NovelToon NovelToon

Dijodohkan Dengan Dosen Penyakitan

Awal Kesengsaraan

Bianca Mith. Seorang pewaris terkenal dari Keluarga Mith. Seorang doktor muda arogan yang selalu mencari masalah setiap harinya. Doktor yang seharusnya merawat dengan penuh kasih sayang setiap pasiennya. Doktor yang seharusnya bersikap ramah di hadapan pasiennya. Jika biasanya doktor melakukan itu semua, maka Bianca tidak melakukan itu.

Bianca adalah perempuan yang arogan dan dominan. Kazuki Mith sebagai ayah sekaligus pemimpin Keluarga Mith pun sudah tidak bisa menahan atau bertanggungjawab atas segala kelakuan buruk Bianca. Maka dari itu, Kazuki mengundang seorang dosen muda yang bekerja di salah satu universitas yang ia bangun untuk makan malam bersama mereka. Aether Beatrice.

Hanya ada mereka bertiga di restoran itu. Kazuki menggunakan sebagian uangnya untuk mengosongkan restoran itu dan menyisakan pelayan yang akan menyiapkan pesanan mereka.

"Maaf jika memanggilmu secara tiba-tiba," ujar Kazuki menatap seorang laki-laki muda yang duduk di hadapannya.

"Tidak masalah, Tuan Kazuki. Anda sudah membantu saya selama ini. Menghadiri acara makan malam yang Anda adakan adalah hal terhormat untuk saya," balas Aether menggelengkan kepalanya.

Bianca yang duduk di samping Kazuki berdecih melihat respon Aether. Ini adalah pertemuan pertama mereka. Dan Bianca merasa bahwa Aether adalah penjilat yang hebat. Membuat Bianca merasa wajar jika orang sepertinya bisa menjadi dosen di Universitas Mith yang didirikan oleh Keluarganya.

"Ini mungkin akan mengagetkanmu. Tapi sepertinya tidak baik juga jika aku mengulur waktu mengingat tugasmu sebagai dosen juga cukup banyak," ujar Kazuki membulatkan tekad.

"Aku ingin menjodohkan mu dengan anakku," lanjut Kazuki dengan wajah serius.

Tatapan Bianca dan Aether bertemu. Bianca sudah mengetahui rencana busuk Kazuki. Namun Bianca tidak memiliki pilihan lain, selain mengikuti kemauan Kazuki. Bianca tidak ingin hidup miskin. Sedangkan Aether tentu saja tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan perempuan yang tidak ia cintai.

Terlebih lagi, Aether sudah mendengar seluruh berita buruk tentang perempuan itu. Membuat Aether merasa sungkan jika harus disatukan dalam hubungan suami-istri dengan perempuan arogan itu.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Kazuki dengan penuh harapan.

"Bukankah ini cukup mendadak? Saya bahkan belum bertemu dan berbicara dengan anak Anda sebelum ini. Jika Anda berniat untuk menjodohkan atau menikahkan kami, saya rasa itu akan berakibat buruk pada beberapa tahun yang akan datang," jelas Aether.

"Lalu juga, sepertinya anak Anda tidak akan menyukai rencana Anda," ujar Aether membelokkan arah pembicaraan.

"Jangan pikirkan aku. Aku datang untuk makan malam. Tentang rencana perjodohan atau apalah itu, aku tidak akan ikut campur. Kalian putusan saja sendiri. Dan aku akan mengikutinya," jawab Bianca dengan santai.

"Inilah yang aku takutkan darinya. Dia selalu bersikap seenaknya selama ini. Aku tidak bisa mengontrolnya karena pekerjaanku yang sangat sibuk. Dan dia selalu mencari masalah di rumah sakit," keluh Kazuki menatap Bianca.

"Lalu mengapa saya yang Anda pilih?" tanya Aether.

"Kamu adalah dosen termuda di universitas. Aku mengakui kemampuan akademikmu. Dan setelah aku mencari tau tentang latar belakangmu, kamu selalu berhasil mendapatkan posisi pertama dari semua kompetisi yang kamu ikuti. Kamu bukan berasal dari keluarga kriminal. Lalu juga aku mendengar sedikit cerita tentang masa lalumu yang membuatku sedikit terharu," jelas Kazuki.

Aether menghela nafas. Kazuki berniat melepaskan tanggungjawabnya dari Bianca. Melarikan diri dan melemparkan segala kesalahan yang ada pada Aether. Itu adalah hal yang berat. Namun sepertinya Aether tidak akan bisa hidup dengan tenang jika Aether mengatakan kalimat, 'tidak'.

