Rara memperhatikan tumpukan contoh undangan pernikahan di depan nya. Lalu ia mengambil beberapa contoh yang mencuri perhatian nya,
"Yang ini bagus, saya suka. Tetapi tunggu beberapa menit lagi ya, calon suami saya sebentar lagi datang"
"Baik mbak"
Pemilik percetakan memisahkan beberapa lembar contoh undang yang Rara pilih. Lalu membereskan sisa contoh undangan yang tak terpilih dari atas meja tamu di kantornya.
Rara melirik jam tangan nya,
"Lama sekali sih"
Gumam Rara.
"Hai sayang, maaf aku terlambat. Tadi jalanan macet banget"
Setelah setengah jam Rara menunggu, akhirnya Andreas datang juga.
Andreas menghampiri Rara dengan terburu-buru, lalu mencium kening gadis manis itu.
"Iya tidak masalah kok"
Rara tersenyum kepada Andreas.
"Sayang, ini contoh undangan yang paling bagus menurut ku. Coba lihat deh, kamu mau memilih yang mana?"
Rara menjejerkan beberapa contoh kertas undangan itu di atas meja.
"Hmmmm, kamu suka yang mana?"
Tanya Andreas kepada Rara.
"Loh, kok bertanya sama aku? kan bentuk dan design undangan nya harus kesepakatan kita berdua sayang..
Kalau menurut ku sih, ini semua yang terbaik, tinggal kamu mau pilih yang mana?"
Andreas mengangguk angguk sambil memperhatikan lembaran demi lembaran kertas contoh tersebut.
"Aku bingung sayang"
Andreas menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hmmm ya sudah, yang nomor tiga saja bagaimana?"
"ok"
Andreas langsung menyetujui pilihan Rara.
Rara tersenyum simpul kepada Andreas. Begitulah Andreas, lelaki yang sudah bersamanya selama tiga tahun ini. Andreas tipikal lelaki yang tidak mau ribet dengan pilihan-pilihan. Walaupun Rara tahu Andreas seperti itu, tetapi tetap dirinya sangat butuh apa pun yang menyangkut hubungan mereka, harus di putuskan secara bersama.
Tepat di ulang tahun Rara yang ke dua puluh enam, satu tahun yang lalu. Andreas melamar Rara tepat di depan semua orang yang hadir di acara ulang tahun Rara.
"Terima...! terima..! terima..!"
Semua orang serentak mensuport Rara agar menerima lamaran Andreas.
Andreas bertekuk lutut di hadapan Rara dengan sebuah cincin yang indah di tangan nya. Tatapan Andreas begitu berharap kepadanya.
"Yes..."
Ucap Rara, disambut sorak gembira dari semua tamu undangan.
Andreas langsung memeluk Rara dengan erat, lalu menyematkan cincin itu di jari manis Rara. Mereka pun tersenyum bahagia.
Seminggu kemudian Andreas datang bersama keluarganya untuk melamar Rara secara resmi.
Saat itu juga mereka pun resmi bertunangan. Pernikahan mereka memang di pilih akan dilaksanakan tahun depan. Saat itu Rara belum bisa menikah, karena baru saja memulai karirnya sebagai perancang busana.
Segudang aktivitas membuat nya tidak bisa melaksanakan pernikahan dengan segera. Untung nya, Andreas dan keluarganya setuju untuk dilaksanakan tahun depan saja.
Kesibukan Rara semenjak merintis karir sebagai perancang busana, membuat dirinya dan Andreas sangat jarang bertemu. Tetapi walaupun begitu, masing-masing dari mereka saling percaya dan selalu mencari waktu yang tepat untuk bertemu.
Rara dan Andreas jarang sekali berselisih paham. Mereka sangat cocok dalam hal apa saja. Kecuali film favorit, Rara suka sekali drama Korea, sedangkan Andreas paling suka film action dan perang.
"Setelah ini kita langsung ke Event organizer ya sayang, kita di tunggu jam dua siang".
Rara mengingatkan Andreas.
