NovelToon NovelToon

Lingkaran Dosa

Awal Mula

Seorang pria tengah berjalan dengan mimik wajah kusam karena terbakar teriknya matahari. Kemeja putih yang di kenakannya kini telah basah oleh keringat map coklat di genggaman masih terus di pegang. Sudah puluhan kali dia mencoba mengajukan lamaran tapi tidak satu pun yang menerimanya. Ada yang langsung menolak dan ada juga yang disuruh tinggalkan di tangan satpam dan bila ada lowongan nanti di panggil.

"Begitu susahnya mencari pekerjaan jika hanya bemodalkan ijazah SMA dan tidak ada orang dalam", batin nya dalam hati.

Perkenalkan saya Roy pria yang berusia 23tahun kata orang orang wajah saya cukup tampan, tinggi badan saya 170cm rambut rapi belah samping, kulit saya kuning langsat tapi yang busuknya alias sawo matang tapi tidak hitam hitam banget. Ya khas cowok cowok lah. Saya dulunya bekerja sebagai buruh pabrik namun karena alasan yang tidak jelas saya terkena PHK. Kini saya sedang berusaha mencari pekerjaan demi menyambung hidup di tanah rantau ini. Ya saya adalah perantau dari tanah sumatra di ibu kota yang tidak ramah ini.

Setelah lama berjalan menyusuri dan larut dalam hiruk pikuk ibu kota Roy mulai merasa sangat lelah. Dengan rasa putus asa Roy menguatkan diri agar bisa mendapatkan pekerjaan. Melihat ada tempat pencucian mobil di seberang jalan, Roy berniat mencoba peruntungan disana siapa tau ada rezekinya dan lowongan disana. Begitu kaki Roy melangkah ingin menyeberangi jalan menuju tempat yang menjadi harapannya tiba tiba...

Bruuuuukkkk..... Cciiieeeeeetttt.......

Sebuah mobil menabrak  Roy dan setelah terlihat Roy tidak sadarkan diri cairan merah tanpak mengalir dari kepalanya. Karena cuaca yang panas membuat cairan itu mengalir dengan derasnya.

Begitu membuka mata lampu terang menyinari ruangan yang terlihat asing olehnya. Bau obat begitu menyengat, ada udara bertekanan menyeruak masuk kedalam rongga hidung tapi melegakan. Kepala Roy terasa berat bagai abis terhantam benda keras. Saat tangan kanannya di gerakkan terasa begitu sakit dengan perban melilit menutupi siku ku dan waktu dia memegang kepala yang terasa berat Roy merasakan ada kain kasa yang telah di plaster menempel di jidat dan terasa sakit. Kemeja putih yang dia ke kenakan tadinya polos tanpa motif kini telah bertambah corak merah merah karena darah dari dirinya sendiri.

"Dimana aku kini apa di rumah sakit, tapi kenapa", lirih Roy dalam hati menahan sakit sekujur badan.

"Anda sudah siuman, tunggu sebentar ya saya panggilkan dokter", ucap seseorang wanita berpakaian putih bersih. Roy dengar kata katanya tidak begitu jelas seperti mendengar suara dalam air.

Seorang laki laki tua dengan stetoskop di leher memeriksa ku dengan apa yang telah dia mengerti. "Nama kamu siapa??", tanya pria tua itu yang Roy simpulkan adalah seorang dokter.

"Roy dok, nama saya Roy, kenapa saya bisa ada disini dok dan sudah berapa lama saya tertidur disini dok???" Lirih Roy penasaran.

"Kamu abis kecelakaan, coba kamu gerakkan tangan mu, kaki mu... Apa kamu merasa mual ingin muntah atau kepala sakit," ucap dokter tua itu yang dengan patuh di turuti oleh Roy perintahnya.

"Kepala saya sakit dok. Rasanya seperti abis dihantam benda keras, kalau mual tidak ada. Tapi pendengaran saya tidak begitu jelas, telinga terasa berdengung," jawan Roy menjelaskan apa yang dia rasa.

"Itu biasa karena kepala mu terbentur aspal tapi tidak terlalu parah. Sehabis ini kamu bisa pulang," ucap dokter itu kembali dan setelahnya dia bicara pada wanita  yang sebagai perawat yang menyapa Roy pertama kali saat bangun dan kemudian pria tua itu pamit undur diri.

