan rasa bangga, namun juga merasakan beban besar di pundaknya. Pernikahan yang akan segera berlangsung bukan hanya soal politik atau kekuasaan, melainkan nasib manusia di hadapan para Vampire dan makhluk-makhluk kuat lainnya.

Setelah ayahandanya pergi, Arunika berjalan menuju jendela, menatap para manusia serigala yang berkumpul di bawah sinar matahari senja. Mereka terlihat gagah dan penuh kekuatan, siap untuk berjuang jika diperlukan. Namun, di balik pemandangan itu, Arunika merasa curiga. Ke mana Pangeran Renjana? Mengapa ia tak tampak sejak pertemuan dengan para Vampire kemarin?

"Kemana dia? Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir Arunika, merasakan kegelisahan yang semakin mendalam.

Tatapannya beralih ke langit yang semakin gelap, seolah menandakan dimulainya sebuah babak baru dalam hidupnya. Takdir yang menantinya semakin jelas—ia bukan hanya seorang Putri, tapi seorang pahlawan yang harus berjuang mempertahankan manusia dari kejahatan yang tersembunyi di balik kegelapan.

Malam itu, Arunika mempersiapkan dirinya untuk hari besar esok. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai strategi dan pertanyaan yang belum terjawab. Ia bertekad untuk tidak hanya menjadi alat dalam permainan kekuasaan ini, tetapi juga menemukan kebenaran di balik misteri yang menyelimuti kerajaan Sandyakala, Pangeran Renjana, dan Pangeran pertama.

"Aku harus tetap fokus," bisiknya pada dirinya sendiri, merasakan tekad yang semakin kuat mengalir di dalam dirinya. Besok adalah hari besar—hari yang akan mengubah segalanya.

...****************...

Lolongan serigala yang memenuhi malam, denting lonceng, dan janji suci antara Arunika dan Pangeran pertama benar-benar membawa suasana yang sakral. Seperti yang tertulis dalam buku tua, momen ini memang penuh makna, di mana seluruh makhluk, baik dari kalangan Vampire, serigala, maupun hewan, hadir untuk menyaksikan ikatan suci mereka.

Ketika kelopak-kelopak bunga berjatuhan dari langit, hati Arunika berdebar penuh sukacita, seolah alam pun turut merayakan pernikahan ini. Meski senyum menghiasi wajahnya, jauh di lubuk hatinya, Arunika tahu bahwa pernikahan ini hanyalah awal dari perjalanan yang panjang dan penuh rahasia. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pernikahan ini, dan dia bertekad untuk mengungkapkan kebenaran di balik semua yang tersembunyi.

Pernikahan ini menandai awal babak baru dalam hidup Arunika, dan dunia seakan menahan napas menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pintu kayu besar itu perlahan terbuka, memperlihatkan ruangan kastil yang dipenuhi cahaya hangat dan harum bunga. Di ujung altar, Pangeran Pertama berdiri gagah dalam balutan pakaian kerajaan, menatap lurus ke arah Arunika dengan sorot mata penuh rasa kagum. Langkah Arunika terasa ringan saat ia digandeng oleh sang ayah, berjalan perlahan menyusuri lorong menuju takdir yang telah menantinya.

Putri Arunika melangkah perlahan di atas permadani putih yang membentang dari gerbang istana hingga altar pernikahan. Gaun pengantinnya menjuntai panjang, terbuat dari kain halus yang tampak seperti disulam dari cahaya rembulan, dihiasi berlian kecil yang berkilauan seperti bintang-bintang jatuh dari langit malam. Mahkota perak yang bertengger di kepalanya memantulkan sinar matahari senja, membingkai wajahnya yang bersinar tenang namun mengandung gejolak rasa.

Tatapan mereka bertemu dan di dalamnya, ada janji. Janji bahwa meski dunia memisahkan mereka, cinta akan tetap menyatukan. Hari itu, di antara dua dunia, Arunika menjadi istrinya dan takdir pun berubah untuk selamanya.

Jika ingin kembali ke dunianya, Arunika harus menyelesaikan takdir yang telah ditulis... atau mungkin, menuliskan ulang akhir yang lebih bahagia. Sebab hanya dengan mengubah akhir cerita di dunia ini, ia bisa menemukan jalan pulang.

