NovelToon NovelToon

Haruskah Aku Mengalah?

Prolog..

"Jangan mendekat..pergi!" Teriak Carla.

"Kenapa sayang, apa kamu takut?" ( terus berjalan mendekat ).

"Kenapa kamu seperti ini, berhenti aku bilang." Teriak Carla semakin keras.

"Ini semua karena kamu sayang, kamu membuatku tergila-gila."

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu," ucap Carla dan tanpa sadar air mata menetes membasahi kedua pipinya.

"Jangan menangis sayang, karena aku tidak akan terpengaruh sama air mata kamu..( dan terus berjalan mendekat ).

Carla begitu takut, seluruh tubuhnya gemetar. Dia tidak menyangka kalau penolakannya selama ini akan mengantarkannya dalam masalah seperti ini.

"Tolong! tolong! aku mohon tolong aku!" Teriak Carla semakin keras.

"Berteriak lah karena tidak akan ada seorang pun yang akan menolong mu." Menyunggingkan senyuman.

BRAAKK

Terdengar suara pintu di dobrak. Carla menatap kearah pintu itu. Ia melihat seseorang tengah berdiri di depan pintu..

"Tolong aku.."

»»»»»

Pagi yang cerah, sinar matahari masuk menerpa kamar Evan melalui celah-celah jendela kamarnya.

Evan yang tengah asyik terlelap dan terhanyut dalam mimpi indahnya.

"Evan! Carlos! bangun! Mau sampai kapan kalian akan tidur!" Teriak Dona keras.

Semenjak sepeninggal Marcel dan Mira karena kecelakaan pesawat, Carlos tinggal bersama Frans dan Dona. Merea sudah menganggap Carlos seperti anaknya sendiri.

Carlos di tinggal kedua orangtuanya sejak Carlos berumur 7 tahun. Dan semenjak itu Carlos menganggap Frans dan Dona sebagai penggantikedua orang tuanya.

"Mama, kenapa pagi-pagi sudah berteriak-teriak," celetuk Carlos sambil meneguk air mineral di tangannya.

"Kamu sudah bangun sayang.."

"Iya Ma, apa Mama pernah melihat Carlos bangun kesiangan?" Tanya Carlos lalu memeluk Mama nya. Carlos memang selalu manja kepada Dona.

"Kamu memang anak kesayangan Mama." Dona lalu mengusap lembut pipi Carlos.

"Apa Evan belum bangun?" Tanya Carlos. Carlos menatap pintu kamar Evan yang masih tertutup.

"Itu anak memang bandel, sulit banget diatur. Coba sekarang kamu bangunkan abang kamu itu, Mama sudah capek dari tadi berteriak tapi itu anak masih belum bangun juga," ucap Dona. Evan memang sangat sudah diatur lain dengan Carlos yang penurut dan selalu manja pada Dona.

"Sabar Ma, seperti Mama tidak kenal sifat Evan saja. Ya sudah biar Carlos yang membangunkan Evan." Carlos berjalan menaiki tangga dan menuju kamar Evan. Carlos membuka pintu kamar Evan dan masuk kedalam kamar Evan.

Carlos melihat Evan masih tertidur lelap. Ia berjalan menuju ranjang Evan. Evan masih tertidur lelap dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Bangun pemalas!" Seru Carlos sambil menarik selimut. Pemalas adalah julukan Carlos untuk Evan. Karena Evan memang seorang yang pemalas tidak bisa bangun pagi dan kerjaannya cuma bikin orang naik darah terutama Dona.

"5 menit lagi," ucap Evan sambil kembali menarik selimutnya.

"Dasar pemalas! ini sudah siang! kamu tidak kuliah? Bukannya kamu ada kuliah pagi," ucap Carlos dengan nada sedikit meninggi. Evan memang susah untuk di bangunkan. Carlos saja selalu emosi jika di suruh membangunkan Evan.

"Ah...aku lupa, kenapa kamu tidak membangunkan aku dari tadi," ucap Evan lalu beranjak turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi.

"Dasar! kamu nya saja yang pemalas, harus di bangunin dulu baru bangun!" Teriak Carlos.

Carlos keluar dari kamar Evan dan berjalan menuju dapur menghampiri Dona yang sedang menyiapkan sarapan.

"Evan sudah bangun?" Tanya Dona sambil menyiapkan sarapan di meja makan.

