NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Dewa Perang

reinkarnasi menjadi bocah

di sebuah gang kumuh dengan sampah berserakan dimana-mana, namun walau begitu tak sedikit orang yang yang duduk disana. orang-orang yang tak memiliki pekerjaan dan hanya menunggu pemberian orang, singkatnya para pengemis. dan entah kenapa sepertinya aku juga bagian dari mereka. sepertinya aku bereinkarnasi di kerajaan manusia dalam tubuh random dan sayangnya kurang beruntung.

Tubuh seorang anak manusia dengan perkiraan umur 15 tahun. tubuhnya kurus kering, tak banyak daging yang menempel di tubuhnya. melihat sisi lain aku menyadari kalau aku laki-laki. untunglah, karena setahuku hidup perempuan cukup sulit di dunia ini.

Seseorang mendekatiku dan mencengkram bajuku. orang itu cukup besar dan berisi melihat dirinya juga ada di daerah kumuh. dia menariknya ke atas membuat aku melayang.

"aku kira kau mati tadi karena tak menjawabku, karena kau tidak bawa uang setoran aku harus banyak memukulmu sekarang".

"jangan sampai dia lumpuh, kau bisa menahan diri kan". temannya yang bersandar di tembok bangunan melipat tangan sedang terkekeh melihat keadaanku.

"yah... inilah yang kusuka, kekerasan" ucapku tersenyum.

"huh, apa otakmu bergeser setelah kutendang sebelumnya. kalau begitu biar kuperbaiki otakmu dengan tinjuku ini".

pria itu Melayangkan pukulan kuat kearah wajahku. aku dengan sigap mencengkram tangannya yang mengangkatku dengan kedua tangan lalu berayun menepis pukulan dengan lutut kiri sekaligus melukai tangannya. sendi yang bergeser terdengar hingga temannya yang bersandar mengangkat alis tak percaya dengan apa yang terjadi.

"argh.... " pria tadi meringis memegangi pergelangan tangannya yang sudah bengkok.

"yang benar saja, itu hanya bengkok dan kau sudah menangis" ucapku kecewa.

pria yang bersandar di tembok mendekatiku dengan membawa pisau. melihatnya senyumku kembali. apa yang harus kulakukan ya.... ada berbagai macam cara yang terpikirkan di kepalaku, tapi aku akan memilih cara paling klasik.

Pisau ditusukkan, aku cukup berputar ke samping sekalian melancarkan serangan. dua jariku berhasil mencolok matanya membuatnya menjerit. pisau yang jatuh segara aku ambil.

"sekarang jawab pertanyaanku, siapa namaku?". aku berjongkok menyamakan tinggiku dengan pria yang terluka tangannya.

"bukankah.. ". tau kalau itu bukanlah jawaban aku menancapkan pisau di tangan kanannya yg masih sehat. pria itu meringis kesakitan tapi takut untuk berbuat apa-apa.

"siapa namaku? " tanyaku kembali.

"ragas".

"itu nama yang jelek, tapi ya sudah lah. berapa umurku dan dimana aku tinggal".

"maaf tapi aku tak tau berapa umurmu, kami bahkan tak tau orang tuamu, karena kau pengemis tentu saja tak punya tempat tinggal. tapi kau biasa tinggal di tempat kami geng mata sipit dengan pengemis lainnya" hanya itu yang aku tau".

"berikan tanganmu yang patah...! " perintahku. pria itu ketakutan dan hanya bisa menurut.

menggenggamnya dengan kedua tangan aku memutarnya kembali dengan cepat, tulang yang salah kini telah kembali. pria itu menjerit kesakitan menahan sakit.

"seharusnya tanganmu sudah membaik, antar aku ke tempat geng mata sipit".

"pisaunya.. " aku membiarkan pisaunya masih menancap di tangan kanannya.

"jangan dicabut nanti kau bisa mati karena pendarahan, cabut nanti saja kalau sudah ada perban atau ramuan penyembuh".

"oke, lewat sini".

...****************...

terlihat dari luar ada sebuah bar yang sudah bobrok masih berdiri. kebanyakan krang hanya lewat, itu pun dengan enggan seakan ada sesuatu yang kotor disana.

