Sudan
"Jadi kamu minta tolong Black Scorpio membunuh banyak mafia termasuk yang sudah membunuh salah satu anggota divisi kasus dingin?" Snake menatap menantunya.
"Mafia melawan mafia. Maxi malah sudah meminta bantuan mercenaries dari dark web. Oom Dean benar-benar marah begitu juga Oom Aizen. Ini lebih parah dibandingkan jaman Daisy dan Hana jadi target!" jawab Mandaka.
Snake menoleh ke Bear. "Gimana? Kita obrak abrik Jakarta?"
"Boleh deh. Asal setelahnya aku diijinkan liburan ke raja Ampat," jawab Bear. "Aku selalu mendengar tentang tim kasus dingin yang lurus dan jujur, aku tidak menduga akan ada korban jiwa."
"Musuh kita berlapis, Paman Bear. Klan Pratomo dan Divisi Kasus Dingin kurang orang. Sekarang mereka pun ditarget termasuk keluarga Wira di Solo."
Snake menggelengkan kepalanya. "Ini sudah keterlaluan! Kita ke Jakarta besok! Full team!"
"Terima kasih Papa. Aku juga akan pergi tapi Carole tidak ikut karena Maheshwara masih kecil. Pip, Pasha, Torin dan Vendra juga akan berangkat dari New York."
"Vendra kan agen FBI?" ucap Snake.
"Dia cuti besar. Melepaskan atribut FBI nya."
"Dasar! Oke. Kita ketemu di Jakarta. Papa akan berada dimana?"
"Mansion Giandra. Soal rumah, banyak tempat dan semuanya punya teknologi Jang Corp."
"Bagus! Kita buang kemana?"
Mandaka tersenyum smirk. "Krematorium siap sedia."
***
Doha Qatar
Melvin menatap pemimpin mercenaries yang dulu membantu mereka saat mencari pengkhianat JD. ( Baca The Soldier and The CEO )
"Bisakah kalian mengumpulkan sekitar lima puluh orang yang bisa aku percaya?" tanya Emir itu dengan wajah dingin.
"Berapa bayaran kami?"
"USD $ 500 juta. Kurang?" jawab Melvin di dampingi Rashad dan Rasyid serta Khairan Khalid.
"Jika kurang, aku tambahkan lagi USD $ 500 juta jadi total USD $ 1 miliar," timpal Maximilian yang ikut menimbrung di panggilan video terenkripsi.
"500 juta awal pekerjaan, 500 juta setelah kalian habisi orang-orang ini," sambung Aidan Al Sharif sambil memberikan daftar orang-orang yang sudah mengancam keluarganya.
Pemimpin mercenaries itu tersenyum. "Deal!"
"Bagus. Buat mereka ini menghilang dari muka bumi, tanpa ketahuan!" ucap Lev Accardi dan Dylan Mancini.
***
Tokyo Jepang
"Kamu ikut?" tanya Tsuyu Bianchi ke suaminya, Daigo Watanabe yang sudah siap dengan semua peralatan tempurnya.
"Mereka membangunkan jiwa Yakuza aku, sayang." Daigo tersenyum ke arah Tsuyu.
"Hati-hati." Tsuyu mencium bibir Daigo. Pasangan ini sudah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Kei Watanabe.
"Daigo? Sudah siap?" tanya Tsuyoshi yang datang menjemput.
"Sudah Yoshi." Daigo membawa tas dokternya. "Jaga Kei."
"Kamu juga. Hati-hati semuanya," pinta Tsuyu ke saudara kembarnya, suami dan sepupunya.
"Mochiron," jawab Zenjin.
"Tsuyu, kalau kamu kesepian, ke rumah Tante Dewi saja," ucap Raiden Park.
"Siap Oom Dendeng."
***
Hongkong
Sora dan Daniel Hensey pun bersiap berangkat ke Jakarta bersama dengan Yura, Raihanun dan Jonathan Chen.
"Harusnya kamu tidak usah ikut, Yura," ucap Daniel.
"Mbak Shea, mbak Hana, mbak Daisy, mbak Katarina, Amura dalam bahaya, Oppa." Yura memasukkan semua kevlar keluaran terbaru rancangan Raihanun dan Serena O'Grady di bawah nama Jang Corp.
"Eomma tidak habis pikir! Yang salah mereka, kok malah playing victim!" omel Raihanun sembari memasukkan semua serumnya.
"Eomma, sudah buat penawarnya?" tanya Sora yang didampingi oleh istrinya Kim Yoona.
