...11-11-2011...
Terjadi guncangan hebat di seluruh dunia, guncangan ini menyebabkan berbagai bencana alam di dunia mulai dari tsunami, gempa, naiknya suhu di daerah tropis yang menyebabkan terbakarnya hutan dan terjadi kabut asap yang tebal, serta turunnya suhu di daerah bersalju menyebabkan pembekuan terjadi secara cepat di sana dan berbagai bencana lainnya.
Pemerintahan di seluruh dunia sedang berusaha mengantisipasi dan menanggulangi korban yang ada, tapi sayang... hal jauh lebih mengerikan menimpa mereka lagi, yaitu munculnya sebuah wabah misterius yang menyebabkan 30% penduduk dunia menjadi korban jiwa dalam tragedi ini.
Waktu demi waktu korban terus bertambah semua pikiran mereka tertancap satu kalimat putus asa "Inilah akhir bagi dunia ini." Harapan mulai sirna di mata mereka.
Akan tetapi....
TAK... TAK... TAK...
Seseorang berjalan dengan santai di tengah kekacauan ini dia tidak terpengaruh sama sekali dengan hal ini.
"Huk...huk... orang itu... huk... apa dia dokter?"
Seorang wanita mendekati orang itu sembari menggendong anaknya yang sudah terlihat sekarat.
"Tolong..! Huk! Huk... tolong putri saya...!"
Keadaan mereka sangatlah mengenaskan di mana seluruh kulit mereka terkelupas hingga mengeluarkan aroma yang busuk, serta darah selalu keluar setiap mereka batuk tidak ada yang tahu penyakit apa yang menimpa mereka. Tapi, dari mana mereka tahu bahwa orang yang mereka minta tolong itu seorang dokter? Apa karena orang ini berdiri dengan tenang sehingga ia di kira seorang dokter membawa obat.
Pakaian dari orang tenang ini adalah seperti pakaian hitam abad-14 dengan topeng menyerupai gagak serta memakai jubah bertudung, di sampingnya seekor gagak hitam bertengger di bahunya dengan tenang.
Orang bertopeng gagak ini menatap wanita yang menggendong anaknya, setelah beberapa detik di tatap ia mengeluarkan sesuatu di balik jubah hitamnya itu. Sesaat di keluarkan terlihat dua helai bulu putih di tangannya lalu meremas bulu itu di tangannya, saat di remas muncul sebuah cahaya dari tangannya dan ia pun mengarahkan tangannya di atas kepala ibu dan anak itu. Sesaat di lepas berjatuhan partikel-partikel cahaya kecil menyirami mereka berdua, setelah mengenainya seketika seluruh tubuhnya bercahaya secara perlahan.
Setelah cahaya yang menyinari mereka mulai redup seketika gadis kecil mulai membuka matanya, bukan hanya itu sang ibu pun mulai merasa baikan karena seluruh rasa sakit yang di alaminya mulai dari dalam hingga luar hilang dalam sekejap, serta kulitnya dan putrinya kembali normal ke sedia kala.
"Hah...! Nak! Nak, akhirnya kamu bangun juga... terima kasih Dokter! Terima kasih...!" Ucap ibu itu tersedu-sedu dengan air mata membanjiri kedua pipinya.
Orang-orang yang melihat keajaiban itu berlomba-lomba menghampiri dirinya, mereka datang layaknya mayat hidup yang mengincar satu-satunya otak segar yang masih hidup. Orang bertopeng gagak tidak tinggal diam ia pun melompat, orang-orang yang melihatnya melompat dan terkejut sebab ia melayang di udara dengan tenangnya.
Mereka semua melihat ini seketika lutut mereka lemas dengan wajah penuh harapan di sembari air mata berlinang, mereka semua beramai-ramai mengangkat kedua tangannya dan menyatukannya seraya seperti berdoa kepada dewa. Pikirnya bahwa sang utusan atau dewa itu sendiri datang menyelamatkan mereka dari kehancuran.
Di sisi lain orang ini dengan tenangnya melayang di atas dan mengangkat kedua tangannya ke atas.
"AAK... AAK... AAK...."