Namun walau diluar terlihat bobrok, tapi di dalamnya cukup ramai. beberapa orang sedang makan berpesta dengan daging dan beberapa makan di lantai dengan beberapa roti yang terlihat tak layak lagi untuk dimakan. ruangannya kotor dengan bekas makanan berserakan di lantai kayu. melihat ini saja aku langsung tau mana yang pengemis dan mana yang punya kuasa.

Aku melangkah santai ditemani dua pria yang menyerangku sebelumnya. yang satu memegangi tangannya kesakitan karena ada pisau menancap yang belum dicabut, dan yang satu memegangi wajahnya yang bersimbah darah karena matanya terluka, disitu dia beruntung karena tidak buta.

suara di bar seketika terdiam. semuanya menatapku yang sedang melangkah ke tengah ruangan. setelah mendapat tempat yang cukup luas aku menatap pria kesakitan di belakangku.

"dimana bosnya..? " tanyaku.

"ada di depanmu".

Seorang pria melangkah mendekat. dia memiliki tubuh paling besar diantara semua yang ada di sini.

"apa maksudnya ini ragas..!? ". matanya yang sipit melotot merah, suasana menjadi tegang. tapi aku hanya melangkah kesamping sambil menjawab santai, mengambil garpu besi di meja yang aku lewati.

"tidak ada maksud lain, aku hanya ingin mengambil geng ini darimu dan membuatnya lebih besar".

"sepertinya otakmu sudah bergeser karena sering dipukuli, pedangku..!".

"sepertinya ada yang mengatakan itu juga sebelumnya dan berakhir babak belur, mungkin kau juga akan mengalami hal yang sama". pria yang aku patahkan tangannya merinding mendengarnya.

salah seorang datang memberikan pedang besar milik pemimpin geng. dengan sigap meja dan kursi di sekitar diseret menjauh oleh orang-orang.

"brengsek, aku akan memotong tangan dan kaki mu dulu agar kau mati tersiksa".

Pemimpin geng mengayunkan pedang besar ke samping, aku melompat menghindar sambil menusuk garpu di pergelangan tangannya. marah dengan serangan kecilku dia mengamuk mengayunkan pedang berkali-kali. namun tak ada satupun ayunan pedangnya yang mengenaiku, dan setiap kali dia mengayunkan pedangnya aku menusukkan garpu ke pergelangan tangan. kuncinya adalah menjaga jarak tetap dekat dan fokus pada jalur pedangnya.

Normalnya aneh melawan pedang besar dengan garpu, namun jika kau memiliki kunci pentingnya pertarungan apapun dapat dimenangkan.

Pedang pemimpin geng terjatuh karena dia tak lagi mampu menahan pedang. tangannya bersimbah darah. ia mundur perlahan menatapku.

"siapa kau, kau bukan ragas".

"apa yang kau katakan, aku ragas salah satu dari kalian. tapi aku memang bukan ragas yang dulu kalian kenal". aku membuang garpu dan mengambil pedang besar yang jatuh dengan satu tangan.

Semua orang terkejut melihatnya. dan seketika itu mereka yakin aku adalah pengguna manna.

"kau... pengguna manna" ucap pemimpin geng.

"sebenarnya bukan hanya itu, tapi gak penting bagimu sih".

Adegan selanjutnya adalah aku memotong pemimpin geng, membelahnya jadi dua.

hanya terdengar langkah kaki, tak ada satupun yang berani angkat suara. aku mengambil kursi ke tengah dan berdiri di atasnya. semua orang di bar bobrok ini menatapku. ketika semua tatapan menjadi satu titik aku mulai bicara.

"namaku ragas. mulai sekarang aku adalah pemimpin geng ini. nama geng kita adalah hembusan angin. aku berharap nama geng kita akan dikenal di seluruh belahan dunia".

"keluar dari geng berarti mati tapi aku menjanjikan kita akan hidup bangga. Kita tidak akan lagi mengemis, kita akan merampok, menjual, dan berburu. kita akan hidup dengan bangga atas nama geng hembusan angin. untuk itu semua aku akan membuat peraturan inti geng kita.".

"untuk kedepannya kita akan menjalani banyak misi jadi aku ingin kalian mengikutiku tanpa banyak bertanya. aturan pertama, geng hembusan angin, aku adalah hukum".

