"Kok foto sepupu kamu ada di galeri kamu? Habis ngapain kalian?" Tanya lelaki bertubuh tegap dengan wajah sangar menatap istrinya yang tengah membersihkan wajahnya didepan meja rias.
"Emang iya mas?" Tanya balik wanita bernama Laura, dia berubah cemas buru-buru meninggalkan meja rias berjalan menuju suaminya.
Ia segera menarik ponsel itu dari tangan suaminya, "lohh... Kok bisa ada sih? Sejak kapan foto ini ada?" Gumam Laura.
"Masa kamu nggak tau! Jelas-jelas itu hape kamu kok!" Katanya dengan wajah datar.
Pria itu, dengan kesal berdiri berjalan meninggalkan Laura yang masih berkutat dengan isi fikirannya.
***
Laura Sriana 28 tahun, wanita yang sukses berkarir dibidang fashion itu akhir-akhir ini membuat banyak wanita iri padanya.
Bagaimana tidak, keluarganya terkenal sangat kaya di kota itu bahkan ayahnya sendiri seorang direktur disebuah perusahaan besar, sedangkan ibunya 2 tahun yang lalu meninggal dunia.
Sementara itu, sebulan yang lalu dia dinikahi oleh anak sahabat ayahnya, lelaki yang banyak diidam-idamkan oleh wanita diluar sana.
Pria itu bernama, Brian Cristiano 35 tahun. Seorang CEO muda di sebuah perusahaan perfilman, banyak artis-artis muda yang sukses dari perusahaannya, bahkan Brian sering kali mendapat penghargaan atas kerja kerasnya di industri tersebut.
Hingga pada bulan lalu, ketika pernikahan Laura dan Brian tengah berlangsung dengan begitu megahnya, Laura sesekali merasa kesal tatkala melihat pria yang baru saja mempersuntingnya didekati oleh banyak wanita meskipun itu hanya sekedar itu berfoto.
Laura sangat kesal, tapi mengingat hari itu adalah hari yang sangat istimewa, Laura jadinya harus memasang wajah bahagia sepanjang hari, tersenyum palsu sampai membuat wajahnya terasa kaku, apalagi dia seorang introvert.
Dan yang lebih mengagetkan lagi, ternyata Brian sudah menyukai Laura sejak istrinya masih duduk di bangku SMA, Laura penasaran tapi Brian tak mau membicarakan hal itu.
Sementara Laura sendiri tak tau apapun selain latar belakang keluarga suaminya itu, bahkan dia tau sosok Brian itu 2 bulan lalu, 3 kali pertemuan dengan Brian yang hanya sekedar makan malam, shopping dan jalan-jalan pakai mobil menyusuri jalanan.
Untuk sekedar ngobrol lewat whatsapp sendiri Laura dan Brian jarang melakukannya karena kesibukan masing-masing.
Tapi tak apa, prinsip Laura itu 'cinta tumbuh karena terbiasa' apalagi dia sudah tau kalau Brian sudah lama menyukainya, di fikiran Laura pastinya Brian mencintai dia secara ugal-ugalan. Yang namanya perempuan pastilah berekspektasi yang tinggi setelah menikah, ya kan?
Namun nyatanya Laura salah besar, setelah menikah sikap Brian tak semanis yang dibayangkan, kadang Brian bersikap dingin padanya seperti orang yang tak berperasaan.
Brian bahkan seringkali mengecek ponsel Laura, awalnya ia merasa wajar mungkin saja Brian penasaran dengan isi ponsel istrinya itu.
Laura tak marah, karena ia fikir itu adalah salah satu bukti kalau Brian memang mencintainya dengan cara posesif padanya.
Tapi kali ini sepertinya berbeda, Brian benar-benar marah sebab ini pertama kalinya ia melihat foto sepupu laki-laki dari istrinya ada di galeri Laura.
Ia dengan kesal pergi keteras samping rumah sembari menghisap sebatang rokok.