"Penawar apa?" balas Raihanun dengan wajah polos.
"Sayang, Eomma kan memang pelupa soal penawarnya," kekeh Kim Yoona.
"Begitulah ...." Sora sudah hapal sebenarnya tapi tetap dia harus memastikan.
"Yuk berangkat. Appa tidak mau Amura dan Yudho celaka!" ucap Jonathan. "Noah, berapa anak buah yang kita bawa?"
"Dua puluh, Boss."
"Cukup lah! Nyunyun, ada laboratorium di rumah milik Opa buyut Adrianto Pratomo yang dibuat oleh Rayyan dan Lachlan. Gara-gara laboratorium Polda sering bocor informasi kasus jadi wartawan pada tahu," ucap Jonathan.
"Wah! Lengkap kah Chen-ge?" tanya Raihanun dengan mata berbinar.
"Kata Rayyan, semua yang kamu butuhkan ada."
"Bagus!"
"Jangan pernah kasih lihat barang branded ke Eomma ... Percuma, nggak bakalan dilirik!" bisik Yura ke Daniel.
"Itu aku juga tahu, sayang."
***
New York Amerika Serikat
Philip berpamitan dengan Bayu, Ajeng dan Liora yang dia titipkan ke kedua opa dan Omanya. Bayu memeluk cucu kesayangannya itu karena Dominic tidak bisa ikut gegeran. Dominic masih terikat jabatannya di angkatan udara dan Navy Seals.
"Hati-hati Pip. Ingat, musuh yang ini berbeda dengan di Mesir. Jumlah mereka banyak dan massa juga gila-gilaan," ucap Bayu.
"Iya Opa. Tapi sebenarnya kalau massanya itu untuk menghentikan cukup kasih uang. Tapi kepala ularnya ada dimana-mana. Itu yang harus kita pites!" senyum Philip.
"Mas Ganteng, ingat ada anak istri disini," ucap Liora. "Maaf aku tidak ikutan gegeran. Nanti yang kasih ASI Kavi nggak ada. Pabriknya di aku soalnya."
Bayu hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan cucu menantunya yang makin kacau.
"Iya Pip, anak kucing perantauan biar disini sama Opa dan Oma. Pabrik ASI nya Kavi kan the one and only, limited edition," timpal Ajeng.
"Gitu tuh ... Waktu hamil Kavi aja, nggak mau dekat-dekat, aku diusir ... Njelehi memang kok cewek aneh satu ini!" cebik Philip sebal. Dua kali Liora hamil, dua kali juga istrinya membuatnya kesal karena tidak mau dekat-dekat dengannya. Philip dan Liora dikarunia dua anak, Minerva dan Kavi. Jarak mereka berdua hanya selisih satu setengah tahun karena kesundul.
"Tapi mas Ganteng tetap cinta aku kaaaaannnn?" Liora mengalungkan tangannya ke leher Philip dan mencium bibirnya.
"Ya ampun ...." Bayu dan Ajeng hanya bisa tabah melihat pasangan Membagongkan itu.
***
Jakarta Indonesia
Irjen Dean Thomas keluar dari ruang kerjanya untuk ke lift. Matanya menoleh ke ruangan dimana anak buahnya biasa kerja disana. Ada rasa kehilangan mendalam saat melihat meja yang sudah pasti tidak akan dipakai lagi oleh pemiliknya.
Ingatan Irjen Dean Thomas saat awal mereka bekerja sama, merintis divisi kasus dingin dari awal, memecahkan berbagai kasus bersama, hingga akhirnya mereka menjadi seperti keluarga. Anggota baru keluar masuk silih berganti hingga tinggal anggota solid yang sekarang.
Irjen Dean Thomas lalu masuk ke dalam ruangan yang kosong itu. Dia melihat foto sahabat dan rekan kerjanya disana, diberikan pita hitam di piguranya. Tanpa sadar, matanya pun basah. Irjen Dean Thomas jarang menangis tapi dia menjadi cengeng setelah kehilangan anggotanya dengan cara menyakitkan.
"Akan aku habisi lebih dari yang kamu terima, partner. Semoga kamu bahagia disana. Aku pulang dulu." Irjen Dean Thomas pun keluar dan menutup pintu ruangan itu lalu menuju lift.