Gagak yang sedari tadi hanya diam saja kali ini menunjukkan sebuah reaksi, ia terbang lebih tinggi tepat di atas partnernya.
Seketika sebuah cahaya putih nan hangat bersinar terang di langit, orang-orang melihat ini semakin memanjatkan doa--menganggap anugerah telah datang padanya sekali lagi. Cahaya itu semakin besar, sesaat sudah mulai membesar orang bertopeng gagak ini meneriakkan sebuah kata:
"Expantinku...!"
Seketika cahaya besar itu terpecah menjadi bagian-bagian sangat kecil dan menyebar ke seluruh penjuru, cahaya itu menghampiri setiap makhluk hidup hingga menyebar ke seluruh penjuru dunia. Seketika seluruh orang di dunia melihat cahaya seperti melihat peri yang datang memeluk mereka.
Sedikit demi sedikit dunia terlihat bersinar sangat terang dari keseluruhannya dan hal itu terjadi hanya sementara, orang-orang yang sudah merasakan hangatnya cahaya itu seketika terkejut melihat tubuhnya.
"Hah! Aku sembuh.?! Aku sembuh...!"
Semuanya tampak terkejut dan bersorak penuh kegembiraan mereka tidak percaya bahwa harapan masih ada dan hal itu menjadi awal baru bagi dunia ini.
Di sisi lain orang yang menjadi penyelamat mereka telah hilang bersamanya cahaya itu, orang-orang yang menyaksikan dari dekat anugerah itu menangis antara sedih dan bahagia sebab penyelamat mereka telah kembali ke surga.
11-11-2011 hari di mana semua orang tidak akan melupakannya, insiden ini akan dikenal sebagai:
..."Terbukanya gerbang neraka"...
Hari di mana dunia terasa seperti neraka walau hanya satu hari.
5 bulan berlalu....
Munculnya sebuah portal dimensi lain setelah insiden itu, yang di mana portal itu mengeluarkan makhluk-makhluk aneh. Sekali lagi bencana menimpa umat manusia, tapi... kali ini berbeda dari sebelumnya di mana manusia-manusia super bermunculan dengan berbagai macam kemampuan, mereka sanggup menghadapi ancaman kali ini.
Mereka menyebut kemampuan ini "Beneficia", sebuah kemampuan mereka dapatkan dari insiden sebelumnya dan kemampuan ini akan terwariskan dari generasi ke generasi, tidak semua umat manusia mendapatkan kemampuan ini hanya 20% dari mereka baru saja membangkitkannya.
Seiring berjalannya waktu--satu tahun pun berlalu sebuah metode baru telah ditemukan metode ini disebut "Gratias". Sebuah metode di mana seseorang bisa memberikan separuh atau seluruh kemampuan mereka ke orang lain, metode ini sifatnya permanen sekali diberikan tidak akan bisa kembali kecuali orang yang diberikan itu mau melakukan metode yang sama.
Metode ini sederhana dua orang duduk saling berhadapan dan mengarahkan kedua tangannya ke depan hingga telapak tangan mereka bersentuhan, dan orang yang mentransfer kemampuannya harus fokus dengan dirinya sedangkan yang menerima harus siap menerima konsekuensinya, sebab tubuhnya harus merasakan sakit yang amat sakit kalau ia berhenti di tengah prosesnya maka akan mati.
...•••...
...•••...
...•••...
...12-04-2030...
Kali ini aku pergi berburu di sebuah portal biasa disebut "Dungeon," seperti biasa aku masuk sendiri dan berakhir secara "Pecundang." Aku berhasil keluar dengan selamat, sebenarnya bisa dibilang cukup bertahan sebab setiap aku keluar dungeon ini aku selalu mendapatkan luka.
Padahal dungeon yang aku masuki tingkat F dan selalu berakhir dengan luka, dalam pandangan orang yang telah "Terbangkitkan" luka ini hal sepele baginya sebab ketahanan serta kekuatan fisik kami jauh lebih kuat dibandingkan manusia normal pada umumnya.
"Hei, hei lihat... dia terluka lagi."
"Tapi, kali ini lumayan loh... ada kemajuan--dia dapat dua Krimon kali ini."