"Sudah Ma." Carlos menarik salah satu kursi meja makan lalu dia duduki.

"Itu anak lama-lama bisa bikin Mama darah tinggi. Semakin dewasa semakin susah diatur. Papa nya selalu memanjakannya," ucap Dona lalu menggelengkan kepalanya.

Carlos tahu betul sebenarnya Evan itu anak yang baik. Cuma sifatnya yang badung dan pemalas itu sudah menjadi ciri khasnya. Bukan Evan namanya kalau tidak membuat mamanya selalu khawatir.

Evan yang sudah selesai bersiap-siap keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur.

"Itu si pemalas sudah datang," sindir Carlos sambil memasukan satu suapan ke mulutnya.

"Pemalas...pemalas..panggil aku abang! Aku lebih tua dari kamu 4 bulan," celetuk Evan tidak terima Carlos memanggilnya pemalas di depan mama nya. Evan berjalan menghampiri Dona.

"Pagi Ma." Evan lalu mengecup pipi Dona. Dona mengusap lembut pipi Evan.

"Itu julukan yang pantas buat kamu karena kamu memang pemalas," goda Dona.

"Mama! kenapa malah membela Carlos," ucap Evan kesal. Evan mengerucutkan bibirnya karena kesal.

Evan duduk di samping Carlos dan mengambil makanan untuk sarapan.

"Papa mana Ma?" Tanya Evan sambil memasukan satu suapan ke mulutnya. Evan tidak melihat papa nya ada di ruang makan.

"Papa kamu pagi-pagi sekali sudah berangkat, papa kamu ada dinas di luar kota selama satu minggu," ucap Dona lalu duduk di depan Evan. Dona menaruh nasi dan lauk ke dalam piring. Ia memasukan satu suapan ke mulutnya.

"Yah..nggak dapat dukungan dong," ucap Evan lalu cemberut.

Frans memang selalu mendukung Evan dan Carlos dalam hal apa pun asal tidak melebihi batas. Frans selalu percaya kepada kedua anaknya yang sudah sama-sama dewasa.

"Ma..Evan berangkat ke kampus dulu ya, Evan sudah kesiangan ini." Evan berdiri lalu mencium tangan Mama nya.

"Hati-hati jangan mengebut di jalan. Keselamatan itu paling utama. Terlambat tidak apa-apa yang terpenting kamu selamat sampai tujuan," ucap Dona memberi nasehat.

"Siap Ma, Evan akan ingat semua pesan Mama. Oya, aku pinjem mobil kamu ya, mobil aku mogok lagi, lama-lama aku ganti juga itu mobil. Dari dulu tidak pernah bener," ucap Evan sambil menepuk bahu Carlos. Mobil Evan memang sering sekali mogok. Bahkan Evan pernah sampai tidak masuk kuliah hanya gara-gara mobilnya mogok di tengah jalan.

"Makanya, mobil jangan di pakai buat balapan," sindir Carlos lalu memberikan kunci mobil kepada Evan. Carlos tersenyum menatap wajah Evan yang saat ini tengah cemberut sambil menahan marah.

"Apa! Balapan!" Teriak Dona terkejut.

"Nggak Ma..sumpah! Carlos saja bicaranya sembarangan. Evan tidak pernah memakai mobil untuk balapan Ma. Evan nggak bohong." Evan mengambil kunci dari tangan Carlos dan menatap tajam kearah Carlos.

"Iya Ma..Carlos cuma bercanda tadi," ucap Carlos sambil tersenyum menatap Evan. Carlos suka sekali menggoda Evan karena Evan lucu kalau lagi cemberut.

"Awas ya kamu!" Seru Evan lalu berjalan keluar. Evan berjalan meninggalkan meja makan dengan terus menggerutu kesal.

Evan berjalan menuju mobil Carlos dan masuk ke dalam mobil. Evan melajukan mobilnya menuju kampus.

"Mobil Carlos enak juga ternyata, tidak seperti mobil aku yang sering mogok. Carlos sialan, bisa-bisanya dia menuduh aku suka balapan. Aku kan cuma lihat saja, mana berani aku ikutan hal kayak gitu, bisa-bisa aku kena marah sama papa. Mama juga bisa-bisanya percaya sama ucapan Carlos mentang-mentang dia anak kesayangan," gerutu Evan di sepanjang perjalanan menuju kampus.