"aku akan menganggap kalian seperti bawahanku jadi kalian semua jangan ragu untuk mengatakan apapun, bahkan jika itu ancaman sebuah negara atau seorang dewa sekalipun. aturan kedua, geng hembusan angin, masalah kalian adalah masalahku dan masalahku bukan masalah kalian".

"sebagai pemimpin geng aku tidak ingin kehilangan kalian, baik di masa kini maupun dimasa depan nanti. aturan ketiga, nyawa lebih penting dari misi".

"aku akan mengadakan pelatihan rutin setiap hari, dan mengajarkan kalian cara menggunakan manna dan menjadi kuat agar kita tak akan kalah dari siapapun. aturan keempat, menjadi lemah adalah sebuah aib".

"aku tak melarang kalian untuk jadi jahat ataupun jadi baik, asalkan kalian bisa hidup dengan bangga tanpa penyesalan. aturan kelima, hiduplah dengan bangga".

"besok pagi aku ingin kalian semua berkumpul disini, semuanya tanpa terkecuali, untuk sekarang aku ada urusan penting". turun dari kursi aku melangkah ke luar bar dan meninggalkan mereka yang masih terdiam.

...****************...

setelah ragas keluar, bar kembali menjadi berisik lagi.

"apa-apaan itu.., mendengar kata-katanya aku merinding".

"apa benar dia ragas".

"sialan apa yang harus kita lakukan".

"bukankah harusnya pengguna manna pergi ke ibukota, kenapa malah dia ingin jadi ketua geng kecil".

"apakah kita benar-benar akan mati jika kita pergi begitu saja".

Banyak dari mereka memiliki pemikiran sendiri dengan ragas. bocah yang mereka kenal penakut dan lemah, kini telah menjadi pengguna manna dan pemberani. tapi walaupun pemikiran mereka tentang ragas berbeda-beda, tapi ada satu pemikiran yang sama di semua orang. tak ada satupun yang ingin keluar geng hembusan angin.

ada banyak alasan dari mereka kenapa ingin menetap.

Takut dengan apa yang akan ragas lakukan jika keluar dari geng.

kagum dengan kelakuan dan perkataan ragas sehingga ingin selalu mengikutinya.

Ingin menjadi pengguna manna dan menjadi kuat.

Bahkan ada yang memiliki dendam dan menetap agar dapat kesempatan untuk membunuhnya.

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

...****************...

aku duduk bersila di cabang pohon yg cukup lebar. tubuhku masih merasakan nyeri karena menggunakan manna pada tubuh yang sangat rapuh.

Setiap makhluk hidup memiliki penyimpanan manna, dan manna yang disimpan berbeda jenis, ini hampir sama dengan golongan darah.

ada satu jenis manna yang paling murni, itu adalah manna yang digunakan oleh monster dan dewa. ini adalah manna paling lemah karena masih dalam bentuk asal. tapi jika dilatih, manna ini tak memiliki batasan.

"argh.. ". aku memuntahkan darah menahan rasa sakit yang luar biasa di perutku.

"ternyata sakit banget, untung gak pingsan".

Sesaat yang lalu, aku baru saja menghancurkan penyimpanan mannaku dalam tubuh dan membangunnya kembali untuk menyimpan manna murni. normalnya menghancurkan penyimpanan manna adalah tindakan gila, tapi untuk masa depan nanti aku membutuhkan manna murni.

aku bersandar di pohon sambil memikirkan apa yang harus aku lakukan sekarang. hidup manusia hanya sebentar, paling lama mungkin bisa 300 tahun jika aku sedikit mengutak-atik tubuhku dengan sihir. memang ada beberapa cara untuk menjadi abadi, tapi aku ingin mencoba dulu hidup sebagai manusia. akan lebih bagus jika aku punya keluarga.

kebanyakan dewa hanya memiliki satu sampai dua emosi, tapi aku yang dulu bahkan tidak punya itu. hidup menjadi bocah ini aku mempelajari beberapa emosi.

aku marah ketika seorang pria mengangkat tubuhku dengan tangan kiri. aku senang ketika aku berhasil melakukan sesuatu. aku takut ketika pedang berayun, tanpa sadar aku memikirkan jika pedang mengenaiku aku akan mati dan menghilang. emosi-emosi inilah yang aku inginkan. seandainya diriku yang dulu memiliki emosi..., entah apa yang aku lakukan.

geng hembusan angin

mulai dari hari ini tak ada lagi hari-hari santai. ketika matahari bahkan belum terbit, suara teriakan terdengar. yah itu adalah suara ketua kami. orang yang baru kemarin mematahkan tanganku kini telah menjadi ketua dengan membunuh ketua sebelumnya. aku tau ini kedengaran konyol, tapi memang begitu kejadiannya. seolah anak bernama ragas itu kerasukan iblis yang kuat.