"Yaelah! Apa itu patut dibanggakan, sedangkan aku mendapatkan lebih dari itu setelah Terbangkitkan. Sedangkan dia sudah satu tahun Terbangkitkan, tapi baru dua pencapaian terbesarnya..., ck ck ck," ucapnya sembari menggelengkan kepalanya.
"Tapi, dia cukup hebat loh... hanya bermodalkan tekad untuk jadi Venandi dengan kemampuan begitu saja (biasa)."
"Kalaupun dia jadi Protector, malahan dia dilindungi oleh orang yang seharusnya ia lindungi."
Sudah berbagai macam hinaan dan ocehan aku dengar dari orang-orang, semua yang dikatakannya benar tapi setidaknya jangan ceritakan depan orangnya langsung, dong. Walaupun aku berkata begitu ke mereka bisa-bisa aku yang mati duluan, karena sudah hukum rimba di mana yang kuat akan sewenang-wenang dengan yang lemah. Apalagi aku bisa dibilang paling yang terlemah di antara orang terlemah, sebab aku belum mendapatkan kemampuan yang menonjol atau bisa dibilang "Skill" yang didapatkan dari Beneficia.
Kali ini aku hanya mendapatkan dua Krimon dari hasil membunuh dua Undead level satu. Krimon adalah kristal yang muncul saat berhasil menghancurkan atau membunuh monster dungeon.
Lalu orang yang sudah Terbangkitkan akan memilih dua pilihan yaitu Venandi dan Protector, yang ditetapkan aturan oleh pemerintahan di seluruh dunia yang sudah sepakat dengan sistem ini. Venandi adalah orang memburu, menjelajah dan menjarah seisi dungeon, pilihan ini bebas untuk orang yang sudah Terbangkitkan mereka punya hak bebas untuk memasuki dungeon.
Sedangkan Protector adalah orang yang melindungi dan mengawal para Venandi, tugas mereka hanya mengawal dan tidak punya hak mengambil isi dari dungeon itu. Mereka hanya dibayar tinggi untuk tugas mengawal, terkecuali jika mereka mau barter dengan barang dungeon sebagai bayarannya, hanya sedikit orang yang mengambil posisi ini.
Hanya organisasi atau kelompok dari pemerintahan yang rata-rata mengambil posisi Protector, katanya sudah sepatutnya mereka mengambil posisi ini untuk melindungi masyarakat. Sedangkan untuk para "Guild" rata-rata mereka mengambil posisi Venandi dan hanya sedikit mengambil Protector di antara mereka.
...•••...
TOK... TOK... TOK....
"Eh, Kakak! Kakak sudah pulang, hore...!"
Tampak dua anak kecil yang membuka pintu dan menyambut seseorang dengan hangat.
"Apa Kakak beli ayam goreng kali ini?"
"Cih, ayam goreng lagi, bosan tau gak kali ini aku mau burger, Kakak belikan?"
Tampak senyuman tulus dari sang kakak dan merogoh tas belanjaan yang dibawanya.
"Jangan khawatir, aku sudah beli burger dan ayam goreng untuk kalian."
Kebahagiaan dan senyuman menghiasi kedua adik kembarnya ini, tampak mereka sangat lahap memakannya.
"Eh? Apa Kakak tidak makan?" Tanya Adik perempuan.
"Aku sudah makan banyak dari tadi kok, jadi habiskan saja."
"Kakak selalu bilang begitu saat pulang bawa makanan," ucap Adik laki-laki.
"Iya, Kakak selalu bilang begitu, padahal wajahnya terlihat lesu begitu," ucap Adik perempuan.
"Hehe, aku begini karena kecapekan," kataku sembari berdiri. "Baiklah, Kakak mau mandi, setelah kalian makan jangan lupa cuci tangan dan kaki setelah itu jangan lupa gosok gigi juga."
"Baik!" Jawab kompak dari mereka berdua.
Namaku Arkha Peteng dan kedua Adik kembarku ini Rena Pranadipa dan Reno Pranadipa. Nama belakang kami berbeda karena aku hanya saudara angkat mereka, aku diadopsi oleh orang tua mereka semenjak usiaku 5 tahun di sebuah panti asuhan. Orang tua kandungku meninggal tepat pada insiden "Terbukanya gerbang neraka."