Ayah Alfie Thomas itu mengangguk saat para polisi menyapanya. Irjen Dean Thomas benar-benar harus berhati-hati karena tidak tahu siapa kawan atau lawan bahkan di gedung Polda Metro Jaya sendiri! Sudah tiga dekade menjadi polisi, Irjen Dean Thomas sudah cukup tahu bahwa banyak oknum yang menjual integritasnya demi uang!
Boleh dibilang divisi kasus dingin, divisi miskin tapi Irjen Dean merasa nyaman dengan para timnya. Pria itu pun masuk ke dalam mobilnya yang sudah berusia sepuluh tahun dan ini pun adalah hadiah dari Alfie yang bekerja di Belanda.
Irjen Dean Thomas pun menstater mobilnya dan mulai keluar dari parkiran Polda Metro Jaya. Saat dirinya masuk tol, di kecepatan sedang sekitar 60 km/jam, dia mulai merasakan ada yang tidak beres dengan remnya. Irjen Dean Thomas langsung berusaha menarik hand break namun tidak berhasil. Hingga sampai ke pintu tol, Irjen Dean Thomas berusaha menghentikan mobilnya dengan menabrakkan ke gardu tol.
BRAAAAKKKK!
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Sorry ngeprank
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
Setahun Sebelumnya
Tokyo Jepang
Seiichi merasa risih karena ada arwah gadis sebayanya yang mengikuti dirinya. Gadis yang sebaya dengannya itu tampak menunggu dengan sabar saat dirinya keluar dari ruang sidang tugas akhir.
"Ya ampun, kamu itu sudah ikut aku dari seminggu ini. Memangnya kamu dari mana?" tanya Seiichi sambil menyampirkan tasnya ke bahu.
"Aku juga nyasar dari Jakarta. Entah bagaimana kok ketemu kamu," jawab arwah itu.
"Kamu belum mati kan?" Seiichi memasang airpodsnya.
"Belum. Aku masih koma ...."
"Bagaimana kamu bisa koma?" tanya Seiichi. "Kamu orang Indonesia kan?"
Arwah itu mengangguk. "Namaku Sasikirana. Biasa dipanggil Sasi. Aku ingin minta tolong. Cari pelaku pembunuh ayahku, ibuku dan percobaan pembunuhan ke aku."
Seiichi menatap Sasikirana bingung. "Bukannya di Jakarta ada mbak Shea? Kenapa kamu tidak ke divisi kasus dingin Polda Metro Jaya?"
"Aku tidak tahu. Tiba-tiba aku melihat kamu. Nama kamu siapa?"
"Seiichi. Seiichi Park, biasa dipanggil Ichi."
Sasikirana tersenyum. "Senang bertemu denganmu, mas Ichi."
***
RS Bhayangkara Jakarta
"Aku tidak mau ada orang selain divisi kasus dingin, aku, dokter Rahmat, dokter Hana, suster Lia dan suster Intan, mendekati Sasikirana!" ucap Dokter Lucky tegas ke bagian ICU.
"Baik dokter Lucky," jawab suster yang berjaga di meja resepsionis ruang ICU.
"Aku merasa masih ada yang mengincar anak itu!" Dokter Lucky lalu menghubungi Alsaki Giandra. "Oom Saki, aku bisa minta tolong?"
***
Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya Jakarta
"Sudah bapaknya meninggal misterius dan aku yakin dia dibunuh, sekarang dia dan ibunya diserang. Mana ibunya akhirnya juga meninggal pula!" gumam AKBP Nana sambil membaca file tentang Ammar Thahir, Saida dan Sasikirana Thahir.
"Jaksa Ammar Thahir kan sudah meninggal hampir setahun lalu. Apa istrinya menemukan sesuatu?" tanya Iptu Fariz.
"Bisa jadi. Kan Saida wartawan politik, lalu Sasikirana juga sarjana ilmu politik." AKBP Nana menoleh ke AKBP Victor. "Vic, ada gosip apa di kejaksaan?"
"Jaksa Ammar Thahir hendak membongkar mega korupsi di lima BUMN. Sandra adalah salah satu timnya. Begitu jaksa Ammar Thahir tewas akibat kecelakaan dalam tanda kutip, aku bilang ke Sandra. Stay low tapi tetap mengumpulkan bukti dan data," jawab AKBP Victor.
"Major crimes dan satlantas tidak ada yang serius ya mengusut kasusnya Ammar dan Saida Thahir ya?" gumam AKP Arief.
"Disana banyak hantunya. Mereka lebih memilih jadi budak uang ... Padahal disini ada Tole yang lebih suka nyolong Cheetos!" ucap AKBP Nana tanpa tahu Tole hendak mengambil Cheetos di lemari snack.