Bianca menatap Aether. Perjodohan dan pernikahan itu pasti akan terjadi karena itu adalah kemauan Kazuki. Mereka berdua tidak memiliki kemampuan atau hak untuk menolak itu.

Menurut Bianca, Aether memiliki paras yang cukup tampan. Laki-laki itu lebih muda darinya. Beberapa kali lompat kelas, sehingga laki-laki itu bisa sampai di titik ini dengan kondisi lebih muda dari orang-orang yang seharusnya.

"Saya berniat melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelas doktor di Jepang beberapa tahun setelah ini. Bukankah itu akan bertentangan dengan rencana Anda?" tanya Aether mencoba melakukan sedikit perlawanan.

"Aku akan membantumu untuk itu. Kamu bisa masuk ke universitas yang kamu inginkan dengan mudah. Dan tentang pernikahan kalian, aku rasa itu tidak akan menjadi masalah bukan? Karena sejak awal, aku tidak terlalu ingin dia menjadi dokter. Aku ingin dia meneruskan seluruh perusahaan ku. Dan dia bisa melakukan pekerjaan itu dengan jarak jauh," jelas Kazuki.

"Apa maksud Ayah, aku harus berhenti menjadi dokter dan mengurus seluruh perusahaan Ayah?" tanya Bianca menatap kesal Kazuki.

"Kita sudah membicarakan ini beribu-ribu kali," balas Kazuki bosan.

"Tapi aku tidak menginginkan itu. Tidak bisakah Ayah mengikuti sedikit saja kemauanku. Aku ingin menjadi dokter. Itu cita-citaku dari kecil. Lalu Ayah ingin aku berhenti begitu saja? Apa Ayah tidak memikirkan usahaku selama ini?" tanya Bianca dengan ekspresi penuh amarah.

"Kalau begitu, ayo bikin kesepakatan. Menikahlah dengannya. Lahirkan seorang anak. Dan Ayah tidak akan memintamu untuk berhenti menjadi seorang dokter," tawar Kazuki menatap manik mata Bianca.

"Benar-benar menjijikan," gerutu Bianca menyadarkan punggungnya pada kursi.

"Jika anak Anda melanjutkan karirnya sebagai dokter, bagaimana dengan perusahaan Anda?" sahut Aether.

"Hmm, bukankah sudah jelas kamu yang akan melanjutkannya? Kamu akan kembali bersekolah mengambil jurusan bisnis dan mulai belajar secara langsung di perusahaan ku," balas Kazuki dengan wajah polos.

"Berarti saya harus berhenti menjadi dosen?" tanya Aether khawatir.

"Tentu saja. Aku beritahu kamu satu hal. Dosen itu pekerjaan yang mulia. Mengajarkan ilmu pada banyak orang dan membimbing mereka ke masa depan yang lebih cerah. Itu bagus. Namun kamu tidak akan mendapatkan uang dalam jumlah besar dari pekerjaan itu. Masa depanmu tidak akan terjamin dengan uang yang sedikit seperti sekarang. Menjadi seorang pebisnis dan memimpin perusahaan lebih menghasilkan uang. Lalu itu juga akan mengubah masa depanmu menjadi lebih baik. Sebelum kamu ingin mengubah masa depan muridmu menjadi lebih baik, bukankah alangkah baiknya jika kamu mengubah masa depanmu lebih dulu?" jelas Kazuki panjang lebar.

Karir Aether dan Bianca sama-sama dipertaruhkan saat ini. Pernikahan sudah pasti terjadi. Dan salah satu dari mereka harus melepaskan pekerjaan yang selama ini mereka cita-citakan. Ini membuat mereka benar-benar tidak menginginkan pernikahan itu.

Mereka sama-sama ingin pergi dari sana secepatnya. Namun kaki mereka terasa diikat kuat hingga mereka tidak bisa menggerakkan kaki mereka sejengkal pun dari lantai yang mereka injak sekarang.

"Oi, Dosen. Aku lebih tua darimu. Jadi kamu yang akan memimpin seluruh perusahaan jika memang kita menikah. Aku tidak mau mengorbankan cita-citaku hanya untuk ide konyolnya," kesal Bianca melirik Aether dan Kazuki secara bergantian.