Ragas berteriak sambil membawa tali sepanjang satu meter.

"aku akan hitung sampai sepuluh, jika kalian masih belum ke halaman belakang akan kupastikan membuat tato hitam di punggung kalian. SATU..... ".

Aku yang masih melamun segera bangkit dan pergi ke halaman belakang. beberapa orang beranjak pergi juga. sebenarnya aku masih mengantuk karena malamnya banyak dari kami begadang. kami bercerita tentang ketua baru kita yang sekarang, tapi karena rasa takutku ngantuk seketika hilang.

Beberapa temanku masih berada di dalam. dan tak lama kemudian suara cambuk yang di tamparkan terdengar. aku meringis membayangkan apa yang terjadi di dalam. mereka keluar sambil memegangi punggung mereka dengan wajah mengkerut menahan sakit.

Setelah dua puluh empat dari kami termasuk yang masih anak-anak berkumpul ragas mulai memerintahkan kami melakukan push up 100 kali secara bersamaan sesuai dengan aba-abanya.

"siapa yang lebih cepat atau lebih lambat aku akan memukul mereka, ayo mulai SATU... "

Beberapa kali ragas berkeliling untuk memukul. dia tak ragu bahkan jika itu anak kecil.

"cukup...! berdiri..! . ini baru yang ke lima puluh dua dan kalian sudah sekarat. sekarang lari putar lapangan mengikutiku, jika aku melewati kalian itu akan berarti sebuah pukulan". dengan mengucapkan itu dia berlari sambil membawa tali yang dia gunakan sebagai cambuk. kami mulai bergegas berlari dibelakangnya. apakah hari-hari santaiku akan jadi neraka sekarang. aku menangis dalam hati meratapi nasib baruku.

...****************...

Kami baru saja menyelesaikan latihan pagi. banyak dari orang-orangku yang jatuh karena kelelahan. terlebih yang masih anak-anak.

"eh... tuan maaf menyela, tapi kalau tidak ada pemasukan hanya dalam tiga hari kita akan kehabisan makanan". Seorang dengan tubuh gemuk menghampiriku. dia terlihat sangat kelelahan tapi sepertinya kekhawatirannya terhadap uang menutupi rasa lelahnya.

"apa kau yang bertugas sebagai bendahara? siapa namamu?" tanyaku.

"aku aken" jawabnya.

"untuk sekarang geng kita tak memiliki pemasukan, tapi di bulan depan aku berniat menyerang bandit dan mengambil harta mereka. untuk sekarang kita akan bertahan dengan berburu".

"merampok bandit ya, apakah kita mampu".

"sekarang jelas kalian tak mampu, tapi sebulan lagi kalian pasti akan terkejut dengan hasilnya. aku yang akan membuat kalian lebih percaya diri jadi tenang saja. kalian cukup ikuti saja aku. aku akan berburu sekarang, jadi aku butuh dua orang untuk membawa gerobak".

...****************...

kota kecil sura terletak di perbatasan kerajaan lamon. geng hembusan angin kami ada di kota sura. untuk berburu aku harus pergi ke luar kota dan masih harus berjalan lagi sampai tiba di hutan terdekat.

"kau melihatnya opi". aku menunjuk ke tempat dimana ada babi hutan liar.

aku membawa dua orang yang aku kenal. Opi orang yang kemaren aku tusuk dan kupatahkan pergelangan tangannya. dan sans orang yang aku colok matanya. awalnya sans menolak karena matanya masih terasa sakit, tapi setelah aku menjanjikan akan menyembuhkannya jika ikut dia menurut.