Kok Bu Nana tahu? Apa jangan-jangan sekarang bisa lihat ya? - batin Tole si tuyul gabut hingga membatalkan mencuri satu bungkus Cheetos.
"Aku curiga ... ini berkaitan dengan penyelidikan Mega korupsi," celetuk Iptu Fariz.
"Kalau itu tidak diragukan, Fariz bukan RM apalagi RM nya BTS ...," sahut AKBP Nana.
"BTS? Base Transceiver Station?" tanya AKBP Victor.
AKBP Nana melongo sementara AKBP Atikah, AKP Steven, AKP Arief dan Iptu Fariz sudah terbahak.
"Bangtan Sonyeondan! Grup K-Pop!" seru AKBP Nana gemas.
"Bukannya Behind The Scene?" sahut Kombes Purn Jarot yang datang sambil membawa makanan.
"Pak Jarooottt ! Kok jadi beda semua siiiihhhh!" AKBP Nana mengacak-acak rambutnya kesal.
"Kok salah Kabeh?" tanya Kombes Purn Jarot bingung.
***
Rumah Shea dan Steven
"Arwah kebingungan?" tanya Shea sambil menggendong putrinya, Sheva yang berusia empat tahun.
"Iya mbak Shea. Anak kecil, bule, kasep ... Gara-gara rumahnya dibongkar, dia jadi tidak ada tempat tinggal," jawab Mbak Lilis.
"Ada ... Kakak," ucap Sheva sambil menunjuk ke arah arwah anak kecil bule dan benar kata mbak Lilis, kasep alias ganteng. Arwah itu datang bersama dengan Darussalam.
"Halo," sapa Shea. "Nama kamu siapa?"
"A ... Abraham. Biasa dipanggil ...."
"Brem-Brem," celetuk Sheva membuat hantu itu terkejut.
"Kok bisa Brem-Brem, Sheva?" tanya Shea geli.
"Abraham ... Brem-Brem," jawab Sheva sambil tertawa.
Abraham terpesona dengan wajah cantik Sheva yang sangat bule dan mirip dengan Shea.
"Eh, namamu Abraham ... Biasanya dipanggil Abe atau Babeh?" goda Mbak Lilis.
"Abe saja Bu ...."
Mbak Lilis langsung mendelik. "Bu? Memangnya aku sudah setua itu! Jadi kamu panggil aku Bu? Panggil aku itu mbak Lilis ! Enak saja panggil Bu! Aku itu bukan ibumu, tahu!"
Shea dan Sheva melongo mendengar Omelan Mbak Lilis. "Lha bukannya di dunia arwah itu tidak akan pernah menua kan mbak?" tanya Shea bingung.
"Iya memang, tapi kan aku tetap emoh dipanggil Bu, berasa tuwir mbak Shea."
Tiba-tiba mereka mendengar suara isakan dan menoleh ke arah Abraham yang mulai menangis.
"Bu Lilis jahaaaaatttt!" teriak Abraham sambil menangis.
Shea dan Sheva segera menutup telinga mereka dengan tangannya.
"Ya elah, arwah gembeng! Dasar bocil!" timpal Mbak Lilis kesal.
***
RS Bhayangkara Jakarta
"Kamu mau memindahkan Sasikirana ke PRC Hospital?" tanya Dokter Rahmat saat dokter Lucky memberitahukan rencananya.
Suami dokter Daisy itu mengangguk. "Dok, kita tahu siapa orang tua Sasikirana dan keduanya meninggal dengan misterius. Bukan tidak mungkin Sasikirana masih dalam incaran mereka."
Dokter Rahmat menghela nafas panjang. "Alsaki sudah tahu? Hana? Madhava?"
"Noted noted and noted. Aku sudah minta penjagaan ketat dan pak Dean juga menyetujui keputusan aku," jawab Dokter Lucky.
Dokter Rahmat menatap serius ke Dokter Lucky. "Dok, aku tahu kamu menantu Mafioso, tapi kasus yang dipegang jaksa Ammar Thahir itu juga bukan kasus kaleng-kaleng. Mafianya banyak!"
Dokter Lucky mengangguk. "Justru karena itu, aku berusaha melindungi Sasikirana."
"Aku paham Dok. Berhati-hatilah."
***
PRC Hospital Jakarta
"Jadi kita menjaga nona Sasikirana bergantian, pak Raynard?" tanya Galuh.