Tak lama kemudian Laura datang dengan nafas memburu, tapi sebelum duduk disamping Brian ia menutup hidungnya terlebih dahulu.
"Mas, matiin dong! Kamu kan tau aku nggak tahan sama asap rokok!" Pinta Laura.
Awalnya Brian tak merespon, ia kemudian melirik Laura dari ekor matanya, sambil menghela nafas Brian meletakkan rokok itu sembari mematikannya.
Laura lega, Brian ternyata mendengarkan ucapannya, seraya tersenyum tipis Laura kemudian duduk di samping suaminya yang masih bermuka jutek padanya.
Laura meraih tangan Brian, ia menatapnya dengan dalam, "Mas marah ya?" Tanyanya.
"Mas, jujur yah... Aku beneran nggak tau kenapa foto itu ada di hape aku!aku aja jarang selfie mas, makanya juga jarang buka galeri!" Jelasnya dengan wajah memelas.
"Terus kenapa bisa ada disitu?"
"Sumpah! Aku nggak tau mas! Lain kali kalau ketemu dia biar aku tanyain kalau perlu!"
"Ngapain?" Katanya dengan melotot.
"Ya... Kan biar semuanya jelas lah mas!"
"Nggak usah!"
"Terus kamu maunya apa mas!"
"Nggak tau aku!" Ucap Brian lalu terdiam sebentar sambil memalingkan wajah dari Laura, tapi kemudian menatapnya lagi, "fotonya udah di hapus?" Tanyanya dengan ketus.
Laura dengan cepat mengangguk, "udah mas! Udah dari tadi aku hapus, aku juga cari-cari foto yang lain sempat masih ada yang keselip tapi aman kok! Semuanya udah beres!" Jawabnya tersenyum datar berharap suaminya tak kesal lagi.
"Oke!" Kata Brian singkat.
"Oke? Lohh mas masih marah ya? Aku udah ngomong panjang kali lebar mas jawabnya oke doang?"
"Iyaaa sayanggg.... " Ucap Brian sambil tersenyum manis pada Laura dengan mengelus rambutnya yang masih terlilit handuk.
Laura membalasnya dengan cengengesan, "nah gitu dong mas! Adek dingin nih mas! Kita masuk aja yuk! Lagian mas marah-marah mulu ihh... Padahal kan adek baru selesai keramas!" Laura dengan manja menggoda Brian sampai Brian tak henti-hentinya tersenyum melihat tingkah istri mungilnya itu.
Brian berdiri, seketika menggendong tubuh Laura, wanita itu tampak terkejut, namun akhirnya pasrah di bawa kearah kamar.
Di letakkannya tubuh Laura di tengah-tengah ranjang, sambil berbisik Brian berkata, "kamu nggakpapa kan kalau malam ini keramas lagi?"
Laura melotot, namun belum sempat ia menjawab, bibir Brian sudah lebih dulu membungkam mulutnya.
Malam yang begitu panjang dan penuh gairah akhirnya dilalui oleh sepasang pengantin baru itu, masalah tadi pun sudah jadi angin lalu bagi mereka berdua.
***
Pagi hari yang cerah, cahaya matahari masuk melalui ventilasi udara. Perlahan tapi pasti Laura membuka matanya, beberapa kali ia berkedip sembari mengatur penglihatannya yang masih buram.
"Lohh... mas?! Ya ampun... Aku bangun kesiangan, kok kamu nggak bangunin aku sih mas.... " Mata Laura melebar ketika melihat suaminya sudah dalam keadaan rapi tengah bercermin didepan meja rias seraya merapikan rambutnya.
"Good morning sayang.... " Sapa Brian dengan begitu santai berbalik kearah Laura.
Bukannya menjawab Laura malah panik, ketika melihat jam di ponselnya sudah hampir jam 8, "aduh... Ya ampunn..... " Lenguhnya mengacak rambut.
"Laura, Hei... Kenapa sih?" Tanya Brian mendekatinya.
Laura tertunduk, "maaf!"
"Lohh untuk apa?"