"Ok sayang"
Jawab Andreas sambil menggenggam tangan tunangan nya.
Setelah deal dan menyelesaikan Administrasi, Rara dan Andreas menuju kantor Event organizer yang akan membantu mereka mensukseskan acara pernikahan mereka.
"Eh, sayang.. nanti habis dari EO aku mau hangout sama best friends aku ya"
Rara menatap Andreas sambil mengedip-ngedipkan matanya. Memohon agar di izinkan untuk hangout bersama teman-teman nya.
"Iya boleh.....tapi jangan pulang malam ya.. kabari aku sering-sering"
"Ok bosss..!"
Ucap Rara dengan girang.
Rara mempunyai sahabat-sahabat yang sudah bersahabat dengan nya sejak duduk di kelas satu SMA. Hubungan Rara dengan sahabat-sahabat nya tetap terjaga karena kebetulan mereka di terima di kampus yang sama setelah lulus SMA. Persahabatan itu tetap berjalan hingga kini.
Alin, Naya, Farah, Nia dan Fathur.
itulah nama-nama sahabat Rara.
Alin kini mempunyai sebuah cafe yang cukup sukses ia kelola. Naya, kini menjadi seorang pengacara. Farah menjadi seorang sekretaris pejabat.
sedangkan Fathur, lelaki satu-satunya dalam geng mereka menjadi seorang arsitek.
Hubungan mereka semua sudah lebih dari sekedar sahabat. Lebih tepat nya sudah seperti kakak dan adik atau keluarga sendiri bagi Rara.
Semenjak mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing mereka menjadi jarang bertemu, tetapi hal itu tidak mempengaruhi hubungan baik mereka. Selalu ada waktu yang sengaja mereka tetap kan untuk bertemu.
Andreas menghentikan mobilnya tepat di depan pintu cafe milik Alin. Cafe milik Alin menjadi basecamp bagi Rara dan sahabat-sahabatnya.
"Hati-hati ya"
Andreas mencium lembut kening Rara.
"Iya, kamu tidak mampir dulu?"
"Tidak dulu deh sayang, aku ada urusan sedikit. Mau nganterin mama ke arisan nya. soalnya Pak Tejo tidak masuk hari ini. dia sakit"
"Oh begitu.. ya sudah deh, kamu juga hati-hati ya"
Rara turun dari mobil Andreas lalu melambaikan tangan nya kepada Andreas.
"Bye"
"Bye"
Lalu Andreas kembali melajukan kendaraan nya.
Rara membuka pintu cafe, lalu menghampiri Alin yang sedang sibuk di depan meja kasir.
"Boss mah beda ya, ngitung duit mulu"
Alin mengangkat kepalanya dan melihat Rara yang sedang tersenyum kepadanya.
"Hei.. udah datang aja, sama siapa?"
Alin turun dari kursinya dan menghampiri Rara. Mereka saling berpelukan dan mencium pipi kiri dan kanan. Hal yang selalu mereka lakukan bila bertemu sahabat-sahabat mereka. Tentu saja hal itu tidak berlaku untuk Fathur.
"Biasa supir pribadi"
Ucap Rara sambil melihat daftar menu di tangan nya.
"Andreas?"
Tanya Alin dengan menahan tawanya.
"Ya iya lah.. siapa lagi supir pribadi gue"
Jawab Rara dengan mimik wajah yang lucu. Mereka berdua pun tertawa geli.
Lima belas menit kemudian, Fathur, Naya dan Nia sampai di cafe Alin. Kecuali Farah yang tiba-tiba membatalkan pertemuan dengan sahabat-sahabat nya, karena ada meeting dadakan yang tidak bisa ia tinggalkan.
"Gimana persiapan pernikahan lu Ra?"
tanya Fathur kepada Rara.
"Sudah delapan puluh persenan deh"
"Oh, semoga lancar ya"
"Terimakasih ya"
Rara tersenyum kepada Fathur.
Fathur pun membalas senyuman Rara.
Lalu ia meraih gelas kopi milik nya lalu menyeruput kopi itu dengan perlahan.