Kesepakatan Untuk Berpisah

Pernikahan terjadi setelah beberapa bulan perjodohan. Sekarang, Bianca dan Aether akan tinggal di satu rumah yang disiapkan oleh Kazuki. Pria paruh baya itu sepertinya benar-benar sudah tidak tahan dengan sikap Bianca. Maka dari itu, pria itu mempercepat tanggal pernikahan dan menyiapkan rumah serta segala perabotannya supaya Bianca bisa pergi dari rumahnya secepatnya.

"Ah, yang benar saja. Orang tua itu. Aku benar-benar tidak ingin merawatnya jika dia sudah tidak memiliki tenaga di usia tuanya," keluh Bianca menyadari keadaan yang ada.

"Bukankah ini tidak akan terjadi jika kamu tidak mencari masalah?" tanya Aether melihat kondisi ruang tamu rumah itu.

"Katakan sekali lagi. Dan aku pastikan koperku ini akan mendarat tepat di wajahmu."

"Jangan bertengkar denganku. Aku memegang prinsip kesetaraan gender. Aku tidak takut memukul atau melukai perempuan. Aku juga pernah belajar beladiri. Kamu tidak akan menang melawanku."

"Apakah menurutmu aku lebih lemah darimu?"

"Aku rasa."

Bianca merasa kesal. Bianca ingin sekali melempar kopernya ke kepala Aether. Namun setelah acara pernikahan yang merepotkan tadi, Bianca sudah tidak memiliki tenaga saat ini. Terlebih lagi, Bianca belum tau sebenarnya seberapa busuk Aether. Sehingga jika ia bersikap kasar dan Aether benar-benar membalasnya, maka itu akan membuat Bianca dalam kondisi buruk.

"Jangan berpikir aku akan tidur satu kasur denganmu. Aku akan tidur di kamar yang ada di lantai tiga. Kamu tidur di ruang kerja yang ada di lantai satu. Aku mengizinkanmu untuk naik ke lantai dua. Tapi jangan pernah menginjakkan kaki di lantai tiga," ujar Bianca.

"Ruang kerja? Apakah itu artinya tidak ada kasur di sana?" tanya Aether menatap Bianca.

"Ada sofa di sana. Apakah itu menjadi masalah untukmu, Tuan Penjilat? Bukankah selama ini kamu berpura-pura baik di hadapan ayahku untuk bisa menjadi dosen di Universitas Mith? Lalu mengapa kamu tidak bersikap baik di hadapanku untuk bisa mendapatkan surat rekomendasi supaya kamu bisa berkuliah di Jepang?"

"Apakah menurutmu aku bisa menjadi dosen karena bantuan ayahmu?"

"Tentu saja. Jika tidak, maka tidak mungkin orang sepertimu berada di Universitas Mith. Universitas terpandang tidak mungkin mengambil dosen muda yang belum memiliki pengalaman sepertimu."

"Itu lucu sekali."

Aether memanfaatkan kebaikan Kazuki? Aether tidak pernah melakukan itu. Aether baru bertemu dengan Kazuki setelah dirinya diterima menjadi dosen. setelah itu, Aether mulai sedikit demi sedikit mencari tau siapakah Kazuki Mith yang sebenarnya. Beberapa kali mereka bertemu dan berbicara. Di beberapa kesempatan itulah, Aether dan Kazuki bertukar nomor telepon.

Tentu saja Aether juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun jika Aether menolaknya, maka Aether akan kehilangan pekerjaan yang selama ini ia dambakan. Aether tidak ingin berhenti menjadi dosen.

"Aku ingin menjalin satu kesepakatan denganmu," ujar Aether melepaskan tangannya dari handle koper.

"Berhentilah bersikap seakan kamu memiliki kuasa di sini. Apakah menurutmu aku akan mendengarkan ocehan mu? Bodoh sekali, lebih baik aku segera ke kamarku dan istirahat," tolak Bianca menatap sinis Aether.

"Kamu tidak menginginkan pernikahan ini bukan? Aku juga tidak menginginkannya. Jadi hanya ini pilihan kita. ikuti rencanaku dan kita akan berpisah tanpa harus mengorbankan apapun."

Bianca menghadap ke arah Aether. Sedikit tertarik dengan rencana laki-laki itu. Mengingat pernikahan bodoh itu tidak seharusnya ada. Dan Bianca tidak ingin menghabiskan hidupnya bersama laki-laki itu.

"Bagaimana?" tanya Bianca melipat tangan di depan dada.