"Harusnya kan aku bangun lebih awal biar bisa siapin bekal buat kamu mas! Kalau pun nggak bisa buat bekal, tapi setidaknya aku buatin sarapan tapi ternyata kamu udah mau pergi!" Ucapnya memelas.
"Ya ampun istriku ini...." Brian mencubit kecil pipi Laura dengan gemas, "kirain kenapa, nggakpapa sayang, kan kamu capek gara-gara aku semalam lama keluarnya! Jadi aku nggak masalah, malah aku udah siapin sarapan buat kamu!"
"Sarapan? Jadi mas udah sarapan?"
"Enggak sayang! Nanti aku sarapan di kantor aja, lagian kalau aku sarapan sekarang nanti keburu telat, apalagi aku ada meeting pagi ini!"
"Aku malah makin bersalah loh mas karena ngerepotin kamu!"
"Ngerepotin bagaimana? Namanya juga pasangan suami istri, ya udah... Aku pergi dulu yahh setelah aku pergi kamu harus sarapan!"
"Iya mas!" Jawab Laura.
"Sarapannya harus habis, kalau perlu fotoin piringnya terus kirim ke aku sebagai bukti, terus kalau ada apa-apa kamu langsung telpon aku! Kamu nggak lupa kan kalau nomor aku jadi panggilan darurat di hape kamu!"
"Aku juga udah cek semua CCTV berfungsi dengan baik!" Ucapnya.
Hampir tiap hari Laura mendengar kata-kata itu, dan dia hanya harus mengiyakannya.
"Aku tau mas! Ohh iya jam 10 nanti aku harus ketemu klien, boleh ya?"
"Berapa orang? Laki-laki atau perempuan?" Tanya Brian.
"Kayaknya 2 orang sih mas! 1 cewek dan 1 cowok!"
Brian terdiam sebentar, lalu berkata, "kamu mau ketemunya dimana?"
"Kayaknya di restoran dehh kalau nggak salah!" Jawabnya.
"Batalin aja, biar aku pesan ulang restoran tempat ketemunya! Aku merasa lebih aman aja kalau aku yang atur semuanya, ini demi kenyamanan kamu juga kan sayang?!"
Laura tak bisa berkutik, dia menghela nafasnya, "ya udah dehh terserah mas aja!"
Brian mengatur tempat pertemuan itu ketika baru sampai dikantornya, ia bahkan menunda meetingnya selama 15 menit.
Sekretarisnya heran, baru kali ini ia melihat atasannya itu tidak disiplin waktu.
Ia bahkan melewatkan sarapannya hanya untuk memastikan kalau Laura mendapatkan kenyamanan di restoran tempatnya melakukan pertemuan.
"Meetingnya 5 menit lagi udah mau mulai, kita harus kesana sekarang, para investor udah dari tadi nungguin kita." Ucap Beni Sekretaris Brian.
Jari Brian yang tadinya sibuk berkutat dengan keyboard seketika berhenti lalu melirik ke sudut kiri atas ponselnya untuk melihat jamnya.
"Oke kita kesana sekarang!"
"Siap!"
Mereka berdua bergegas keruang meeting, Brian berjalan cepat disusul Beni dibelakangnya. Dan benar saja, hanya kursi Brian dan Beni yang masih kosong diruangan itu, semua sorot mata tertuju pada keduanya yang terkenal begitu menakutkan saat melakukan pertemuan penting.
Dengan wajah datar, Brian menatap satu persatu para investor yang hadir, tatapan itu seperti mengintimidasi mereka yang membuat beberapa orang langsung mengalihkan pandangan.
Tapi kemudian, Brian tampak menghela nafas, saat Beni memulai meetingnya, entah apa yang difikirkan oleh Brian, seolah-oleh ada yang membuatnya cemas.
Sekitar sepuluh menit meeting itu berlangsung, Brian menatap laptopnya, membuka whatsapp dari sana dan mengirim pesan pada Laura.