Mereka berdua mati dalam reruntuhan apartemen dan tim penyelamat menemukan aku yang masih bayi dan membuat mereka terkejut, di mana diriku saat itu terlindungi sebuah cahaya putih dan kejadian itu bukan cuma terjadi padaku hampir setiap anak kecil dan bayi mengalami hal serupa. Kurasa Dewa benar-benar memperhatikan kami walau dalam keadaan tak berdaya.
Aku dan kedua Adik kembarku ini sekarang tinggal di sebuah rumah kecil, dan kondisinya sudah usang di mana tembok-tembok sudah hitam kelumutan serta atap dan langit-langit sering kebocoran saat hujan.
Krimon yang aku dapatkan barusan kualitasnya buruk apa lagi hanya level 1, untuk kualitas terbaik yang level satu akan dihargai 2 juta RP. Sedangkan kualitas terendah atau buruk akan hanya dihargai 900 ribu RP bahkan paling rendah 500 ribu RP. Saat ini aku hanya dapat 1 juta, dan ini belum mencukupi biaya hidup kami bertiga apalagi biaya hidup sekarang mahal-mahal tidak seperti dulu. Aku menyisihkan separuh uang ini untuk biaya sekolah mereka hingga mereka kuliah nanti, walau si kembar baru berusia tujuh tahun dan baru masuk SD.
Untuk orang tuaku yang sekarang mereka meninggal dalam kecelakaan dua tahun lalu aku tidak tahu penyebab mereka bisa kecelakaan, apalagi kecelakaan ini cuma mereka berdua korban dalam mobilnya yang terbakar. Aku sudah meminta bantuan ke pihak berwenang bahkan para Protector pemerintah, tapi mereka selalu minta biaya lebih untuk penyelidikan penyebab kematian orang tua kami.
Tapi, setidaknya aku masih punya Rena dan Reno yang tersisa dalam keluargaku, aku senang mereka ada sehingga itu membuatku punya tujuan hidup baru.
Keesokan harinya pada pukul 08.00 pagi, setelah mengantar Rena dan Reno ke sekolah aku langsung berangkat menuju dungeon Rank-F lagi. Tapi, kali ini terlihat orang beramai-ramai kumpul di depan dungeon tersebut.
"Arkha! Arkha...!"
Seseorang memanggilku dari kejauhan dengan suara lembutnya sembari melambaikan tangannya kepadaku, aku pun menuju ke arahnya untuk apa dia memanggilku.
"Ada apa memanggilku, Susan?"
Dia adalah Susanti seorang Protector Rank-A, ia memiliki skill penyembuh dan buffer untuk mensupport timnya, skill-nya sangat cocok dengan posisi yang ia ambil juga. Sekaligus kami teman sekolah juga di SMA.
"Begini, aku memanggilmu untuk memandu tim kami."
"Hah?! Memandu? Untuk apa aku memandu kalian dengan dungeon rank rendah ini."
Seorang pria paruh baya menghampiri kami di saat lagi ngobrol.
"Eh, Pak Adrian..."
"Maaf mengganggu pembicaraan anda, Tuan. Perkenalkan nama saya Adrian Handaru, saya adalah ketua tim dari mereka."
Walau dia terlihat tua, tapi... aku merasakan energi yang kuat darinya dan itu membuatku kurang sedikit nyaman berada di dekatnya.
"Saya Arkha Peteng."
Kami saling menjabat tangan masing-masing.
"Kalau boleh tahu, kenapa seluruh tim Anda berkumpul di sini? Padahal dungeon ini hanya untuk pemula."
"Distorsi."
Satu kata yang membuatku terkejut, jadi dungeon ini sudah mengalami perubahan yang mana rank-nya akan meningkat sesuai jumlah Mana-nya, Mana akan dihitung menggunakan alat khusus yang dibuat oleh pemerintah.
Dengan kata lain, aku sudah tidak bisa memasuki dungeon ini lagi sebab rank-ku hanya F dan kemampuanku belum ada kemajuan sama sekali, jadi... aku belum sanggup menjelajahi dungeon rank di atasku walau hanya satu tingkat.