"Bersikaplah baik di rumah sakit. Jangan berbuat keributan apapun. Dengan begitu, ayahmu akan berpikir kamu akan berubah. Sementara itu, aku akan mencoba meyakinkan ayahmu untuk tidak memaksamu berhenti menjadi dokter dan menunggumu untuk benar-benar mendapatkan laki-laki yang kamu inginkan," jawab Aether.

"Apakah menurutmu ayahku sebodoh itu sampai-sampai akan tertipu oleh rencana konyol itu?"

"Hanya ini satu-satunya jalan keluar. Karena sejak awal perjodohan ini ada karena segala permasalahan yang kamu timbulkan. Jika seandainya perilakumu membaik, kemungkinan ayahmu juga akan berpikiran untuk memberikanmu kebebasan memilih. Ini memang sedikit konyol. Tapi kita harus mencobanya."

Bianca diam. Memang benar apa yang dikatakan oleh Aether. Bianca dijodohkan karena segala permasalahan yang ia sebabkan selama bekerja. Rumah Sakit Mith mendapatkan beberapa ulasan buruk karena perilaku Bianca. Membuat Kazuki pusing, kesal, sekaligus marah. Hingga pada akhirnya Kazuki membuat keputusan untuk menjodohkan Bianca dengan Aether.

"Lalu apa yang kamu inginkan? Tidak mungkin kamu tidak menginginkan apapun bukan?" tanya Bianca menatap curiga Aether.

"Aku tidak menginginkan apapun saat ini, selain rencanaku melanjutkan sekolahku di Jepang," balas Aether menggelengkan kepala.

"Jika ini berhasil, aku yang akan membayar tiket pesawat mu. Setelah itu, jangan pernah kembali lagi ke hadapanku. Bagaimana? Setuju?"

Pertukaran yang sangat tidak adil. Jika Aether menolak itu dan melanjutkan pernikahannya sampai mati, maka Aether akan mendapatkan seluruh kekayaan Keluarga Mith. Namun jika Aether menerimanya, Aether hanya akan mendapatkan sebuah tiket pesawat.

"Baiklah. Tapi ingatlah ini baik-baik. Bersikaplah sebaik mungkin mulai besok. Karena jika kamu membuat masalah satu kali saja, maka usaha kita akan sia-sia," tegas Aether.

"Itu mudah. Aku hanya perlu bersikap sebagai dokter yang baik di rumah sakit. Dan jadi seorang istri yang baik saat ada ayahku bukan? Mari kita lakukan."

Bianca akan ikut dalam permainan sandiwara Aether. Walau rencana itu terlihat konyol, tapi rencana itu pantas untuk dicoba. Jika memang keberuntungan memihak pada mereka, masa depan mereka akan kembali terbuka seperti apa yang mereka inginkan selama ini. Aether akan melanjutkan pendidikannya di Jepang. Dan Bianca akan tetap menjadi dokter.

Bianca berbalik. Berjalan menuju tangga untuk menuju lantai tiga. Meninggalkan kopernya di ruang tamu. Berniat untuk segera istirahat dan baru akan mengemasi barang-barang besok bersama para pelayan yang akan datang.

Sedangkan Aether menarik kopernya menuju salah satu ruangan yang ada di lantai satu. Aether akan tidur di ruang kerja. Itu yang Bianca perintahkan. Dan Aether tidak berniat untuk melawan perintah perempuan itu. Sesaat setelah Aether berada di depan pintu ruangan, ponsel miliknya bergetar. Aether menyalakan layar ponsel itu dan melihat pesan yang masuk.

"Hasilnya sudah keluar, 'ya? Besok pagi. Bukankah ini terlalu mendadak? haruskah aku memberitahunya tentang penyakitku?" tanya Aether berbalik menuju tangga rumah.

"Ah, tidak perlu. Lagipula semuanya akan berakhir secepatnya. Untuk apa juga aku harus melibatkan perempuan manja sepertinya dalam permasalahan ku? Lebih baik aku segera mengakhiri pernikahan bodoh ini dan pergi ke Jepang," lanjut Aether membuka pintu ruang kerja dan masuk ke dalam bersama kopernya.