"Kabarin ya kalau udah sampai restoran!" isi pesannya.
Namun pesan itu tak kunjung ada balasan, bahkan 10 menit kemudian juga belum ada, Brian mulai geram dan mengirim pesan lagi.
"Sayang?! Kamu dimana? Masih dirumah atau uda sampai restoran?"
" Luara... Kok nggak dibalas? Kamu ngapain sih?"
Meskipun pesan itu terkirim, tapi tak ada satupun balasan dari Laura.
Brian seketika geram, alisnya berkerut, suara keyboard yang ia tekan semakin keras membuat para audiens di hadapannya mulai salah fokus dan menyoroti kelakuannya itu.
"Pak! Pak Brian....?" Panggil Beni.
Brian seakan tak mendengarnya, dia tak bisa mengalihkan pandangan dari arah laptop dan terus mengirim pesan pada Laura.
Hingga Beni mulai kesal, dan menendang kaki Brian dari bawah meja.
Pria itu terlonjak kaget, dia menengadah dan menatap tajam kearah Beni, "Lanjutkan!" Katanya pada sekretarisnya itu.
Setelah meetingnya berakhir, Brian tak langsung keluar dari ruangan, dia malah mengambil ponselnya, segera menelpon Laura.
Namun hasilnya sama saja, Laura juga tak mengangkat panggilan tersebut.
"Kamu tuh kenapa sih?" Tanya Beni yang tak lagi berbicara formal sebab keduanya adalah teman semasa kecil.
"Ben... Kamu coba telpon pemilik restoran itu deh, Laura dari tadi nggak balas pesan aku! Ini ku telpon juga nggak diangkat-angkat, aku takut dia kenapa-napa!" Katanya dengan suara cemas.
"Ya ampun! Aku kira kamu kenapa... Cuman masalah itu aja kamu sampai harus nunda meeting kita selama 15 menit loh!"
"Kamu bilang cuman? Ben... Kamu nggak tau apa-apa soal cinta! Ya udah cepetan telpon pemilik restorannya, tanyain apa Laura udah sampai sana?" Katanya lagi.
"Tapi bukannya ada CCTV dirumah kamu? Kenapa nggak di cek dulu? Kamu juga pernah bilang kalau udah pasang pelacak di hapenya Laura, kenapa juga nggak di cek?" Ucap Beni.
"Aku udah cek semuanya, aku lihat Laura udah keluar dari rumah, tapi titik lokasi hapenya ada dirumah!"
"Ohh berarti dia udah berangkat, terus hapenya ketinggalan!"
"Ya itu... Ya udah cepetan telpon pemilik restorannya, aku mau bicara!"
"Ehh iyaa... Sabar dong!"
Beni bergegas mencari nomor ponsel pemilik restoran tersebut, sekitar 1 menit ia menggeser layar ponselnya akhirnya dia menemukannya.
Brian yang tak sabaran langsung saja merebut ponsel itu dari tangan Beni, "ahh kenapa juga ini orang lama banget angkatnya!" Keluh Brian
"Mungkin aja sibuk!"
"Dia fikir didunia ini cuman dia aja yang sibuk?" Kata Bria menatap tajam kearah Beni hingga membuat sekretarisnya itu tak lagi bicara.
"Halo.... Pak Beni, ada apa menelpon jam segini?" Akhirnya ada suara dari panggilan tersebut.
"Apa istriku udah sampai sana?" Tanya Brian.
Pemilik restoran terdiam sejenak, "bukannya pak Beni belum menikah ya?"
"Aku Brian.... Jawab cepat! Apa istriku ada disana sekarang?"
"Owh... Maaf pak! Saya Kira pak Beni, Iy... Iya, ibu Laura baru saja tiba di sini!" jawabnya dengan suara kikuk.
"Aku mau bicara sama dia!"
"Owh... Ba-baik pak, saya kesana sekarang!"
Beni yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, "cckck... Dua orang yang jatuh cinta tapi yang repot banyak orang!" Gumamnya dalam hati
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!