Sang perawat mulai menanggalkan selang infus yang menempel di pergelangan tangan Roy. Dia melakukan pekerjaan nya dengan baik. Saat ingin melepaskan selang oksigen di hidung dia menunduk dan mendekatkan bagian berharga miliknya tepat di depan wajah Roy membuat dirinya menelan salivanya sendiri karena dengan posisi seperti itu sudah dipastikan Roy bisa mencium aroma tubuh si perawat. Karena jarak antara bagian tubuh yang menyembul di bawah leher itu hanya beberapa inchi dari hidung Roy yang lumayan mancung.

Dia masih terus berkutak menyelesaikan pekerjaannya. "Maaf sus saya rasa saya bisa bangun dan melepaskannya sendiri," ucap Roy karena si perawat agak kesusahan mengangkat kepala Roy. Ya mungkin karena bagian kepalanya yang cidera.

"Baik lah", ucapnya datar entah tahu atau tidak bahwa gundukan daging dibagian dada nya itu hampir bersentuhan dengan hidung milik Roy namun dia tampak acuh.

Setelah melepaskan selang oksigen Roy menyerahkan pada si perawat. Dengan mimik wajah datar sang perawat tidak menggubris Roy sama sekali. Setelah semuanya selesai perawat itu berlalu begitu saja tanpa kata. Namun dari Id card nya bisa lihat namanya Tiara.

Roy bangkit dari Brankar yang dia tiduri dari tadi. dengan sedikit sempoyongan Roy menuju meja yang dihuni oleh para perawat yang sedang berjaga di ruangan UGD tersebut.

"Maaf sus sudah berapa lama saya tertidur disini Sus dan siapa yang membawa saya kemari," ucap Roy bertanya pada suster jaga didepannya dengan sopan.

"Kamu telah pingsan kurang lebih tiga jam. Dan orang yang membawa kamu kesini adalah orang yang menabrak kamu. Tapi dia menyuruh kamu menunggunya disini, aku tadi sudah menghubunginya jadi kamu tunggu saja," balas suster yang bernama Tiara itu tanpa melihat kearah Roy yang sepertinya kesal membuat Roy ciut nyalinya.

"Tempat administrasinya dimana sus, saya mau menyelesaikan pembayarannya," kembali Roy bertanya.

"Biaya pengobatan kamu sudah di tanggung oleh orang yang menabrak kamu jadi kamu tidak perlu membayar lagi," tukas perawat itu masih dengan nada ketus tapi kali ini dia menatap Roy hingga delik mata mereka bertemu.

"Kalau begitu terima kasih banyak sus, saya tunggu di luar saja," balas Roy dan kemudian berlalu meninggalkan ruangan tempat dia tadi dirawat.

Roy berjalan meninggalkan ruangan itu, saat sampai di luar dia duduk di bangku yang ada disana karena kepalanya masih sedikit pusing. Tak. Berselang lama perawat bernama Tiara itu keluar dengan langkah santai.

"Eh ya semua barang barang kamu tadi di bawa oleh orang yang mengantarkan kamu tadi, katanya agar kamu mau menunggunya," masih dengan nada kesal perawat itu berkata pada Roy.

Saat Roy memeriksa dompet dan handphonenya di saku celana benar saja tidak ada satu pun dapat dia temukan.

"Terima kasih Sus," jawab Roy

Saat perawat bernama Tiara itu hendak melangkah pergi. "Maaf Sus... Kalau tadi saya terkesan kurang ajar sama suster tapi saya tidak maksud demikian. Sekali lagi saya minta maaf sus," ucap Roy yang menerka sikap dingin perawat itu karena kejadian saat wajahnya berdekatan dengan benda kenyal kebanggaan kaum hawa itu. Walau tanpa disengaja dan juga bukan Roy yang meminta, tapi yang namanya wanita walau salah dia sendiri sudah tentu dia tidak akan terima.

"Sudah lupakan saja,"balas Tiara berlalu tanpan memandang Roy.