"babi hutan cukup sulit diburu tuan, mereka cepat dan sensitif. begitu kita mendekat dia akan kabur" tanggapan opi.

"kalau begitu kita tak perlu mendekat bukan.., berikan panahku".

Sans mengeluarkan busur dan satu anak panah. aku mengambilnya dan langsung memasuki posisi membidik.

what

"perhatikan baik-baik, dalam sebulan kalian juga akan dapat melakukan hal yang sama".

Aku melepas anak panah. dalam sepersekian detik kepala babi hutan tertembak panah, itu menembus tengkoraknya hingga ujung panah juga hampir masuk. babi hutan mati seketika tanpa sempat menjerit.

"tidak mungkin, itu anak panah biasakan". opi terkejut karena hanya dengan anak panah biasa akan mustahil menembus tengkorak babi hutan.

"ini memang anak panah biasa, tapi jika kau menggunakan manna untuk memperkuat anak panah dan laju tembakan, hasilnya akan menjadi sekuat itu" jelasku.

opi dan sans segera mengambil bangkai babi hutan dan membawanya ke gerobak kereta yang sudah kita bawa. karena masih ada waktu sebelum siang hari, aku mencari dua babi hutan lain.

...****************...

siangnya kami geng hembusan angin berpesta dengan babi hutan yang kita dapatkan, walau sebenarnya hanya aku yang berburu. mereka makan dengan gila-gilaan. mungkin karena latihan pagi mereka jadi sangat lapar.

untuk membentuk tubuh, mereka memerlukan banyak daging. anak-anak yang seumuranku rata-rata memiliki tubuh yang kurus, aku juga tak menjadi pengecualian. aku juga harus banyak makan daging agar tubuhku bisa cepat bertumbuh. karena penggunaan manna mengharuskan tubuh yang kuat.

...****************...

Sore hari aku mengumpulkan geng hembusan angin lagi di lapangan belakang bar. kali ini aku akan mengajarkan manna. mereka semua duduk bersila sambil mendengarkan pengajaranku.

"di dunia ini ada banyak sekali jenis manna, dan manna yang aku ajarkan pada kalian adalah manna yang di dunia ini dikatakan paling lemah, manna murni".

aku melihat beberapa dari mereka sedikit kecewa dan beberapa yang lain tetap tenang.

"dunia memang mengatakan manna murni adalah yang paling lemah, karena membutuhkan waktu lama untuk menjadi kuat. tapi dibandingkan manna lain, manna murni tak memiliki batas".

agar mereka lebih mudah mengerti, aku menampilkan sedikit kemampuan manna murni.

Aku membuka telapak tangan dihadapan mereka. bola api muncul. sesaat kemudian bola api menghilang dan menampilkan percikan listrik lalu listrik menghilang dan muncul bola air tak lama bola air membeku menjadi bongkahan es kecil. aku melemparkan es ke salah opi yang berada di paling depan.

"owh... itu dingin".

aku melangkah ke arah sans dan memegang kepalanya tepatnya di bagian mata. setelah beberapa detik aku melepasnya.

"bagaimana rasanya..? "

"a.. aku bisa melihat dengan jelas lagi-dan sakitnya hilang".

Aku kembali ke depan mereka.

"seperti yang kalian lihat, manna murni dapat melakukan apapun karena tak ada batasan. hanya saja dunia belum tau bagaimana cara melatihnya. tapi kalian beruntung karena ada aku. tentu saja walau kalian dapat melakukan semua hal tadi, tentu ada teknik yang menjadi akrab dengan kalian nanti dan menjadi teknik yang jauh lebih hebat dari teknik lain".

"beberpa dari kalian sudah memiliki manna bawaan, tapi karena aku akan mengajar manna murni jadi aku akan menghancurkan manna kalian dan membangunnya kembali agar dapat menerima manna murni dengan baik, dan tentu saja itu akan muncul dengan rasa sakit yang hebat. jawab dengan iya atau tidak, apakah kalian tetap akan lanjut..? ".

"IYA" mereka serempak mengiyakan.