...****************...

Di tengah altar batu hitam berukir mantra kuno, dikelilingi oleh lingkaran api biru abadi, Putri Arunika dan Pangeran Mark berdiri saling berhadapan.

Darah bulan meneteskan tetes terakhirnya jatuh di tengah simbol leluhur yang terukir di lantai. Api biru menyala lebih terang, dan dari bayang-bayang, para tetua vampire muncul, mengenakan jubah merah marun dan topeng perak, sebagai saksi abadi dari janji suci yang akan terucap.

Pendeta Agung membuka gulungan naskah kuno dan membaca dengan suara berat yang bergema,

"Pada malam darah langit dan darah bumi bersatu, dua jiwa akan terikat dalam sumpah leluhur. Di hadapan api suci dan bayang para pendahulu, katakanlah janji kalian, agar roh-roh malam menjadi saksi dan penjaga ikatan ini."

Pangeran Pertama melangkah maju terlebih dahulu. Ia menggenggam tangan Arunika, menatap mata cantiknya yang bersinar. Senyumannya merekah, Pangeran Pertama melangkah maju ke atas altar.

Nyala obor biru berderak di setiap sisi ruangan, menyinari lambang kuno yang terukir di dinding, simbol keabadian dan sumpah darah.

"Kayaknya dia serius deh ya nikah."

Dalam genggamannya, sebuah pisau upacara berbilah perak gelap, dihiasi ukiran lidah api dan nama-nama leluhur. Ia menggoreskan pisau itu ke ibu jarinya, dan darah pekat keperakan mengucur perlahan. Ia membiarkannya menetes ke dalam sebuah gelas emas tua, bertatahkan batu delima—piala sumpah darah.

"Dengan darah ini, aku, Pangeran Pertama putra yang terbuang dari langit, mewarisi kekuatan perang dan malam mengikat jiwaku kepadamu, Arunika. Aku bersumpah untuk melindungimu, dalam terang maupun gelap, dalam kehidupan fana maupun keabadian. Jika aku mengingkari, biarlah api leluhur membakar jiwaku sampai hancur menjadi abu."

Pangeran Pertama lalu mengangkat gelas itu tinggi, "Inilah darahku—yang mengalir karena perang dan takdir. Aku serahkan pada ikatan ini, agar malam melindunginya dan waktu menghormatinya.”

Arunika memperhatikan hal-hal yang dilakukan oleh semua orang termasuk Pangeran Pertama,"jadi aku harus melakukan hal yang sama?"

Kemudian ia menyerahkan pisau itu pada Arunika. Dengan tangan lembut namun tak gentar, sang putri melakukan hal yang sama. Luka kecil di ibu jarinya mengeluarkan darah merah cemerlang, jatuh ke gelas yang sama.

"Darahku untukmu, jiwaku bersamamu. Dalam terang dan gelap, dalam hidup maupun keabadian, aku memilihmu."

Kedua darah mereka kini bercampur, berputar pelan dalam gelas itu seperti pusaran takdir.

Kemudian, Arunika mengangkat gelas yang berisikan darah itu sambil menatap mata Pangeran Pertama, suaranya jernih namun bergetar oleh kekuatan janji yang akan ia ikrarkan, "Dengan cahaya ini, aku, Arunika putri Swastamita dan darah dari bumi yang suci mengikat hatiku kepadamu, Pangeran Pertama. Aku bersumpah menjadi pendampingmu dalam damai maupun perang, dalam keabadian maupun kehancuran. Jika aku mengingkari, biarlah malam menolak namaku dan bumi menolak ragaku."

Pendeta Agung mengangkat belati perak tua, dan dengan irama ritual, menorehkan luka kecil di telapak tangan keduanya. Saat darah mereka bersatu dan jatuh ke simbol leluhur, api biru menyembur tinggi ke langit dan suara mantra kuno menggema di seantero istana,"Dua darah telah menjadi satu. Dua jiwa telah diikat. Dalam bayang malam, mereka kini satu dalam tubuh dan nama, hingga waktu tak lagi mengenal ujung."