🌟🌟🌟🌟

Carla Janeta

Evan sedang mencari sosok cantik yang sedari tadi belum muncul di depannya. Sosok yang telah menarik hatinya sejak pertama kali bertemu.

Pertama kali Evan masuk kuliah ia tidak sengaja menabrak seorang wanita. Wanita itu beda dengan wanita-wanita lainnya. Dia sangat judes.

Evan merasa tertantang untuk mendapatkan wanita itu. Tapi setiap Evan menyatakan perasaannya ia selalu di tolak.

Baru wanita ini yang berani menolak seorang Evan Alberto yang terkenal sebagai laki-laki tertampan sekampus.

Walau di tolak terus menerus, tapi Evan tidak pernah menyerah untuk mendapatkan hati wanita itu. Kini mereka menjadi sahabat dekat .

"Kemana sih itu orang? tidak seperti biasanya jam segini belum datang," gerutu Evan. Evan menengok kanan kiri tapi wanita itu tidak kunjung muncul.

Carla yang tiba-tiba muncul di belakang Evan ingin mengejutkan Evan. Carla suka sekali mengangetkan Evan.

"Woy..lagi menunggu siapa nih!" Bentak Carla sambil mengejutkan Evan.

"Kamu ini ya kebiasaan, kalau jantung aku copot gimana? Kamu mau tanggungjawab?" Teriak Evan terkejut. Carla suka sekali mengagetkannya. Evan sampai takut kalau tiba-tiba ia terkena serangan jantung.

"Maaf, kamu sedang menunggu siapa sih?serius amat." Carla kini berdiri di samping Evan sambil menatap wajah Evan yang masih terlihat sangat shock. Carla hanya bisa menahan tawanya saat melihat raut wajah Evan.

Evan yang merasa Carla sedang mengamatinya akhirnya ingin menggoda balik Carla.

"Menunggu kamu lah sayang, siapa lagi coba," ucap Evan sambil mengusap lembut puncak kepala Carla

Evan dan Carla memang dekat. Tapi Carla hanya bersikap biasa-biasa saja terhadap Evan, karena Carla tahu Evan adalah playboy di kampusnya. Banyak cewek-cewek cantik yang tertarik sama Evan. Carla tidak mau sakit hati hanya karena melihat Evan dekat dengan banyak cewek.

"Sayang..sayang..kepala lo peyang," ucap Carla sambil menepis tangan Evan.

"Kamu kan memang sayang aku," goda Evan.

"Sayang dari mananya coba. Itu baru sayang kamu," ucap Carla sambil menunjuk ke arah cewek-cewek yang sedari tadi mengagumi wajah tampan Evan.

Evan menatap ke arah cewek-cewek yang sedari tadi menatapnya. Evan melambaikan tangannya sambil tersenyum manis dan mengedipkan matanya ke arah cewek-cewek itu. Semua cewek bersorak sorai kegirangan karena Evan menyapa mereka.

"Lihat..Evan tersenyum kepadaku, manisnya."

"Tidak, Evan mengedipkan mata kearah ku, senangnya menjadi Carla yang bisa selalu berada di dekat Evan."

"Iya aku iri, seandainya aku bisa di samping Evan terus kayak Carla."

"Tidak usah bermimpi! ayo kita masuk kelas!"

Celetuk para gadis-gadis yang memuja ketampanan Evan. Siapa saja yang melihat ketampanan Evan pasti akan langsung jatuh cinta. Tapi..berani mencintai seorang Evan juga harus berani sakit hati, karena Evan tidak bisa menetap pada satu hati selama Carla belum mau menerima cintanya.

Carla tidak suka melihat Evan yang selalu tebar pesona ke semua cewek. Itu juga salah satu alasan Carla selalu menolak pernyataan cinta Evan. Carla takut sakit hati dan Carla belum siap sakit hati.

"Kamu urusin itu cewek-cewek kamu, aku mau masuk ke kelas," ucap Carla lalu berjalan pergi meninggalkan Evan.

"Tunggu sayang!" Teriak Evan sambil mengejar Carla. Evan berjalan mengikuti Carla dari belakang. Ia senang melihat Carla cemburu kepadanya. Walau Carla tidak mau mengakuinya.

"Jangan panggil aku sayang, aku nggak suka!" Teriak Carla sambil terus berjalan. Walau sebenarnya hati Carla bahagia saat Evan memanggilnya dengan sebutan sayang. Tapi Carla pura-pura kesal agar Evan tidak mengetahui perasaannya yang sebenarnya terhadap Evan.