"bagus kalau begitu yang kusebut namanya maju, aku akan membuat kalian menjerit kesakitan".

dan setelah itu teriakan-teriakan sore terdengar hingga orang-orang yang lewat merasa ngeri dan bertanya-tanya siapa yang disiksa hingga seperti itu.

penyerangan bandit

kami berlatih setiap pagi hari tanpa pernah libur kecuali hari minggu. lalu diselingi dengan pertarungan tiruan dan latihan beladiri. sorenya pelatihan penggunaan manna. sampai akhirnya hari yang di tunggu telah tiba, perburuan bandit.

sudah dari jauh hari aku mencari informasi. aken dan sans juga membantu dalam mencari informasi tentang bandit. dan akhirnya dari beberapa kelompok bandit kami memilih satu yang terlihat paling kaya.

"tapi tuan, kekuatan mereka juga pasti besar melihat jumlah kekayaannya" ucap aken.

"huh.. percaya dirilah, kalian sudah menjadi jauh lebih kuat dari pada kalian yang dulu. susah mengatakannya, tapi kalian akan sadar nanti ketika pertarungan dimulai".

"baiklah aku akan percaya dengan itu" ucap aken berhenti mengeluh.

...****************...

kami memulai perjalanan di pagi harinya setelah latihan pertarungan ringan. tidak semua dari kami berangkat. kami hanya membawa 14 orang jika dihitung dengan tuan ragas berarti ada 15 orang. kami juga membawa 3 gerobak bersama kami. tapi karena kami tak memiliki kuda, kami membuat jadwal bergantian untuk menariknya.

Awalnya ini berjalan mudah. setelah keluar dari kota perjalanan mulai sulit karena jalan tak lagi mulus. membawa gerobak semakin berat dan sulit karena kadang ada jalan yang menanjak. dan yang membuat ini semakin panas, ragas tak ikut andil. dia hanya tidur di atas gerobak. apa-apan dia, disaat kita kesulitan dia malah dengan nyamannya tidur, padahal dia yang paling kuat, itulah yang aku pikirkan sebelum akhirnya dia terbangun dan langsung duduk.

"semuanya menepi..!, sepertinya kita sudah sampai" ucap ragas. jadi selama ini dia mengawasi dengan kemampuannya, aku merasa bersalah karena berpikir yang tidak-tidak. lagi-lagi rasa kagumku terhadapnya bertambah.

"sans..!, kau yang bertugas menghadapi mereka, sisakan satu untuk informasi".

"siap" ucapku.

"untuk yang lain kita akan membangun tenda sementara, kita akan menyerang pada malamnya, ayo cepat".

tuan ragas pergi meninggalkan aku sendiri. aku segera melompat ke atas pohon hampir tanpa suara. mengeluarkan dua pisau sambil memantau sekitar.

Dan benar saja, tak lama setelah itu tiga orang pria terlihat. dalam sekali lihat saja aku sudah yakin kalau mereka bandit. pakaian kotor dan perawakan mereka saja sudah menjelaskan semuanya. tentu saja pakaianku juga sama dengan mereka karena kami juga preman sebulan lalu.

Aku turun perlahan membuntuti pria paling belakang. dengan lihai aku menusuk lehernya sambil menutup mulut agar tak menimbulkan suara.

"hei... dimana jack". salah satu pria bandit sadar kalau temannya menghilang.

"heh... selalu saja pergi tanpa bilang-bilang"

"jadi bagaimana, apa perlu kita cari".

"dah lah.. nanti juga datang sendiri, lebih baik kita lanjut pantau lagi jalan utama. moga aja ada mangsa perempuan cantik, aku sudah bosan dengan yang di markas. mereka bahkan tak lagi teriak dan melawan".

"yah... bos melarang kita menyentuh wanita yang cantik sih".

"tentu saja bodoh, jika ada pedagang budak datang kita bisa dapat uang dalam jumlah besar".

Kedua pria itu kembali berjalan. tak lama mereka menemukan jejak gerobak dan beberapa jejak kaki yang masih baru. siang hari membuatnya terlihat dengan jelas.

aku segera menangkap lagi yang dibelakang menusuknya dengan pisau di bagian leher.

merobohkannya dalam sekejap tanpa sedikitpun suara. ketika aku hendak menangkap yang terakhir, pria bandit menyadarinya karena melihat bayanganku sekilas ketika sedang melihat jejak. dia menarik pedang di pinggang dengan cepat.