"Jadi ini alasannya Anda memintaku memandu tim. Tapi, aku hanya menjelajahi 30% dari dungeon ini apalagi mengalami distorsi, jadi aku tidak tahu apa di dalamnya akan sama atau sudah berubah juga."
"Tidak masalah, itu sudah sangat membantu kami, jadi... apa kamu mau ikut?"
Keraguan melanda hatiku, aku tidak tahu harus menanggapinya dan pada akhirnya aku membuat keputusan.
"Baiklah, aku ikut tapi... bolehkah aku minta bagian dari jarahannya, hanya sepuluh Krimon level satu saja itu sudah sangat cukup bagiku."
"Jangan khawatir, kamu akan dapat 10% bagian dari jarahannya. Jadi, kita sudah sepakat, 'kan."
Aku hanya mengangguk saja dan pria itu berjalan meninggalkan aku dan Susan untuk memberitahukan seluruh bawahan.
"Saat berbicara dengannya kamu sudah merasakan sesuatu, 'kan?"
"Iya, aku merasa dia sangat mendominasi. Kalau boleh tahu dia sudah rank apa?"
"Baru Rank-C, tapi katanya tinggal selangkah lagi dia naik B."
Aku pikir orang tua ini luar biasa, walau terlihat usianya sudah tidak memungkinkan melakukan aktivitas ekstrim, tapi dia mematahkan semua itu.
Sedangkan wanita di sampingku ini seumuran denganku menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, katanya tubuh dia bisa menampung jumlah Mana yang sangat besar sejak awal kebangkitannya, itu bisa menjelaskan skill-nya berkaitan dengan penyembuhan dan buffer yang mana membutuhkan Mana yang banyak.
"Baiklah, mari kita ke sana juga," ucapnya sembari menepuk pundakku.
Susan berjalan duluan di hadapanku dan aku ikut di belakangnya. Setelah beberapa langkah kami sudah ada di kerumunan itu, dan semua tatapan langsung tertuju padaku.
Terlihat tatapan tidak asing bagiku--tatapan yang selalu merendahkan diriku, aku pikir di antara mereka tidak ada yang setuju kalau rank terendah dan orang yang sangat lemah memimpin jalan mereka.
"Baiklah, kalian semua sudah siap?"
"Siap, Pak!"
"Sekali lagi, Tuan Peteng, mohon bantuannya."
"Hmm," balasku sembari mengangguk.
Selain kuat dia juga pemimpin bijaksana, aku merasakan tatapan tidak merendahkanku sama sekali melainkan sebuah tatapan kekaguman kepada seseorang. Mungkin ini hanya perasaanku saja, sudah lama aku tidak merasakan namanya pujian dari seseorang.
Tuan Handaru maju dan memasuki duluan portal dungeon itu, lalu yang lain mengikuti di belakang.
"Hei, kenapa kamu diam melamun saja," ucap Susan.
"Tidak, hanya saja... perasaanku tidak nyaman begini saat berhadapan dungeon ini, padahal aku tidak pernah merasa seperti ini saat memasuki dungeon ini berkali-kali."
"Mungkin itu hanya rasa gugupmu, ini pertama kalinya kamu ikut party dengan orang lain, selain aku yang dulu selalu menemanimu menjelajahi dungeon ini."
Yang dikatakannya ada benarnya juga, mungkin aku gugup saja karena baru kali ini seseorang mau meminta bantuan kepadaku dalam hal urusan dungeon.
"Tunggu apa lagi, ayo kita masuk," katanya sembari menarik tanganku.
...•••...
Sesaat di dalam dungeon....
"Baiklah, semuanya sudah masuk, kali ini Tuan Peteng akan-"
"Arkah! Hei, kamu kenapa?!"
Seseorang dari belakang mereka panik, terlihat seorang gadis berusaha menenangkan seseorang. Orang itu adalah Arkha Peteng, pria ini terkulai lemas sembari mendekap mulutnya dengan satu tangan.
"Huk..! hup... hoekk...!"