Gelas itu kemudian dibagi, Pangeran Pertama dan Arunika menyesap darah dari gelas yang sama, menandai selesainya ritual pengikatan darah—sebuah janji suci yang tak bisa dipatahkan oleh waktu, kematian, maupun kutukan.

Dan saat lonceng hitam berdentang tujuh kali, seluruh kerajaan bersujud, menyambut penyatuan dua darah kerajaan dalam pernikahan yang ditakdirkan para leluhur sendiri.

Para tetua membungkuk serempak, dan suara lonceng hitam dari menara terdengar tujuh kali—tanda bahwa pernikahan suci telah disahkan oleh leluhur kegelapan.

Dan di tengah gemuruh kekuatan kuno itu, Putri Arunika dan Pangeran Mark saling menatap—bukan hanya sebagai pengantin, tapi sebagai dua bagian dari takdir besar yang kini resmi menyatu.

Pangeran pertama memeluk pinggang ramping Arunika, dengan refleks ia mengalungkan tangannya ke leher pangeran pertama lalu berbisik," bolehkan aku menciummu istriku, tenanglah aku bukan vampire. Setelah itu kamu akan melihat buktinya." Entah keberanian dari mana ia mengangguk setuju. Dengan ciuman lembut dan tulus dari pangeran pertama, Arunika yakin bahwa Pangeran pertama serius dengan hubungannya dan juga tujuan mereka yang sama.

"Selamat kepada istriku, kau disambut dengan hangat oleh para Dewa." Pangeran pertama menunjuk ke arah atap namun itu bukan atap melainkan awan yang terbuka lebar ia mendengar alunan lagu dan musik juga kelopak bunga-bunga datang dari langit.

"First Kiss aku!"

Hanya sekejap mata dan jentikan jari langit mulai gelap awan yang tadi terbuka itu kini berubah kembali menjadi semula lagi, Pangeran pertama dan Putri Arunika kini sah menjadi suami istri.

Mereka membungkukkan badannya dengan simbol memberi hormat kepada seluruh masyarakat kerajaan. Namun seperti awalnya ia tak menemukan Pangeran Renjana.

...****************...

Arunika sebenarnya tidak bisa anggun tapi tubuhnya ini, bisa mengendalikan jiwanya yang sebenarnya terjebak di tubuh putri Arunika.

Semua rakyat di luar ruangan tersebut menyambutnya dengan tepuk tangan yang sangat meriah, ada juga yang berbisik-bisik ada juga yang menatapnya dengan sinis.

Menurut buku yang ia baca Pangeran Mark adalah seorang yang dicintai oleh Putri Arunika, namun itu berlangsung lama untuk saling mencintai, ia juga khawatir karena masih ada banyak misteri yang belum terpecahkan. Lalu bagaimana dengan cerita aslinya Putri Arunika yang sebenarnya membenci Pangeran Pertama, dan menolak untuk mempunyai keturunan sehingga membuat Putri Arunika berakhir tragis.

Pangeran pertama menunjukkan ketulusan dan cintanya kepada Arunika dan memang benar pria itu mulai mencintai Sang Putri, menghapus sedikit demi sedikit keraguan yang sempat menghantui pikiran Arunika. Tetapi sekarang ia akan membanting semua alurnya, menjadi ia akan mencintai Pangeran Pertama, di balik pernikahan mereka yang bahagia, Arunika masih merasakan kegelisahan yang dalam.

Walaupun kini sah menjadi istri Pangeran pertama dan disambut hangat oleh para Dewa, misteri tentang Pangeran Renjana dan Raja Amertha tetap mengganggu pikirannya. Arunika menyadari bahwa ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Arunika mempunyai rencana untuk mengungkap rahasia di balik kerajaan dan para Vampire yang mungkin membawa ancaman. Sementara Pangeran pertama berusaha membuatnya tenang dengan ciuman dan kata-kata lembut, Arunika tahu bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai.

"Bagaimana, istriku yang cantik?" tanya sang pangeran dengan senyum misterius.

"Apa yang memenuhi pikiranmu saat ini? Apakah kau tak sabar mengetahui kebenaran, ataukah kau masih memiliki banyak pertanyaan yang ingin kau tanyakan?"