Tiga puluh menit berlalu orang yang ditunggu belum juga menampakkan diri. Dan Roy sendiri tidak tau orang seperti apa yang menabraknya. Mau pulang uang disaku cuma lima ribu mana dompet sama handphone nya di tangan orang yang telah menyebabkan dia seperti sekarang lagi. "Aduh... Kok hari ini aku sial sekali, kerjaan tidak dapat ini malah kena musibah ditabrak orang. Dan orang itu membawa barang barang ku lagi," lirih Roy dalam hati menggerutu.

~ Next bab berikutnya>>>>

Namanya Clara

Tak berselang lama terdengar langkah kaki yang mendekat kearah Roy yang duduk menunduk menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Mas...mas... Maaf apa anda baik baik saja kenapa anda duduk disini bukannya didalam??" sebuah suara lembut terdengar ditelinga Roy membuatnya memiringkan muka untuk melihat kesumber suara.

Saat wajahnya lepas dari kedua telapak tangannya netra mata Roy langsung menangkap sosok perempuan dengan wajah cantik berkulit mulus berpostur tinggi semampai berbadan langsing menggunakan blazer cream dengan rok pendek berwarna senada dengan atasan yang dia gunakan.

Indra penciuman Roy langsung menangkap wangi parfum yang membuat pikiran tenang karena menghirupnya. Lama Roy terpaku menatap gadis itu lupa berkedip karena yang berdiri disampingnya bagai bidadari yang turun dari kayangan.

"Mas... Mas... Apa anda baik baik saja??" kembali wanita itu menegur Roy dengan mengibaskan tangannya yang berjari lentik terbalut kulit putih mulus terawat di depan muka Roy dengan sedikit agak membungkuk.

Lagi lagi bola mata Roy seketika membulat karena saat wanita cantik itu membungkuk dua semangka langka berwarna putih mulus saling bertemu mengintip dari ujung bagian atas kaus dalaman Blazer cream itu "Eh maaf mbak..." ucap Roy tersadar dari lamunannya yang sesaat karena terkesima oleh kecantikan mahluk ciptaan tuhan yang berdiri disampingnya.

"Iya mbak saya baik baik saja", kembali Roy menjawab dengan gugup dan wajah yang merona merah karena malu. Kalau dalam film anime mungkin Roy sudah terbang karena mimisan.

"Kenapa anda di luar kenapa tidak di dalam saja karena anda kan butuh perawatan," ucap wanita cantik dengan pipi tirus berhidung bangir itu.

"Tidak mbak saya alergi dengan bau obat, jadi saya memilih diluar, lagian saya sudah tidak apa apa," jawab Roy seadanya.

"Perkenalkan nama saya Clara, saya adalah orang yang menyebabkan anda jadi seperti ini," ucap wanita cantik itu mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Saya Roy mbak," ucap Roy membalas jabatan tangan wanita yang terlihat mulus dan terawat itu sambil berdiri mengimbanginya.

"Saya mohon maaf mas karena saya kurang hati hati tadi mengendarai mobil hingga membuat mas jadi seperti ini," ucap wanita berambut hitam panjang itu. Rasa bersalah dan menyesal tergambar dari rona wajahnya.

"Iya tidak apa apa mbak lagian tadi itu tidak sepenuhnya salah mbak, saya juga kurang hati hati pas mau menyeberang jalan, semua ini musibah mbak," balas Roy lembut dengan tangan masih saling berjabat seakan enggan rasanya untuk dilepaskan karena Roy merasa nyaman sekali menggenggam tangan ramping yang halus itu.

Seketika Roy tersadar dan melepaskan jabatan tangan yang enggan dipisahkan itu. "Maaf mbak saya tidak bermaksud apa apa," lirih Roy merasa bersalah. Dengan senyuman yang mampu membuat waktu berhenti Clara membalasnya.

Setelah berbincang ringan dan selalu ada kata maaf sebagai bentuk kesalahan kedua orang berlainan jenis dan berbeda kasta itu meninggalkan lorong rumah sakit. Clara menawarkan untuk mengantarkan laki laki yang sudah dia tabrak itu pulang kerumahnya namun di tolak halus oleh Roy. Tapi wanita cantik yang terlihat berasal dari keluarga yang tidak sembarangan itu memaksa membuat Roy terpaksa menyetujuinya. Walau dalam hati begitu bahagi dapat berjalan bersama wanita cantik seperti artis idola itu namun di sembunyikan oleh Roy karena bagaimana pun sebagai laki laki harus memberikan kesan maskulin dimata kaum hawa.