Seketika cairan beserta seluruh isi lambungnya keluar, karena tidak bisa menahannya lagi sehingga ia harus muntah cukup banyak. Gadis yang selalu di sampingnya panik melihat ini, seketika ia mengarahkan kedua tangannya ke pria terlihat lemas ini dan muncullah cahaya putih yang mulai mengelilingi pria ini.
Tapi....
"Tidak usah, aku... tidak apa-apa."
"Kamu yakin tidak apa-apa?! Wajahmu terlihat pucat begitu!"
"Ada apa, apa yang terjadi?"
Karena khawatir ketua tim yaitu Adrian Handaru bergegas ke belakang, karena terkejut mendengar teriakan anggotanya.
"Susan, apa yang terjadi dengan, Tuan Peteng?"
"Aku tidak tahu, Pak. Tiba-tiba ia langsung begini."
Karena sebagai ketua, sudah sewajibnya ia memperhatikan orang-orangnya. Dengan seksama Adrian memperhatikan dan menatap pria yang seharusnya memandu dia beserta timnya.
"Aku rasa, ini kondisi wajar."
"Apa maksud, Bapak?" Tanya Susan.
"Karena kamu terlahir dengan tubuh yang diberkahi Mana yang banyak jadi kamu tidak pernah merasakan ini kan, Susan."
"Tidak pernah, tapi... kita harus mengabaikannya begitu saja?"
"Jangan khawatir, kelamaan nanti dia bisa terbiasa sekaligus ini pengalaman bagus untuknya. Sebab, ini pertama kalinya dirinya memasuki dungeon rank tinggi, dengan kata lain dungeon yang memiliki kapasitas Mana tinggi akan langsung melakukan kontak dengan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Dan selama ini Tuan Peteng, hanya menjelajahi dungeon Rank-F yang mana memiliki kapasitas Mana terendah, ketika dia pertama kali memasukinya seketika Mana di dalam tubuhnya meronta-ronta dan melakukan 'Heart Shield,' pelindung yang aktif secara otomatis untuk inti Mana makhluk hidup."
"Begitu ya, tapi...."
Melihat wajah kecemasannya sang ketua memberitahukan seluruh anggotanya bahwa ekspedisi ini tunda sementara karena pemandunya tidak sehat.
Saat mengatakan itu banyak yang tidak setuju, katanya waktu terbuang hanya untuk orang lemah memandu mereka dan pikirnya lebih baik langsung menjalankan ini tanpa pemandu itu.
Melihat ini Adrian tidak bisa menahan mereka, akan tetapi....
"Pak, jangan ditunda... aku baik-baik saja."
Arkha yang terlihat lemas berusaha bangkit dengan sekuat tenaga.
"Kamu yakin baik-baik saja?" Tanya Adrian.
"Iya, Pak!"
Melihat tatapan tanpa keraguan dari pemuda ini, Adrian tersenyum tipis lalu berkata:
"Baiklah kalau begitu, Susan, beri dia buff penguatan fisik dan Mana agar ia bisa lebih terbiasa dengan lingkungan sekitar."
Susan hanya mengangguk dan segera melakukannya, ia mengarahkan kedua tangannya lagi ke depan dan muncul cahaya dari telapak tangannya, lalu cahaya itu segera menyelimuti pemuda ini.
Pikirnya cahaya yang menyelimuti dirinya terasa hangat dan nyaman.
"Terima kasih, dan maaf merepotkanmu."
"Jangan banyak bicara!"
Terlihat wajah cemberut dari gadis ini, dia tahu bahwa temannya ini berusaha terlihat kuat dan tegar walau orang-orang selalu memandang remeh dirinya.
Setelah cahaya meredup, seketika tubuhnya kembali segar seperti saat pertama kali memasuki dungeon ini.
"Karena sudah selesai, Tuan Peteng, tolong ikut saya ke depan."
Pemuda ini hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang.
"Apa benar perasaan yang kurasakan ini akibat lonjakan Mana dalam diriku? Aku merasa tidak seperti itu, perasaan ini jauh lebih buruk yang pernah kurasakan seolah-olah aku ditusuk ribuan jarum. Aku harap perasaan yang kurasakan ini, tidak terjadi pada nasib kami di depan sana."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!