Pertanyaan itu membuat Arunika semakin yakin bahwa ada rahasia yang belum terungkap, dan perjalanan mereka ke depan akan membawa mereka menghadapi tantangan yang lebih besar.

"Iya pangeran, ada banyak pertanyaan yang ada di kepalaku Aku harap kau bisa menjawabnya." Pangeran pertama tersenyum sambil menatap istrinya ia sangat terhanyut dengan kecantikan sang Putri. Sedangkan Putri Arunika merasa ada yang memperhatikan mereka berdua banyak mata yang memperhatikan mereka di malam ini.

Mungkin malam ini baru Arunika harus mengajukan pertanyaan yang mengandung petunjuk untuk mengetahui tujuan pernikahan ini dan ketulusan Pangeran pertama juga strategi untuk mengalahkan raja Vampire.

"Baiklah istriku, aku akan menggendongmu apakah kau tidak lelah berjalan seperti itu?"

"Terima kasih,pangeran tidak perlu aku bisa berjalan sendiri," Seseorang datang dari balik tangga dan menjawab, "Hai kakak ipar dia suamimu manfaatkanlah dia biarkan dia menggendong mu, kakak pertama Kenapa kau tidak menggendongnya?" Dengan wajah yang jahil dan dan alis yang di naik turunkan.

Seorang laki-laki yang menghampiri mereka ini yang Arunika ketahui dia adalah adik dari pangeran pertama yaitu pangeran Ketiga, ia memberikan kode untuk suaminya. Pangeran pertama menatap arunika dengan wajah yang bertanya dan meminta persetujuan.

"Baiklah Pangeran pertama kau boleh menggendongku." jawab Putri Arunika yang membuat Pangeran Ketiga tersenyum melihat pengantin baru itu.

Pangeran pertama tersenyum senang, dengan lembut mengangkat tubuh Arunika dalam gendongan bridal style yang penuh cinta. Putri Arunika menghirup aroma tubuh Pangeran pertama seperti bunga teratai yang baru mekar. Seiring langkah-langkah mereka menuju kamar pengantin, Putri Arunika merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Aroma tubuh Pangeran pertama yang mengingatkan pada bunga teratai yang baru mekar menenangkan hatinya, meski pertanyaan yang memenuhi kepalanya tetap tak terjawab.

Di sisi lain, Pangeran Ketiga tersenyum jahil, puas melihat kebahagiaan yang terpancar di antara kedua pengantin baru itu. Namun, Arunika merasa bahwa senyuman adik iparnya itu menyiratkan lebih dari sekadar kebahagiaan. Ada rasa ingin tahu di balik senyumnya, seolah Pangeran Ketiga mengetahui sesuatu yang belum diketahui oleh Arunika.

Ketika mereka menuju ke kamar pengantin, Arunika menatap Pangeran pertama dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia terhanyut oleh ketulusan dan kehangatan suaminya, namun di sisi lain, ia masih merasa ada rahasia yang belum terungkap. Ia tahu malam ini bukan hanya tentang cinta, tapi juga saat yang tepat untuk mulai mencari petunjuk tentang tujuan sebenarnya dari pernikahan ini.

"Baiklah, Pangeran," bisik Arunika pelan.

"Banyak pertanyaan yang menunggumu, dan aku harap kau siap menjawabnya."

Pangeran pertama tersenyum tipis, matanya memancarkan rasa penasaran yang sama. "Tentu, istriku. Malam ini, semua akan terungkap... tapi mungkin tidak seperti yang kau kira."

Menurut buku yang ia baca para Dewa sangat suka bunga yang harum karena melambangkan kesucian dan kehormatan untuk para Dewa. Arunika sadar senyum dari Vampire, kalau di perhatikan memiliki taring.

Pangeran Ketiga yang ada di belakangnya itu tersenyum memperlihatkan gigi taringnya dengan mata yang menyala merah, ia mengintip dari balik bahu suaminya, wajah dari pangeran yang tampan itu sangat menyeramkan ketika mata dan gigi taringnya itu terlihat.