Tanpa Rara tahu, sebenarnya Fathur mempunyai perasaan kepada Rara yang tak pernah Fathur ungkapan. Fathur tidak mau merusak persahabatan dirinya dengan Rara. ia sangat takut Rara menjauhinya karena perasaan nya kepada gadis itu.
Sejak pertama kali bertemu dengan Rara saat Masa orientasi siswa, Fathur sudah terpesona dengan wajah Rara yang manis.
Rara mempunyai alis yang rapi dan terlukis dengan tegas. senyum Rara yang manis, hidung Rara yang tidak begitu mancung dan pipi Rara yang sedikit chubby membuat Fathur tidak bisa melupakan gadis itu.
Sebelas tahun sudah Fathur menahan perasaan yang tidak sekali pun berubah terhadap Rara.
Walaupun ia mencoba beberapa kali memulai hubungan dengan gadis lain, tetapi ia tidak pernah merasakan perasaan yang sama saat ia bersama dengan Rara. Dan selama sebelas tahun juga Rara tidak pernah curiga kepada dirinya, bahwasanya ia sangat menyukai gadis itu. Karena setiap di dekat Rara, Fathur selalu berusaha bersikap cuek dan tengil.
Maka dari itu, tidak ada satu orang pun di antara para sahabat yang mengerti tentang perasaan Fathur kepada Rara.
Fathur melirik Rara yang sedang tertawa lepas membicarakan hal konyol yang ia alami waktu mengurus persiapan pernikahan nya.
Fathur ikut tersenyum melihat senyuman indah Rara.
"Andai aku yang menjadi calon mu Ra.."
Gumam Fathur.
"BTW, si Farah kok tiba-tiba ada meeting ya, padahal dia bilang free loh"
Ucap Nia sambil melahap cup cake nya
"Gak tau tuh, yah namanya kerja sama pejabat mana kita tau jadwalnya"
Sahut Alin dengan wajah cuek nya.
"Yah.. positif aja, mungkin dia lagi punya pacar, jadi kita di nomor duakan. Sama kan kayak Rara dulu waktu pertama dekat sama Andreas"
Sindir Fathur dengan wajah jahilnya.
"Apaan sih... jealous ya sama kita-kita yang udah ada pasangan? nah lu kapan punya pasangan? dari jaman kita SMA gue gak pernah liat tuh lu jalan sama cewek!"
Rara balas menyindir Fathur.
"Gue itu laku keras tau.. cuma gue males aja ngomong sama kalian semua, cewek gue tuh banyak banget"
Ucap Fathur dengan sombong.
"Haizzzzzz"
Mereka semua tertawa meledek Fathur.
Tepat pukul sebelas malam, mereka membubarkan diri dan pulang kerumah masing-masing. Sedangkan Alin masih tinggal di cafe milik nya sambil ikut membantu pegawainya yang membereskan cafe yang mau tutup.
Setelah selesai, Alin melangkahkan kakinya menuju mobil milik nya. Baru saja ia masuk kedalam mobil, ia menerima panggilan telepon dari seseorang yang belakangan ini mengisi hari-harinya.
"Ya beb, Ok aku meluncur"
Alin mematikan ponselnya dan menyalakan mesin mobil, lalu pergi menuju ke suatu tempat untuk menemui seseorang.
....
Rara pulang di antar oleh Fathur. Saat Rara hendak memesan taxi online, Fathur mencegah nya dan menawarkan diri untuk mengantar Rara pulang. Karena kebetulan rumah mereka searah.
Seperti biasa, bila Rara di dalam mobil Fathur ia selalu menyetel lagu favorit nya kencang-kencang lalu ikut bernyanyi sambil berteriak-teriak.
Fathur sudah cukup paham dengan kelakuan sahabat nya itu. Ia hanya tersenyum melirik Rara.
"Berisik nih si chuby"
Ucap Fathur pura-pura kesal.
"Biarin.. wekkkk"
Rara menjulurkan lidah nya mengejek Fathur.
Fathur mengecilkan volume musik nya.