Carla dan Evan masuk ke dalam kelas. Evan duduk di samping Carla. Dosen masuk ke dalam kelas dan kelas pun di mulai.

Evan selalu menganggu Carla. Ia suka menganggu Carla, karena bagi Evan itu adalah kesenangan tersendiri.

"Van..kamu bisa diam nggak!" Ucap Carla pelan sambil menatap Evan. Saat ini Evan sedang mencolek-colek lengan Carla sambil tersenyum manis.

Carla mengambil nafas dan membuangnya kasar. Ia mencoba untuk menahan amarahnya.

Kelas pun berakhir..

Carla berjalan keluar kelas. Evan selalu mengikuti kemanapun Carla pergi. Ia tidak pernah jauh dari Carla, karena Evan takut akan ada orang yang akan merebut Carla darinya.

"Jangan mengikuti ku!" Teriak Carla.

"Memangnya kenapa?" Tanya Evan sambil terus mengikuti Carla. Evan berjalan di belakang Carla.

"Aku mau ke toilet! kamu juga mau ikut!" Seru Carla lalu menghentikan langkahnya dan membalikan badan menatap Evan.

"Hehe..ya sudah aku tunggu di kantin saja ya. Jangan lama-lama, nanti aku rindu," goda Evan. Evan mengusap lembut puncak kepala Carla dan pergi meninggalkan Carla.

"Dasar..tukang gombal," ucap Carla lalu berjalan menuju toilet.

Evan berjalan menuju kantin. Semua cewek yang Evan lewati selalu menyapa dan tersenyum kepada Evan. Bahkan ada yang mengajaknya untuk pacaran secara terang terangan.

"Hai Evan," sapa salah satu mahasiswi sambil mencolek lengan Evan.

"Hai tampan..mau aku temani makan?"

"Hai cantik..maaf ya, aku sudah ada yang menemani," ucap Evan sambil melambaikan tangannya dan tersenyum manis.

"Susahnya jadi orang tampan. Kemana-mana selalu di kelilingi cewek-cewek cantik. Tapi sayang yang menarik hati aku hanya Carla, tapi sampai sekarang Carla belum juga mau menerima cinta aku," gumam Evan dalam hati.

Evan masuk ke dalam kantin dan memesan makanan dan minuman dua porsi. Ia duduk di kursi paling pojok sambil memainkan ponselnya. Pesanan Evan pun datang, ia menyeruput jus yang ia pesan. Ia melihat ke arah pintu dan Carla belum juga muncul.

"Kenapa sih Carla lama banget? cuma ke toilet saja, tidur kali ya!" Gerutu Evan. Evan kembali memainkan ponselnya.

"Maaf lama." Carla lalu duduk di depan Evan. Carla menatap sekeliling kantin dan benar saja semua mata melihat kearahnya dan juga Evan. Carla cuek dan tidak perduli.

"Ngapain saja sih kamu di toilet. Kamu tidur di toilet ya?" Tanya Evan penasaran.

"Mau tahu saja urusan cewek," ucap Carla lalu memasukan kentang goreng ke mulutnya.

Evan menatap wajah cantik Carla sambil menopang kan dagu yang ia tahan dengan tangannya. Evan senyum-senyum sendiri.

"Ngapain kamu melihat aku seperti itu?" Tanya Carla sambil melirik ke arah Evan. Carla tahu sedari tadi Evan menatapnya sambil senyum-senyum sendiri.

"Kamu cantik, tapi sayang judesnya minta ampun. Tapi aku suka," goda Evan lalu tersenyum.

"Kamu itu ya rajanya gombal. Sudah berapa banyak cewek yang sudah kamu gombalin?" Tanya Carla dengan menatap Evan dengan sorot mata tajam.

"Hahaha..." Evan tertawa mendengar ucapan Carla.

"Udah kelihatan cemburunya, aku yakin kamu sedang cemburu saat melihat cewek-cewek itu menggodaku," gumam Evan dalam hati.

"Kenapa kamu malah tertawa, tidak lucu kali," ucap Carla kesal.

"Nanti temani aku jalan ya. Ada sesuatu yang mau aku beli."

"Mau beli apa?" Tanya Carla ketus.

"Hadiah buat adik aku," ucap Evan lalu memasukan kentang goreng ke mulutnya.