Bianca adalah wanita yang sangat cantik. Rambut hitam dan badan yang proporsional. Semua laki-laki pasti ingin menikah dan menghabiskan banyak waktu bersama bidadari sepertinya. Namun setelah melihat sikap asli Bianca, Aether berpikiran bahwa lebih baik ia mati dalam kondisi lajang daripada harus menghabiskan hidup bersama perempuan sepertinya

Sahabat Baik

Bianca menatap ke luar jendela gedung rumah sakit. Hujan membasahi seluruh kota. Membuat Bianca yang berniat untuk keluar saat jam istirahat tiba pun harus dibatalkan. Bianca hanya bisa diam di lantai empat sembari meminum susu kotak.

Tidak lama Bianca mengalihkan pandangannya ke arah samping kanan saat mendengar ada suara langkah kaki. Sebelumnya ia berpikir bahwa suara langkah kaki itu milik orang yang bertugas membersihkan gedung rumah sakit. Namun ternyata tidak. Itu adalah Flora Aurora. Sahabatnya semenjak masih berkuliah. Dan kini mereka bekerja di rumah sakit yang sama.

"Kenapa kamu berlari? Apakah ada pasien kritis?" tanya Bianca menghadap ke arah Flora.

"Tidak," ujar Flora mengatur nafas saat sudah berada di hadapan Bianca.

"Aku ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu. Aku juga ingin minta maaf karena aku tidak bisa datang kemarin. Adikku akan mendaftar ke universitas besok. Jadi aku kemarin fokus mengajari adikku supaya bisa lolos ujian tertulis," lanjut Flora saat nafasnya mulai stabil.

"Tenang saja. Lagipula adikmu lebih penting," jawab Bianca ramah.

Bianca selalu bersikap ramah dengan Flora. Walau Flora berasal dari keluarga serba kekurangan, Bianca tidak pernah mempermasalahkan itu. Karena selama ini, Flora benar-benar menjadi temannya bukan untuk memanfaatkan uang serta nama keluarga Bianca. Flora adalah orang yang tulus. Dan semua itu bisa dilihat dari Flora yang selalu membayar seluruh makanan Bianca saat mereka sedang makan di luar.

"Jadi, kapan aku bisa bertemu dengan suamimu? Aku dengar dia seorang dosen," tanya Flora.

"Kenapa kamu ingin bertemu dengannya? Kamu seperti orang yang tidak punya pekerjaan saja. Jika memang kamu memiliki waktu luang, kenapa kamu tidak membantu adikmu belajar lagi?" tanya Bianca balik.

"Kamu ini kenapa? Sahabatmu ingin bertemu dengan suamimu. Bukankah itu wajar karena aku tidak bisa datang ke acara pernikahanmu?"

"Tidak. Kamu tidak perlu bertemu dengannya."

"Kenapa? Apakah dia bukan orang baik? Apa kalian bertengkar?"

Ekspresi cemas yang terpampang di wajah Flora membuat Bianca semakin enggan untuk menjelaskan keadaan yang ada pada sahabatnya itu. Karena jika sampai Flora tau akan keadaan yang sebenarnya, maka Flora pasti akan memikirkannya sepanjang hari dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya.

"Benar katamu. Dia dosen. Dia sangat sibuk. Terlebih lagi dia juga membantu ayahku untuk memimpin perusahaan. Akan sangat sulit jika harus mengatur jadwal pertemuan kalian," jawab Bianca setelah berpikir keras.

"Apa dia orang yang baik? Apa kamu bahagia dengannya?" tanya Flora menatap manik mata Bianca.

"Sebenarnya apa yang kamu khawatirkan? Jika dia bukan orang yang baik, aku tidak mungkin menikah dengannya. Dan tidak mungkin juga ayahku akan mengizinkannya memimpin perusahaan keluargaku jika dia bukan orang bertanggungjawab."

"Aku sebenarnya cukup khawatir dengan kondisimu. Kamu bahkan tidak pernah bercerita kalau kamu sedang berpacaran. Tiba-tiba saja aku diberitahu kalau kamu akan menikah. Aku takut jika ada sesuatu yang buruk terjadi."

"Jangan terlalu dipikirkan. Lagipula dia bukan berasal dari keluarga kaya. Jadi tidak ada pernikahan politik di antara kami."

"Oh, begitu."

Flora bisa sedikit tenang saat ini. Walau Flora belum bisa melihat dan menilai dengan mata kepalanya sendiri, mendengar cerita Bianca membuat Flora bisa sedikit mempercayai laki-laki yang telah menikah dengan sahabatnya itu.