"Loh kok dikecilin, ah gak asik lu fat..."
Rara cemberut menatap Fathur seperti anak kecil.
"Bentar dulu, gue mau ngomong"
Ucap Fathur sambil melirik Rara dengan wajah sebal.
"Ngomong apaan?"
"Ra, lu bahagia gak?"
"maksudnya?"
"Iya lu bahagia gak, lu kan mau nikah. maksud gue lu bahagia gak bersama Andreas?"
Mendengar pertanyaan Fathur, Rara menggeser duduk nya hingga tubuh nya menghadap Fathur yang sedang menyetir mobil.
"Kok lu ngomong gitu?"
Tanya Rara dengan wajah yang serius.
"Ya nanya aja. Gue gak mau lu gak bahagia gitu maksudnya"
Fathur, menggigit sudut bibirnya pelan.
"Ih aneh ih.. ya bahagia lah, kan dia pilihan gue. Lagian nih ya, Andreas itu orang nya baik, pekerja keras, ganteng, cowok banget, dan yang penting dia setia.."
"Oh... syukurlah, gue doakan lu langgeng ya.."
Ucap Fathur dengan matanya yang sedang memperhatikan lalu lintas.
"Aamiin... makasih ya Fat..."
Rara tersenyum bahagia.
"Btw bisa gak jangan panggil gue Fat. jelek amat"
Protes Fathur.
"Lah terus gue kudu manggil apaan Fat?
Thur gitu?"
"Call me a'a"
"Ish.. najong.."
Rara tertawa sambil memukul lengan Fathur. Fathur hanya tersenyum kecil sambil melirik sahabat yang diam-diam ia cintai itu.
Rara merebahkan dirinya di atas ranjang di kamarnya. Ia meraih calendar di meja nakas disamping ranjang. Lalu ia mencoret tanggal di hari ini. Dan mencoret daftar persiapan pernikahan nya dengan andreas yang sudah selesai di urus. Lalu ia kembali menaruh calendar itu kembali ke posisinya.
Rara memejamkan matanya dan membayangkan pesta pernikahan nya kelak bersama Andreas.
Ia akan memakai baju yang ia rancang sendiri dalam acara akad dan resepsi.
Ia juga membayangkan malam pertamanya dengan Andreas sambil kadang sesekali tersenyum.
Lalu ia membayangkan dirinya pindah ke rumah baru milik nya dan Andreas. Rara membayangkan dirinya akan hamil dan melahirkan anak dari Andreas. Lalu ia juga membayangkan sepasang anak kembar yang ia miliki bersama Andreas.
Rara tertawa sambil mengangkat kedua kakinya dan menggerak gerakannya.
Lalu ia membenamkan wajahnya di atas bantal.
Rara sangat bahagia membayangkan impian-impian nya bersama Andreas.
"Oh iya, lagi apa sih calon suamiku?"
Rara meraih ponselnya, lalu menghubungi Andreas. Tetapi ponsel lelaki itu tidak aktif.
Akhirnya Rara mengirimkan pesan text saja kepada Andreas.
"Hi calon imam, aku sudah dirumah. kamu pasti sudah tidur ya..? ya sudah selamat tidur ya sayangku. Semoga mimpi indah. Ingat, hubungi aku besok ya... dan jangan lupa sarapan saat kamu membaca pesan ini"
Rara tidak marah saat ponsel Andreas mati bila malam hari. Karena memang sejak beberapa bulan ini setiap malam ponsel Andreas selalu dimatikan, karena Andreas takut terganggu dengan ponselnya saat tidur.
Belakangan ini Andreas kesulitan tidur, karena dirinya capek dengan pekerjaan dan stress menghadapi pernikahan yang semakin hari semakin dekat.
Rara mencoba memahami alasan Andreas. Karena ia sangat mempercayai lelaki itu. Lagi pula selama ini Andreas tidak pernah berbohong sekali pun kepadanya.
Setelah mengirim pesan, Rara menaruh ponselnya, lalu segera beranjak tidur. Karena esok hari ia harus menyelesaikan gaun pengantin rancangan nya yang sudah hampir selesai.