"Iya ... Dia satu-satunya keturunan jaksa Ammar Thahir yang tersisa. Aku yakin, dia menyimpan banyak rahasia," jawab Raynard Baskara.
Galuh mengangguk. "Baik pak Raynard."
Raynard Giandra Baskara adalah CEO Ramadhan Securitas di Jakarta itu lalu mengawasi bakal ruang ICU untuk Sasikirana.
Aku harus waspada. Ini bukan perkara sepele!
Raynard lalu memasang CCTV kancing di depan pintu, di dalam ruangan dan meja resepsionis suster.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
"Kakak ... Cengeng," goda Sheva ke Abrahan yang masih sesenggukan.
"Sheva, jangan diganggu. Biar kak Brem-Brem tenang dulu." Shea lalu menatap Abraham. "Jadi kamu sudah tidak ada tempat tinggal?"
"Ti ...dak ada mbak Shea," jawab Abraham.
"Bagaimana kalau kamu bersama dengan mbak Lilis, mas Darussalam, pak Longga dan Pake Sakera? Ingat, panggilnya mbak Lillis ya? Biar tetap awet muda. Oke?" bujuk Shea.
Abraham mengangguk.
"Rumah kamu nanti disitu bersama dengan mereka," ucap Shea sambil menunjuk sebuah gazebo dimana para pengawal Shea tinggal.
"Baik mbak Shea."
"Mama ... "
"Apa sayang?" jawab Shea.
"Sheva imut. Mau hibur kakak Brem-Brem," ucap balita itu sambil memegang pipinya.
"Ya ampuuunnn, neng Sheva geemeeesssss!" seru mbak Lilis langsung memeluk Sheva yang cekikikan karena merasa dingin.
Shea menggelengkan kepalanya lalu dia mendengar ponselnya berbunyi. "Ya Ichi? ... Apa?"
***
Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya
"Ya masa harus berbenturan dengan major crimes dan satlantas?" ucap AKP Steven setelah tahu dari Hana kalau Sasikirana sudah dipindahkan ke PRC Hospital dengan penjagaan dari Ramadhan Securitas.
"Aku bertanya-tanya, kenapa keluarga Shea begitu repot-repot melindungi Sasikirana?" tanya AKBP Victor.
"Karena Oom Aizen sudah terlalu geram saat bisnis PRC diutak-atik oleh dua BUMN. Katanya melanggar aturan lah dan hal-hal yang tidak penting. Tapi aslinya, dua BUMN itu yang berhutang ke PRC tapi tidak mau bayar !" jawab AKP Steven.
"Berapa hutang dua BUMN itu?" tanya Kombes Jarot.
"Hampir lima belas milyar."
Semua orang disana melongo. "Oke, kita tahu BUMN itu ladang basah untuk menarik uang dan korupsi. Orang-orang titel tinggi tapi SDM rendah kalau sama duit itu, memang susah!" ucap AKBP Nana.
"Tunggu, kalau PRC saja lima belas milyar, bagaimana dengan perusahaan lainnya?" AKBP Atikah melongo. "Apakah akan mencapai kuadriliun seperti yang sudah terjadi sebelumnya?"
"Itu cuma satu BUMN lho. Ini lima ! Hitung saja. Kalah kekayaaan klan Pratomo!" gelak AKBP Victor.
"Bang Victor, ingat ... Itu rupiah ya. Bukan dollar," cengir AKP Steven. "Itu setara dengan kekayaan PRC Group lho, tapi versi yang ini ... Merampok uang negara !"
"Haddeeeehhh ! Ini tidak hanya melibatkan pimpinan BUMN tapi juga pasti ada pemimpinnya dan dia yang memegang peranan penting." Kombes Purn Jarot yang sudah transisi pensiun masih datang karena dirinya juga gabut di rumah meskipun tidak tiap hari. Bagi Kombes Purn Jarot, keluarga divisi kasus dingin adalah keluarganya.
Suara pintu dibuka dan tampak Irjen Dean Thomas disana dengan wajah tegang. Pria itu lalu menutup pintu dan memberikan kode untuk diam dengan jari telunjuknya.
"Kalian mau melanjutkan penyelidikan jaksa Ammar Thahir? Jika iya, kalian diam-diam. Dik Victor, bilang sama Sandra untuk tidak kentara. Karena ... Lawan kita itu tidak hanya para petinggi BUMN tapi juga, Mentri - menterinya. Kalian cari tahu boleh, tapi hanya kita semua. Apa aku bisa mempercayai kalian?" tanya Irjen Dean Thomas dengan nada berbisik.