"Adikmu akan melanjutkan pendidikannya di universitas mana?" tanya Bianca mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Dia ingin mencoba jalur beasiswa di Universitas Mith," jawab Flora.

"Universitas Mith? Kalau begitu, berikan saja nomor pesertanya padaku. Aku akan meminta orang untuk meluluskannya."

"Tidak. Jangan. Aku tidak mau merepotkan mu. Lagipula dia juga ingin berusaha dengan kemampuannya sendiri. Jika kamu membantunya, dia mungkin akan merubah pilihannya."

"Benarkah? Kalau begitu, terserah."

Flora benar-benar tidak memanfaatkan kelebihan Bianca. Flora dan adiknya berasal dari keluarga menengah ke bawah. Biaya untuk bisa berkuliah di Universitas Mith sangatlah mahal. Kalaupun menggunakan jalur beasiswa, maka akan tetap ada beberapa yang harus dibayarkan. Dan bisa lolos di jalur beasiswa sangatlah sulit. Mengingat setiap tahunnya ada lebih dari seribu siswa yang mencoba mendaftar melalui jalur itu. Sehingga persaingannya sangatlah ketat.

"Jadi, jika memang adikku lulus, aku ingin mengajakmu makan malam bersama denganmu dan suamimu. Aku yang akan membayarnya," ujar Flora memegang kedua tangan Bianca.

"Perayaan? Kenapa kamu tidak menyimpan uangmu saja?" tanya Bianca malas menghadiri acara seperti itu.

"Bagaimana mungkin aku menyimpan uangku saat adikku saja lulus ujian seleksi dari universitas terkenal? Ini hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidupku. Aku tidak mungkin diam begitu saja. 'Ya? Datanglah bersama suamimu."

"Malas sekali. Aku tidak berjanji. Karena aku juga tidak tau jadwal suamiku. Dia mungkin saja masih bekerja di tanggal yang kamu tentukan."

"Tenang saja. Acara perayaannya akan menyesuaikan hari luang kalian."

Bianca menatap curiga Flora. Bianca sebelumnya berpikir bahwa acara itu memang untuk merayakan keberhasilan adik Flora. Namun ternyata ada rencana lain. Flora ingin bertemu dan berbicara langsung dengan Aether.

Bianca tidak memiliki masalah jika Flora bertemu dengan Aether. Karena mau bagaimanapun juga hubungannya dengan laki-laki itu akan berakhir dengan perpisahan. Itulah kesepakatan yang ada. Jadi jika memang Aether jatuh hati pada Flora, maka itu bukanlah urusannya.

Pandangan Bianca teralihkan saat ada seorang laki-laki muda menggunakan jas dokter berjalan di belakang Flora menuju ke arah persimpangan koridor. Dan Flora tidak sengaja juga melihat keberadaan laki-laki itu.

"Oh, dia dokter baru. Namanya Nichol Truft. Dia spesialis jantung dan pembuluh darah," jelas Flora mengetahui sedikit latar belakang laki-laki itu.

"Kapan dia datang?" tanya Bianca kembali menatap Flora.

"Kemarin. Kamu tidak mengetahuinya karena kamu menikah. Aku rasa, dia akan menyapamu nanti sepulang kerja. Atau beberapa hari ke depan mungkin?"

"Aku harap dia tidak datang padaku. Membosankan sekali berkenalan dengan orang yang bahkan tidak akan bersamamu sampai tua."

"Hmm. Aku rasa tidak masalah jika memang berkenalan. Lagipula kamu dan suamimu bisa menikah karena saling berkenalan di awal pertemuan bukan? Kita tidak tau bagaimana akhir hubungan kita dengan orang lain jika tidak dimulai dari pertemanan bukan?"

Bianca tersenyum kecil. Perkenalan antara dirinya dan Aether tidak berjalan baik. Mereka dipertemukan tanpa sepengetahuan mereka. Dan dipaksa untuk menjalani pernikahan beberapa bulan setelahnya.

"Berkenalan lah dengannya. Kamu belum menikahkan? Aku rasa, wajahnya tidak terlalu buruk," ujar Bianca.

"Entah apa yang kamu katakan. Sudah jelas-jelas adikku baru saja ingin masuk universitas. Dan sekarang kamu menyuruhku menikah. Jika aku menikah nanti dan ikut bersamanya, tidak akan ada yang menjaga adikku," tolak Flora.

"Adikmu sudah besar. Tidak perlu dijaga."

"Tetap saja aku akan menjaganya. Aku kakaknya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!