..........
Ditengah hingar bingar musik di salah satu club di ibukota.
"Bro... tambah civas lagi brooo... cewek gue minta lagi nih brooo"
Setengah mabuk Andreas meminta bartender menyediakan beberapa sloki lagi minuman keras untuk wanita yang sedang ia peluk.
"Sip Boss"
Ucap bartender itu, lalu segera menyajikan minuman keras itu di meja bartender.
"Hajar Bosss"
Ucap bartender itu.
Andreas tertawa, lalu meraih minuman keras itu dan menenggaknya setelah cheers bersama wanita yang sedang ia rangkul.
Wanita itu tertawa setelah menenggak minuman keras itu. Lalu menatap Andreas dengan senyuman penuh cinta.
"I Love You"
Ucap wanita itu.
"I Love You Too"
Bisik Andreas ke telinga wanita itu,
lalu mereka tersenyum dan kembali ke lantai dansa.
Pukul tiga pagi, dengan terhuyung-huyung Andreas keluar dari club malam tersebut. Lalu masuk kedalam sebuah taxi yang biasa mangkal di depan club itu.
"Pak.. apartemen X ya jalan S"
Ucap Andreas kepada supir taxi.
"Siap Boss"
Jawab supir taxi sambil membukakan pintu untuk Andreas dan wanita yang sedang bersamanya.
Andreas pulang ke apartemen milik nya dengan wanita yang selalu ia gandeng itu.
"Terimakasih ayank ku, aku senang banget"
Ucap wanita itu dengan suara yang terdengar sangat mabuk.
"Iya bebihhh ku.. malam ini kamu bobo sama aku ya"
Andreas mencium bibir wanita itu, wanita itu pun membalas ciuman Andreas dengan liar.
Mereka tidak lagi menghiraukan supir taxi yang beberapa kali melirik lewat spion tengah melihat tingkah mereka.
Pemandangan seperti itu sudah biasa bagi supir taxi yang setiap hari mangkal di depan club.
Pagi-pagi sekali Rara sudah sampai di boutique milik nya. Ia langsung ke ruang kerjanya sambil memperhatikan kebaya dan gaun pengantin milik nya.
Rara langsung menjahit beberapa kekurangan di gaun dan kebaya itu. Di bantu oleh beberapa asisten yang bekerja dengan nya.
Di sela kesibukan nya, ia menghubungi Andreas yang belum juga menghubunginya dari tadi pagi.
Tidak seperti biasanya, lelaki itu pasti menghubunginya sesaat setelah membuka matanya. Tetapi tidak pada hari ini.
Berkali-kali ia menghubungi Andreas, tetapi tetap tidak ada jawaban. Rasa penasaran pun menghantui pikiran Rara.
Rara langsung menyambar kunci mobilnya dan bergegas menuju apartemen Andreas. Ia khawatir kepada Andreas, mungkin saja terjadi sesuatu pada calon suaminya itu.
Rara memarkirkan mobilnya di basemen gedung itu, dengan cepat ia menuju lift yang berada di pintu masuk apartemen bawah.
Saat pintu lift terbuka ia melihat Farah hendak keluar dari lift tersebut.
"Farahhh..?"
"Hei.. kok lu ada di sini?"
Tanya Farah dan gadis itu langsung mengecup kedua pipi Rara.
"Iya disini kan tempat tinggal Andreas, lu ngapain disini?"
"Gue nginap disini tempat saudara gue, dia mau balik ke Aussie besok, jadi gue sempatin deh pulang meeting kemaren langsung kesini. Gue baru tau Andreas juga tinggal disini"
Farah menatap Rara dengan wajah yang tak percaya.
"Iya, dia baru dua bulan disini"
Rara tersenyum.
"Oh ya sudah gue buru-buru mau kekantor, gue tinggal dulu ya"
Farah kembali mengecup kedua pipi Rara.
"I... iya.. hati-hati Far.."
"Ok.. sweetie.. byeee.."