Sebuah mobil mewah melaju dengan santai dari pelataran parkir rumah sakit yang di dalamnya ada Roy bersama Clara. Tidak ada pembicaraan dari keduanya.

"Eh ya Mas Roy kita makan dulu ya, kasian mas Roy dari tadi siang pasti belum makan," ucap Clara dengan tetap fokus pada jalanan ibu kota yang ramai sore itu.

"Tidak usah repot repot mbak, saya tidak lapar," jawab Roy. Namun, cacing dalam perutnya berkata lain. Perutnya yang kosong karena memang belum terisi makanan dari pagi berbunyi dan suaranya bisa didengar oleh wanita dibalik kemudi itu.

Tanpa berkata Clara hanya tersenyum penuh arti dan menambah laju kendaraannya. Namun, bagi Roy dia sangat malu karena mulutnya berkata tidak tapi perutnya memberontak.

Kini mobil sedan mewah yang di kendarai Clara berhenti disebuah restoran nasi padang. Mereka berdua turun walau sebelumnya Roy menolak sebelum Clara membuka pintu mobil tersebut untuk turun tapi Clara memaksa. Hal itu sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya karena telah menabrak pemuda bernama Roy tersebut.

Mereka memasuki restoran tersebut berjalan beriringan tanpa bergandeng tangan. Walau terlihat seperti sopir dan majikan yang berjalan bersama dari pakaian yang mereka gunakan masing masing tapi mampu membuat iri mata yang memandang. Karena Roy si cowok sederhana dari segala bidang bila dilihat berjalan beriring denga Clara wanita berkelas nan cantik penuh pesona.

Kini mereka berdua tengah asyik menikmati makanan yang dihidangkan didepan mereka. Walau perut kosong dan belum diisi dari pagi namun Roy pintar menyembunyikan rasa laparnya. Sebagai laki laki Roy pintar menjaga sikapnya walau berpenampilan sederhana namun sikap yang ditunjukkannya begitu beribawa membuat orang kagum jika didekatnya.

"Kalau mau nambah tambah aja mas jangan malu malu, kalau saya memang tidak makan banyak bisa lah namanya juga perempuan," ucap Clara memecah keheningan diantara mereka sambil menyekakan tisu di bibirnya yang ranum berwarna merah teduh itu membuat pesona wanita itu tidak ada obatnya.

"Ah.... Sudah cukup mbak. Saya sudah kenyang," balas Roy yang juga telah menyelesaikan suapannya mengimbangi wanita didepannya.

"Jangan panggil mbak panggil Ara aja biar lebih akrab," balas wanita itu dengan senyum manisnya.

"Eng.....iya mbak.... Eh..maaf.....Ra...," balas Roy kikuk dan wajahnya memerah sepeti tomat matang.

"Ternyata kamu lucu juga ya mas kalau lagi malu malu gitu," tukas Clara sambil tertawa kecil menutup mulut dengan jari lentiknya.

"Kalau gitu kamu juga ngak usah panggil aku mas, karena aku juga bukan orang pulau ini sebut nama saja karena mungkin umur kita tidak beda jauh," kembali Roy berucap dengan Pipi memerah seperti buah chery tapi tidak terlihat karena dirinya memang tidak berkulit putih.

Clara lebih tua dari Roy dia wanita yang sudah berusia 26 tahun, sedangkan Roy berusia 23 tahun yang sekarang menjadi pengangguran. Clara mengetahui hal itu karena sudah melihat identitas Roy dari saat dirinya diminta mengisi data pasien waktu di rumah sakit. Clara juga tau Roy tengah mencari pekerjaan karena didalam tas ransel yang dibawa Roy terdapat surat lamaran.

Mereka berdua terus tertawa dengan candaan kecil dari Roy dan dilanjutkan dengam obrolan ringan hingga keduanya terasa begitu akrab karena Roy pandai berkomunikasi meski dengan orang yang baru dia temui.