Putri Arunika menjadi takut dan mengeratkan pelukannya pada leher pangeran pertama, sang Pangeran sadar dengan apa yang di rasakan oleh Putri Arunika yang tiba-tiba menenggelamkan wajahnya di dadanya.

"Ada apa istriku, apa ada yang menakut-nakuti mu?" tanya pangeran pertama pada sang Putri Arunika, kamar pangeran pertama ini terasa sangatlah jauh sekali, ia melewati lorong yang panjang hanya ada cahaya obor yang menyala. Namun ini hanya kekuatan manipulasi dari salah satu adiknya, menurut buku yang ia baca kalau bangsa Vampire memiliki kekuatan yaitu memanipulasi.

Arunika merasakan ketakutan yang tiba-tiba menyergap hatinya. Wajah Pangeran Ketiga yang tadinya ceria kini berubah menjadi menyeramkan, terutama saat ia memperlihatkan taringnya dengan mata merah menyala.

Gambaran dari buku yang pernah ia baca tentang Vampire dengan kekuatan manipulasi mulai terlintas dalam benaknya. Segala hal yang ia alami malam ini, seakan menjadi bukti bahwa para Vampire benar-benar ada di sekitarnya, bahkan mungkin di tengah-tengah keluarganya sendiri.

Ia semakin erat memeluk leher Pangeran Pertama, menyembunyikan wajahnya di dada suaminya. Aroma bunga teratai yang menenangkan seolah sedikit menumpulkan rasa takutnya, namun tidak sepenuhnya menghapus kecurigaannya.

Pangeran Pertama, yang merasa perubahan sikap Arunika, memperlambat langkahnya dan bertanya lembut, "Ada apa, istriku? Apakah sesuatu menakutimu?" Nada suaranya penuh perhatian, namun ada kilatan di matanya yang menunjukkan bahwa ia juga merasakan sesuatu yang tidak biasa.

Sambil berjalan melewati lorong yang panjang, hanya diterangi cahaya obor, suasana semakin mencekam. Lorong ini tampaknya tak berujung, namun Arunika mulai menyadari sesuatu—ini adalah hasil manipulasi. Manipulasi waktu dan ruang, seperti yang disebutkan dalam buku kuno yang ia baca, merupakan salah satu kekuatan bangsa Vampire.

Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri dan mengingat pelajaran dari buku tersebut. Dalam pikirannya, ia mulai menyusun strategi untuk menghadapinya. Sambil tetap berada dalam pelukan Pangeran Pertama, Arunika berkata pelan, "Pangeran... lorong ini terasa begitu panjang. Apa ini nyata, atau hanya ilusi?"

Pangeran Pertama menatapnya sejenak, tersenyum tipis namun penuh arti. "Kau lebih pintar dari yang kukira, istriku. Tapi jangan khawatir, aku di sini untuk melindungimu. Apa pun yang terjadi, kau aman bersamaku."

Jauh di dalam hati, Arunika tahu bahwa malam ini akan membuka lebih banyak misteri daripada jawaban. Dan satu hal yang pasti, ia harus tetap waspada, terutama terhadap Pangeran Ketiga yang baru saja memperlihatkan sisi aslinya.

Pangeran Pertama berhenti di tengah lorong, menatap dengan tegas ke arah sudut ruangan di mana suara tawa tadi terdengar. "Berhentilah memanipulasi waktu, Pangeran Keempat!" serunya dengan nada tegas, namun tetap tenang.

Tak lama kemudian, suara tawa keras kembali terdengar, dan seorang pemuda dengan mata sipit serta senyum licik menyembulkan kepalanya dari balik bayangan. Rupanya benar, salah satu adik Pangeran Pertama sedang mengerjai mereka.

Putri Arunika merasakan napasnya semakin cepat. Ia tahu bahwa dirinya sedang berada di tengah para Vampire, adik-adik dari Pangeran Pertama yang sepertinya senang menguji batasannya. Aroma darahnya, yang menurut buku-buku kuno digambarkan sebagai darah manis yang sangat diinginkan oleh para Vampire, membuatnya merasa semakin waspada. Ia menyadari bahwa satu kesalahan kecil bisa membuatnya menjadi mangsa mereka.