"Bye"
Farah keluar dari lift dan langsung menuju parkiran.
Sedangkan Rara langsung memencet tombol lantai yang ia tuju.
Kini Rara sudah berada di depan pintu kamar apartemen yang di sewa oleh Andreas. Ia langsung memencet tombol bell berkali-kali. Tetapi tetap tidak ada yang membukakan pintu.
Rara mulai putus asa. Baru saja ia ingin beranjak pergi, pintu apartemen Andreas pun terbuka.
"Eh kamu sayang"
Sapa Andreas yang terlihat baru saja bangun tidur.
"Loh.. kamu baru bangun tidur yank? kok bisa? semalam tidak tidur?"
Tanya Rara sambil menyentuh pipi kekasihnya itu.
"Iya semalam suntuk aku mengerjakan laporan. Jadi, baru tidur setelah sholat subuh"
Ucapnya.
Rara langsung masuk ke dalam apartemen Andreas. Lalu duduk di ruang tamunya.
"Kok berantakan sekali sih yank?"
"Iya belum sempat membereskan nya. kamu tidak ke boutique?"
Tanya Andreas sambil menuangkan kopi kedalam gelas nya.
"Tadi sudah, tapi aku khawatir sama kamu. Jadinya aku kesini deh"
Rara merengut sambil memandang Andreas dengan raut wajah yang sedih.
"Ya ampun.. maaf ya sayang, aku ngantuk banget soalnya"
"Iya gak papa kok"
Rara kembali tersenyum dan menerima segelas kopi yang di buatkan oleh Andreas.
"Ya sudah aku mandi dulu ya"
"ok"
Rara mengangguk lalu menyeruput kopinya dan menyetel televisi.
Sedangkan Andreas langsung menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan memakai pakaiannya, Andreas menghampiri Rara yang sedang asik menyimak berita di televisi. Andreas pun duduk di samping Rara dan menyenderkan kepalanya di bahu Rara.
"Aku pusing banget nih"
Andreas merengek manja kepada Rara.
"Loh kenapa?"
Rara langsung memegang kening Andreas untuk mengecek suhu badan Andreas.
"Tidak panas kok"
"Pusing kan tidak ada hubungan nya sama suhu badan sayang"
Andreas tersenyum menatap Rara. Lalu
Rara membalas senyuman Andreas dengan malu.
Andreas pusing karena semalam terlalu mabuk. Sedangkan Rara tidak pernah tahu bahwa Andreas suka meminum minuman keras.
"Belum makan kan? mungkin pusing karena belum makan"
"Iya belum ya sudah kita keluar cari makan yuk"
Andreas langsung beranjak dari duduk nya dan hendak mengambil kunci mobilnya.
"Loh katanya pusing.. disini saja ya, biar aku order kan saja bagaimana?"
"Oh begitu, Ok lah"
Andreas kembali duduk di samping Rara. Andreas menatap Rara dengan seksama. Wajah cantik tunangan nya itu membuat dirinya tergoda.
Wangi parfume Rara seperti memanggil-manggil jiwa lelaki nya. Ia pun menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Rara.
Andreas mendekatkan wajahnya ke leher Rara dan menghirup dalam-dalam wangi tubuh wanita cantik itu.
"Hmmmmm harum"
Ucapnya.
Rara langsung menatap Andreas dengan wajah polosnya.
"Ngapain sih?"
Tanya Rara masih dengan wajah polosnya.
Andreas tersenyum penuh arti tersembunyi.
"Sebentar lagi kita kan menikah, gimana kalau kita....
"Kita apa?"
potong Rara
"Kita melakukan itu"
Bisik Andreas di kuping Rara.
Rara pun memandang Andreas tak percaya.
"Hah..? jangan ngawur lah.. tinggal tiga puluh sembilan hari lagi loh, sabar ya"
Ucap Rara. Tubuh Rara gemetar, ada perasaan takut yang hinggap di dirinya.
Ia tidak pernah melakukan hubungan suami-istri dengan lelaki mana pun. Alias, Rara masih perawan ting-ting
dan ia percaya bahwa Andreas pun sama dengan dirinya.