Setelah cukup bebincang dan makanan sudah nyaman di perut mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kontrakan Roy yang berada di kawasan Cakung.

~ Next Bab berikutnya>>>>

Pesona Pemilik Kontrakan

Dalam perjalanan kini mereka tidak lagi canggung keduanya terlibat obrolan santai. Sebagai laki laki normal Roy sering kali mencuri pandang pada wanita disampingnya, tidak sekali dua kali netra matanya melirik kulit putih yang tersingkap dibawah leher jenjang wanita tersebut dan memperhatikan bagian atas gundukan yang terlihat begitu menggoda dengan ukuran ideal terbungkus oleh baju kaus putih membuat laki laki bernama Roy itu acap kali menelan salivanya sendiri. Karena tidak bisa di pungkiri siapa pun laki laki yang berada di posisi Roy sekarang pasti akan melakukan hal yang sama.

Walau pun begitu Roy melakukannya dengan hati hati selain sebagai bentuk menghargai seorang perempuan, Roy juga menjaga sikap dan memberi kesan baik pada wanita yang baru dia kenal akibat insiden kecelakaan.

Kini Roy telah berada di dalam kontrakannya. Dirinya langsung menghempaskan badan diatas sofa usang diruangan itu. Sebelum Roy turun Clara telah mengembalikan semua barang barang milik Roy. Tas Ransel, handphone, juga dompet Roy, dan tidak lupa mereka bertukar nomor phone cell agar suatu saat nanti bisa berkomunikasi. Clara juga berpesan jika suatu saat Roy membutuhkan bantuan atau sesuatu maka jangan sungkan untuk menghubunginya. Semuanya tentu di iya kan oleh Roy sebagai bentuk penghormatan pada orang yang baru ia kenal.

Karena merasa gerah akibat keringat yang membuat seluruh badannya lengket Roy memutuskan untuk membersihkan diri serta mengganti baju kemeja putih satu satunya yang sudah ternoda oleh cairan merah dari tubuhnya sendiri dan celana yang ada sedikit sobekan.

Lima belas menit kemudian ritual mandi pun selesai. Kini Roy telah berganti kostum dengan celana boxer pendek dan kaus singlet oblong yang nyaman untuk dibawa ke alam mimpi. Tak berselang lama dan setelah selesai minum obat dari rumah sakit matanya mulai mengatup dan seketika terlelap di atas kasur lantai yang tidak lagi empuk.

*****

Tok.....tok...tok.....

Seseorang menggedor pintu sebuah rumah kontrakan. Tampak seorang ibu muda berdiri diambang pintu. Suara gedoran makin kencang karena penghuni tidak jua kunjung membukakan pintu tersebut.

Pada gedoran ke empat barulah benda dari kayu yang menjadi akses untuk memasuki rumah itu terbuka. Memperlihatkan seorang pria berusia 23tahun dengan penampilan kusut berkaos singlet oblong dan celana boxer pendek mengucek mata karena baru bangun.

"Jam segini kamu baru bangun, sudah di patok ayam rezeki mu. Dasar pemalas. Bayar kontrakan mu yang sudah tiga bulan kamu nunggak," cerca perempuan setengah tua tapi tidak tua tua banget sih paling sekitar 40 sampai 45an umurnya. Ya dia adalah pemilik kontrakan yang ditempati pemuda bernama Roy itu dan netra matanya mendelik kebawah karena ada sesuatu yang membuat darahnya berdesir ketika sesuatu di balik boxer pendek yang dikenakan pria tersebut tampak memberi hormat.

"Eh tante cantik. Kenapa tante terlihat begitu cantik banget hari ini. Tante jangan berdiri terlalu maju gitu," balas Roy santai sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Elllah... Pake merayu kamu lagi... Mana uang kontrakan. Dan kamu ngak ada hak melarang saya mau berdiri dimananya karena semua ini milik saya..." Tukas ibu muda itu sinis sambil menadahkan tangan kananya dan tangan kiri mengibaskan kipas. Sesekali masih melirik kebagian tengah tubuh pria itu.