'TING' suara pedang dan pisau beradu. untungnya aku berhasil menepis tebasan pedang pria bandit dengan pisauku tepat waktu. sayangnya kualitas pisauku dangat buruk dan hampir hancur karena menahan serangan tadi.

Pria bandit maju menyerang mengayunkan pedang beberapa kali. aku menghindar dengan mulus tanpa sedikitpun masalah. dan ketika melihat kesempatan aku maju menangkap pergelangan tangan dan memutarnya hingga dia terjatuh melepaskan pedang. aku menendang pedang ke samping untuk menjauhkan senjata darinya.

pria bandit berdiri mengeluarkan pisau dari balik bajunya, tapi aku sama sekali tak merasa terancam.

Pria bandit mengayunkan pisau, aku dengan santai menghindar ke belakangnya dan menjepit lehernya diantara tanganku. tak lama kemudian dia pingsan karena kehabisan nafas.

Setelah membereskan mayat bandit temannya, aku membawa bandit yang pingsan. aku tak mengira akan semudah ini. hanya dalam sebulan dia membuatku menjadi sekuat ini, apa yang akan terjadi jika aku bersamanya selama setahun.

...****************...

'TPAK' suara tamparan. pria bandit terbangun. ia dalam keadaan terikat di pohon

"pilihanmu hanya dua, mati mengenaskan atau mati cepat. jika kau menjawab dengan benar aku akan membuatnya cepat" ucapku memberikan pilihan.

"ada berapa orang di markas kalian? " tanyaku.

"aku tidak tau".

'KRAK' suara patah tulang. aku baru saja mematahkan jari jempolnya. kali ini aku memegang jari telunjuknya.

"berapa..? ".

"bangsat aku akan membunuhmu bocah".

'KRAK' suara patah tulang. aku lanjut ke jari tengahnya.

"berapa..?". aku menatapnya tersenyum.

"ada sepuluh".

'KRAK'. suara patah tulang. aku lanjut ke jari manisnya dan langsung mematahkannya begitu juga kelingkingnya. dia menjerit kesakitan.

"aku bilang jawab yang benar. berapa..? ".kali ini pria bandit tak menjawab hanya merintih kesakitan.

"sans pinjam pisau mu..! ". sans memberikan pisaunya.

"tunggu-tunggu aku akan jawab".

"eh.. pisaumu berbeda sans". aku menyadari pisaunya berbeda dengan yang dia bawa.

"yah pisauku hampir rusak, jadi aku mengambil pisaunya untukku".

"baiklah sampai dimana tadi". sans dan opi melihatku mengintrogasi dari belakang. sans hanya diam, tapi opi terlihat agak mengernyitkan dahi. mungkin dia sedang membayangkan betapa sakitnya itu.

"itu ada dua ratus orang lebih" ucap pria bandit. wajahnya sudah berubah pucat karena ketakutan. aku mengambil tali dan mengikatnya pada lengan kanan bandit dengan kuat lalu mengiris ibu jarinya hingga terpotong. dia menjerit selama prosesnya.

"kenapa... aku sudah mengatakannya" protesnya sambil menangis.

"kau belum dihukum sebelumnya karena tidak menjawab. ada berapa..? ".

"itu dua ratus orang lebih".

"ada berapa yang di tawan?".

"ada sekitar lima puluh orang",

"siapa nama pemimpinmu?".

"ruben".

"apa ada pengguna manna disana?".

"itu hanya lima orang termasuk ruben".

"apa markas kalian di gua, atau di luar?".

"ada di gua yang cukup besar".

"nah kan.., itu cepat jika kau mau menjawabnya". aku berdiri mengembalikan pisau ke sans. aura putih muncul menyelimuti pergelangan tangan kananku. itu membentuk pisau. lalu dengan ayunan cepat, aku memotong leher bandit. kepalanya bergelinding sambil mempertahankan ekspresi sebelumnya. seharusnya dia tak mengalami rasa sakit.

"semoga dikehidupanmu berikutnya kau menjadi orang yang jauh lebih baik" ucapku menatapnya kasian.

"jadi sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya sans.

"kita akan menunggu tengah malam untuk menyerang, untuk sekarang lebih baik kita beristirahat".

"siap" ucap sans dan opi berbarengan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!