"Bang Dean, aku bersama kamu seperempat abad lho. Tidak perlu diragukan loyalnya aku dan Atikah. Begitu juga dengan pak Jarot." AKBP Nana menatap Irjen Dean Thomas. "Steven dan Victor aman. Arief dan Fariz, macam-macam, aku sendiri yang akan aku sunat habis !"
"Kamu bukan dokter, Nana," ucap Irjen Dean Thomas.
"Aku suruh Lucky lah!" balas AKBP Nana cuek membuat AKP Arief dan Iptu Fariz menggelengkan kepalanya.
"Pak Dean, insyaallah aku dan dik Fariz tidak membocorkan soal ini karena kami tahu, musuh kita buanyaaaakkk!" jawab AKP Arief.
"Oke. Kita diam-diam saja sambil menyelesaikan kasus kita yang sudah ada. Oke?" ucap Irjen Dean Thomas.
"Siap Ndan!"
***
"Maaf ya Oom. Shea harus minta tolong diantar ke bandara."
"Tidak apa-apa Shea. Lagipula aku juga kangen dengan cucu Opa yang comel. Ya nggak Sheva? Kangen sama Opa Rayyan nggak?" goda Brigjen Rayyan yang menyetir mobilnya ke Sheva sedang duduk di kursi bayinya.
"Iya Opa .... Sheva punya kakak cakep!" seru Sheva.
Brigjen Rayyan menoleh ke Shea. "Kakak cakep?"
"Ada arwah baru, anak bule berdarah Belanda Luntang Lantung karena rumahnya dibongkar. Terus dia ditemukan mas Darussalam ... Ya sudah, ikut kita saja deh! Namanya Abraham."
Brigjen Rayyan menggelengkan kepalanya. "Ya ampun Shea, kok tambah lagi sih?"
Shea menoleh ke belakang. "Tidak apa-apa, kayaknya Abraham juga bisa dekat dengan Sheva."
Tampak Sheva sedang mengobrol dengan Abraham didampingi mbak Lilis.
"Papamu dan mamamu masih di Palermo?" tanya Brigjen Rayyan.
"Masih. Kan Opa sudah pensiun demi fokus mengontrol diabetesnya. Alhamdulillah, baru stadium awal jadi masih bisa diobati sejak dini. Apalagi mama kan disana sekalian mengatur menu makanan yang disesuaikan untuk Opa," jawab Shea yang ibunya, Nareswari, adalah ahli gizi.
"Alhamdulillah Oom Michel langsung ada ahli gizi disana. Tapi ngomong-ngomong kenapa Ichi minta dijemput?" tanya Brigjen Rayyan.
"Karena Ichi diikuti arwah Sasikirana Thahir."
Brigjen Rayyan melongo. "Yang benar Shea!"
***
Seiya tertegun saat dirinya mendapatkan telepon dari Yudho untuk membantunya menolong seorang ibu yang mencari putranya.
"Kok mintanya ke elu? Bukan ke polisi?" tanya Seiya bingung.
"Soalnya dia sudah ke polisi, nggak ditanggapi. Hanya buat laporan kehilangan ya sudah. Kebetulan ibu ini kenalan aku," jawab Yudho.
"Ya sudah, aku kesana. Padahal aku mau ke Polda." Seiya mematikan panggilannya dan menyimpan ponselnya di dalam tas lalu menaiki motornya menuju kantor pengacara Blair and Blair.
***
Blair and Blair Advocate Jakarta
"Jadi putra ibu bernama Theo menghilang sejak seminggu lalu? Apa ini kebiasaannya?" tanya Seiya ke seorang wanita berdarah Chinese yang tampak bingung.
"Tidak pernah nak Seiya. Theo selalu bilang mau kemana karena aku hanya tinggal berdua dengannya sementara papanya dinas ke Hongkong dan cicik nya kerja di Singapura," jawab ibu itu.
"Apa dia tidak pergi ke Singapura?" tanya Yudho.
"Dengan koper dan paspor fisik di tinggal di kamar. Tidak nak Yudho. Ini bukan kebiasaannya Theo!" eyel wanita itu.
"Kemana terakhir dia bilangnya?" tanya Seiya.
"Katanya mau melayat."
Seiya dan Yudho saling berpandangan. Melayat atau dilayat?
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!