Tetapi kali ini ia merasa aneh saat Andreas membujuk nya untuk melakukan hal itu.
Selama berpacaran dengan Andreas lelaki itu cukup sopan. Tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat Rara tidak nyaman.
"Ah.. mungkin Andreas cuma tidak sabar saja menunggu malam pertama kami"
Gumam Rara.
"Ya sudah.."
Ucap Andreas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aku ingin ke toilet dulu"
Ucap Rara. Dirinya pun langsung beranjak dari duduk nya dan langsung menuju toilet.
Rara terdiam di toilet, ia memandangi bayangan dirinya di cermin. Perasaan takut dan grogi menghinggapi dirinya.
Sebenarnya ia ingin sekali bercumbu dengan Andreas. Tetapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Bahwa keperawanan itu sakral dan hanya akan ia berikan kepada suaminya pada malam pertamanya kelak.
Rara tidak mau tergoda. Setelah sedikit merasa tenang, ia membuka keran di wastafel lalu mencuci tangannya. Lalu
ia mengambil tissue di samping kaca wastafel, lalu mengelap tangan nya dan meremas tissue tersebut dan membuangnya di tempat sampah.
Saat Rara hendak menutup tempat sampah, ia melihat tissue yang ada bekas lipstik nya.
Rara terdiam. lalu meraih tissue bekas itu dan melihat nya dengan seksama.
Jelas sekali itu adalah cap bibir seorang wanita.
Rara terkejut bukan main.
"Apakah Andreas berselingkuh? padahal tiga puluh sembilan hari lagi kami akan menikah"
Gumamnya, hatinya pun mulai terbakar cemburu. Dengan emosi, ia membawa tissue bekas itu ke hadapan Andreas.
Dan menaruhnya di atas meja tamu.
"Bisa jelaskan ini?"
Rara menatap Andreas dengan penuh amarah.
Andreas terkejut melihat tissue itu. Lalu memandang Rara dengan perasaan cemas.
"Apa kamu membawa wanita kedalam apartemen mu ini? apa kamu berselingkuh saat kita akan menikah?"
Tanya Rara lagi.
Andreas menelan saliva nya sendiri dan menatap Rara dengan salah tingkah.
"Oh.. itu... hahahhahaha.."
Andreas tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa tertawa? apa ini lucu? Mengapa tidak dijelaskan ini punya siapa? Tidak mungkin kan kamu yang memakai lipstik?"
Mata Rara mulai memerah menahan tangis.
"Ya ampun, calon istri ku ini cemburuan banget ternyata ya. Ini tuh paling punya Rania, Rania kemarin mampir kesini menjemput Mama. Kamu ingat kan aku gak ikut ngumpul di cafe nya Alin karena nganterin Mama? nah malamnya Rania kesini menjemput Mama. Dia numpang ke toilet, mungkin itu milik nya. Kalau tidak milik nya, ya paling punya Mama"
Terang Andreas panjang lebar dengan wajah nya yang sangat tenang dan sambil tersenyum geli.
Rara menghembuskan napas nya dengan lega.
lalu duduk di samping Andreas.
"Beneran?"
Tanyanya sambil menatap Andreas dengan mata yang cemburu.
"Ya iya lah sayang, mana berani aku bawa cewek lain ke sini. Bisa gagal nikah aku sama kamu, aku gak berani macam-macam kok sayang. Percaya deh"
Andreas menatap Rara dengan mata yang bersungguh-sungguh.
"Bener ya.."
Rara mengeluarkan tatapan sadisnya.
"Iyaaaaaa... tanya saja sama Rania kalo tidak percaya"
Tantang Andreas.
"Aku percaya kok sama kamu"
Ucap Rara sambil tersenyum.
Andreas membuang napas lega dan memeluk Rara dengan erat.
"Aku janji sama kamu, cuma kamu dan hanya kamu sampai akhir hayat ku"
Rara tersenyum lalu membalas pelukan Andreas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!