"Bukan gitu maksud saya tan. Kalau tante berdiri terlalu maju, cantiknya tante kelewatan," goda Roy merayu si pemilik kontrakannya.

"Malah gombal.... Cepat.mana uangnya.!!!!" Jawab ibu muda bermata sipit seperti Chindo itu masih sinis tapi hatinya berbunga bunga karena gombalan garing dari Roy. Tentu saja tidak dia perlihatkan dengan jelas.

"Maaf tan saya janji besok ya tan. Saya baru saja kena PHK tan dan belum dapat pekerjaan. Dan kemaren saya juga habis kena musibah di tabrak mobil tan. Ne badan saya masih sakit sakit semua. Besok ya tan plissss, besok pasti saya usahakan untuk membayarnya Tan," ucap Roy memelas meminta belas kasihan pada wanita yang masih cantik walau tidak muda lagi.

"Itu bukan urusan saya. Cepat kamu bayar atau tidak kamu segera angkat kaki dari sini. Masih banyak yang mau ngontrak disini," judes perempuan yang bernama Tati dengan nada tinggi penuh penekanan.

"Pliss tan... Beri saya waktu sampai besok ya tan, saya janji akan bayar tan. Kalau tante usir.. saya mau tinggal dimana, masak tante tega melihat saya jadi gelandangan." Bujuk Roy memohon.

"Bukan urusan saya.... Bayar cepat...." ucap tante Tati itu tegas namun matanya tidak bisa beralih karena penasaran dengan sesuatu yang menonjol dibalik kain celana boxer yang dikenakan Roy.

" Besok ya tan plissss....!!!!! tapi tante jangan marah marah terus nanti cantiknya luntur lo," Roy masih berusaha merayu berusaha meredam amarah si pemilik kontrakan.

"Ya sudah besok kalau kamu masih tidak bayar semua barang barang kamu bakal saya buang keluar," geram tante Tati berpostur sedang dengan kulit putih mulus terawat itu sambil berbalik memunggungi Roy memperlihatkan pinggulnya berlenggok kekiri dan kekanan membuat mata yang memandang enggan untuk berkedip.

"Duh tante Tati...goyangan pinggul mu mengalihkan dunia ku", ucap Roy pelan tapi bisa didengar oleh sang pemilik dan senyum senyum sendiri.

Tanpa menoleh wanita yang dipanggil tante Tati si juragan kontrakkan yang menyandang status janda anak dua  bernama lengkap Agustina Tati itu tersipu malu malu, dan makin melenggokkan pinggulnya saat melangkah memberikan tontonan yang mengundang sy4h watt kaum adam yang melihatnya. Hal itu sengaja dilakukan sebagai bentuk terima kasih pada pemuda diambang pintu yang telah memuji dirinya dari tadi.

Saat tante Tati tidak lagi terlihat oleh matanya karena ada belokan disudut kontrakan yang ditempati Roy, pemuda itu kembali masuk dan menutup pintu.

"Aduh.... Mau cari dimana uang satu juta lima ratus buat bayar kontrakan ini. Mana tabungan ku sudah menipis kerjaan belum dapat kacau kacau," gerutu Roy mengacak acak rambutnya.

*****

Di tempat lain di sebuah cafe seorang perempuan muda tengah menikmati secangkir coffe panas duduk sendirian sambil berkutak dengan laptop didepannya. Ditengah keasyikannya benda pipih yang tergeletak di meja itu berbunyi menandakan sebuah pesan telah masuk untuk empunya.

"Sayang maaf sepertinya aku tidak bisa balik hari ini karena masih ada proyek yang harus aku selesaikan dan tidak bisa aku tinggalin begitu saja," isi pesan tersebut.

Wanita itu kemudian meletakkan benda itu begitu saja tampak enggan untuk membalasnya. Sesaat setelah benda itu diletakkan, seseorang laki laki berpakaian rapi yang tidak lagi muda namun masih gagah duduk di bangku kosong didepan wanita cantik itu.

"Selamat pagi cucu kesayangan kakek yang paling cantik," sapa pria tua itu bernama Baskoro ramah yang merupakan kakek dari wanita cantik itu. Ya dia adalah Clara Darisa Puteri Wijaya.

~ Next Bab berikutnya>>>>>

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!