"Memangnya kamu punya adik?" Tanya Carla. Carla tidak tahu Evan mempunyai seorang adik. Ia juga belum mengenal keluarga Evan, karena Evan tidak pernah mengajaknya ke rumahnya.

"Sebenarnya dia sepupu aku tapi sudah aku anggap seperti adik aku sendiri. Dia juga sahabat terbaik aku."

"Ok..deh."

🌟🌟🌟🌟

Hadiah untuk Carlos..

Evan dan Carla sedang berada di sebuah mall. Ia berencana untuk membelikan hadiah untuk Carlos. Tapi Evan tidak tahu apa yang di sukai Carlos.

Walaupun mereka tinggal satu atap, tapi Evan orangnya cuek dan tidak suka mengulik urusan tentang Carlos. Evan meminta saran kepada Carla, hadiah apa yang cocok untuk Carlos.

"Bagusnya beli apa ya?" Tanya Evan sambil memikirkan hadiah yang cocok untuk Carlos.

"Memangnya adik kamu itu orangnya seperti apa? Masak kamu tidak tahu barang kesukaannya. Misalnya jam tangan, sepatu, tas atau apa gitu?"

Sebenarnya Carla juga tidak begitu tau soal hadiah yang cocok untuk cowok, karena Carla tidak pernah memberikan hadiah kepada cowok manapun.

"Dia itu orangnya selalu rapi sih, dia juga suka joging di pagi hari. Kalau jam tangan dia sudah punya banyak, karena papa selalu membelikannya jam tangan saat papa berpergian sebagai oleh-oleh." Ucap Evan sambil terus berjalan. Carla berjalan di samping Evan sambil mendengarkan Evan bicara.

"Gimana kalau kamu belikan sepatu saja, bukannya dia suka joging?" Usul Carla.

"Boleh juga itu, ya sudah kita beli sepatu saja," ucap Evan setuju.

Evan dan Carla berjalan menuju toko yang menjual sepatu olah raga. Setelah menemukan yang Evan cari mereka keluar dari toko.

"Kamu mau beli apa? biar nanti aku yang bayar. Itung-itung buat ucapan terimakasih aku, karena kamu sudah mau menemani aku," tawar Evan. Evan memang ingin membelikan Carla sesuatu dari dulu tapi Carla selalu menolaknya.

"Tidak usah, aku ikhlas kok," ucap Carla sambil terus berjalan.

"Kalau begitu kita cari makan saja ya. Aku sudah lapar banget ini," ajak Evan. Perut Evan memang sudah keroncongan dari tadi.

"Ok, kita cari di bawah saja ya. Kayaknya tadi aku lihat ada yang menjual makanan kesukaan aku."

"Baiklah." Evan mengandeng tangan Carla.

Merekapun turun dari lantai tiga menuju lantai satu. Mereka berjalan menuju sebuah restoran yang berada di dalam mall.

"Kok disini? Ini kan cuma jual pizza dan burger doang. Kamu tidak mau makan nasi?" Evan sebenarnya ingin makan nasi karena perutnya benar-benar lapar.

"Tidak, aku lagi ingin makan pizza," ucap Carla sambil bersedekap dada. Carla mengerucutkan bibirnya sambil memalingkan wajahnya.

Evan mengambil nafas dan membuangnya perlahan. Evan paling anti kalau melihat Carla ngambek.

"Ya sudah deh, ayo kita makan pizza kesukaan kamu," ucap Evan dengan sangat terpaksa menuruti permintaan Carla.

Carla menatap Evan dan melebarkan senyumannya.

Evan mengusap lembut puncak kepala Carla. Ia mengandeng tangan Carla dan masuk ke dalam restoran. Evan dan Carla duduk di bangku dekat dengan jendela.

Carla menatap keluar jendela melihat orang lalu lalang lewat depan restoran.

Evan memanggil pelayan dan memesan pizza ukuran jumbo dan dua botol pepsi dingin.

"Beneran ini kamu tidak ingin beli apa-apa? Mumpung kita masih disini," tanya Evan lagi. Evan ingin sekali membelikan Carla hadiah.

"Tidak, lagian tidak ada yang ingin aku beli. Dari pada kamu hambur-hamburin uang kamu buat hal yang tidak penting mendingan kamu tabung." Carla tidak suka memanfaatkan cowok hanya untuk memenuhi keinganannya. Apalagi harus meminta cowok itu untuk membayarkan barang belanjaannya.