Pangeran Pertama menatap adik-adiknya dengan pandangan penuh peringatan. "Kalian sudah cukup bersenang-senang. Istriku bukan mainan bagi kalian."

Arunika tahu bahwa meskipun Pangeran Pertama melindunginya, ia tidak bisa sepenuhnya bergantung pada perlindungan suaminya. Ia harus waspada dan berhati-hati dalam setiap langkahnya di istana ini.

Setiap keputusan yang ia buat harus dipikirkan matang-matang, karena satu kesalahan kecil bisa berarti akhir baginya. Aroma darahnya yang manis mungkin akan terus menarik perhatian para Vampire di sekelilingnya.

Ia teringat kembali pada isi buku yang pernah ia baca cerita tentang seorang putri yang ceroboh, yang membuat keputusan buruk dan akhirnya terjebak dalam genggaman para Vampire.

Arunika bertekad, ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Dengan keberanian yang tumbuh dalam hatinya, ia tahu bahwa dirinya harus cerdas dan cepat, agar bisa bertahan hidup di antara para Vampire ini, bahkan di dalam keluarga barunya.

Pangeran Pertama kemudian menggendongnya lebih erat dan berjalan dengan langkah cepat melewati lorong panjang itu, meninggalkan adik-adiknya yang masih menyeringai puas setelah berhasil membuat suasana semakin mencekam.

Pria yang berjalan mendekati mereka diketahui Pangeran Keempat menjentikkan jarinya, dan dalam sekejap, mereka berpindah tempat ke depan kamar pengantin. Putri Arunika, yang masih memeluk erat Pangeran Pertama, terkejut dengan kecepatan perpindahan tersebut. Dalam hatinya, ia semakin menyadari betapa kuatnya kekuatan para pangeran vampire ini.

Tak lama kemudian, seorang laki-laki muda yang paling tinggi di antara mereka muncul, dengan senyum jahil di wajahnya. "Kakak Ipar, aku mau adik. Aku bosan dengan kakak-kakakku ini. Aku harap nanti ia akan mengajakku bermain," ucapnya dengan memohon kepada Kakaknya itu yang mencurahkan isi hatinya, karena ia bosan dengan semua kakak-kakaknya.

Arunika menatapnya dengan heran. Pangeran Bungsu ini terlihat paling muda, tapi ucapannya sangat menggelitik hati Putri. Sebelum Arunika sempat berkata apa-apa, Pangeran Kedua muncul dengan wajah yang lebih serius. "Diamlah, adik bungsu," tegurnya sambil memalingkan pandangan kepada kakaknya. "Maafkan adik-adikku, Kakak Ipar, maafkan mereka, Kak Pertama. Aku akan bereskan mereka."

Pangeran Kedua menundukkan kepala dengan hormat, diikuti oleh adik-adiknya yang lain, sebelum mereka semua menghilang dalam sekejap mata. Pangeran Pertama tersenyum tipis dan mengangguk mengerti, mengisyaratkan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Jangan heran, Tuan Putri. Kau akan terbiasa dengan tingkah laku mereka," ujar Pangeran Pertama sambil tersenyum, berusaha menenangkan istrinya.

"Mari kita masuk ke dalam. Aku akan memberikan semua jawaban yang kamu butuhkan, dan aku akan menjawab sesuai dengan apa yang aku ketahui."

Pangeran Pertama menurunkan Putri Arunika dari gendongannya, lalu membukakan pintu kayu besar yang diukir dengan simbol pedang dan bunga teratai simbol yang semakin mengingatkan Arunika pada buku yang pernah ia baca.

Dalam buku itu, disebutkan bahwa para pangeran vampire memiliki nama-nama rahasia yang hanya diketahui oleh keluarga terdekat, seperti Raja dan Ratu, mereka juga baru akan mengumumkan nama-nama tersebut setelah pernikahan.

Arunika belum tahu nama suaminya, ataupun adik-adiknya, tetapi ia yakin, malam ini mungkin adalah saatnya untuk menemukan kebenaran.

Tapi sepertinya ia tau kalau suaminya sekarang bernama Mark.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!