Tidak berselang lama pesanan mereka pun datang. Carla mulai menyantap pizza di depannya. Evan hanya menatap Carla yang dengan lahab memakan pizza didepannya.

"Pelan-pelan saja, lagian tidak ada yang bakal minta jatah kamu," goda Evan.

"Habis ini pizza enak sekali, kamu mau coba?" Ucap Carla sambil menyodorkan satu potong ke mulut Evan. Evan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa tidak mau? ini enak banget tau." Carla terus memaksa Evan hingga Evan mau membuka mulutnya dan mengigit pizza dari tangan Carla lalu mengunyahnya.

"Gimana, enakan?" Ucap Carla sambil menatap raut wajah Evan yang sedang menikmati pizza di mulutnya.

"Em...benar, rasanya enak sekali. Beda dari pizza yang biasa aku makan, suapin aku lagi ya," ucap Evan lalu membuka mulutnya lagi.

"Dasar! modus." Carla lalu memasukan potongan pizza ke mulut Evan. Carla senang dia bisa menyuapi Evan. Ini momen langka untuk Carla.

"Habisnya kalau lewat tangan kamu rasanya semakin mak yus," goda Evan lalu mengigit pizza dari tangan Carla.

Evan melihat sisa mayones di sudut bibir Carla. Ia mencondongkan tubuhnya dan mengusap lembut bibir Carla dengan jempol tangannya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Carla terkejut.

"Aku cuma membersihkan sisa mayones di sudut bibir kamu. Kamu itu ya makannya kayak anak kecil saja, sampai belepotan begitu," ucap Evan seraya tersenyum menatap wajah Carla.

Saat ini entah mengapa jantung Carla berdebar tidak karuan. Carla sangat terkejut atas perlakuan Evan tadi terhadapnya.

"Ada apa dengan jantungku? kenapa jantung ini semakin berdetak kencang?" Gumam Carla dalam hati. Carla melirik kearah Evan yang kini tengah menatapnya.

"Kenapa kamu malah bengong? Lihat itu muka kamu sudah merah kayak kepiting rebus," goda Evan.

"Masak sih." Carla yang langsung menutup wajahnya.

"Kenapa kamu malu? Atau jangan-jangan kamu sudah jatuh cinta sama aku ya?" Goda Evan lagi. Jika benar Carla sudah jatuh cinta padanya, berarti ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk Evan.

"Ih...jangan GR ya, siapa juga yang jatuh cinta sama playboy seperti kamu," ucap Carla ketus.

"Siapa yang playboy? Aku nggak playboy kali," ucap Evan tidak terima di cap playboy oleh wanita pujaan hatinya.

"Iya, tapi kamu suka PHP sama cewek-cewek yang suka sama kamu, kamu juga suka tebar-tebar pesona ke semua cewek," ucap Carla kesal. Carla memang tidak suka dengan sifat Evan.

"Ya bukan salah aku kalau mereka suka sama aku. Lagian aku kan tampan, ya wajarlah kalau banyak cewek yang suka sama aku," ucap Evan membanggakan diri.

"Cih...sudah ayo kita pulang, aku mendadak sudah kenyang." Carla lalu berdiri dan meninggalkan Evan. Carla berjalan keluar restoran. Ia sangat kesal dengan sikap Evan yang tidak bisa mengerti perasaannya.

Carla paling tidak suka saat Evan mulai membicarakan para cewek-cewek yang tertarik padanya. Sampai sekarang Evan belum juga menyadari kalau sebenarnya Carla cemburu saat Evan sedang tebar pesona dan membicarakan cewek lain di depannya.

Evan beranjak dari duduknya dan mengejar Carla yang berjalan begitu cepat. Sesampainya di mobil Evan mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena berlari mengejar Carla.

"Kamu itu kenapa sih, tiba-tiba ngambek tidak jelas gitu!" Seru Evan penasaran.

"Sudah, aku mau pulang," ucap Carla sambil cemberut.

"Kamu lagi PMS ya, kok mood kamu labil gitu, sensian lagi."

"Nggak usah banyak tanya, kamu mau mengantar aku pulang atau aku pulang naik taksi!" Ancam Carla.

"Iya-iya aku akan mengantar kamu pulang, dasar tukang ngambek," gerutu Evan lalu melajukan mobilnya.

¤¤¤¤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!